Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PATOFISIOLOGI KEBIDANAN TENTANG GANGGUAN ORGAN PANGGUL

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATRIKULASI PROFESI BIDAN


DOSEN PENGAMPU :
OKTAVIANI, S.SiT., M.Keb

DISUSUN OLEH :
ENDANG MARTINI, SST

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


PRODI PROFESI BIDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan dan
rahmat serta anugerahnya, sehingga saya mampu menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul Gangguan Organ PangguL ini dengan baik tanpa suatu kendala yang
berarti. Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi tugas Matrikulasi Patofisiologi
Kebidanan pendidikan Profesi Bidan.
Dengan selesainya makalah ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih
pada dosen dan teman-teman seangkatan profesi yang telah banyak membantu saya,
meskipun makalah ini disusun sedemikian rupa dengan usaha semaksimal mungkin.
Namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dari penulisan ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan dosen demi
kesempurnaan ini,.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
sebagai penulis khususnya dan pembaca lain atau mahasiswa pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan
berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan
kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang
akan terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus
kedaruratan obstetri pada umumnya disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal
resiko kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk
perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis,
paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) secara
dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonom

Tingginya angka kematian ibu dan anak umumnya akibat ahli kebidanan atau
bidan terlambat mengenali, terlambat merujuk pasien ke perawatan yang lebih
lengkap, terlambat sampai di tempat rujukan, dan terlambat ditangani.
(Anonim,2002).
Penanganan rujukan obstetri merupakan mata rantai yang penting, menjadi faktor
penentu dari hasil akhir dari kehamilan dan persalinan. Kurang lebih 40% kasus di
RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90%
merupakan kasus rujukan. Kematian perinatal di RS pendidikan kurang lebih 60%
berasal dari kelompok rujukan .Ada lima aspek dasar atau lima benang merah,
yang paling penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan
aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal
maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah membuat keputusan klinik,
asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan Infeksi, pencetakan (rekam
medik) asuhan persalinan dan rujukan (Asuhan Persalinan Normal,
2002).Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung
sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P”
utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin
(passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu) , penolong saat
bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanyakeseimbangan atau
kesesuaian antara faktor- faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat
berlangsung.

Lebih dari 46 % perempuan dengan persalinan normal mengalami gangguan


fungsi dasar panggul yang berakibat pada menurunnya kualitas hidup perempuan.
Seperti misalnya prolaps organ panggul, inkontinensia urin, inkontinensia anal,
disfungsi seksual serta berbagai problem perineum. “Pengenalan faktor risiko
gangguan fungsi dasar panggul pasca persalinan normal, menjadi salah satu cara
mencegah gangguan tersebut,

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan


kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah
kelainan pada jalan lahir. Kelainan Jalan lahir berupa kesempitan pintu bawah
panggul menyebabkan terjadinya kesuliatan dalam persalinan. Peran bidan dalam
mengangani kasus ini adalah dengan kolaborasi dan rujukan ke tempat pelayanan
kesehatan yang memilki fasilitas yang lengkap.

2. Rumusan Maslah
Bagaimana Proses persalinan yang dapat menyebabkan gangguan organ
panggul, peran bidan dan Implikasi gangguan organ panggul terhadap kualitas
hidup perempuan, dan peran bidan dalam mencegah gangguan organ
panggulkarena preses persalinan

3. Tujuan

a. Mahasiswa mampu memahami tentang ilmu patofisiologi kebidanan secara


benar
b. Mahasiswa mampu mempelajari secara seksama ilmu patofisiologi kebidanan
tentang gangguan organ panggul
c. Mahasiswa mampu mempelajari penyebab-penyebab gangguan organ
panggul pada perempuan akibat persalinan.
d. Mahasiswa memahami hubungan antara patologi dan fisiologi asuhan
kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Proses persalinan yang Dapat menyebabkan Gangguan Organ Panggul

Dalam bidang kesehatan, salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat


adalah angka kematian ibu (AKI). Kondisi derajat kesehatan di Indonesia tergolong
memprihatinkan yang ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI)’
Pada Peningkatan kasus kematian ibu dan bayi dapat dicegah dengan beberapa
strategi yang antara lain dengan deteksi dini adanya risiko tinggi pada ibu hamil
(Prasetyo et al., 2018). Dalam upaya menekan besarnya risiko kematian pada ibu
dan bayi bukan saja merupakan tugas para tenaga kesehatan, melainkan juga
tugas bagi seluruh masyarakat Indonesia (Fitriyani & Aisyah, 2019). Pemerintah
saat ini mulai merencanakan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) pada tahun 2007 melalui stiker sebagai upaya terobosan dalam
percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Program P4K
menekankan pada peningkatan terhadap akses dan kualitas serta mengembangkan
potensi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan peduli terhadap persiapan
dan tindakan dalam penyelamatan ibu dan bayi baru lahir (Kemenkes, 2012).
Melemahnya kekuatan otot dasar panggul (ODP) dapat menyebabkan berbagai
gejala yang mengganggu kualitas hidup dan merupakan masalah umum pada
wanita dalam fungsi reproduksi, bukan hanya karena perubahan anatomi ODP
dalam kehamilan dan proses persalinan, namun juga karena trauma yang terjadi
pada proses tersebut. Trauma dasar panggul selama persalinan sekarang diketahui
sebagai faktor etiologi utama terhadap gangguan ODP seperti inkontinensia urin,
prolaps organ pelvis dan inkontinensia
Beberapa penelitian menyatakan bahwa jenis inkontinensia urin yang terbanyak
pada wanita post partum adalah stress inkontinensia urin (SIU) yang didefinisikan
sebagai pengeluaran urin yang tidak dapat dikontrol, disebabkan karena tekanan
intravesika cenderung melebihi tekanan penutupan uretra, yang berhubungan
dengan aktivitas tubuh (batuk, tertawa, kegiatan fisik) sedangkan kandung kemih
tidak berkontraksi. Beberapa penelitian klinis dan epidemiologis mengindikasikan
bahwa wanita yang mengalami persalinan pervaginam memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami SIU dibandingkan nulipara dan wanita yang menjalani
seksiosesarea. Hal ini kemungkinan besar berkaitan dengan terjadinya kerusakan
dasar panggul akibat proses persalinan pervaginam yang menyebabkan perubahan
neurologik pada dasar panggul sehingga menimbulkan efek langsung pada
konduksi nervus pudendus, mempengaruhi kontraksi vagina dan tekanan
penutupan uretra. Insiden SIU post partum diperkirakan terjadi pada hampir 34%
wanita.
Persalinan pervaginam juga merupakan faktor utama yang berkontribusi untuk
terjadinya SIU. Hal ini tidak hanya disebabkan karena kondisi kehamilan yang
menyebaban perubahan mekanik dan hormonal, namun juga terjadi kerusakan
jaringan otot dan persyarafan. Pada persalinan pervaginam terjadi regangan kuat
pada saat proses persalinan yang mengakibatkan kelemahan dan kerusakan ODP,
sehingga menyebabkan berkurangnya tahanan tekanan penutupan uretra terhadap
tekanan kandung kemih. Regangan kuat tersebut juga mengenai bladder neck,
otot-otot sfingter uretra dan ligamentumnya. Beberapa faktor risiko yang telah diteliti
dapat meningkatkan kejadian SIU pada wanita post partum adalah usia, paritas,
cara melahirkan, berat bayi lahir, episiotomi, ruptur perineum spontan, lingkar
kepala bayi, ekstraksi vakum atau forsep
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu) (Sukarta & Rosmawaty,
2019). Salah satu Asuhan Sayang Ibu pada proses persalinan adalah dapat
memilih suaatu posisi mengedan yang nyaman untuk ibu, membiarkan ibu memilih
posisi yang diinginkan selama mengedan dan melahirkan akan memberi banyak
manfaat termasuk sedikit rasa sakit dan ketidak nyamanan, lama kala II yang lebih
singkat, laserasi yang lebih sedikit dan nilai APGAR score yang lebih baik pada
bayinya. (Sukarta & Rosmawaty, 2019). Persalinan pervaginam memiliki risiko
komplikasi lebih tinggi daripada seksio sesaria. Komplikasi pada ibu dan keluaran
pada bayi adalah hal yang harus dipertimbangkan dalam perbandingan cara
persalinan. Keluaran pada bayi yang dapat dibandingkan antara lain APGAR score
dan trauma bayi akibat persalinan.(Candy et al., 2018)
Jenis-jenis persalinan terdapat 2 jenis persalinan normal yaitu :
1. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan tenaga sendiri.
2. Persalinan buatan adalah persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat
kekuatan untuk persalinan.
3. Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai sendiri, tetapi dengan
tindakan seperti seksio sesaria.
Kerusakan dasar panggul terjadi terutama pada proses persalinan pervaginam
pertama yang diakibatkan oleh penekanan pada jaringan lunak. Proses kala ll
persalinan akan menimbulkan tekanan antara kepala bayi dengan dinding vagina
rata-rata 100-230 mmHg. Bila keadaan ini terjadi dalam waktu yang lama maka
tekanan obstetrik ini dapat menimbulkan perubahan fisik secara permanen.
Persalinan sebagai faktor yang menyebabkan terjadinya stress inkontinensia urin
pada wanita telah dinyatakan oleh beberapa studi yang melihat hubungan antara
paritas dan stress inkontinensia urin. Ada beberapa penjelasan yang dapat
disimpulkan:
1. Persalinan merusak dasar panggul karena terjadinya regangan kuat sehingga
terjadi kerusakan dan kelemahan otot serta jaringan ikat.
2. Kerusakan dapat juga ditimbulkan oleh laserasi dan episiotomi karena dapat
menyebabkan pergeseran organ pelvis dari posisi yang seharusnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, ada terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan persalinan yaitu :

1. Passage (jalan lahir) terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
2. Passanger (janin dan plasenta) bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin. persalinan.
3. Power (kekuatan) adalah kemampuan ibu melakukan kontraksi  involunter
dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta
dari uterus.
4. Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan seperti posisi
berdiri, berjalan, duduk dan jongkok.
5. Psikologis dimana tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat
jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan
kepadanya.

Bagi banyak wanita, kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa fisiologis


penting yang dapat berpengaruh terhadap disfungsi dasar panggul. Para
professional medis terutama bagian masalah uroginekologi harus waspada
terhadap efek potensial dari kehamilan dan persalinan terhadap dasar panggul.
Pondasi utama dasar panggul wanita terdiri dari m. Levator ani, dimana posisinya
dipertahankan oleh jaringan ikat endopelvik, dan tonusnya yang dijaga oleh nervus
yang berasal dari akar lumbosakral. Semua komponen ini yaitu anatomi muskuler,
penyokong jaringan ikat, dan jaringan syaraf, terekspos terhadap regangan fisik
akut pada saat proses melahirkan

2. Peran Bidan dan Implikasi Gangguan Organ panggul Terhadap Kualitas Hidup
perempuan
Sebagai tenaga kesehatan, khususnya bidan hendaknya mengenali dengan
seksama akan gejala yang ditimbulkan oleh gangguan trakturs urinaria ini agar
dapat memberi penanganan dengan tepat

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab


bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan /
masaalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,keluarga
berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat).
Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan kesehatan ibu dan
bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan
berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganyadengan
menumbuhkan rasa percaya diri. Pelaksanaan kebidanan merupakan baguan
integral dan pelayanan kesehatan, yang difokuskan pada pelayanan kesehatan
wanita dalam siklus reproduksi, bayi baru lahir dan balita untuk mewujudkan
kesehatan keluarga sehingga tersedia Sumber Daya manusia (SDM) yang
berkualitas di masa depan. Sebagai pelaksanaan, bidan memiliki tiga kategori
tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi dan tugas ketergantungan.

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan
yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan pada
jalan lahir. Kelainan Jalan lahir berupa kesempitan pintu bawah panggul
menyebabkan terjadinya kesuliatan dalam persalinan. Peran bidan dalam
mengangani kasus ini adalah dengan kolaborasi dan rujukan ke tempat pelayanan
kesehatan yang memilki fasilitas yang lengkap .Peran bidan dalam menangani
kelainan jalan lahir hendaknya dapat dideteksi secara dini melalui ANC yang
berkualitas sehingga tidak ada keterlambatan dalam merujuk. Dengan adanya
ketepatan penanganan bidany ang segera dan sesuai dengan kewenangan bidan,
diharapkan akan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Seperti hanya tenaga
kesehatan lainnya, peran bidan dalam kehamilan dan persalinan juga tidak kalah
pentingnya. Salah satunya yaitu membantu persalinan ibu dan memastikan kondisi
ibu serta janin tetap sehat.” Selama menjalani masa kehamilan hingga tiba waktu
melahirkan, ibu harus melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin. Tentunya,
pemeriksaan dilakukan di fasilitas kesehatan dengan tenaga ahli sesuai dengan
bidangnya. Selain dokter kandungan, pemeriksaan kehamilan juga bisa ibu lakukan
bersama bidan. 

Jika diartikan, bidan merupakan tenaga kesehatan yang mendapatkan pelatihan


khusus untuk membantu merawat ibu hamil selama menjalani masa kehamilan,
bersalin, hingga pemulihan setelah melahirkan. Selain itu, bidan juga biasanya
mendampingi ibu dalam melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dengan sang buah
hati, sekaligus melakukan pemeriksaan dasar pada bayi baru lahir. 
Untuk mempersiapkan kondisi ibu hamil, keluarga dan lingkungannya supaya
saat melahirkan dengan selamat dan sehat, maka diperlukan sosok seseorang
yang memiliki kemampuan dasar tentang kesehatan, sehingga saat memberikan
informasi, bimbingan kepada ibu hamil dan keluarganya. Sosok tersebut adalah
bidan yang berperan sebagai pemantau dan mampu mendeteksi secara dini ibu
hamil selama kehamilan. (Azissah & Wulandari, 2018)

peran dan fungsi bidan dalam pelayanan kebidanan adalah sebagai pelaksana,
pengelola, pendidik, dan peneliti. Sedemikian kompleksnya peran, fungsi, dan
tanggung jawab seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya memberikan
pelayanan kebidanan yang terbaik dan professional kepada masyarakat maka
untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan landasan yang kuat
berupa kompetensi bidan, sehingga meningkatkan persepsi yang baik terhadap
bidan.

3. Peran Bidan Dalam Upaya Mencegah Gangguan Organ Panggul Karena


Proses Persalinan

Pemantauan dan deteksi dini ibu hamil adalah upaya dalam memberikan
bimbingan, memberikan semangat, nasehat dan kemudahan kepada keluarga ibu
hamil untuk mengenal, mencegah dan mengatasi masalah kehamilan, persalinan
dan pelayanan neonatal yang dihadapinya. Sasaran pemantauan ibu hamil adalah
ibu hamil yang memiliki resiko tinggi. Kehamilan dengan resiko tinggi adalah
kehamilan yang memiliki resiko meninggalnya bayi, ibu atau melahirkan bayi
dengan cacat atau terjadi komplikasi kehamilan, yang lebih besar dari resiko pada
wanita normal umumnya. Ada banyak hal yang menyebabkan suatu kehamilan
masuk dalam katagori resiko tinggi. Teknik pemilihan ibu hamil beresiko tinggi
ditentukan oleh tenaga kesehatan atau bidan. kondisi – kondisi yang mendorong
peran bidan adalah individu memiliki kesadaran bahwa aktifitas yang dilakukan
penting, individu menyadari bahwa tindakan yang dilakukan akan membuat
perubahan, berbagai bentuk peran bidan diakui dan dihargai, memiliki kemampuan
dalam berperan serta dan ada dukungan .
Perubahan paradigma menunggu terjadinya komplikasi kemudian baru
menanganinya menjadi pencegahan terjadinya komplikasi yang dapat membawa
perbaikan kesehatan bagi kaum ibu di Indonesia. Penyesuaian ini sangat penting
dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir karena sebagian
besar persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer
dimana tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan difasilitas
pelayanan tersebut masih belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan
komplikasi dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru
lahir, jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu untuk mencegah
atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, merupakan asuhan persalinan
secara tepat guna dan tepat waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi dan
segera melakukan rujukan saat kondisi masih optimal, maka para ibu akan
terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian. (Mardliyana & Ainiyah, 2019)

Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:

1. Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai


dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
2. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus
kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan.
3. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
4. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam
masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga.
5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan keluarga.
6. Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan klien/keluarga.
Memberikan Pelayanan Kesehatan pada Ibu, Seorang bidan memiliki peran
untuk memastikan kesehatan ibu hamil tetap terjaga selama masa kehamilan,
persalinan, nifas, menyusui, dan masa antara dua kehamilan. Adapun bentuk
pelayanan kesehatan yang menjadi tugas bidan untuk ibu yaitu: 

 Memberikan konseling pada ibu dan ayah sebelum menjalani kehamilan.


 Melakukan antenatal untuk kehamilan yang normal.
 Membantu kelancaran persalinan secara normal.
 Memastikan ibu bisa melalui masa nifas dengan baik tanpa kendala. 
 Membantu ibu melakukan IMD dan proses menyusui awal. 
 Memberikan konseling pada pasangan antara dua kehamilan.

Ketika memberikan pelayanan kesehatan untuk ibu, seorang bidan juga memiliki
kewenangan untuk melakukan beberapa hal berikut: 

 Episiotomi, merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan untuk melebarkan


vagina, sehingga dapat membantu memudahkan proses persalinan secara
normal. 
 Membantu persalinan normal.
 Memberikan jahitan pada luka jalan lahir di tingkat I dan II.
 Memberikan penanganan pada keadaan gawat darurat yang diteruskan dengan
pemberian rujukan.
 Memberikan obat penambah darah untuk ibu hamil.
 Memberikan vitamin A dengan dosis tinggi untuk ibu yang sedang menjalani fase
nifas.

 Memberikan bimbingan IMD dan pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6
bulan pertama.
 Memberikan uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan pascalahir. 
 Mengeluarkan surat keterangan hamil dan melahirkan. 
Bidan sebagai tenaga kesehatan dikatakan patuh apabila mau mentaati dan
mengikuti suatu spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas yang
dibuat oleh Dinas Kesehatan atau organisasi yang berwenang. Dalam hal ini seorang
bidan dikatakan patuh dalam asuhan persalinan normal apabila bidan melakukan
asuhan persalinan normal sesuai dengan standar yaitu melaksanakan 58 langkah.
Dengan bidan mematuhi asuhan persalinan normal sesuai dengan standar diharapkan
dapat menurunkan angka kematian ibu.(Istikhomah & Rahmawati, 2017). peran
seorang bidan sebagai fasilitator P4K dalam persiapan persalinan ibu hamil trimester III,
adanya peran bidan sebagai educator P4K dalam persiapan persalinan ibu hamil
trimester III, dan adanya peran bidan sebagai pelaksana P4K dalam persiapan
persalinan ibu hamil trimester III. (Mujianti 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Azissah, D., & Wulandari, D. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Peran Bidan dalam
Pemantauan dan Deteksi Dini Resiko Tinggi Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat
Kota Bengkulu. Jurnal Keperawatan Silampari, 2(1), 184–202.
https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.307;Diakses [15-07-2022]

Fitriyani, F., & Aisyah, R. D. (2019). Hubungan frekuensi antenatal care dengan program persiapan
persalinan dan pencegahan komplikasi. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah, 15(1), 31–36.
https://doi.org/10.31101/jkk.998 ; Diakses [15-07-2022]

Istikhomah, H., & Rahmawati, P. (2017). Kepatuhan Bidan Pada Asuhan Persalinan Normal Di Rsud
Wonosari, Gunungkidul. Jurnal Kebidanan Indonesia, 8(1), 129–138.
https://doi.org/10.36419/jkebin.v8i1.168 ; Diakses [15-07-2022]

Mardliyana, N., & Ainiyah, N. (2019). Peran Bidan dalam Pengembangan Manual Rujukan KIA pada Ibu
Hamil Risiko Tinggi di Kabupaten Bantul (Analisis Kejadian Kehamilan Risiko Tinggi) Nova. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Ponorogo, 10, 59–62.
http://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/view/sf10111/10111; Diakses [15-07-2022]

Sukarta, A., & Rosmawaty, R. (2019). Pengaruh posisi mengedan terhadap lama kala II persalinan di
Rumah Sakit X tahun 2018. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah, 15(1), 94–100.
https://doi.org/10.31101/jkk.1031; Diakses [15-07-2022]

Pangastuti, Nuring et al. 2018. “Gambaran Faktor Risiko Prolaps Organ Panggul Pasca Persalinan Vaginal
Di Daerah Istimewa Yogyakarta.” Majalah Kedokteran Bandung 50(2): 102–8. Diakses [17-07-2022]

Mujianti, Cicik. 2018. “Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Perencanaan Persalinan Dan Mencegah
Komplikasi Terhadap Persiapan Ibu Hamil.” Journal of Chemical Information and Modeling: 100–
114.

Anda mungkin juga menyukai