Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ISU KEPERAWATAN GLOBAL

ISU TERKINI KESEHATAN REMAJA (KESEHATAN REPRODUKSI)

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat I

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 PSIK 3B

1. Anti Nopianti Puziasih (1018031014)


2. Atik Nabila (1018031020)
3. Dika Pratama (1018031032)
4. Ferdy Yusuf (1018031040)
5. Hilda Nur Islami (1018031054)
6. Imanudin (1018031057)
7. Ira Purnamasari (1018031060)
8. Nanda Putri Duiyanti (1018031086)
9. Ratu Aulia Prameisty (1018031092)
10. Rima Melinda Putri (1018031098)
11. Shella Ayunigtyas Putri (1018031107)
12. Siti Musayaroh (1018031113)
13. Siti Raudoh (1018031116)
14. Taupik Rizki (1018031125)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
diberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah materitas II yang
berjudul “Isu Kesehatan Reproduksi Remaja” Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini
selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai isu kesehatan reproduksi remaja.

Dalam penulisan tugas makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga hasil penulisannya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan sehingga makalah ini
dapat selesai.

Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, khususnya bagi
penulis umumnya bagi pembaca.

02 Juni 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu dalam isu pembangunan yang penting pada saat ini adalah masalah kesehatan
reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi remaja yang menjadi perhatian utama. Masa
remaja sebagai masa transisi membuat kondisi kejiwaan pada remaja masih labil,
rendahnya pemahaman remaja tentang pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar,
serta seksualitas yang masih dianggap tabu memunculkan penyimpangan reproduksi,
seperti seks pranikah, aborsi, dan HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS
(acquired immunodeficiency syndrome) (Imron, 2012).
Fenomena yang ada dikalangan masyarakat Indonesia, yaitu sebagian remaja merasa
tidak cukup nyaman bercerita dengan orang tuanya, terutama bertanya seputar masalah
seks. Mereka lebih suka mencari tahu sendiri, melalui berbagai cara (BKKBN, 2008).
Fenomena yang juga terjadi di Indonesia saat ini yaitu beberapa kasus remaja usia 10-24
tahun yang berstatus belum menikah telah berhubungan seksual, yakni 3% pada laki-laki
dan 1,1% pada perempuan. Lebih lanjut dapat diketahui pula bahwa umur pertama
berhubungan seksual sudah terjadi pada usia yang sangat muda, yaitu 8 tahun. Hal ini
dapat dicegah dengan adanya penyuluhan kesehatan reproduksi, di Jawa Barat sendiri
penyuluhan kesehatan reproduksi baru tercapai 21,5% ini sangat memprihatinkan,
mengingat Jawa Barat merupakan salah satu daerah dengan tingkat perkembangan
teknologi yang cukup pesat (Riskerdas, 2010).
Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan
masa perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa yang meliputi
perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial budaya (Notoatmodjo,
2007). Perubahan biologi terjadi lebih cepat dari perubahan psikologis yang
menyebabkan labilitas emosi dan perilaku remaja. Apabila tidak terjalin komunikasi yang
baik dengan orang tua dan lingkungannya, dapat menyebabkan konflik berkelanjutan dan
akhirnya remaja terjerumus pada masalah sosial seperti tawuran, penyalahgunaan
NAPZA (Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif), dan pergaulan bebas (Depkes
RI, 2012).
Remaja merupakan individu yang mengalami perkembangan seksual. Kematangan organ
seksual mulai berfungsi, baik untuk reproduksi (menghasilkan keturunan) maupun
rekreasi (mendapat kesenangan). Karena adanya proses perkembangan inilah yang
menimbulkan dorongan seksual dan rasa ketertarikan pada lawan jenis kelamin
(Vitasandy, 2010).
Sekitar 1 juta remaja pria dan 200.000 remaja wanita menyatakan secara terbuka bahwa
mereka telah melakukan hubungan seksual. Dilaporkan oleh National Surveys of Family
Growth bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan melakukan hubungan seksual pada
masa pubertas dan 20% dari mereka mempunyai empat atau lebih pasangan
(Soetjiningsih, 2010). Ada sekitar 53% perempuan berumur antara 15-19 tahun
melakukan hubungan seksual pada masa remaja, sedangkan jumlah laki-laki yang
melakukan hubungan seksual sebanyak dua kali lipat daripada perempuan (Emilia, 2008).
Remaja berusia 10 – 19 tahun di Indonesia dari 220 juta penduduk, sekitar 43 juta atau
19,61 persen sehingga pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi para remaja sangat
penting (Depag RI, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang
kemungkinan pengaruh kesehatan reproduksi terhadap kesehatan secara luas belum
dipahami karena kurangnya informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi
(Emilia, 2008).
IMS (Infeksi Menular Seksual), atau sering disebut PMS (Penyakit Menular Seksual)
adalah penyakit infeksi yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan
seksual seperti gonorhoe, sifilis, ulkus molle, kondiloma akuminata, herpes genital, dan
HIV/AIDS (Price, 2005). HIV/AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang
termasuk famili retroviridae. Penyakit ini mematikan dan belum ada obatnya Secara
global, 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda yang berusia 15-24
tahun Menurut Ditjen PPM & PL Depkes RI data HIV/AIDS terakhir (1 April-30 Juni
2004) menunjukkan adanya 473 kasus HIV dan 838 kasus AIDS Data dari Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Surakarta pada bulan Maret 2007, penderita
HIV positif di Solo telah mencapai 64 orang (Widodo, 2008).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan perumusan latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan
yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Penyuluhan
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi
remaja sebelum diberikan penyuluhan kesehatan.
b) Untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi
remaja setelah diberikan penyuluhan kesehatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Pada dasarnya kesehatan reproduksi merupakan unsur yang dasar dan penting dalam
kesehatan umum, baik untuk laki-laki dan perempuan. Selain itu, kesehatan
reproduksi juga merupakan syarat ensensial bagi kesehatan bayi, anak-anak, remaja,
orang dewasa bahkan orang-orang yang berusia setelah masa reproduksi.
Reproduksi secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampun untuk “membuat
kembali”. Dalam kaitannya dengan kesehatan, reproduksi diartikan sebagai
kemampuan seseorang memperoleh keturunan (beranak).
Menurut WHO dan ICPD (International conference on Population and Development)
1994 yang diselenggarakan di Kairo kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang
menyeluru, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya
penyakit atau gangguan segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,
fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri.
Sesuai dengan definisi tersebut “Pelayanan kesehatan reproduksi” secara luas
didefinisikan sebagai konstelasi metode, teknik dan pelayanan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi dengan cara mencegah dan memecahkan masalah kesehatan
reproduksi.
Menurut Mariana Amiruddin, definisi kesehatan reproduksi adalah sekumpulan
metode, teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan
reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang
mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan, bukan
semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seks.
Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu yang pelik
dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual
(PMS) termasuk HIV / AIDS, kebutuhan khusus remaja, dan perluasan jangkauan
pelayanan ke lapisan masyarakat kurang mampu atau mereka yang tersisih. Karena
proses reprouksi terjadi melalui hubungan seksual, definisi kesehatan reproduksi
mencakup kesehatan seksual yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup dan
hubungan antara individu, jadi bukan hanya konseling dan pelayanan untuk proses
reproduksi dan PMS. Dalam wawasan pengembangan kemanusiaan, merumuskan
pelayanan ksehatan reproduksi sangat penting mengingat dampaknya juga terasa
dalam kualitas hidup pada generasi berikutnya. Sejauh mana orang dapat
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan sehat sesunggunya
tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya mulai dari saat
konsepsi, masak anak, remaja, dewasa hingga masa paska usia reproduksi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi adalah suatu cara untuk
pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi meliputi kesehatn fisik,
mental, sosial dan bukan sekedar tidak hanya konsultasi dan keperawatan yang
berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.
Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan persiapan strategi
interfrensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai anak perempuan dan
laki-laki dalam keluarga dan masyarakat, dan bagaimana perlakuan yang mereka
terima merupakan faktor penting yang turut menentukan keshatan reproduksi mereka
dimasa datang.
Menurut Robert Havinghurst dalam sarlito, seorang remaja dalam menghadapi tugas-
tugas perkembangan sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan peran sosial
yang sedang terjadi pada dirinya. tugas-tugas itu adalah menerima kondisi fisiknya
yang berubah. Bagi masa remaja awal, adanya kematangan jasmani (seksual) itu
umumnya digunakan dan dianggap sebagai ciri-ciri primer akan datangnya masa
remaja. Adapun ciri-ciri lain disebutnya sebagai ciri-ciri sekunder dan ciri-ciri tertier.
Ciri-ciri sekunder dapat disebutkan anatara lain :5
Ciri-ciri sekunder Pria :
 Tumbuh suburnya rambut, janggut, kumis, dan lain-lain.
 Selaput suara semakin membesar dan berat.
 Badan mulai membentuk segi tiga, urat-urat pun jadi kuat, dan muka
bertambah persegi.
Ciri-ciri sekunder wanita :
 Pinggul semakin besar dan melebar.
 Kelenjar-kelenjar pada dada menjadi berisi (lemak).
 Suara menjadi bulat, merdu, dan tinggi.
 Muka menjadi bulat dan berisi
Adapun ciri-ciri tertier antara lain, biasanya diwujudkan dalam perubahan sikap dan
perilaku, contoh bagi pria ada perubahan mimik jika bicara, cara berpakaian, cara
mengatur rambut, bahasa yang diucapkan, aktingnya dan lain-lain. Bagi wanita, ada
perubahan cara bicara, cara tertawa, cara pakaian, jalannya, dan lain-lain.
Prinsip-prinsip reproduksi yang meliputi menstruasi, kehamilan, proses melahirkan,
memelihara diri agar tetap tampil rapi dan bersih, bertingkah laku sopan dalam
menjaga diri, dan menghindari hubungan seksual sebelum menikah
2. Unsur-unsur Kesehatan Reproduksi Remaja
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan
pada masa remaja atau peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dimana perubahan-
perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Masa
pubertas ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya
jasmani secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi dan
proses reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis
perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja.
Remaja merupakan fase kehidupan manusia yang spesifik. Pada saat usia remaja
terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini berdampak macam-macam
pada fisik dan jiwa remaja. Secara fisik akan muncul apa yang disebut sebagai tanda-
tanda seks sekunder seperti payudara membesar, bulu-bulu kemaluan tumbuh, haid
pada perempuan, dan mimpi basah pada laki-laki. Secara psikologis muncul dorongan
birahi yang besar tetapi juga secara psikologis mereka masaih dalam peralihan dari
anak-anak kedewasa. Secara biologis aktivitas organ dan fungsi reproduksi mereka
meningkat pesat tetapi secara psikoloogis aktivitas organ dan fungsi reproduksi
mereka meningkat pesat tetapi secara psikologis dan sosiologis mereka dianggap
belum siap menjadi dewasa. Konflik yang terjadi antara berbagai perkembangan
tersebut membuat mereka juga beresiko mengalami masalah kesehatan seksual dan
kesehatan reproduksi tersendiri.
Oleh karena itu kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja perlu ditangani
secara khusus dengan cara-cara yang ditunjukkan untuk menyiapkan mereka menjadi
remaja (yang kelak menjadi orang tua) yang bertanggung jawab. Mereka bukan saja
memerlukan informasi dan pendidikan, tetapi juga pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi mereka. Pemberian informasi dan pendidikan tersebut harus dilakukan
dengan menghormati kerahasiaan dan hak-hak privasi lain mereka. Masalah
kesehatan seksual dan reproduksi adalah isu-isu seksual remaja, termasuk kehamilan
yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman, penyakit menular melalui seks, dan HIV /
Aids, dilakukan pendekatan melalui promosi perilaku seksual yang bertanggung
jawab dan reproduksi yang sehat, termasuk disiplin pribadi yang mandiri serta
dukungan pelayanan yang layak dan konseling yang sesuai secara spesifik untuk
umur mereka. Penekana kehamilan remaja secara umum juga diharapkan. Hal-hal
yang ada seputar kesehatan reproduksi remaja antara lain
a) Kesehatan Alat- alat Reproduksi
Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan lat-alat reproduksi
ini menyentuh remaja perempuan juga remaja laki-laki. Masalah-masalah
yang dihadapi remaja perempuan antara lain adalah payudara mengeluarkan
cairan, benjolan pada payudara, masalah seputar haid (nyeri haid yang tidak
teratur), keputihan, dan infeksi saluran reproduksi. Selain itu juga diajukan
pertanyaan-pertanyaan, seputar siklus haid, waktu terjadinya masa subur,
masalah keperawanan dan masalah jerawat. Masalah-masalah yang berkenaan
dengan kesehatan alat-alat reproduksi yang dihadapi oleh remaja laki-laki
antara lain adalah masalah bentuk dan ukuran penis, jumlah testis tidak
lengkap dan hernia scrotalis
b) Hubungan dengan Pacar
Persoalan-persoalan yang mewarnai hubungan dengan pacar adalah masalah
kekerasan oleh pacar, tekanan untuk melakukan hubungan seksual, pacar
cemburuan, pacar berselingkuh dan bagai mana menghadapi pacar yang
pemarah. Tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan
dalam percintaan bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan
disakiti dengan apa yang telah di lakukan pasangannya.
c) Masturbasi
Masturbasi atau onani adalah salah satu cara yang dilakukan jika seseorang
tidak mampu mengendalikan dorongan seksual yang dirasakannya. Jika
dibandingkan dengan melakukan hubungan seksual, maka onani dapat
dikatakan mengandung resiko yang lebih kecil bagi pelakunya untuk
menghadapi kehamilan yang tidak dikehendaki dan penularan penyakit
menular seksual. Bahaya onani adalah apabila dilakukan dengan cara tidak
sehat misalnya menggunakan alat yang bisa menyebabkan luka atau infeksi.
Onani juga bisa menimbulkan masalah bila terjadi ketergantungan / ketagihan,
bisa juga menimbulkan perasaan bersalah.
d) Hubungan Seksual Sebelum Nikah
Cara para remaja berpacaran dewasa ini berkisar dari melakukan ciuman bibir,
raba-raba daerah sensitif, saling menggesekkan alat kelamin (petting) sampai
ada pula yang melakukan senggama. Perkembangan zaman juga
mmpengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran para remaja. Hal ini dapat
dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan remaja pada beberapa tahun yang lalu
seperti berciuman dan bercumbu, kini sudah dianggap biasa. Bahkan, ada
sebagian kecil dari mereka setuju dengan free sex. Perubahan dalam nilai ini,
misalnya terjadi dengan pandangan mereka terhadap hubungan seksual
sebelum menikah.
e) Penyakit Menular Seksual
Hubungan seksual sebelum menikah juga berisiko terkena penyakit menular
seksual seperti sifilis, gonorhoe (kencing nanah), herps sampai terinfeksi HIV.
f) Aborsi
Salah satu cara menghadapi kehamilan yang tidak di inginkan adalah dengan
melakukan tindakan aborsi. Aborsi masih merupakan tindakan yang ilegal di
Indonesia. Upaya sendiri untuk melakukan aborsi banyak dilakukan dengan
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, jamu, dan lain-lain.
3. Manfaat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh remaja. Hal ini
dikarenakan dengan memiliki informasi dan pengetahuan yang benar maka remaja
akan banyak mengambil manfaat. Dampak positif dari pengetahuan yang benar
mengenai kesehatan reproduksi yaitu dapat mencegah perilaku seks pranikah serta
dampaknya termasuk kehamilan tidak di inginkan, HIV/AIDS, dan IMS dapat
dicegah Remaja dapat mengambil keputusan apakah memang dia menginginkan atau
tidak dengan pikiran yang sehat, karena remaja sudah mengetahui dampak positif
negatifnya. Remaja akan menghindari situasi-situasi yang membuat remaja terpaksa
atau dipaksa untuk melakukan hubungan seksual. Seringkali, dalam suatu proses
berpacaran, remaja diminta oleh pasangannya untuk melakukan hubungan seksual
dengan alasan saling mencintai dan untuk membuktikan cinta tersebut kepasangan.
Remaja yang memahami informasi tentang kesehatan reproduksi dengan baik akan
mampu menolak jika dipaksa oleh pasangannya untuk melakukan hubungan seksual.
Remaja yang mempunyai pengetahuan yang benar mengenai kesehatan reproduksi
dapat berhati-hati dalam melangkah. Remaja akan dapat memberikan penilaian
mengenai patut tidaknya melakukan melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya sebelum menikah. Penilaian yang dibuat remaja tersebut dilakukan
secara sadar bukan keterpaksaan.
B. Layanan Informasi dalam Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata“Guidance” berasal
dari kata kerja “To Guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing,
menuntun ataupun membantu”.
Definisi bimbingan berarti pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada
sekelompok orang di dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksanadan dalam
mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntunan-tuntunan hidup.Bantuan itu bersifat
”psikis” (kejiwaan), bukan ”pertolongan” finansial, medisdan sebagainya. Dengan
adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang
dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mampu untuk menghadapi masalah yang
akan dihadapinya kelak kemudian. Bimbingan merupakan pertolongan yang
diberikan seseorang kepada orang lain dalam membuat pilihan, mengadakan
penyesuaian, dan dalam memecahkan masalah.
Istilah konseling dapat dipahami sebagai bagian dari bimbingan baik sebagai
pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan
secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara pribadi yang
dilakukan secara individual antara klien dan konselor.
Dalam kamus konseling dan terapi, konseling diartikan sebagai suatu hubungan
profesional yang dilakukan oleh konselor untuk memperjelas pandangannya untuk
dipakai sepanjang hidup sehingga klien pada tiap kesempatan dapat menentukan
pilihan yang berguna, konseling merupakan suatu proses belajar membelajarkan pada
kedua pihak klien dan konselor.
Konseling juga diartikan sebagai upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing
yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya,
agar individu tersebut mampu mengatasi masalahnya dan mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Tujuan adanya bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
a) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin.
b) Mampu memilih memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana
baik dalam bidang pendidikan pekerjaan dan sosial pribadi.
c) Mampu mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja.
d) Memahami dan mengarahkan diri dalam bersikap dan bertindak sesuai
keadaan lingkungannya.
e) Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif, menyelesaikan
segala sesuatu dengan bijaksana.
Adapun fungsi dari bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
a) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
b) Fungsi Penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih jurusan
sekolah, jenis sekolah dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat,
bakat dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Kegiatan fungsi penyaluran ini
meliputi ketentuan untuk memantapkan kegiatan belajar.
c) Fungsi Adaptasi, yaitu membantu petugas sekolah khususnya guru untuk
mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan dan
kebutuhan para peserta didik.
d) Fungsi Penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk memperoleh
penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya
secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi,
memahami dan memecahkan masalah.
e) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu akan menghasilkan terpelihara
dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik
dalam perkembangan secara berkelanjutan
2. Pengertian Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan layanan memberi informasi yang dibutuhkan oleh
individu.18Kartini Kartono menyebutkan bahwa layanan informasi dimaksudkan
untuk membantu siswa mendapatkan informasi yang diperlukan yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk
kepentingan peserta didik. Pemberian informasi dapat dilakukan dengan pendekatan
kelompok dan pendekatan individual melalui ceramah, selebaran, wawancara, serta
majalah dinding.
Dalam pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah, ada tiga alasan yang melatar
belakangi diberikannya layanan informasi kepada para siswa di sekolah, di antaranya
adalah:
a) Layanan informasi merupakan suatu landasan dasar jika siswa akan
diperlengkapi dengan pengetahuan dasar yang diperlukan untuk memikirkan
secara mendalam pokok permasalahan pribadi yang penting, yaitu taraf
pendidikan, pemilihan pekerjaan, dan pemeliharaan kepribadian. Sasaran
layanan informasi bukanlah hanya memberikan informasi, tetapi juga
mendorong siswa untuk menilai ide-ide serta keadaan secara kritis agar
mereka memperoleh pemahaman diri pribadi pada masa kini maupun masa
mendatang. Layanan informasi yang dirancang dan diatur dengan tepat, akan
memungkinkan banyak individu dapat mewujudkan potensi-potensinya
dengan lebih menyadari kesempatan-kesempatan yang ada.
b) Layanan informasi merupakan suatu landasan dasar yang dipakai sebagai
acuan untuk mampu mengatur tindakannya sendiri. Mengatur diri sendiri
secara mandiri terutama bahwa individu itu sendiri mampu merencanakan dan
mengetahui apa yang semestinya mereka lakukan didasarkan atas data-data
yang mereka ketahui. Dengan kata lain, kematangan perilaku yang telah
direncanakan individu didasarkan pada informasi yang akurat yang ia
dapatkan.
c) Layanan informasi merupakan suatu landasan dasar apabila siswa
mengeksplorasi dan menyadari kemungkinan-kemungkinan perubahan ciri-
ciri perkembangannya. Siswa perlu untuk mengeksplorasi posisi-posisi yang
memungkinkan untuk diisi atau ditempati setelah mereka menelusuri satu atau
beberapa pilihan. Mereka harus memahami pilihannya serta konsekuensi yang
mungkin timbul dari pilihannya. Pengetahuan tentang pengembangan diri
yang mendalam memberikan kecenderungan pada citra diri yang positif dan
mendorong kepribadian
C. Pemahaman Siswa terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja melalui Layanan
Informasi
1. Pemahaman Siswa terhadap Kesehatan Reproduksi
Pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi yaitu menunjukkan pada kondisi
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara utuh dalam segala hal yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi, termasuk hak dan
kebebasan untuk bereproduksi secara aman, efektif, tepat, terjangkau, dan tidak
melawan hukum Kesehatan reproduksi bagi remaja dimaksudkan untuk dapat
memberikan pengenalan dan pencegahan bagi remaja dalam mensosialisasikan
pengetahuan, sikap, dan perilaku reproduksi yang sehat sebagai dasar bagi
pengembangan pembinaan, komunikasi, informasi, dan edukasi bagi remaja.
Menurut Tim Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Jakarta I bahwa
remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap
perkembangannya. Oleh karena itu, guru pembimbing perlu memberikan
pemahaman terhadap tumbuh kembang remaja dalam menilai keadaannya. Pada
masa remaja, sudah memasuki fase selanjutnya yaitu masa baligh yang ditandai
dengan baru berkembangnya organ-organ reproduksi remaja. Untuk itu, siswa
harus memahami kesehatan dari reproduksi remaja.
Berdasarkan tugas perkembangan remaja, yaitu menerima keadaan fisik dan
mempergunakannya secara efektif. Dimana mencakup bahwa siswa juga mengerti
dari prinsip-prinsip reproduksi yang meliputi menstruasi, kehamilan, proses
melahirkan, memelihara diri agar tetap tampil rapi dan bersih, bertingkah laku
sopan dalam menjaga diri, dan menghindari hubungan seksual sebelum menikah.
Program kesehatan reproduksi remaja sangat diperlukan di sekolah dengan tujuan
untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan prilaku positif siswa tentang
kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan
reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung
upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Selama masa ini siswa harus
lebih peka lagi dengan keadaan fisiknya, yang semula kurang mendapatkan
perhatian khusus dalam perawatan, maka pada saat ini membutuhkan perhatian
khusus dalam perawatannya. Organ-organ yang belum berfungsi secara sempurna
ketika usia dini dan setelah usia remaja berfungsi kembali. Dengan aktifnya dan
berfungsinya organ-organ reproduksi itu siswa perlu memahami bagaimana
perkembangan dan pemeliharaan alat dan sistem reproduksi. Siswa juga perlu
mengetahui bahwa jika sistem reproduksi sudah berfungsi, maka siswa sudah
dapat bereproduksi sebagai seorang dewasa normal.
2. Pelaksanaan Layanan Informasi dalam Pemahaman Siswa terhadap Kesehatan
Reproduksi Remaja
Program kesehatan reproduksi remaja sangat diperlukan di sekolah dengan tujuan
untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan prilaku positif siswa tentang
kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan
reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung
upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Selama masa ini siswa harus
lebih peka lagi dengan keadaan fisiknya, yang semula kurang mendapatkan
perhatian khusus dalam perawatan, maka pada saat ini membutuhkan perhatian
khusus dalam perawatannya. Organ-organ yang belum berfungsi secara sempurna
ketika usia dini dan setelah usia remaja berfungsikembali. Dengan aktifnya dan
berfungsinya organ-organ reproduksi itu siswa perlu memahami bagaimana
perkembangan dan pemeliharaan alat dan sistem reproduksi. siswa juga perlu
mengetahui bahwa jika sistem reproduksi sudah berfungsi, maka siswa sudah
dapat bereproduksi sebagai seorang dewasa normal.
Minimnya informasi kesehatan reproduksi remaja kerap menjadi salah satu
persoalan yang membuat mereka salah dalam mengambil keputusan. Untuk itu,
pelayanan bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam hal ini dengan
memberikan layanan informasi mengenai kesehatan reproduksi (kespro) pada
remaja pria dan wanita agar ditingkatkan lagi, serta kelompok kaum muda yang
sedang tumbuh berkembang ini dapat memperoleh sumber informasi yang benar.
Karenanya, semua siswa memerlukan dukungan dan perawatan selama masa
transisi dari remaja menuju dewasa. Isu pokok kesehatan reproduksi remaja
wanita
1) Perkembangan seksual dan seksualitas (termasuk pubertas)
2) Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS
3) Kehamilan yang belum diharapkan dan kehamilan berisiko tinggi
(kehamilan tak sehat).
Bahwa kesehatan reproduksi sangat berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia
di masa mendatang. Untuk itu, sangat pentingnya pemahaman mengenai
kesehatan reproduksi bagi kehidupan seseorang
D. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa
tentang Kesehatan Reproduksi
1. Faktor-faktor Kesehatan Reproduksi
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat faktor yang dapat berdampak buruk
pada kesehatan reproduksi :
a) Faktor Sosial-Ekonomi dan Demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil)
b) Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktik tradisional yang berdampak
buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rezeki,
infomasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja
kerana saling berlawanan satu sama lain)
c) Faktor Psikologis (dampak dari keretakan orang tua pada remaja, depresi
karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria
yang membeli kebebasannya dengan materi)
d) Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca PMS)
Pengaruh dari semua faktor diatas dapat dikurangi dengan strategi intervensi
yang tepat guna, terfokus pada penerapan hak reproduksi perempuan dan pria
dengan dukungan di semua tingkat administrasi, sehingga dapat diintegrasikan
ke dalam berbagai program kesehatan, penndidikan, sosial, dan pelayanan
non-kesehatan lain yang terkait dalam pencegahan dan penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi.
BAB III
PEMAHAMAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI
A. Kesehatan Reproduksi Remaja
Masyarakat Internasional secara konsisten telah mengukuhkan hak-hak remaja akan
informasi tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang benar dan pelayanan kesehatan
reproduksi (KR) termasuk konseling saat Internasional Conference on Population and
Development (ICPD) tahun 1994. Masyarakat internasional juga telah mengingatkan kembali
bahwa hak dan tanggung jawab orang tua adalah membimbing termasuk tidak menghalamgi
anak remajanya untuk mendapatkan akses terhadap pelayanan dan informasi yang mereka
butuhkan tentang kesehatan reproduksi yang baik.
Remaja perlu pahami kesehatan reproduksi karena pemahaman mengenai kesehatan
reproduksi sangat penting agar remaja bisa mempersiapkan dirinya lebih baik dalam
memasuki kehidupan berkeluarga. Oleh sebab itu diharapkan remaja bisa mengatur fungsi
dan proses reproduksinya serta bisa lebih bijak dalam membangun perilaku seksual yang
bertanggung jawab. Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekel remaja
dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawabnamun tidak semua remaja memperoleh
informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Keterbatasan pengetahuan
dan pemahaman ini dapat membawa remaja kearah perilaku beresiko. Dalam hal inilah bagi
para ahli dalam bidang ini memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan
dukungan dari lingkungan di sekitarnya agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja menjadi
manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani, dan sosial.
Sejak tahun 2000, pemerintah Indonesia telah mangangkat KRR menjadi program nasional.
Program KRR merupakan pelayanan untuk membantu remaja memiliki setatus kesehatan
reproduksi yang baik melalui pemberian informasi, pelayanan konseling dan pendidikan
keterampilan hidup.
Kesehatan reproduksi remaja (KRR) secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari
sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yaitu laki-laki dan
wanita usia 10 – 24 tahun.
Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan remaja secara keseluruhan,
karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula pada sistem
reproduksi. Berikut adalah beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan
remaja termasuk kesehatan reproduksi remaja.
1) Masalah gizi buruk
 Anemia dan kurang energi kronis (KEK)
 Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga mengakibatkan
panggul sempit dan resiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
dikemudian hari.
2) Masalah pendidikan.
 Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses informasi
yang dibutuhkannya serta kurang mampu mengambil keputusan yang terbaik
untuk kesehatan dirinya.
 Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi
kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk
terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
3) Masalah lingkungan dan pekerjaan
 Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja
yang bekerja sehingga akan mengganggu kesehatan remaja.
 Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat, bahkan merusak
kesehatan fisik, mental, dan emosional remaja.
4) Masalah seks dan seksualitas
 Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas,
misalnya mitos yang tidak benar.
 Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan
kesehatan seksualitas.
 Penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang mengarah kepada penularan
HIV/AIDS melalui jarum suntik dan hubungan seks bebas yang dewasa ini
semakin menghawatirkan.
 Penyalahgunaan seksual
 Kehamilan remaja
 Kehamilan pranikah / diluar ikatan pernikahan
5) Masalah perkawinan dan kehamilan dini
 Ketidakmatangan secara fisik dan mental
 Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar
 Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri
 Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman
B. Pemahaman Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja dengan generasi muda merupakan asset nasional yang sangat penting dalam
mempersiapkan kelangsungan program selanjutnya. Oleh karena itu wajarlah apabila
remaja banyak mendapat sorotan dan perhatian dari berbagai lembaga, baik lembaga
pemerintan maupun non pemerintah Masa remaja adalah perkembangan transisi antara
masa anak dan masa dewasa. Remaja berada pada krisis identitas, dimana remaja mulai
memiliki keinginan untuk menonjolkan identitas dirinya. Remaja berusaha melepasan diri
dari otoritas orang tua dengan maksud menemukan jati diri. Kondisi ini membuat remaja
sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minaT, sikap, pemanpilan dan perilaku.
Pada proses pencarian jati diri, remaja sering memanifestasikan perilaku yang
mengundang resiko tinggi terhadap terjadinya kasus yang berhubungn dengan
penyimpangan perilaku seksual. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan
psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik
elektronik maupun non elektronik sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja.
C. Akibat Ketidakpahaman Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja yang sedang berada pada masa sulit, tidak pasti dan cenderung labil, mudah
sekali terpengaruh informasi global melalui media audio-visual yang semakin mudah
diakses, namun minim informasi kesehatan reproduksi. Dengan informasi akan kesehatan
reproduksi yang terbatas dan perkembangan emosi yang masih labil, remaja dihadapkan
pada kebiasaan yang tidak sehat seperti seks bebas, merokok, minum-minuman
beralkohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang. Adaptasi kebiasaan itu, seiring
dengan alat-alat reproduksi remaja yang mulai berfungsi, pada akhirnya hanya akan
mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan
berperilaku seksual yang beresiko tinggi.
Jenis resiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda
dengan anak-anak maupun orang dewasa. Jenis resiko kesehatan reproduksi yang harus
dihadapi remaja antara lain kehamilan dini maupun kehamilan yang tidak diinginkan,
aborsi, penyakit menular seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan
akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Resiko ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang saling berhubungan, yaitu tuntutan untuk menikah muda dan hubungan
seksual, akses yang rendah terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan gender,
kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup remaja. Berikut adalah
akibat hubungan seks pranikah bagi remaja.
1) Remaja laki-laki tidak perjaka, wanita menjadi tidak perawan
2) Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan
yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan, dan kematian karena
pendarahan atau keracunan kehamilan.
3) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, merasa berdosa, dan hilang harapan masa
depan)
4) Kemungkinan hilang kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan
bekerja
5) Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat
6) Resiko tertular penyakit menular seksual (PMS)
Penyakit Menular seksual termasuk HIV/AIDS dapat menular dengan beberapa cara,
yang pertama adalah melalui hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui penis,
vagina, anus, maupun oral. Cara ini adalah cara yang paling utama (lebih dari 90%).
Uteriplasenta, penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS, herpes, sifilis),
melalui jalan lahir pada saat persalinan (HIV/AIDS, gonore, klamidia), sesudah bayi lahir
(HIV/AIDS). Darah tranfusi darah tanpa skrining terhadap IMS atau kontak langsung
dengan cairan darah atau produk darah (HIV/AIDS) dan melalui jarum suntik yang
dipakai secara bersama-sama dengan penderita hepatitis atau HIV dan AIDS. Kontak
Tubuh, kondisi ini terjadi pada sifilis stadium III, dan yang terakhir adalah tidak
terjaganya kebersihan alat reproduksi dengan baik Penyakit menular seksual ada yang
bisa disembuhkan dan ada yang tidak. Sebagai contoh PMS yang disebabkan oleh bakteri
seperto gonorea, sifilis, ulkus mole, dan klamidia masih dapat disembuhkan, sedangkan
yang disebabkan virus seperti hepatitis, herpes genital, kondiloma akuminata, dan AIDS
tidak dapat disembuhkan.18 Satu-satunya cara adalah berobat kedokter atau tenaga
kesehatan. Jika terkena PMS, pasangan juga harus diperiksa dan diobati, jangn mengobati
diri sendiri, patuhi cara pengobatan sesuaipetunjuk yang diberikan oleh dokter, atau
hindari hubungan seksual selama masih ada keluhan atau gejala. Berikut adalah macam-
macam Penyakit Menular Seksual (PMS) :
1) Gonore (GO atau kencing nanah), penyebabnya adalah bakteri Nisseria
gonorrbea dengan masa inkubasi antara 2 – 10 hari setelah masuk kedalam tubuh.
2) Sifilis (raja singa), penyebabnya kuman Treponema pallidum dengan masa tanpa
gejala antara 2 – 6 minggu bahkan terkadang sampai tiga bulan sesudah kuman
masuk dalam tubuh melalui hubungan seksual.
3) Herpes genitalis, disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 1 dan 2 dengan masa
inkubasi antara 4 – 7 hari setelah virus berada dalam tubuh, dimulai dengan rasa
terbakar atau kesemutan pada tempat masuknya virus
4) Trikomonas vaginalis, infeksi ini disebabkan oleh sejenis protozoa dengan masa
inkubasi 3 – 28 hari setelah kuman masuk kedalam tubuh melalui hubungan
seksual.
5) Klamidia, infeksi saluran reproduksi yang disebabkan oleh Clamidia tracbomatis
6) Ulku mole (chancroid / sankroid), disebabkan oleh infeksi haemopbillusyang
menular karena hubungan seksual.
7) HIV / AIDS
Remaja juga kekurangan informasi dasar mengenai keterampilan menegosiasikan
hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih
kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda
perkawinan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki. Bahkan
pada remaja di pedesaan, menstruasi pertama biasanya akan segera diikuti dengan
perkawinan yang menempatkan mereka pada resiko kehamilan dan persalinan dini,
kehamilan dan persalinan usia muda akan menambah resiko kesakitan dan kematian ibu
dan bayi (2 – 4 kali lebih tinggi dari masa usia subur).
Keterbatasan pengetahuan dan informasi tentang kesehatan reproduksi orang tua juga
dapat menjadi pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja. Hal ini berawal
dari sikap orang tua yang menabukan pertanyaan remaja tentang fungsi dan proses
reproduksi, serta penyebab rangsangan seksualitas. Orang tua cenderung risih dan tidak
mampu memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses
reproduksi itu. Tiadanya informasi dari orang tua membuat remaja mengalami kebingu-
ngan akan fungsi dan proses reproduksinya. Ketakutan kalangan orang tua dan guru,
bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan fungsinya
akan mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah, justru mengaki-
batkan remaja diliputi oleh ketidaktahuan atau mencari informasi yang belum tentu benar,
yang pada akhirnya justru dapat menjerumuskan remaja kepada ketidaksehatan
reproduksi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai