Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN ASAM JAWA


TERHADAP DISMINORE REMAJA DI SMAN 1
SUKAMULIA

MARDIANA
113119012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2022

i
PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN ASAM JAWA


TERHADAP DISMINORE REMAJA DI SMAN 1
SUKAMULIA

Proposal Skripsi ini Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


(S.Kep.) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hamzar Lombok Timur

OLEH :

MARDIANA
113119012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2022

ii
PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal Skripsi Atas Nama Mardiana, NIM : 113119012 dengan judul Pengaruh
Pemberian Rebusan Asam Jawa Terhadap Disminore Remaja di SMAN 1
Sukamulia

Telah memenuhi syarat dan disetujui

Pembimbing I Tanggal

Baiq Fina Farlina,M.Pd


NIDN:0826098503

Pembimbing II Tanggal

Ns.Ahyar Rosidi,M,Kep
NIDN : 0817049103

Mengetahui
Program Studi Ilmu Keperawatan
Ketua,

Ns.Sasteri Yuliyanti,M.Kep
NIDN:0808068501

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.Wb.

Segala puji hanya bagi Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Pengaruh
Pemberian Rebusan Asam Jawa Terhadap Disminore Remaja di SMAN 1
Sukamulia “

Pada penulisan proposal skripsi ini,penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Drs.H.Muh,Nagib,M.Kes, selaku Ketua STIKes Hamzar Lombok Timur


2. Ns.Sasteri Yulianti,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu keperawatan
3. Baiq Fina Farlina,M.pd, selaku dosen pembimbing pertama yang telah
memberikan motivasi, arahan dan keluangan waktu dalam penyelesaian
proposal skripsi ini
4. Ns.Ahyar Rosidi,M.Kep, selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan motivasi, arahan dan keluangan waktu dalam penyelesaian
proposal skripsi ini
5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan dan telah
mendoakan demi suksesnya penyusunan proposal skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang
membangun. Akhirnya, semoga proposal skripsi ini dapat menambah wawasan
mengenai Pengaruh Pemberian Rebusan Asam Jawa Terhadap Disminore Remaja
di SMAN 1 Sukamulia

Akhir kata ,wassalamu’alaikum wr.Wb.

Lombok Timur, September 2022

Penulis

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa pubertas menjadi ke

dewasa atau salah satu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencangkup

kematangan emosional, sosial, mental, dan fisik. Tanda dan ciri dari pubertas

seorang wanita adalah terjadinya menstruasi pertama (Menarche). Setiap

wanita memiliki pengalaman haid yang berbeda-beda, ada beberapa wanita

yang mengalami menstruasi tanpa ada keluhan, tetapi tidak sedikit dari wanita

yang mendapatkan menstruasi yang disertai dengan keluhan yang berupa nyeri

haid atau disminore (Janiwarti dan Pieter, 2013).

Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus-menerus

dan mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi, serta peluruhan

dinding jika kehamilan tidak terjadi. Menstruasi yang normal berlangsung

kurang lebih 4-7 hari. Jumlah darah yang dikeluarkan sekitar 2-8 sendok

makan. Sementara satu siklus menstruasi rata-rata adalah 28 hari, tetapi

panjang siklus 24-35 hari masih dikategorikan normal. Sistem kerja tubuh

wanita berubah-ubah dari bulan ke bulan tapi ada beberapa wanita yang

memiliki jumlah hari yang sama persis setiap siklus menstruasinya (Verawaty

& Rahayu, 2011).

Nyeri haid atau disminore merupakan salah satu keluhan yang sering

dialami hampir seluruh wanita saat menstruasi, tidak memandang usia namun

prosentase terbanyak wanita yang sering mengalami hal ini yaitu kelompok

usia remaja yang awal baru saja mengalami menarche. Adapun gejala-gejala

1
2

yang sering muncul saat nyeri haid atau disminore yaitu nyeri perut bagian

bawah yang menjalar sampai ke pinggang yang dirasakan mulai 2-3 hari

sebelum menstruasi, sedangkan saat menstruasi selama 1-2 hari dengan

karakteristik nyeri yang seperti tertusuk-tusuk, ngilu ataupun mulas-mulas

disekitar perut bagian bawah (Gant & Cunningham, 2016).

Dismenorea atau nyeri haid adalah keadaan dimana aliran menstruasi yang

sulit (difficult menstrual fase) atau menstruasi yang nyeri (painful

menstruation). Nyeri menstruasi merupakan suatu gejala dan bukan penyakit.

Dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita

mengobati sendiri dengan analgesic atau sampe memeriksakan diri ke dokter

(Setyowati, 2018)

Menurut World Healt Organization (WHO) angka kejadian dismenorea di

dunia antara 17-81% pada wanita muda. Rata-rata kejadian dismenorea di

Negara-negara Eropa terjadi pada 45-97% wanita. Prevalensi terendah terjadi

di Bulgaria (8,8%) dan tertinggi mencapai 94% di Negara Finlandia.

Prevalensi tertinggi terjadi pada remaja wanita yang diperkirakan antara 20-

90%. Sekitar 15% remaja mengalami dismenorea berat. Di Amerika Serikat,

dismenorea menjadi penyebab utama ketidak hadiran disekolah oleh remaja

putri. Selain itu, juga dilakukan survey pada 113 wanita Amerika serikat dan

dinyatakan prevelansi sebanyak 29-44% paling banyak pada usia 18-45 tahun

(Sulistyorini, Monica, and Ningsih, 2017)

Menurut data WHO, Wanita yang mengalami dismenorea 10-15% di

Indonesia diantaranya mengalami dismenorea berat. Angka kejadian

dismenorea 64,25% terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36%


3

dismenorea sekunder. Wanita yang mengalami dismenorea mengalami

keluhan seperti kram, sakit dan tidak dapat bekerja mengurus keperluan

sendiri ( Novia, 2013)

Dismenorea dapat mempengaruhi produktivitas seseorang karena

mengganggu aktifitas sehari-hari. Nyeri haid bersifat subjektif sehingga

setiap orang mempunyai penilaian yang berbeda. Makin besar intensitas

nyeri maka makin berpotensi mengganggu aktifitas sehari-hari (Fadila,

2015). Prevalensi dan keluhan dismenorea biasanya dialami remaja putri

diperkirakan 40-50%, remaja putri dengan dismenorea kadang malas

berangkat bekerja dan tidak masuk sekolah sekitar 15% dan yang tidak

membutuhkan pengobatan atau pengurang rasa nyeri sekitar 30% (Agus

Winarso, 2014).

Seseorang yang mengalami dismenorea dua kali lebih terganggu

aktifitasnya daripada seseorang yang tidak mengalami dismenorea.

Gangguan aktifitas itu berupa tingginya tingkat absen dari sekolah maupun

kerja, keterbatasan kehidupan sosial, performa akademik, serta aktifitas

olahraganya (Alimuddin, 2017). Sedangkan dampak jangka panjang

dismenorea adalah dapat menimbulkan menstruasi yang bergerak mundur,

kehamilan tidak terdeteksi ektopik pecah, kista pecah, perorasi rahin dari

intrauterine device (IUD) dan infeksi (Santia,2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sylvia, Tahun 2011

ditemukan bahwa seluruh remaja perempuan pubertas angka kejadian nyeri

menstruasi berkisar antara 45% sampai 75%. Dimana ketidakhadiran

disekolah berkisar antara 13% sampai 51% serta 5% sampai 14%


4

ketidakhadiran tersebut disebabkan beratnya gejala yang terjadi. Sehingga

nyeri menstruasi merupakan penyebab utama absensi pada remaja putri

Beberapa terapi yang dapat mengurangi dismenore yaitu secara

farmakologis dan non farmakologis. Salah satu terapi farmakologis adalah

pemberian obat-obatan analgesic. Obat golongan NSAID (non steroidal anti

inflamatori drugs) dapat meredakan nyeri menstruasi dengan cara memblok

prostaglandin yang menyebabkan nyeri. Terapi non farmakologis antara lain

pengaturan posisi, teknik relaksasi, manajemen lingkungan, distraksi,

dukungan perilaku, kompres dan pemberian ramuan herbal. Terapi ramuan

herbal dapat dilakukan dengan cara menggunakan obat tradisional yang

berasal dari bahan-bahan tanaman seperti kunyit,temulawak,jahe merah dan

asam jawa (Anurogo,2011).

Produk herbal untuk saat ini memang sedang menjadi salah satu alternatif

terutama bagi remaja putri yang ingin mengurangi rasa nyeri tanpa

mendapatkan efek samping (Viva medika, 2018). Salah satu dari produk

herbal yang familiar untuk mengurangi rasa nyeri haid adalah minuman

rebusan asam jawa. Masyarakat Indonesia percaya bahwa memiliki kebiasaan

minum asam jawa untuk mengurangi rasa nyeri haid atau disminore saat

menstruasi. Masyarakat belum mengetahui kandungan dari asam jawa itu

sendiri.

Asam jawa mengandung anthocyanin dan tanin yang mempunyai

efektifitas tidak jauh berbeda dengan obat-obatan golongan anti prostaglandin

non steroid dalam menurunkan nyeri dengan cara mengurangi ketegangan otot
5

sehingga dapat menurunkan kram otot pada myometrium saat menstruasi

(Proverawati 2014).

Asam jawa memiliki aktivitas sebagai antibakteri,anti pradangan, dan

aktivitas antioksidan (Setyawati,2015). Asam jawa bias diberikan ketika

seorang mengalami dismenore dan tidak memiliki efek samping yang

berbahay terhadap system tubuh lainnya seperti lambung dan ginjal

(Saadah,2017).

Hasil dari penelitian Alifina Aisatus Saadah,Dkk (2017) Menemukan

bahwa ada pengaruh pemberian asam jawa (Tamarindus indica L) terhadap

intensitas nyeri dismenorea primer pada remaja putri kelas XI di SMA Al-

Rifa’I Gondang legi dengan nilai signifikan z lebih kecil daripada 

(0,000<0,01)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang diperoleh dari hasil wawancara

siswa SMAN 1 Sukamulia di dapatkan 12 siswa merasakan disminore dengan

kategori nyeri ringan 4 (33%), nyeri sedang 6 (50%), dan nyeri berat 2 (17%).

Responden biasanya melakukan penanganan disminore dengan cara istirahat

di tempat tidur, ada juga yang tidak melakukan apa-apa dan menggunakan

minyak kayu putih dan sebagian dari pelajar SMAN 1 Sukamulia belum

mengetahui bahwa minuman rebusan asam jawa bisa meredakan nyeri haid.

Dari permasalahan diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh pemberian rebusan asam jawa terhadap

disminorea remaja di SMAN 1 Sukamulia”.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ,rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:”Apakah ada pengaruh pemberian rebusan asam jawa terhadap

disminore remaja di SMAN 1 Sukamulia?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi manfaat rebusan asam jawa terhadap penurunan

intensitas disminore remaja di SMAN 1 Sukamulia

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden

b. Mengidentifikasi intensitas disminore sebelum diberikan rebusan asam

jawa pada remaja di SMAN 1 Sukamulia

c. Mengidentifikasi intensitas disminore sesudah diberikan rebusan asam

jawa pada remaja di SMAN 1 Sukamulia

d. Menganalisis pengaruh pemberian rebusan asam jawa terhadap

disminore pada remaja di SMAN 1 Sukamulia

D. Manfaat Peneliti

1. Manfaat teoritis

Dapat dijadikan referensi untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan

penangan disminore menggunakan minuman herbal.


7

2. Manfaat praktis

a. Bagi akademik

Hasil dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan wacana untuk

penelitian selanjutnya mengenai pengaruh pemberian rebusan asam

jawa terhadap dismenorea pada remaja

b. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi

terhadap penanganan dismenorea secara non farmakologi dengan

pemberian rebusan asam jawa pada remaja

c. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan dasar acuhan/referensi untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya sehubungan pengaruh

pemberian rebusan asam jawa terhadap dismenorea pada remaja

putri.

E. Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Metode penelitian Hasil Persamaan Perbedaan


1 Nurul Evektifitas Jenis penelitian yang Berdasarkan - Melakukan - Populasi 40
Hidayah rebusan kunyit digunakan dalam hasil penelitian penelitian - Sampel 15
asam jawa penelitian ini adalah didapatkan tentang - Desain
terhadap kuantitatif dengan bahwa terjadi pengaruh penelitian
dieminore desain Quasi perubahan nilai pemberian quasi
primer Ekperimen rata-rata asam jawa eksperimen
menggunakan one dismenorea terhadap - Tempat
group before and after sebelum dan disminore penelitian
intervention design - Metode berbeda
sesudah
atau pre and post test penelitian - Variabel
diberikan
design Penelitian ini dengan jenis indevendent
dilakukan perlakuan, rebusan kunyit kuantitatif kunyit
pengukuran dampak asam jawa yaitu kombinasi
unit eksperimen namun 5,73 sebelum asam jawa
tidak menggunakan diberikan
penugasan acak untuk rebusan kunyit
menciptakan asam jawa dan
8

perbandingan dalam 1,93 sesudah


rangka menyimpulkan diberikan
perubahan yang rebusan kunyit
disebabkan perlakuan asam jawa
(Notoatmodjo, 2014). dengan range
Populasi dalam 3,8. Penelitian
penelitian ini adalah 40 ini sejalan
orang mahasiswa di dengan
Akademi Kebidanan
penelitian
Sempena Negeri
Sartiwi &
Pekanbaru yang
mengalami Hasrinal (2020)
dismenorea. Sampel dimana terjadi
dalam penelitian ini perubahan nilai
berjumlah 15 rata-rata
mahasiswa yang sebelum dan
mengalami sesudah
dismenorea. diberikan
minuman kunyit
asam yaitu
dengan range
sebesar 3,37.
dimana
didapatkan hasil
p value (0,000)
< a (0,05). Hal
ini berarti
bahwa Ha
diterima, dapat
disimpulkan
bahwa terdapat
efektivitas
pemberian
rebusan kunyit
asam jawa
terhadap
dismenorea di
Akademi
Kebidanan
Sempena Negeri
Pekanbaru

2 Alifina Asam jawa Metode penelitian Berdasarkan - Metode - Populasi 45


aisatus (Tamarindusind kuantitatif dengan hasil uji penelitian - Sampel 42
saadah,Did ical L)dan desain penelitian statistic kuantitatif - Tempat
ien ika intensitas nyeri Praeksperimen Wilcoxon - Desain yang
setyarini,T dismenorea dengan Signed Ranks penelitian berbeda
ri primer pada rancangan one test dengan praeksperimen
Mardiyanti remaja putri group pre test post menggunakan dengan
test. Peneliti program rancangan one
mengukur skala komputer group pre test
nyeri didapatkan post test
dismenorea Z hitung
dengan sebesar -
memberikan 5,708
lembar (harga (-)
9

observasi yang tidak


berisi skala diperhitung
nyeri numerik kan karena
dan mengamati harga
perilaku remaja mutlak) dan
putri yang sig z
berusia 16-17 sebesar
tahun dalam 0,000.
menahan nyeri Berdasarkan
sebelum dan perhitungan
sesudah di atas
konsumsi ternyata Z
minuman asam hitung
jawa jumlah lebih besar
populasi 45 siswi daripada Z
dan sampel 42 siswi table
(5,708>2,57
6), dan
sig z lebih
kecil
daripada
(0,000<0,01
) dengan
demikian H0
ditolak.
Maka dapat
disimpulkan
bahwa ada
pengaruh
pemberian
asam jawa
(Tamarindus
indica L )
terhadap
intensitas
nyeri
dismenorea
primer pada
remaja
putri kelas
XI di SMA
Al-Rifa’i
Gondanglegi
.
3 Efi Ayu Pengaruh Dalam penelitian ini Dari hasil - Metode - Populasi 118
Pratiwi pemberian mengunakan metode analisa dengan penelitian - Sampel 12
rebusan desain penelitia pre uji paired kuantitatif - Melakukan
temulawak dan eksperimental,dengan sample tests - Desain - Variable
asam jawa pendekatan yang pada responden penelitian pre indevendent
terhadap dipilih adalah one didapatkan nilai eksperimen menggunaka
keluhan group pretest postes p=0,000 pada dengan n temulawak
dismenorea yaitu penelitian yang taraf kesalahan pendekatan kombinasi
pada remaja tidak ada kelompok 0,05 atau 5%. one group dengan asam
putri kelas 1 di kontrok,tetapi sudah Dikatakan ada pretest post jawa
SMA dilakukan observasi pengaruh test - Tempat
MUHAMMADI pertama (pretest) yang apabila nila p penelitian
YAH 3 memungkinkan peneliti value <0,05 berbeda
YOGYAKART dapat menguji (0,000<0,05),se
10

A perubahan-perubahan hingga Ho
yang terjadi setelah ditolak dan Ha
adanya eksperimental, diterima ,yaitu
Jumlah populasi dalam ada pengaruh
peneliti ini adalah 118 pemberian
siswi,dan jumlah rebusan
sampel yang diambil temulawak dan
12 siswi asam jawa
terhadap
keluhan
disminore.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep remaja

a. Definisi

Remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)

adalah seseorang yang berusia antara 10 tahun sampai 19 tahun,

sedangkan menurut The Health Resources and Service

Administrations Gudelines Amerika Serikat rentang usia remaja

adalah 11-21 tahun yang terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal

yang berusia 11 tahun sampai 14 tahun, remaja menengah berusia

antara 15 tahun sampai 17 tahun,

dan remaja akhir berusia 18 tahun sampai 21 tahun. Sementara

menurut Depkes RI remaja hanya meliputi penduduk berusia 10-19

tahun dan belum kawin (Imron, 2012).

Remaja merupakan masa perkembangan peralihan dari masa anak-

anak menuju ke dewasa yang mencangkup perubahan biologis,

kognitif, dan sosialekonomi. Remaja adalah salah satu periode yang

panjang dan semua orang pasti mengalaminya sebagai suatu proses

atau siklus hidup yang tidak bisa dilewati tanpa dijalani, masa remaja

inilah yang menjadi tolak ukur untuk menuju kedewasaan (Widia,

2015)

11
12

b. Tahap perkembangan remaja

Tahap-tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri

menuju kedewasaan ada 3 tahap, yaitu :

1) Remaja awal (Early adolescent)

Masa remaja awal ini terjadi pada usia 10-12 tahun, seorang remaja

pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi

pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran

baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara

erotis, dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis dan sudah

berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebihan dan ditambah dengan

berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal

ini sulit dimengerti orang dewasa (Widia, 2015)

Ciri-ciri remaja awal adalah lebih dekat dengan teman

sebayanya, ingin bebas dan lebih banyak memerhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berfikir abstrak (Bakar & Sukawati, 2014).

2) Remaja madya (Middle adolescent)

Pada tahap ini remaja berusia 13-15 tahun, mereka sangat

membutuhkan kawan, ia senang jika banyak teman yang

mengelilinginya dan kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri

sendiri dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya,

selain itu, ia berada dalam kondisi kebingunan karena tidak tahu

memilih yang mana peka atau tidak perduli, ramai-ramai atau

sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan


13

sebagainya (Widia, 2015). Ciri-ciri remaja tengah adalah mencari

identitas dirinya, timbulnya keinginan untuk kencan, mempunyai

rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir

abstrak, berkhayal tentang aktivitas seks (Bakar & Sukawati,

2014).

3) Remaja akhir (Late adolscent)

Tahap ini remaja berusia 16-19 tahun, pada tahap ini adalah masa

konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan

pencapaian hal yaitu :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang

lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan masyarakat umum (Widia, 2015).

Pada tahap ini remaja memiliki ciri-ciri yaitu pengungkapan

kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,

mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta dan

mampu berpikir abstrak (Bakar & Sukawati, 2014).


14

2. Konsep Menstruasi

a. Definisi

Menstruasi merupakan suatu proses peluruhan endometrium atau

dinding rahim yang memiliki banyak pembuluh darah. Terjadinya

peluruhan endometrium mengakibatkan pembuluh darah terputus dan

mengeluarkan darah yang kemudian darah keluar dari tubuh melalui

vagina. Setelah menstruasi terjadi yang dipengaruhi oleh hormon

estrogen yang dikeluarkan oleh indung telur, maka endometrium atau

dinding rahim akan kembali tumbuh. (Darti Rumiatun, et al., 2016)

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik

dari uterus, disertai dengan pelepasan endometrium. Wanita dewasa

yang sehat dan tidak sedang hamil, setiap bulan teratur mengeluarkan

darah dari kandungannya. Menstruasi terjadi karena sel telur yang

dikeluarkan oleh salah satu ovarium tidak mengalami pembuahan.

Pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari

dinding rahim perempuan berlangsung secara periodik (Anurogo &

Wulandari, 2011).

Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche yang sering

disebut sebagai awal pubertas. Siklus menstruasi pada remaja biasanya

memang belum teratur siklusnya, terkadang terjadi dalam satu bulan 2

kali menstruasi atau beberapa bulan tidak menstruasi dan bulan

selanjutnya menstruasi, hal ini berlangsung kurang lebih selama 3

tahun. (Darti Rumiatun, 2016).


15

b. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi dapat dibedakan menjadi 4 fase endometrium, yaitu:

1) Siklus menstruasi dapat dibedakan menjadi 4 fase endometrium,

yaitu:

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai

perdarahan. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan

selsel darah merah dalam hemolisis, sel-sel epitel dan stroma yang

mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks,

dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.

2) Fase Regenerasi

Luka endometrium yang terjadi berangsur-angsur sembuh dan

ditutup kembali oleh selaput lendir baru nyang tumbuh dari sel-sel

epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium kurang

lebih 0,5 mm. Fase ini dimulai sejak menstruasi berlangsung

kurang lebih 4 hari

3) Fase proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi tebal kurang lebih

3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari

siklus haid. Fase poliferasi dapat dibagi menjadi 3 subfase, yaitu

fase proliferasi dini (hari ke 4 sampai hari ke 7), fase proliferasi

madya (hari ke 8 sampai hari ke 10), fase proliferasi akhir (dari

hari ke 11 sampai hari ke 14


16

4) Fase sekresi

Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14

sampai ke 28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya

(Anurogo & Wulandari, 2011)

3. Konsep Dismenorea

a. Definisi

Disminore sering disebut dengan nyeri menstruasi, sehingga dapat

disebut nyeri saat menstruasi (Marmi S.ST, 2013). Menstruasi datang

setiap bulan pada usia reproduksi, banyak sekali wanita yang

mengeluh tidak nyaman saat menstruasi. Disminore adalah rasa sakit

saat menstruasi yang bisa dibilang cukup parah yang dapat

mengganggu waktu aktifitas sehari-hari. Disminore bisa bermacam-

macam seperti rasa sakit yang tajam, tumpul, berdenyut, mual dan

menusuk (Anurogo & Wulandari, 2011)

Disminore ini sering terasa di perut bagian bawah, disminore ini

dapat terasa sebelum atau saat menstruasi berlangsung yang bersifat

kolik atau terusmenurus. Disminore tidak hanya terjadi pada perut

bagian bawah, terdapat beberapa wanita yang merasakan disminore

pada punggung bagian bawah, pinggang, panggul, otot paha atas

hingga betis. Gejala yang dirasakan saat disminore bermacam-macam

seperti perut bagian bawah terasa dicengkeram atau diremas-remas,

sakit kepala yang berdenyut, mual, muntah bahkan sampai pingsan.

Rasa nyeri yang dialami pada saat 1 sampai 2 hari pertama menstruasi

(Marmi S.ST, 2013).


17

b. Klasifikasi Disminorea

Disminore terdapat 2 macam yaitu disminore primer dan disminore

sekunder, perbedaan disminore primer dan disminore sekunder adalah

sebagai berikut :

1) Disminore primer

Banyak terjadi pada remaja dan tidak disebebkan oleh penyakit

atau kondisi lainnya. Disminore ini disebabkan oleh prostaglandin,

zat kimia yang memicu kram. Prostaglandin dalam jumlah besar

dapat menyebabkan kram ringan, tetapi dalam jumlah besar dapat

menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, sakit punggung, diare,

dan kram yang parah. Gejala ini biasanya hanya terjadi selama satu

atau dua hari (Ayuningtyas, 2019)

2) Disminore sekunder

Kondisi nyeri yang disebabkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

polip atau fibroid di rahim, endometrioritis, penyakit radang

panggul, atau adenomiosis (jaringan yang melapisi rahim tumbuh

ke dinding otot rahim) (Ayuningtyas, 2019). Penyebab disminore

sekunder lainnya dapat terjadi karena alat kontrasepsi dalam rahim,

tumor jinak rahim, kista ovarium, sel telur terpelinter, gangguan

atau sumbatan di panggul, nyeri saat pertengahan siklus ovulasi,

nyeri psikogenik, faktor psikis dan kerusakan lapisan otot panggul

(Anurogo & Wulandari, 2011).


18

c. Derajat Disminore

Setiap perempuan pasti merasakan disminore saat menstruasi datang,

tetapi setiap perempuan memiliki rasa nyeri yang berbeda-beda,

disminore dibagi menjadi 3 tingkat keparahan, menurut (Manuaba,

2010), yaitu :

1) Disminore Ringan

Disminore yang berlangsung hanya beberapa saat dan dapat

melakukan aktivitas seperti biasanya

2) Disminore sedang

Disminore yang memerlukan obat anti nyeri, setelah

mengkonsumsi obat anti nyeri, maka nyeri akan berkurang atau

bahkan hilang sehingga dapat melakukan aktivitasnya kembali

3) Disminore Berat

Disminore yang membutuhkan istirahat untuk beberapa waktu atau

hari, yang disertai dengan sakit kepala, sakit pinggang, diare dan

rasa tidak nyaman pada bagian perut bawah

d. Faktor penyebab disminore

Menurut (Anurogo & Wulandari, 2011) faktor penyebab disminore

yaitu :

1) Faktor psikis

Pada remaja yang emosional, apabila tidak mendapatkan

pengetahuan yang jelas maka mudah terjadi disminore.


19

2) Faktor Konstitusional

Faktor ini terdapat hubungan yang erat dengan faktor psikis, seperti

anemia, penyakit menahun, dan sebagainya yang menimbulkan

disminore.

3) Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Salah satu faktor paling tua untuk menerangkan terjadinya

disminore adalah stenosus kanalis servikalis. Pada wanita yang

mengalami uterus hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stonus

kanalis servikalis, akan tetapi faktor ini tidak dianggap sebagai

faktor yang penting dalam disminore.

4) Faktor Endokrin

Pada umumnya terdapat anggapan bahwa kram yang terjadi pada

disminore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang

berlebihan. Faktor ini mempunyai hubungan dengan tonus dan

kontraksi otot uterus.

e. Factor Resiko

Menurut (Smeltzer, 2012), terdapat beberapa faktor resiko terjadinya

disminore, yaitu

1) Menarche yang lebih awal

Menarche pada usia lebih awal atau di usia kurang dari 11 tahun,

menyebabkan alat reproduksi belum berfungsi secara maksimal

dan optimal yang belum siap mengalami perubahan perubahan

sehingga timbul nyeri ketika terjadinya menstruasi.


20

2) Belum pernah melahirkan dan hamil

Perempuan yang hamil biasanya terjadi pelebaran pada leher rahim

sehingga sensasi disminore berkurang bahkan hilang.

3) Lama menstruasi lebih dari normal

Lama menstruasi lebih dari normal yaitu 7 hari akan menimbulkan

uterus lebih sering berkontraksi dan semakin banyak prostaglandin

yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan akan

menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang terus-

menerus akan menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan

terjadilah disminore.

4) Umur

Perempuan yang semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi

maka leher rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian

disminore jarang ditemukan

f. Tanda dan gejala disminore

Disminore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang

biasanya menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri yang

dirasakan seperti kram yang hilang timbul atau nyeri tumpul yang terus

menurus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sebelum atau saat

menstruasi 1 dan 2 hari disminore akan hilang. Disminore terkadang

disertai dengan sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering

buang air kecil, terkadang sampai terjadi muntah (Anurogo &

Wulandari, 2011).
21

Menurut (Kolawak, 2011) disminore dapat pula disertai dengan

tanda dan gejala yang memberikan kesan kuat ke arah sindrom

prementruasi yaitu gejala sering kecing (urinary frequency), mual

muntah, diare, sakit kepala, nyeri pada punggung (lumbagia),

menggigil, kembung (bloating), payudara terasa nyeri, depresi dan

iritabilitas

g. Etiologi Disminore

1) Disminore primer

Disminore primer merupakan proses normal yang dialami saat

menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi

otot rahim untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak

digunakan atau tidak terjadi pembuahan. Disminore primer

disebabkan oleh zat kimia yang diproduksi oleh sel lapisan dinding

rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang

otot halus pada diding rahim untuk berkontraksi, semakin tinggi

kadar prostaglandin maka kontraksi uterus semakin kuat, sehingga

rasa nyeri yang ditimbulkan juga semakin kuat. Biasanya pada hari

pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi, pada hari

kedua dan selanjutnya lapisan dinding rahim akan terlepas dan rasa

nyeri mulai berkurang bahkan menghilang karena kadar

prostglandin juga menurun (Sinaga, 2017).

2) Disminore Sekunder

Disminore sekunder pada umumnya disebabkan oleh kelainan atau

gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang


22

panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Disminore

sekunder dapat diatasi dengan cara pengobatan pada penyakit yang

menyebabkan disminore (Sinaga, 2017)

h. Fatofisiologi Disminore

Disminore terjadi pada masa remaja setalah pembentukan siklus

ovulasi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya. Pada fase

menstruasi merupakan fase yang paling jelaskarena ditandai oleh

keluarnya darah dari vagina. Hari pertama menstruasi dianggap

sebagai awal siklus baru, fase ini bersamaan dengan berakhirnya fase

luteal ovarium dan permulaan fase folikel. Sewaktu korpus luteum

berdegenerasi karen atidak terjadi pembuahan dan implantasi ovum

dikeluarkan dari siklus sebelumnya, kadar esterogen dan progresteron

menurun, akibatnya lapisan endometrium yang kaya akan nutrisi dan

pembuluh darah tidak lagi ada yang mendukung secara hormonal.

Penurunan kadar hormon ovarium merangsang pengeluaran

prostaglandin F2α (PGF2α).

Pelepasan (PGF2α) yang berlebihan meningkatkan kontraksi uterus

da menyebabkan vasospasme anteriol uterus, sehingga mengakibatkan

iskemia dan kram pada abdomen bawah. Respons sistemik terhadap

PGF2α meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat,

gejala saluran cerna (anoreksi, mual, muntah, dan diare) dan gejala

sistem saraf pusat seperti pusing, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk.

Hal ini didukung dengan prostaglandin konsentrasi tinggi PGF2α yang

ditemukan pada wanita dismenore. Vasopresin juga dapat berperan


23

dengan meningkatkan kontraksi uterus dan menyebabkan nyeri

iskemik. Peningkatan kadar vasopresin telah dilaporkan pada wanita

dengan dismenore. Kontraksi rahim bisa berlangsung beberapa menit

dan terkadang menghasilkan tekanan uterus 50 sampai 80 mmHg

bahkan hingga 180 mmHg setiap tiga sampai 10 menit dan

berlangsung selama 15 sampai 30 detik (Reece EA, 2010)

i. Pencegahan disminore

Langkah pencegahan ini dapat dilakukan sendiri tanpa memerlukan

obatobatnya. Cara ini dengan memperhatikan pola siklus haidnya,

melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri haid, langkah ini

biasanya dilakukan pada penderita disminore ringan yang tidak sampai

kondisi parah (Anurogo & Wulandari, 2011), yaitu :

1) Hindari stres

2) Pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai

3) Saat menjelang haid sebisa mungkin menghindari makanan yang

cenderung asam dan pedas

4) Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah dan

tidak menguras energi secara berlebihan.

5) Lakukan olahraga secara teratur setidkanya 30 menit setiap hari.

6) Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi maupun coklat karna

dapat memicu bertambhanya kadar esterogen

7) Melalukan pijatan dengan aroma terapi

8) Melakukan hal positif


24

j. Pengobatan disminore

1) Pengobatan Disminore Sekunder

Pengobatan untuk disminore sekunder bergantung pada

penyebabnya. Pemberian terapi NSAIDs, karena nyeri yang yang

disebabkan oleh peningkatan prostglandin. Antibiotik dapat

diberikan ketika ada infeksi dan pembedahan dapat dilakukan

jika21 terdapat abnormalitas anatomi dan struktural (Reeder,

Leonide, & Griffin, 2011)

2) Pengobatan disminore primer

Pengobatan untuk disminore dapat dilakukan dengan cara :

a) Pengobatan Herbal

Negara Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan

tanaman berkhasiat obat salah satunya dalam upaya

menanggulangi masalah kesehatan. WHO telah

merekomendasikan penggunaan obat tradisional dalam

pemeliharaan kesehatan masyrakat, pencegahan dan

pengobatan penyakit. Pengobatan herbal yang dapat

mengurangi nyeri haid adalah rebusan kunyit asam, jahe, kayu

manis.

b) Penggunaan suplemen

Mengurangi Disminore dapat menggunakan suplemen yaitu

dengan minyak ikan yang mengandung asam lemak omega 3

yang bermanfaat untuk mencegah efek peradangan saat haid,

dan vitamin E selain baik untuk kesehatan kulit dan mencegah


25

penuaan dini sel tubuh yang dapat juga mengurangi nyeri haid

dengan meningkatkan produksi hormon prostaglandin.

c) Relaksasi

Tubuh bereaksi saat stres maupun ketika kita dalam keadaan

rileks. Saat terancam atau takut, tubuh kita22 memberkan 2

macam reaksi yaitu melawan atau menyerah yang dicetuskan

oleh hormon adrenalin. Dalam kondisi rileks tubuh juga

menghentukan produksi hormon adrenalin dan semua hormon

pemicu stres.

d) Hipnoterapi

Salah satu metode yang mengubah pola pikir dari negatif

menjadi positif

e) Akupuntur

Penggunaan akupuntur yang ada di Indonesia untuk

mengurangi nyeri haid digabungkan dengan perawatan medis.

g. Pengukuran derajat disminorea

Untuk menilai intensitas nyeri pada penelitian ini digunakan

instrumen Numerical Rating Scale (NRS), dengan skala 0-10,

dengan deskripsi sebagai berikut:


26

Keterangan :

0=Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tidak berpengaruh

1-3 =Nyeri ringan (terasa kram pada perut bagian bawah tetapi

masih dapat ditahan dan beraktivitas serta berkonsentrasi belajar)

4-6 =Nyeri sedang (terasa kram pada bagian bawah, nyeri

menyebar kepunggung, kurang nafsu makan, aktivitas terganggu,

dan sulit berkonsentrasi saat belajar)

7-9 =Nyeri hebat (terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri

menyebar kepinggang, paha dan kepanggung, tidak ada nafsu

makan,mual,badan lemas, tidak bias beraktivitas, dan tidak dapat

berkonsentrasi belajar)

10 = Nyeri sangat berat (terasa kram pada perut bagian bawah,

nyeri menyebar kepinggang, paha, kaki, dan kepunggung, tidak ada

nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, bada lemas, tidak bisa

berktivitas dan bangun dari tempat tidur, dan kadang sampai

pingsan).

4. Konsep Asam Jawa

a. Definisi

Tumbuhan asam Jawa (Tamarindus indica L.) merupakan salah

satu tumbuhan yang banyak dibudidayakan di negara tropis sehingga

dapat dengan mudah ditemukan termasuk di Indonesia.Tumbuhan ini

biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional. Bagian

tumbuhan Tamarindus indica L. yang biasa digunakan untuk


27

pengobatan antara lain bagian daun, kulit batang, daging buah, dan

juga bijinya (Faradiba, 2016).

Tamarindus indica L.dapat dikembangkan baik secara vegetatif

maupun generatif. Perbanyakan Tamarindus indica L.secara vegetatif

dapat menghasilkan buah berlimpah apabila organ tanamannya berasal

dari pohon induk yang bergenetik unggul. Namun karena jarangnya

ketersediaan tegakan pohon Tamarindus indica L. di alam saat ini,

maka perbanyakan secara generatif dengan biji, dapat menjadi pilihan

yang tepat dalam upaya pembudidayaannya (Situmorang et al., 2015).

b. Morfologi Asam Jawa

Tanaman asam jawa dibudidayakan di 54 negara dengan tumbuh

lambat, tetapi hidup dengan umur panjang, tinggi pohon bisa mencapai

30 m dengan diameter batang hingga 7,5 m dan lingkar batang 8 m.

Pohon tanaman asam jawa resisten terhadap angin dan sangat kuat.

Pada umumnya tanaman asam jawa dapat mencapai tinggi antara 20-

30 m dengan lingkar batang dapat mencapai 2 m. Kulit pohon

berwarna coklat keabu-abuan dan tidak rata permukaannya.

Daunnya bersifat majemuk tunggal berhadapan, membentuk

lonjong panjangn 1-2,5 cm dan lebar 0,5-1 cm, tepi daun yang rata tapi

berujung tumpul dengan pangkal bulat, menyirip dan berwarna hijau.

Batang tegak bulat dan berkayu serta berwarna coklat muda serta

berakar tunggang. Memiliki buah asam berbentuk polong dengan

panjang kurang lebih dari 10 cm berwarna coklat danberbiji pipih

(BPOM RI, 2013).


28

c. Kandungan Asam Jawa

Asam jawa mempunyai kandungan karbohidrat, minyak atsiri,

steroid, tanin, anthocyanin dan minyakvolatil (25,4%) (Livingston dkk,

2008). Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.) mengandung asam

sitrat, asam tartrat, asam suksinat, pektin. Kandungan bahan aktif buah

asam jawa antara lain galaktosa (23%), xylose (18%), glukosa (55%)

dan arabinose (4%). Pada penelitian yang dilakukan oleh Abubakar

dkk (2008) menyatakan bahwa kandungan ekstrak buah asam jawa,

antara lain alkaloid (4,32%), saponin (2,2%) dan glukosida (1,59%)

(Abubakar dkk, 2008). Daging buah asam jawa mengandung asam

asetat, pektin, asam tartrat, asam sitrat, asam maleat, asam suksinat dan

gula invert (Soedibyo, 1998).

d. Manfaat Asam Jawa

Buah asam jawa memiliki banyak manfaat medis, seperti

kandungan senyawa anthocyanin yang mampu menghambat kerja dari

enzim cyclooxygenase (COX) yang mampu menghambat kerja

prostaglandin sebagai antipiretik (Nair dalam Suparmi dkk, 2016).

Asam sitrat memiliki kemampuan untuk mengurangi nyeri dismenorea

dengan cara menurunkan produksi vasopresin (Suhaimiati dan

Handayani,2006). Senyawa sesquiterpenes, tannins, alkaloids,

saponins dan phlobatamins untuk menenangkan pikiran dan

mengurangi tekanan psikis. Sedangkan senyawa tannin dan alkaloid

memiliki kemampuan sebagai analgesik (Livingstone dkk, 2008).


29

Asam jawa bisa diberikan ketika seseorang mengalami nyeri haid

(dismenorea) dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya

terhadap sistem tubuh lainnya seperti lambung dan ginjal (astawan

2009)

e. Jenis-Jenis Asam Jawa

1) Asam jawa manis (asam kaba)

Asam kaba merupakan varietas asam jawa yang memiliki rasa

manis. Tanaman ini awalnya dibudidayakan di Thailand. Biji asam

jawa manis berwarna coklat tua, mengilap dan berbentuk pipih

persegi dan keras. Bentuk buahnya sama dengan asam jawa pada

umumnya yaitu buah polong dengan kulit buah keras berwarna

kecoklatan, bentuk buah bengkok seperti bulat sabit atau lurus

daging buah berwarna merah kecoklatan atau coklat tua kehitaman

saat matang, lengket dan rasanya manis.

2) Asam manis lakham (asam Bangkok)

Asam lakham (asam Bangkok) berukuran lebih besar daripada

asam kaba, lebih panjang, daging buah lebih tebal dan rasanya

manis. Daging buah bertekstur lebih lembut dan kulit buahnya

lebih tipis tapi liat dan tidak mudah pecah. Skala rasa manis 14,3

briks (skala manis tebu sekitar 18-20 briks).

3) Asam kawak

Asam kawak adalah hasil olahan asam jawa agar dapat bertahan

lama, dibuat dr asam yg matang di pohon, kemudian kulit dikupas


30

dan dipisahkan dari dagingya, daging buah asam dibubuhi dengan

sedikit garam sambil dipadatkan

f. Pengaruh Asam Jawa Terhadap Dismenorea

Sesuai teori yang dikemukakan oleh Azwar (2010), yang

menyebutkan bahwa didalam kandungan asam jawa terutama pada

bagian daging buah asam jawa bisa membantu mengurangi nyeri haid

dengan memperlancar peredaran darah ke uterus, dan mencegah

peningkatan kontraksi uterus.

Asam jawa juga mengandung anthocyanin dan tannin yang

mempunyai efek tidak jauh berbeda dengan obat-obatan golongan anti

prostaglandin non steroid dalam menurunkan nyeri dengan cara

mengurangi ketegangan otot sehingga dapat menurunkan kram otot

pada myometrium saat menstruasi (proverawati, 2014)

Asam jawa merupakan salah satu tanaman obat yang bisa

digunakan untuk mengurangi rasa sakit, dan tentunya sudah ada

penelitian yang membuktikan bahwa buah asam jawa bisa untuk

analgetik dan ekstra buah asam jawa (Suparmi, dkk, 2016).


31

B. Kerangka konsep

Kerangka konseptual adalah model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2014).

Kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :

Variable indevenden variabel Devenden variabel perancu


Asam Jawa Nyeri Disminore Faktor yang mempengaruhi
disminore

1. Faktor psikis
2. Faktor konstitusional
3. Faktor obstruksi
Klasifikasi Asam Jawa Penurunan tingkat Nyeri
kanalis servikalis
Disminore
Kingdom : Plantae 4. Menarche pada usia
- Tidak ada nyeri lebih awal
Subkingdom: Tracheobionta - Nyeri ringan 5. Belum pernah hamil
- Nyeri sedang dan melahirkan
Divisio : Spermatophyta - Nyeri berat 6. Faktor endokrin
7. Lama menstruasi
Sub divisio : Magniliophyta lebih dari normal
8. umur
Classis : Magnoliopsida

Sub classis : Risidae

Ket :
: Diteliti

: Tidak diteliti

C. Hipotesis
32

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang dikumpulkan

(Arikunto,2014). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012) Hipotesis

penelitian adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara

dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris. Pada umumnya

hipotesis menggunakan lambang:

Berdasarkan hal tesebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sabagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian rebusan asam jawa terhadap disminore

remaja di SMAN 1 Sukamulia

H₁ : Ada pengaruh pemberian pemberian rebusan asam jawa terhadap

disminore pada remaja di SMAN 1 Sukamulia


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian

eksperimental dengan desain studi pre eksperimen one group pre and post tes

design yaitu dengan menggunakan satu kelompok responden di mana

kelompok tersebut diberikan perlakuan. Pengukuran dilakukan sebelum dan

setelah perlakuan. Adanya perbedaan hasil pengukuran dianggap sebagai efek

dari perlakuan (Saryono, 2011).

Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Posttest

01 x
02

Ket :

01 :Nilai pretest ( sebelum pemberian rebusan asam jawa)

X : Pemberian rebusan asam Jawa

02 : Nilai Postest (sesudah Pemberian rebusan Asam Jawa)

01-02 : Perbedaan nilai skala nyeri

33
34

B. Populasi, Sampel, dan Teknik sampling

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2012)

Populasi penelitian ini adalah siswi kelas X.MIPA di SMAN 1 Sukamulia

yaitu sebanyak 35 siswi

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagaian dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2012).

Sampel penelitian ini adalah sebagian siswi kelas X.MIPA di SMAN 1

Sukamulia yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

a. Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

a) Siswi yang mengalami nyeri hanya saat menstruasi

b) Siswi yang tidak mengkonsumsi obat-obat analgetik

c) Siswi yang terbiasa, suka dan tidak memiliki alergi terhadap

minuman herbal

d) Siswi yang siklus menstruasinya teratur

e) Siswi yang bersedia meminum ramuan herbal selama penelitian

f) Responden yang mengalami nyeri ringan, nyeri sedang, dan

nyeri berat
35

2) Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel

a) Siswi yang mengalami kelainan system reproduksi

b) Siswi yang sedang mengkonsumsi obat-obat analgetik

c) Siswi yang mengalami gangguan menstruasi (haid tidak teratur,

amenorea, oligomenorea, polimenorea)

d) Siswi yang tidak bersedia menjadi responden

3. Teknik pengambilan sampel

Berdasarkan peluang kesempatan, Maka teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah non probalitilitas dengan metode purposive

sampling, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri,berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah di

kehendaki sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Teknik ini biasanya

dilakukan karena beberapa pertimbangan misalnya keterbatasan waktu,

tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar

Ket:

n : besar sampel

N : besar populasi

d : tingkat kepercayaan menggunakan 0,1


36

=25,9

Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25

siswi

C. Waktu dan tempat penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan proposal

skripsi ) sampai dengan penyusunan laporan akhir sejak bulan September

sampai dengan oktober 2022

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Sukamulia

D. Variabel Peneliti

Variabel-variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah

1. Variabel Bebas (indevendent variable)

Variabel bebas (indevendent) adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel indevenden dalam penelitian ini

adalah minuman rebusan asam jawa


37

2. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat (Dependent) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel dependent pada penelitian ini

adalah penderita dismenorea

E. Definisi operasional

No Variable Definisi Alat ukur Skala Hasil ukur


Operasional
1 (Variabel independen) Minuman rebusan - Gelas ukur 1. ada pengaruh jika
asam jawa yang - Timbangan terjadi penurunan
Rebusan Asam Jawa terbuat dari asam skala nyeri
jawa mengandung dismenorea
kandungan aktif setelah diberikan
yang berfungsi rebusan asam
sebagai analgesik jawa
(meredakan 2. tidak ada
nyeri). pengaruh , jika
tidak terjadi
penurunan skala
nyeri setelah
diberikan rebusan
asam jawa
2 (Variabel Devenden) Dismenorea Alat ukur nyeri Nilai nyeri digambarkan
adalah respon menggunakan lembaran melalui angka 0-10
Dismenorea nyeri yang penilaian nyeri NRS 0 = Tidak ada nyeri
ditampilkan atau 1-3 = Nyeri ringan
diungkapkan oleh 4-6 = Nyeri sedang
responden 7-10 = Nyeri berat

F. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner data

umum dan lembar pengukuran skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale). Data

umum berisi tentang nama, umur, pertama kali menstruasi, siklus menstruasi,

lama menstruasi, hari datang nyeri haid. Pengukuran skala nyeri NRS

(Numeric Rating Scale) adalah skala berbentuk horizontal angka-angka dari 0-


38

10 yaitu 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 10 yang menunjukkan

nyeri berat.

G. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah :

1. Peneliti mengurus surat izin penelitian dengan membawa surat dari STIKES

HAMZAR untuk diajukan kepada kepala Bappeda selong, setelah mendapatkan

surat izin persetujuan dari Bappeda selong kemudian diajukan kepada kepala

sekolah SMAN 1 Sukamulia.

2. Melakukan study pendahuluan kepada sisiwi di SMAN 1 Sukamulia untuk

mewawancarai beberapa siswi yang mengalami disminorea dari pengalaman

menstruasi bulan lalu

3. Meminta surat pengambilan data jumlah keseluruhan siswi di SMAN 1 Sukamulia

4. Tahap pengumpulan data terdiri dari memilih sampel penelitian sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi, mengumpulkan sampel dan menjelaskan tentang

proses penelitian

5. Membagikan instrument penelitian berupa rebusan asam jawa dan lembar

penilaian skala nyeri NRS ketika siswi mengalami disminorea dan mengukur skala

nyeri dismenorea selama 3 hari setelah diberikan rebusan asam jawa sebagai tahap

post test

6. Setelah data terkumpul kemudian diproses dan dianalisis. Data yang dianalisis

disusun menjadi laporan akhir dibawah bimbingan dosen pembimbing.

H. Pengolahan dan Metode Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan

data melalui tahapan editing, coding, scoring dan tabulating.


39

a. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh para pengumpul data. Tujuan adalah mengurangi kesalahan atau

kekurangan yang ada di daftar pertanyaan. Secara umum editing

adalah suatu kegiatan untuk pengecekan data (lembar observasi) dan

perbaikan isian formulir tersebut (Notoatmodjo, 2010).

b. Coding

Coding data didasarkan pada kategori yang dibuat berdasarkan

pertimbangan penulisan sendiri (Notoatmodjo, 2012). Kegiatan

membaca kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri dari atas

beberapa kategori dalam penelitian ini untuk kemudahan dalam

pengolahan dan analisa data, pada variabel devendent yaitu intensitas

dismenorea diberikan kode jawaban berupa nyeri ringan kode (1),

nyeri sedang kode (2), nyeri berat kode (3)

c. Entry data

Memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau

data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana atau bisa juga dengan menggunakan table kontigensi.

Dalam penelitian ini hasil coding menyatakan kelengkapan data dari

responden maka dilakukan pemasukan data kedalam master table dan

kemudian membuat distribusi frekuensi.

2. Analisa data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan

bivariat. Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil


40

pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua

variabel (Saryono, 2011).

a. Analisa univariat

Analisa univariat berfungsi untuk meringkas,

mengklasifikasikan dan menyajikan data. Analisa ini merupaka

langkah awal untuk melakukan analisis dan uji statistik lebih

lanjut. Analisa data yang dilakukan oleh peneliti yaitu secara

deksriptif dan data yang telah terkumpul disajikan dalam tiap-tiap

distribusi frekuensi, lalu akan dibandingkan dengan tinjauan teori

dan menarik kesimpulan.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariate merupakan analisa untuk mengetahui

interaksi dua variabel, baik berupa komperatif asosiatif maupun

korelatif. Analisa ini digunakan untuk menguji pengaruh rebusan

asam jawa terhadap disminorea pada siswi. Dalam penganalisaan

data secara bivariate, pengujian data dilakukan dengan uji statistik

smple t-test untuk mengukur skala nyeri dismenorea sebelum dan

sesudah dilakukan pemberian rebusan asam jawa. Untuk

menganalisisa hasil eksperimen yang merupakan pre-test dan post-

test menggunakan uju T-dependent karena data terdistribusi normal

untuk mengukur skala nyeri disminorea sebelum dan sesudah

diberikan minuman asam jawa dengan tingkat kepercayaan 95%

dengan ketentuan sebagai berikit:


41

Jika p value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

berarti rebusan asam jawa tidak berpengaruh terhadap penurunan

dismenorea, serta jika p value < sama dengan 0,05 maka Ho

ditolak Ha diterima yang artinya rebusan asam jawa berpengaruh

terhadap penurunan dismenorea.

I. Etika Penelitian

Dalam penelitian yang melibatkan manusia atau hewan, peneliti harus

memperhatikan isu etik. Beberapa yang harus diperhatikan dalam penelitian

ini antara lain (Saryono, 2011):

1. Mencantumkan nama dan sumber apabila mengutip karya orang lain.

2. Informed consent. Tujuan informed consent adalah supaya responden

mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.

Responden dapat menentukan bersedia ataupun menolak menjadi sampel

penelitian.

3. Anonymity yaitu tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode

4. Kerahasiaan (confidentiality) yang merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai