Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.

N USIA 18 TAHUN

DENGAN AMENORHEA SEKUNDER DI PUSKESMAS

KUMANIS TAHUN 2022

LAPORAN KASUS KELOLAAN

Disusun Oleh:
Tisra Anggraini 2215901054
Erdawati 2215901167
Vina Syarwi 2215901054
Resti Syarwi 2215901156
Syurganil Hayati 2215901161

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROFESI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK

BUKITTINGGI 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena
atas kasih dan kuasanya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus
kelolaan ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Remaja Nn. “N” Umur 18
Tahun Dengan Amenorhea Sekunder Di Puskesmas Kumanis Tahun 2022”
Laporan Kasus Kelolaan ini penulis susun dalam rangka pencapaian kompetensi, dan
merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Profesi Kebidanan
Angkatan 6 Tahun 2022.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada Yth Ibu
Nurul Amalina, S.ST, M.Keb dan Ibu Dian Afraida, S,ST.MKM, selaku CI Akademik
dan CI Lapangan yang telah memberi arahan dan masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus Kelolaan ini. Seterusnya penulis ucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dr. Hj.Evi Hasnita, S.Pd, Ns, M.Kes sebagai Rektor Universitas Fort De
kock Bukittinggi.
2. Ibu Oktavianis, S.ST, M.Biomed selaku Dekan Kesehatan Universitas Fort De
Kock Bukittinggi.
3. Ibu Febriniwati Rifdi,S.SiT, M.Biomed selaku Ketua Program Studi DIV
Sarjana TerapanUniversitas Fort De Kock Bukittinggi.
4. Kepala Ibu Astri Netti, S.ST selaku Puskesmas Kumanis yang telah
mengizinkan untuk pengambilan Kasus Kelolaan ini.
5. Ibu Nurul Amalina, S.ST, M.Keb dan Ibu Dian Afraida, S,ST.MKM, selaku CI
Akademik dan CI Lapangan
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Profesi Bidan Universitas Fort De Kock
Bukittinggi yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasehat
selama menjalani pendidikan.
7. Rekan-rekan mahasiswi Program Studi Kebidanan Program Profesi Bidan
Universitas Fort De Kock Bukittinggi angkatan 6 tahun 2022 yang sama-sama
berjuang dalam penyusunan kasus kelolaan ini.
8. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus kelolaan ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan kasus ini. Semoga laporan kasus kelolaan ini dapat memenuhi tugas akhir seminar
kasus kelolaan individu.

Sijunjung , November 2022

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah
upaya kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut WHO
adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya (Yanti, 2011).
Wanita rentan terhadap penyakit yang menyerang organ reproduksinya.
Kebanyakan wanita, sangat malu dan tertutup untuk berkonsultasi secara langsung
mengenai kesehatan pribadinya. Faktor lain pun dikarenakan biaya untuk
pemeriksaan ke dokter spesialis cenderung mahal. Ada juga yang tidak
mempedulikan gejala yang muncul, dan ketika kondisi sudah memburuk dan
memerlukan penanganan yang ekstra, dokter spesialis menjadi tujuan akhir (Revina
dan Susanti, 2014).
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus menstruasi
normal yang terjadi secara periodik. Wanita akan merasa terganggu bila hidupnya
mengalami perubahan, terutama bila menstruasi menjadi lebih lama dan atau
banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak menstruasi sama sekali, bahkan bisa
disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur,
namun hampir semua wanita pernah mengalami gangguan menstruasi selama masa
hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini
dihadapi oleh wanita remaja, reproduksi dan klimakterium (Sari, 2014)
Etiologi amenorea primer dan sekunder seringkali saling tumpang tindih.
Penyebab yang lebih sering pada amenorea primer adalah kelainan genetik dan
kelainan anatomik. Sedangkan pada sebagian besar amenorea sekunder disebabkan
oleh proses anovulasi, yang sering termanifestasi sebagai beberapa penyakit, di
antaranya sindrom ovarium polikistik (polycystic ovary syndrome, PCOS),
kegagalan ovarium prematur (premature ovarian failure, POF), dan lain-lain
(Heffner, 2006).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa kejadian amenorea
pada remaja adalah 10-15%, sedangkan di negara maju seperti: Belanda, persentase
1
amenorhoe cukup besar yaitu 13%. Angka kejadian amenorea di di Indonesia cukup
tinggi. Menurut survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada beberapa
sekolah di Indonesia pada tahun 2008. Hasilnya 17.665 remaja putri 6.855 yang
mengalami masalah dengan menstruasinya (40%). Menurut Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara angka kejadian amenorea dari 1.600 remaja yang
mengalami kejadian amenorea mencapai 170 remaja (10%-13%) khususnya di
beberapa sekolah negeri maupun swasta (Yusril, 2010).
Dampak dari amenorea pada masa remaja akan muncul seiring bertambahnya
usia seperti kemungkinan tidak akan terjadi kehamilan setelah mereka menikah.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa ketidaktahuan remaja tentang amenorea
banyak ditemukan yaitu kelainan pada daerah genetalia interna pada remaja seperti
kelainan pada selaput dara atau sering ditemukan kasus bahwa ada beberapa remaja
mengeluh tidak pernah mengalami mestruasi pada usia 16 tahun (Diana, 2010).
Survei pendahuluan yang dilakukan di SMA Khatolik Tri Sakti Medan pada bulan
Februari Tahun 2011 terdapat 68 siswi putri. Sebagai studi pendahuluan yang
dilakukan kepada 8 orang siswi, 2 orang diantaranya mengalami amenorea dan
sering mengalami gangguan menstruasi.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2002, jumlah
remaja putri di Indonesia sebesar 24,6% yaitu yang berusia 10-19 tahun. Di
Indonesia, remaja yang mengalami masalah dalam menstruasi diperkirakan sebesar
20%, gangguan menstruasi tersebut disertai dengan nyeri di perut, mulas, muntah-
muntah, sakit kepala, hingga berakhir dengan pingsan, emosi menjadi tidak
terkontrol dan badan menjadi lesu. (Dhanti, 2011)
Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada populasi wanita
usia 18 – 50 tahun mengalami gangguan pada siklus menstruasinya. Menurut hasil
penelitian, pelajar lebih sering mengalami gangguan siklus menstruasi (Oktavia,
2010).
Menstruasi yang tidak teratur pada masa 3- 5 tahun setelah menarche dan
pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan yang lazim
dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun), Menstruasi yang tidak
teratur bukan merupakan keadaan yang lazim, karena selalu dihubungkan dengan

2
keadaan abnormal (Sari, 2014).
Gangguan Menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi
dapat digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah dan
lamanya perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan
hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea),
perdarahan diluar haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan dengan
haid (premenstrual tension, mittelschmerz, Dismenorea) (Sari, 2014).
Menstruasi normal terjadi setiap 22 – 35 hari selama 2 – 7 hari. Terdapat
gangguan menstruasi yang sering muncul, yaitu dismenore (nyeri menstruasi),
amenore (tidak menstruasi) dan sindrom pra menstruasi (Syafrudin, dkk, 2011).
Angka kejadian amenore sekunder berkisar antara 1 – 5% (Proverawati dan
Misaroh, 2009).
Amenore primer umumnya mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih sulit
untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan- kelainan genetik.
Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, stres (di
rumah, sekolah, atau tempat kerja), latihan fisik yang melelahkan, dan gangguan gizi
dimana berat badan rendah untuk tinggi badan (IMT kurang) (Sari, 2014).
Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu
melakukan penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut pada
remaja, dengan berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan seperti
perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, mengurangi
berat badan pada wanita dengan obesitas, olahraga, dan konsumsi nutrisi yang
seimbang. Selain itu khususnya sebagai remaja juga harus dapat menerapkan
perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan reproduksi, karena wanita sebagai
tonggak kehidupan yang akan melahirkan generasi kehidupan (Syafrudin, dkk,
2011).
Beberapa penyebab menstruasi mengalami penyimpangan yang akibatnya
perempuan bisa menderita anemia hingga kurang subur. Gangguan menstruasi dapat
berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda bahwa seseorang
kurang subur (infertil) (Arwini, 2013). Untuk mencegah terjadinya amenore
dapat dilakukan dengan melakukan gaya hidup sehat mulai dari kebiasaan

3
makan makanan bergizi seimbang, berolahraga rutin, tidak minum minuman
beralkohol, tidak minum obat-obatan steroid atau narkotik, tidak stres
dan menjaga berat badan normal. Jika amenore tidak di tangani dengan baik
dapat berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda bahwa
seseorang kurang subur (infertil)
Berdasarkan latar belakang di atas oleh sebab itu penting untuk dilakukan
studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Amenorhea Sekunder pada Nn. N
Umur 18 Tahun Di Puskesmas Kumanis”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka disusun rumusan
masalah dari laporan ini, yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Amenorhea
Sekunder pada Nn. N umur 18 tahun di Puskesmas Kumanis Tahun 2022?”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Nn. N Umur 18 Tahun Dengan
Amenorhea Sekunder di Puskesmas Kumanis Menggunakan Manajamen
Kebidanan dan Mendokumentasikan Dalam Bentuk SOAP
2. Tujuan Khusus
a. Dilakukannya Pengkajian Asuhan Kebidanan pada Nn. “N” Umur 18 Tahun
Dengan Amenorhea Sekunder di Puskesmas Kumanis Tahun 2022
b. Dirumuskannya Diagnosa/Masalah Asuhan Kebidanan pada Nn. “N” Umur
18 Tahun Dengan Amenorhea Sekunder Di Puskesmas Kumanis Tahun 2022
c. Dilakukannya Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan pada Nn. “N” Umur
18 Tahun Dengan Amenorhea Sekunder Di Puskesmas Kumanis Tahun 2022
d. Dilakukannya Implementasi Tindakan Asuhan Kebidanan pada Nn. “N”
Umur 18 Tahun Dengan Amenorhea Sekunder Di Puskesmas Kumanis Tahun
2022

4
e. Dilakukannya Evaluasi atau Mendokumentasikan semua temuan dan
tindakan yang telah diberikan pada Nn. “N” Umur 18 Tahun Dengan
Amenorhea Sekunder Di Puskesmas Kumanis Tahun 2022

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari laporan ini yaitu:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan
kebidanan dengan amenore sekunder
2. Bagi Profesi
Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam
menangani amenore sekunder dengan standar asuhan kebidanan.
3. Bagi Puskesmas Kumanis
Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan dengan amenore sekunder.
4. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat menjadi referensi dan sumber bacaan yang
bermanfaat bagi institusi pendidikan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian

Istilah reproduksi berasal dari re yang artinya kembali dan kata

produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi

mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan

keturunan demi kelestarian hidupnya (Yanti, 2011).

Menurut International Conference on Population and Development

(ICPD) (1994), kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan

sehat sejahtera secara fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebars dari

penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang terkait dengan sistem fungsi

serta proses reproduksi (Yanti, 2011)

b. Gangguan dan Masalah Gangguan Reproduksi

Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal

yang terjadi secara periodik. Masalah gangguan pada gangguan reproduksi,

yaitu:

1) Infertilitas

Infertilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang wanita tidak

mempunyai kemampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi

hidup setelah setahun melakukan hubungan seksual yang teratur dan

tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun setelah memutuskan

6
untuk mempuyai anak (Noviana dan Wilujeng, 2014).

2) Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu masalah kesehatan,

sosial dan ekonomi yang terjadi di banyak negara dan merupakan salah

satu jalan masuknya HIV. Infeksi Menular Seksual (IMS) memberikan

pengaruh besar dalam pengendalian HIV AIDS (Noviana dan Wilujeng,

2014).

3) Gangguan menstruasi

Menurut Varney (2007), gangguan menstruasi terdiri dari :

a) Amenore

Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titikdalam

sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa.

b) Dismenorhoe

Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut

bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.

c) Menoragia

Merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang pada

awalnya berada dibawah label perdarahan uterus difungsional.

d) Metroragia

Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika

terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi.

e) Oligomenore

Aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.

f) Sindrom pramenstruasi

7
Perubahan siklik fisik, fisiologi, dan perilaku yang mencerminkan

saat siklus menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa

waktu antara menarche dan menopause.

2. Menstruasi

a. Pengertian

Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami

oleh sebagian besar wanita usia reproduktif (Norwitz dan Schorge, 2008).

b. Siklus Menstruasi

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), siklus menstruasi terdiri dari 4

fase, yaitu:

1) Fase menstruasi, yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak

dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat

diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan

progesteron sehingga kandungan hormon dalam darahmenjadi tidak ada.

2) Fase proliferasi/fase folikuler ditandai dengan menurunnya hormon

progesteron sehingga memicu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan

FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat

hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi

folikel de graff yang masak dan menghasilkan hormon estrogen yang

merangsang keluarnya LH dan hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi

FSH tetapi dapatmemperbaiki dinding endometrium yang robek.

3) Fase ovulasi/fase luteal, ditandai dengan sekresi LH yang memacu

matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mesntruasi 1. Sel ovum

8
yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan

berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk

menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebal

dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.

4) Fase pasca ovulasi/fase sekresi ditandai dengan corpus luteum yang

mengecil dan menghilang dan berubah mejadi corpus albicans yang

berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron

sehingga hipofisis aktif mensrekresikan FSH dan LH. Terhentinya sekresi

progesteron maka penebalandinding endometrium akan terhenti sehingga

menyebabkan endometrium mengering dan robek dan terjadilah

menstruasi.

c. Gangguan Dan Masalah Menstruasi

1) Kelainan siklus menstruasi meliputi:

a) Polimenore atau epimenoragia

Polimenore atau epimenoragia yaitu siklus menstruasi yang lebih

memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah

perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa (Kumalasari dan

Andhyantoro, 2012)

b) Oligomenore

Oligomenore adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 har,

sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.

c) Amenore

Amenore adalah keadaan tidak datang menstruasi selama tiga bulan

berturut-turut.

9
2) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya menstruasi

Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), Kelainan dalam

banyaknya darah dan lamanya menstruasi, yaitu:

a. Hipermenore atau menoragia

Hipermenore adalah perdarahan menstruasi lebih banyak dari normal

(lebih dari 80 ml) atau lebih dari normal (lebih dari 8 hari), kadang

disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

b. Hipomenore

Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan

atau lebih kurang dari biasa

3) Perdarahan di luar haid

Mentroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada

hubungannya dengan haid. Pada metroragia haid terjadi dalam waktu

yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit

4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi

a) Pre Menstrual Syndrome (PMS)

Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah ketegangan sebelum

menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena

ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron menjelang

menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

b) Mastodinia atau Mastalgia

Mastodinia atau Mastalgia adalah rasa tegang pada payudara

menjelang menstruasi.

c) Dismenorea

10
Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahimdan

terjadi selama menstruasi (Nugroho dan utama, 2014)

d. Penyebab Gangguan Menstruasi

Menurut Proverawati dan Misaroh(2009), penyebab gangguan menstruasi

yaitu:

1) Fungsi hormon terganggu

Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur oleh otak,

tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal

ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini

terganggu, otomatis siklus menstruasi akan terganggu.

2) Kelainan sistemik

Keadaan seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini bisa

mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di dalam

tubuhnya tak bekerja dengan baik atau menderita penyakit diabetes juga

akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus menstruasi tidak

teratur.

3) Stress

Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karenastress

tubuh jadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan,

sehingga metabolismenya terganggu.

4) Kelenjar gondok

Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi penyebab

tak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar

11
gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah

(hipotiroid) sehingga sistem hormonal tubuh ikut terganggu

5) Hormon prolaktin berlebihan

Produksi hormon prolaktin ini sering kali membuat menstruasi tak

kunjung datang karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan.

3. Amenorhea

Amenorea merupakan masalah yang cukup penting untuk kita ketahui

khususnya pada remaja. Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi

untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Amenorea dapat dibagi menjadi

amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer adalah apabila

seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi,

sedangkan pada amenorea sekunder penderita pernah mendapatkan menstruasi,

tetapi kemudian tidak mendapatkan lagi. Amenorea primer umumnya

mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit diketahui, seperti

kelainan kongenital dan kelainan genetik. Adanya amenorea sekunder lebih

menunjukkan kepada sebab- sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan

wanita, seperti stress, gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, dan

penyakit infeksi (Prawirohardjo, 2008).

Amenore Sekunder

a. Pengertian

Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan

selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007). Amenore

sekunder adalah keadaan tidak haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut

12
(Fansia, 2011). Amenore sekunder (SA) secara klinis didefinisikan sebagai

tidak adanya menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan

berturut-turut pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi (Merin

dkk, 2012)

b. Etiologi

Menurut Fansia (2011), penyebab amenore dapat fisiologik,

endokrinologik, atau organik, atau akibat gangguan perkembangan.

Amenore dalam ilmu TCM (Traditional Chinese Medicine) disebut sebagai

Jing-Bi disebabkan karena malnutrisi, keadaan emosional (stress),

perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit organ reproduksilainnya

Sedangkan menurut Manuaba (2007), penyebabnya kemungkinan

gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat

kelamin atau terdapat penyakit menahun. Menurut Syafrudin dkk (2011),

penyebab amenore diakibatkan oleh beberapa keadaan seperti hipotensi,

anemia, infeksi, atau kelemahan kondisi tubuh secara umum. Selain itu bisa

juga disebabkan oleh stres psikologis.

c. Gejala

Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala amenore bervariasi

tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan

mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas

seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut ketiak serta perubahan

bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan akan ditemukan

morning

13
sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah kadar hormon

tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat,

kecemasan, kulit yang hangat dan lembab. Sindroma cushing menyebabkan

wajah bulat (moon face), perut buncit dan lengan serta tungkai yang

kurus. Gejala lain yang mungkin ditemukan, yaitu:

1. Sakit kepala

2. Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak

sedang menyusui.

3. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)

4. Penurunan atau penambahan berat badan

5. Vagina yang kering

6. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pola

pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

d. Diagnosa

Menurut Nugroho dan Utama (2014), diagnosis ditegakkan berdasarkan

gejala, hasil pemeriksaan fisik dan usia penderita. Pemeriksaan yang biasa

dilakukan yaitu:

1) Biopsi endometrium

2) Progestin withdrawal

3) Kadar prolaktin

4) Kadar hormon

5) Tes fungsi tiroid

6) Tes kehamilan

14
7) Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing

Hormone) dan TSH (Thyroid Stimulating Hormone).

8) Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom.

9) CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)

e. Terapi / tindakan penanganan Amenorhea

Menurut Nugroho dan Utama (2014), pengobatan tergantung kepada

penyebabnya.

 Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas,

penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.

 Jika penyebannya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan

untuk menguranginya.

 Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi dan

semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6

bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang

menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk merangsang perubahan

pubertas pada anak perempuan yang payudaranya belum membesar atau

rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh bisa diberikan estrogen.

 Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk

mengangkat tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam otak

biasanya diobati dengan bromokriptin untuk mencegah pelepasan prolaktin

yang berlebihan oleh tumor. Bila perlu bisa dilakukan pengangkatan

tumor. Terapi penyinaran biasanya baru dilakukan jika pemberian obat

ataupun pembedahan tidak berhasil.

Menurut Fansia (2011), amenore sekunder tersebut dapat ditangani

15
dengan:

1) Kombinasi terapi akupunktur dengan prinsip meningkatkan sirkulasi ,

menghilangkan stasis darah, dan memulihkan siklus menstruasi. Terapi

akupunktur dilakukan dalam 5 kali perawatan dengan merangsang titik-

titik akupunktur yaitu Zhongji (CV 3), Diji (SP 8), Hegu (LI 4), Sanyinjiao

(SP 6), Taichong (LV 3), Fenglong (ST 40), dan Guanyuan (CV 4).

2) Selain itu, pasien juga mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang

memiliki efek estrogenik. Dalam pemberian herbal kunyit ditambahkan

asam kawak yang kemungkinan dapat memperkuat efek peluruh haid,

dan madu yang memiliki kandungan vitamin dan mineral. Pemberian

herbal kunyit diberikan dalam bentuk dekokta (rebusan) kunyit asam

dengan dosis kunyit sebanyak 21 gr, asam kawak 5 gr, madu 3 sdm, dan

garam secukupnya, kemudian direbus dalam 750 mL air, lalu dijadikan

600 mL. Rebusan tersebut diminum 3 kali sehari @ 200 mL.

3) Pada pasien juga dilakukan upaya perbaikan gizi dengan pemberian

susu kedelai sebanyak 30 gr yang dicampur dengan air hangat sebanyak

240 mL dan pemberian rebusan air kacang hijau dengan dosis kacang

hijau sebanyak 30 gr dalam 300 mL air, lalu dijadikan 240 mL. Kedelai

dan kacang hijau memiliki efek estrogenik.

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :

1) Observasi keadaan umum

2) Perbaikan asupan gizi

3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas

4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid

16
5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais

6) Pemberian estrogen dan progesteron

17
BAB III
LAPORAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN AMENORHEA


SEKUNDER DI PUSKESMAS KUMANIS

Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu / 19 November 2022 Pukul : 11.00 WIB

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien Identitas Wali Pasien
Nama : Nn. N Nama : Ny. I
Umur : 18 tahun Umur : 60 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Melayu Suku Bangsa : Melayu
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mahasiswa Pekerjaan : Pensiunan
Gol. Darah :O Gol. Darah :B
Alamat : Jr.Koto Nagari Alamat : Jr.Koto
Sisawah Nagari
Sisawah
2. Alasan datang berkunjung
Nn. ingin periksa kesehatannya, Nn. “N” Mengatakan belum mendapatkan haid
sudah 3 bulan lalu dan merasa cemas dengan keadaanya
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : ± 30 hari teratur
c. Lama : 5-7 hari
d. Banyaknya : ganti pembalut 2-3x/hari
e. Teratur/tidak : Tidak
f. Bau : khas
g. Keluhan : tidak halangan sudah 3 bulan lalu
4. Data Kesehatan
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
1) Jantung : Nn’’N’’ mengatakan tidak merasa berdebar-debar

18
saat melakukan aktifitas ringan dan tidak berkeringat dingin
ditelapak tangan.
2) Ginjal : Nn. ‘N’mengatakan tidak pernah merasa
sakit pinggang dan saat buang air kecil tidak sakit.
3) Asma : Nn. ‘N’ mengatakan tidak pernah sesak nafas.
4) TBC : Nn. ‘N’ mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan selama 3 bulan.
5) Hepatitis : Nn. ‘N’ mengatakan pada mata, kuku, dan
kulit tidak pernah berwarna kuning.
6) Hipertensi : Nn.‘N’ mengatakan tidak pernah merasakan
sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan tekanan darah > 140/90
mmHg.
b. Riwayat penyakit ginekologi
Nn. ‘N’ mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit, benjolan, luka,
serta tidak ada keluarnya cairan nanah di kemaluan, dan tidak menstruasi selama
3 bulan.
5. Data kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Nn. ‘N’ mengatakan makan 2-3 x/hari dan jarang sarapan porsi sedang, jenis
makanan nasi, lauk, dan lebih suka makanan instan, kurang suka makan sayur
serta minum 5-7 gelas/hari jenis air putih dan teh.
b. Pola eliminasi
Nn. ‘N’ mengatakan BAB 1 kali/hari konsistensi lembek serta BAK 3-5 kali/hari,
warna urine kuning jernih, bau khas urine.
c. Aktifitas
Nn. ‘N’ mengatakan sehari-hari sekolah, membantu pekerjaan orang tua, dan
bermain, dan jarang olahraga dirumah, olahraga hanya pada saat disekolah
d. Istirahat / Tidur
Nn mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 6 - 7 jam per hari.
e. Personal Hygiene
Nn. ‘N’ mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2-3x sehari, ganti pakaian 2x
sehari dan keramas 3x dalam seminggu.
6. Data psikososial
a. Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita

19
Nn. ‘N’ mengatakan belum mengetahui penyebab dari tidak datangnya haid
selama 3 bulan yang lalu
b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Nn. ‘N’ hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan area kewanitaannya,
tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan gangguan reproduksi yang
mungkin terjadi.
c. Dukungan keluarga
Keluarga dan kerabat selalu mendukung Nn. ‘N’ untuk cepat sembuh dan kembali
pulih seperti semula, dimana Nn. ‘N’ selalu ditemani oleh keluarga dan kerabat
saat memerlukan bantuan dan memenuhi kebutuhannya.
d. Keadaan psikologi
Nn. ‘N’ mengatakan cemas dengan kondisinya, karena takut terjadi gangguan
kesehatan yang serius.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 155 cm
d. BB : 52 kg
e. Lila : 24 cm
f. TTV
TD : 112/68 mmHg S : 36,5˚C
N : 84 x/menit R : 18 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, dan tidak rontok
2) Muka : Bersih, tidak oedema
3) Mata : Conjungtiva merah mudah dan tidak pucat
4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.
5) Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada serumen.
6) Mulut / gigi / gusi : Bibir kering, bersih, tidak Stomatitis, tidak caries,
tidak bengkak dan tidak berdarah.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjer limfe

20
c. Dada dan Axilla
1. Dada : Normal, simetris
2. Mammae
a. Membesar : Normal, tidak teraba benjolan abnormal.
b. Simetris : Simetris kanan dan kiri.
3. Axilla
a. Benjolan : Tidak ada benjolan.
b. Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
4. Abdomen
a. Benjolan : Tidak ada benjolan atau pembesaran
abnormal
b. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan.
c. Bekas luka operasi : Tidak ada bekas operasi.
5. Genitalia
a. Vulva Vagina
1. Varices : Tidak ada varices.
2. Luka : Tidak ada luka.
3. Kemerahan : Tidak ada kemerahan.
4. Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
5. Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaran.
6. PPV : Terdapat pengeluaran pervaginam
dari darah merah pembalut penuh.
b. Anus : Tidak ada Haemoroid.
6. Ektremitas : Atas : tidak oedema
Bawah : tidak oedema, tidak ada varies
C. Assesment
1. Diagnosa
Nn. ‘N’ umur 18 tahun dengan amenorhea Sekunder
2. Masalah
Nn. ‘N’ mengatakan tidak halangan sudah 3 bulan yang lalu dan cemas
dengan keadaanya
3. Kebutuhan
KIE amenorhea dan pola hidup sehat

21
D. Planning

Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu / 19 November 2022 Pukul : 11.00 WIB


1. Memberitahu Nn. ‘N’ dan keluarga tentang kondisinya bahwa Nn. ‘N’ mengalami
haid tidak lancar
2. Memberikan KIE pada pasien mengenai amenore sekunder, yaitu:
Amenore sekunder secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi
selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturut-turut pada wanita yang
sebelumnya mengalami menstruasi. Amenorhea sekunder disebabkan karena
malnutrisi, keadaan emosional (stress), perubahan lingkungan, dan beberapa
penyakit organ reproduksi lainnya, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin
atau terdapat penyakit menahun.
3. Menganjurkan Nn. ‘N’ mengkonsumsi susu kedelai sebanyak 30 gram yang di
campur dengan air hangat sebanyak 240 ml dan rebusan air kacang hijau dengan
dosis kacang sebanyak 30 gram dan 300 ml air karena kedelai dan susu kedelai
memiliki efek estrogenik
4. Menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan sayur dan
buah seperti daging merah, ikan, telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan
menganjurkan untuk mengurangi makanan instan atau bahkan menghentikan makan
makanan instan serta mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung vitamin
C dan zat besi seperti buah jeruk, buah naga, buah biit.
5. Menganjurkan pasien untuk mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang memiliki efek
estrogenik. Dalam pemberian herbal kunyit ditambahkan asam kawak yang
kemungkinan dapat memperkuat efek peluruh haid, dan madu yang memiliki
kandungan vitamin dan mineral. Pemberian herbal kunyit diberikan dalam bentuk
(rebusan) kunyit asam dengan dosis kunyit sebanyak 21 gr, asam kawak 5 gr, madu
3 sdm, dan garam secukupnya, kemudian direbus dalam 750 mL air Rebusan
tersebut diminum 3 kali sehari
6. Menganjurkan Nn.’N’untuk menganjurkan pada pasien untuk istirahat yang cukup
dan menghindari stress (istirahat siang 1-2 jam, istirahat malam 7-8 malam)
7. Menganjurkan Nn. ’N’ selalu sarapan sebelum melakukan aktifitas.
8. Menganjurkan Nn. ’N’ untuk olahraga rutin 3 kali/minggu dengan lama 30 menit.
9. Anjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran bidan
10. Memberikan support mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan

22
CATATAN PERKEMBANGAN I
(Kunjungan Ulang)

Hari/Tanggal : Rabu, 15 Desember 2021 Pukul : 09.00 WIB

SUBJEKTIF
1. Nn. mengatakan ingin kunjungan ulang
2. Nn. mengatakan telah mengkonsumsi obat secara teratur sesuai anjuran bidan.
3. Nn. mengatakan sudah melaksanakan anjuran yang disarankan, seperti makan yang bergizi,
olahraga rutin dan istirahat yang cukup.
4. Nn. sudah tidak terlalu cemas dengan keadaannya
5. Nn. mengatakan mendapatkan menstruasi tanggal 14 Desember 2021

OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital : TD : 120/60 mmHg
N : 82 x/i ,
P : 22 x/i
S : 36,5 ˚C
4. Pemeriksaan abdomen tidak ada nyeri tekan

ASSESMENT
Nn. umur 18 tahun dengan riwayat amenorrhea sekunder

PLANNING
Tanggal 15 Desember 2021 Pukul 09.30 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan dan menjelaskan tentang keadaan yang dialaminya sekarang
yaitu Nn. kondisi nya sudah membaik
a. TD : 110/60 mmHg
b. N : 82 x/i ,
c. P : 22 x/i
d. S : 36,5 ˚C

23
2. Memberikan KIE mengenai pola hidup sehat, yaitu makan makanan yang berigizi dan
seimbang, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan hindari stress
3. Menganjurkan Nn. melanjutkan terapi obat setelah menstruasi berhenti yaitu pil KB
progesteron (mini pil) 1x1 75 mg selama 3 kali siklus
4. Menganjurkan Nn. untuk kunjungan ulang setelah mini pil habis atau jika ada keluhan.

EVALUASI
1. Nn. mengerti dengan hasil pemeriksaan
2. Nn. memahami penjelasan yang diberikan
3. Nn. bersedia melanjutkan meminum obat yang diberikan bidan setelah menstruasi berhenti
4. Nn. bersedia untuk kunjungan ulang setelah mini pil habis atau jika ada keluhan

24
Dokumentasi Kunjungan I

25
CATATAN PERKEMBANGAN II

(Kunjungan Ulang)

Hari/Tanggal : Senin, 10 Januari 2021 Pukul : 09.00 WIB

SUBJEKTIF
1. Nn. mengatakan telah mengkonsumsi mini pil yang diberikan selama 28 hari
2. Nn. mengatakan sudah mendapatkan menstruasi kembali tanggal 09 Januari 2021

OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital : TD : 120/60 mmHg
N : 82 x/i ,
P : 22 x/i
S : 36,5 ˚C
4. Pemeriksaan abdomen tidak ada nyeri tekan

ASSESMENT
Nn. umur 18 tahun dengan riwayat amenorrhea sekunder

PLANNING

Tanggal 10 Januari 2021 Pukul 09.10 WIB

1. Memberitahu hasil pemeriksaan dan menjelaskan tentang keadaan yang dialaminya sekarang

yaitu Nn. kondisi nya sudah membaik

a. TD : 110/60 mmHg
b. N : 82 x/i ,
c. P : 22 x/i
d. S : 36,5 ˚C
2. Memberikan KIE mengenai pola hidup sehat, yaitu memberikan KIE tentang personal

hygiene, istirahat yang cukup, olahraga teratur dan hindari stress

26
3. Memberitahu Nn. untuk tetap menjalankan anjuran sebelumnya, untuk memenuhi gizi

seimbang dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral.

4. Menganjurkan Nn. untuk mengkonsumsi terapi obat setelah menstruasi berhenti yaitu pil KB

progesteron (mini pil) 1x175 mg selama 3 kali siklus.

EVALUASI

1. Nn. mengerti dengan hasil pemeriksaan

2. Nn. memahami penjelasan yang diberikan

3. Nn. bersedia mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang.

4. Nn. bersedia mengkonsumsi terapi obat setelah menstruasi berhenti.

27
Dokumentasi Kunjungan ke II

28
BAB IV
ANALISIS KASUS

Pada bab ini akan dibahas tentang Amenorhea dengan kajian teori jurnal/Evidence
Based Kebidanan (EMB).
Menurut Rakhmawati (2013) faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

gangguan menstruasi diantaranya gangguan hormonal, pertumbuhan organ

reproduksi, status gizi, stress, usia dan penyakit metabolic. Penelitian yang

dilakukan pada mahasiswa kebidanan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi tahun

2014, dari 100 responden diketahui bahwa sebesar 92% mengalami gangguan

menstruasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shita tahun 2014 di SMA Negeri

1 Melaya Kabupaten Jembrana pada 70 responden didapat 90% mengalami satu

atau lebih tipe gangguan menstruasi. Gangguan volume dan lamanya menstruasi

sebesar 32,9%, gangguan siklus menstruasi 68,9% dan gangguan lain yang

berhubungan dengan menstruasi mencapai 85,7%.

Kebutuhan gizi sangat erat kaitannya dengan masa pertumbuhan, jika

asupan gizi dapat terpenuhi maka pertumbuhan juga akan optimal. Remaja

putri harus mempertahankan status gizi yang baik dengan cara mengkonsumsi

makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat mentruasi. Asupan gizi

yang kurang ataupun lebih akan menyebabkan kecukupan gizi tidak baik

sehingga dapat menjadikan gangguan selama siklus menstruasi. Hal tersebut akan

membaik bila asupan nutrisinya baik. Zat gizi yang harus dipenuhi diantaranya zat

gizi makro seperti karbohidrat, lemak dan protein. Asupan karbohidrat dapat

berpengaruh terhadap pemenuhan kalori selama fase luteal, asupan protein

berpengaruh terhadap panjang fase folikuler dan asupan lemak berpengaruh

terhadap hormon reproduksi. Status gizi berhubungan dengan adanya lemak di

dalam tubuh. Hal tersebut mempengaruhi jumlah insulin dan leptin. Dalam sistem

29
reproduksi hormon tersebut berpengaruh terhadap GnRH (Gonadotropin Releasing

Hormone). Sekresi GnRH akan berpengaruh terhadap pengeluaran FSH (Folicle

Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) yang akan merangsang

ovarium untuk terjadi folikulogenesis (berakhir dengan ovulasi) dan steroidogenesis

(menghasilkan estrogen dan progesteron). Gangguan menstruasi dapat disebabkan

oleh kelainan hipotalamus atau pituitari, estrogen yang rendah terus atau tinggi terus

dan kelainan pada ovarium.Seperti pada remaja yang mempunyai kadar lemak

tinggi dalam tubuh akan mempengaruhi produksi hormon estrogen karena selain

dari ovarium estrogen juga akan diproduksi oleh jaringan adiposa sehingga estrogen

menjadi tidak normal, cenderung tinggi. Produksi hormon yang tidak seimbang

inilah yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi.

Pada penelitian Bieniasz M et al (2006) didapatkan prevalensi amenore

primer sebanyak 5,3%, amenore sekunder 18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea

10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%. Amenore dalam ilmu Tradisional

Chinese Medicine dapat disebabkan karena kekurangan nutrisi, stres emosional

yang berlebih, perubahan lingkungan, atau karena penyakit organ reproduksi.

Amenore menurut Tradisional Chinese Medicine (TCM) disebut sebagai Jing

Bi.Jing Bi disebabkan karena defisiensi Ginjal, defisiensi darah, lembab dan

dahak, serangan angin dingin yang dapat menyebabkan defisiensi atau obstruksi

dari meridian chong dan ren, mengakibatkan tidak terjadinya menstruasi (Yin dan

Liu, 2000).

Untuk mencegah terjadinya amenore dapat dilakukan dengan melakukan gaya

hidup sehat mulai dari kebiasaan makan makanan bergizi seimbang, berolahraga

rutin, tidak minum minuman beralkohol, tidak minum obat-obatan steroid atau

narkotik, tidak stres dan menjaga berat badan normal. Untuk pengobatan secara

konvensional dapat dilakukan dengan pengobatan hormonal atau dapat dilakukan


30
dengan pembedahan kecil jika selaput darahnya tertutup. Pengobatan untuk

amenore tergantung pada penyebabnya. Jika ada gangguan pada organ reproduksi

maka akan ditangani gangguannya terlebih dahulu sehingga siklus haid akan normal

kembali. Amenore sekunder bisa juga terjadi karena kehamilan atau menopause

(Liu, 2016).

Selain dengan pengobatan konvensional dapat juga di tangani dengan

pengobatan herbal yang berfungsi untuk meluruhkan menstruasi seperti temulawak

(Curcuma xanthorriza Roxb.) (Yanti dan Hwang, procumbens (Lour.)Merr.) (Sari

dan Yuniarti, 2004) atau mengkonsumsi makanan yang kaya akan fitoestrogen

alami seperti kedelai (Glycine max (L.) Merr.)(Putra, 2009) dll.

31
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. W usia 18 tahun dengan Amenorhe di

Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pengkajian pada tanggal 04 Desember 2021 langkah pertama dikumpulkan semua

informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien pada kasus didapatkan data nama pasien Nn. W Umur 18 tahun. Keluhan

utama Nn. W mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi dan

merasa cemas dengan keadaannya. Data objektif didapatkan pemeriksaan anogenital

didapatkan tidak ada pengeluaran pervaginam.

2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu didapatkan data Nn. W Umur 18

tahun dengan amenore sekunder. Masalah Nn. W mengatakan merasa cemas dengan

keadaannya. Pada kasus Nn. W kebutuhan yaitu KIE tentang gangguan menstruasi.

3. Diagnosa Potensial tidak terjadi dikarenakan segera dilakukan penangananyang tepat.

4. Antisipasi pada Nn. W dengan amenore sekunder yaitu Pemberian terapi hormonal yaitu

terapi obat pil KB progesteron (mini pil) 1x1 75 mg selama 3 siklus

5. Rencana Tindakan Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 04 Desember 2021

pukul 11.30 WIB, Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan, berikan KIE pada

pasien mengenai gangguan, berikan KIE pada pasien mengenai amenore sekunder,

anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, berikan support mental pada pasien untuk

mengurangi kecemasan, anjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran

bidan, anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau jika ada keluhan.

6. Pelaksanaan Tanggal 15 Desember 2021 Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan

32
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

7. Evaluasi tanggal 15 Desember 2021 atau jika ada keluhan. Pada kasus pasien dengan

amenore sekunder yang adalah keadaan umum ibu baik, kecemasan berkurang, asupan

nutrisi terpenuhi, terjadi perdarahan menstruasi Nn. W mengatakan merasa senang dan

tidak cemas karena sudah mendapatkan menstruasi pada tanggal 09 Januari 2021.

8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan Nn. W umur 18 tahun dengan amenore sekunder

selama 1 bulan mulai dari pengkajian sampai evaluasi didapatkan kesenjangan yaitu pada

langkah perencanaan

B. Saran

1. Pasien

Diharapkan dapat mengurangi stress dan mengkonsumsi makanan yang bergizi

sehingga dapat mengurangi kejadian gangguan reproduksi khususnya

amenorea sekunder

2. Bagi Instansi

Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder dan

memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam

menangani kasus gangguan reproduksi khususnya amenore sekunder dengan

standar asuhan kebidanan.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi tentang gangguan reproduksi dan dapat

menjadi referensi yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta :


Mitra Cendikia.

Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka


Rihama.

Arwini, A.E, 2013. Hubungan Konsumsi Fitoestrogen Dengan Siklus Menstruasi


Pada Siswi Di Smk Negeri 3 Pare-Pare.
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5516/Jurnal.pdf. diakses
tanggal 24 November 2014

Fansia, 2011. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis


Darah Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma
Domestica Val.)adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-
24203-fk-pt16 diakese tanggal 3 November 2015

Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Merin, 2012. Amenorrhea: Cytogenetic Studies and Beyond.


core.ac.uk/download/pdf/12348799.pdf. diakses 24 November 2015

Nasir dkk, 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika

Norwitz dan Schorge, 2008. At ag Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta:


Erlangga

Nugroho dan utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:


Medical Book.

Nursalam, 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba MEdika

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Oktavia, F. 2010. Hubungan Anxietas dengan Kejadian Amenore Sekunder pada


Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.download.portalgaruda.org/article.php?...Hubungan%20Anxietas%
2010. Diakses tanggal 24 November 2015

34
Porverawati, A dan Misaroh, S, 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta: Medical Book

Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC

Prita Y. I, 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Ny.T


umur 32 Tahun dengan Amenore Sekunder di RSUD Surakarta. Karya Tulis
Ilmiah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Revina dan Susanti, 2014. Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kesehatan Pada
Organ Reproduksi Wanita Berbasis Web Dengan Metode Forward
Chaining. Jurnal LPKIA, Vol.1 No.1, September 2014 dengan e-
journal.lpkia.ac.id/files/students/essays/journals/211.pdf. diakses tanggal 24
November 2015

Rukiyah, Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Tran Info Media

Sari, E.J, 2014. Gambaran IMT dengan Gangguan Menstruasi (Dysmenorhoe,


Amenore, Oligomenore) Pada Mahasiswa Tingkat 1. jurnal-
griyahusada.com/awal/images/files/Penelitian%202.pdf. diakses tanggal 24
November 2015

Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Sulistyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika

Syafrudin dkk, 2011. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia dan
Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC

Yanti, 2011. Buku Ajar Ksesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

35
31

Anda mungkin juga menyukai