Anda di halaman 1dari 22

MODEL INOVASI REMAJA DAN WANITA PERIMENOPAUSE

OBSESI “ Obrolan Sehat Seputar Reproduksi”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi

Kelompok 1

1. Alya Fathma Al H (CBX0210103) 7. Lia Rosliawati (CBX0210118)


2. Ananda Pratiwi (CBX0210104) 8. Lia Mauliyanti (CBX0210119)
3. Cucu Hernawati (CBX0210107) 9. Pipit Safaatni (CBX0210125)
4. Evi Mariah (CBX0210111) 10. Rena Rosdiana (CBX0210127)
5. Iin Darwati (CBX0210112) 11. Sri Mulyani (CBX0210130)
6. Inne Maryani (CBX0210115) 12. Sri Ratna Julita (CBX0210133)
13. Yosa Eryk Nuraeni (CBX0210137)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGO ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat
danKuasa-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Inovasi.
Di dalam makalah ini akan dibahas tentang “Model Inovasi Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja Dan wanita perimenaupause” dengan invasi OBSESI

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segisusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifatmembangun dari pembaca sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi
pada pembaca.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI (2015) adalah

keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-

mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,

fungsi, dan proses reproduksi. Ruang lingkup pelayanan kesehatan

repoduksi menurut International Conference Population and Development

(ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri dari kesehatan ibu dan anak, kesehatan

reproduksi mulai dari perawatan kehamilan, pertolongan pada persalinan,

infertilitas, penggunaan kontrasepsi, kehamilan tidak diinginkan dan

aborsi, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, pelecehan dan kekerasan

pada perempuan, perkosaan, layanan dan informasi pada remaja, serta

menopause pada perempuan dewasa.

Kehidupan pada dasarnya merupakan serangkaian perkembangan

yang kontinu dari lahir sampai mati. Setiap perkembangan mengandung

pengertianadanya suatu proses menuju kematangan yang meliputi aspek

jasmaniah, rohaniahdan sosial. Bila seorang individu telah mencapai

periode kematangan, baik aspekfisik, sikis maupun sosialyang umumnya

dapat dicapai pada usia remaja hingga dewasa. Masalah-masalah

kesehatan repduski seringkali menyerang perempuan pada usia rentan

yaitu usia remaja dan usia wanita dewasa dengan perimenopus.


Peristiwa penting pada seorang perempuan yaitu mentruasi, dan

kehamilan. Pada kebanyakan wanita hal tersebut dapat membuat cemas,

saat cemas dan kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan masalah yang

sangat serius. Pada usia remaja hormor-hormon akan meningkat salah

satunya yaitu masalah seks sekunder dimana dimulainya mentruasi.

Sedangkan pada wanita perimenopus menurunnya hormon yang dapat

menyebabkan banyak masalah salah satunya siklus mentruasi yang tidak

teratur dan tidak menstruasi. Pada kedua siklus hidup tersebut akan

membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis.

Masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat

diperkirakan, maka apabila tidak ditangani dengan baik maka akan

berakibat buruk bagi masa kehidupan selanjutnya Salah satu ruang lingkup

kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan adalah kesehatan

reproduksi . Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja dan wanita

adalah untuk membantu remaja dan wanita perimenopus agar memahami

kesehatan reproduksi, sehingga remaja memiliki sikap dan perilaku sehat

serta bertanggung jawab kaitannya dengan masalah reproduksi

(Widyastuti dkk., 2012).

Pengetahuan dapat ditingkatkan dengan adanya pendidikan

kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu,

kelompok, dan masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan

menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri

menjadi mampu. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan idea-idea


untuk menarik minat masyarakat sebagai tenaga kesehatan profesional

ditutut untuk selalu update mengenai pelayanan terpadu salah satu inovasi

yang dilaksanakan oleh penulis yaitu OBSESI “Obrolan sehat seputar

kesehatan reproduksi”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep remaja dan wanita perimenopus

2. Masalah – masalah yang terjadi pada remaja dan wanita perimenopus

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

a) Mendeskripsikan konsep remaja dan wanita perimenopus

b) Mengalanisis masalah-masalah yang terjadi pada remaja dan

wanita perimenopus

c) Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kesehatan

reproduksi pada remaja dan wanita perimenopus

d) Menangani kesehatan remaja dan wanita perimenopus dengan

“OBSESI (Obrolan seputas kesehatan reproduksi”


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Remaja

Remaja atau young people adalah anak yang berusia 10-19 tahun

(World Health Organization, 2011). Pada periode ini manusia mengalami

masa transisi dengan kebutuhan kesehatan dan perkembangan yang

spesifik. Remaja bebas mengembangkan keterampilan, menambah

pengetahuan, mengendalikan emosi, menjalin hubungan sosial, dan

kemampuan-kemampuan lain yang dapat menunjang kehidupan remaja

selanjutnya.

Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapai

kemasakan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan.

Proses ini adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat

antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja. Dari sudut

pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang akan mengkhawatirkan

adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality),

penyebaran penyakit kelamin (sexual transmitted disease), kehamilan di

luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted

pragnancy) di kalangan remaja. Masalah-masalah yang disebut terakhir ini

dapat menimbulkan masalah-masalah sertaan lainnya yaitu unsafe aborsi

dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai

masalah kesehatan reproduksi remaja, yang telah mendapatkan perhatian

khusus dari berbagai organisasi internasional .


1. Kesehatan Reproduk Pada Remaja

Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini

merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis,

tidak beraturan dan bermuara dari perubahan pada sistem reproduksi.

Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ

reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi

terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan

perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan

karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer

mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan

karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk

tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri

ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-

rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul.

Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini,

seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya

sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak

berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman

secara fisik. Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20 – 30

tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada bermacam-macam .


Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secar fisik kondisi organ

reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil

pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada

umur ini wanita belum cukup matang dan dewasa. Ibu muda biasanya

kemampuan perawatan pra-natal kurang baik karena rendahnya

pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat

pelayanan kesehatan.

Masalah kesehatan reproduksi remaja di indonesia kurang

mendapat perhatian yang beberapa kemungkinan mengapa hal itu

terjadi. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah kesehatan

reproduksi, seperti juga masalahkesehatan lainnya, semata-mata

menjadi urusan kalangan medis, sementara pemahaman terhadap

kesehatan reproduksi apalagi kesehatan reproduksi remaja

di kalangan medis sendiri juga masih minimal. Meskipun sejak

konperensi airo definisi mengenai kesehatan reproduksi sudah

semakin jelas, diseminasi pengertian tersebut di kalangan medis.

a. Masalah Kesehatan Remaja

1) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang

masalah seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.

2) Penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang mengarah

kepada penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan

hubungan seks bebas yang dewasa ini semakin

menghawatirkan.
3) Kehamilan pranikah / diluar ikatan pernikahan

4) Masalah kehamilan dan kehamilan dini Ketidakmatangan

secara fisik dan mental.

5) Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar

6) Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri

7) Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman.

Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang

merupakan isu yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi,

kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) termasuk

HIV / AIDS, kebutuhan khusus remaja, dan perluasan jangkauan

pelayanan ke lapisan masyarakat kurang mampu atau mereka yang

tersisih. Karena proses reprouksi terjadi melalui hubungan seksual,

definisi kesehatan reproduksi mencakup kesehatan seksual yang

mengarah pada peningkatan kualitas hidup dan hubungan antara

individu, jadi bukan hanya konseling dan pelayanan untuk proses

reproduksi dan PMS. Dalam wawasan pengembangan

kemanusiaan, merumuskan pelayanan ksehatan reproduksi sangat

penting mengingat dampaknya juga terasa dalam kualitas hidup

pada generasi berikutnya. Sejauh mana orang dapat menjalankan

fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan sehat

sesunggunya tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus

kehidupannya mulai dari saat konsepsi, masak anak, remaja,

dewasa hingga masa paska usia reproduksi.


Kondisi seksual dikatakan sehat apabila seseorang berada

dalam beberapa kondisi. Pertama, terbebas dan terlindung dari

kemungkinan tertularnya penyakit yang disebabkan oleh hubungan

seksual. Kedua, terlindung dari praktik-praktik berbahaya dan

kekerasan seksual. Ketiga, dapat mengontrol akses seksual orang

lain terhadapnya. Keempat, dapat memperoleh kenikmatan atau

kepuasan seksual. Kelima, dapat memperoleh informasi tentang

seksualitas. Sedangkan, individu dikatakan bebas dari gangguan

reproduksi apabila yang bersangkutan ( et al., 2015)

1) Aman dari kemungkinan kehamilan yang tidak dikehendaki

2) Terlindung dari praktek reproduksi yang berbahaya

3) Bebas memilih alat kontrasepsi yang cocok baginya

4) Memiliki akses terhadap informasi tentang alat kontrasepsi dan

reproduksi

5) Memiliki akses terhadap perawatan kehamilan dan pelayanan

persalinan yang aman

6) Memiliki akses terhadap pengobatan kemandulan (infirtility).

Selain masalah- masalah yang yang meyimpang, remaja putri juga

meliki fase sangat penting diamana mengalami mentruasi. Menstruasi

adalah perdarahan periodik yang terjadi di dalam rahim yang dimulai

secara berkala sekitar 14 hari setelah ovulasi akibat pelepasan

endometrium (Sinaga et al., 2017). Sindrom pramenstruasi (PMS) adalah


sekelompok gejala tidak menyenangkan fisik dan psikologis yang dialami

oleh wanita sekitar satu hingga dua minggu sebelum menstruasi.

Dismenorea disebut juga dismenore atau dismenore. Nyeri haid

biasanya terjadi di perut bagian bawah, tetapi bisa menyebar ke punggung

bawah, punggung bawah, panggul, paha atas, dan betis. Nyeri juga dapat

disertai dengan kram perut yang parah, yang 16 disebabkan oleh kontraksi

otot rahim yang sangat kuat saat darah menstruasi mengalir keluar dari

rahim. Dismenore primer disebabkan oleh bahan kimia alami yang

diproduksi oleh sel-sel yang melapisi dinding rahim yang disebut

prostaglandin. Amenore adalah suatu kondisi di mana haid berhenti atau

tidak terjadi selama masa subur atau saat haid harus terjadi secara teratur.

Amenore dibedakan menjadi dua jenis: amenore primer dan amenore

sekunder.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi secara

umum menurut Permata (2017) meliputi:

a. Faktor sosial ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan,

tingkat pendidikan yang rendah, ketidaktahuan akan perkembangan

seksual dan proses reproduksi, pemukiman terpencil).

b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktik tradisional yang

mempengaruhi kesehatan reproduksi, kepercayaan bahwa banyak

anak beruntung, informasi tentang fungsi reproduksi yang bingung

karena
c. Faktor psikologis (efek perpecahan orang tua pada remaja, depresi

akibat ketidakseimbangan hormon, dan ketidakberhargaan wanita

pada pria yang menjalani kebebasan materi)

d. Faktor biologis, seperti cacat lahir, cacat pada sistem reproduksi

setelah penyakit menular seksual, dll. F

B. Konsep Wanita Perimenopause

Perimenopause adalah masa sebelum, selama dan sesudah

menopause. Perimenopause terjadi karena turunnya jumlah folikel pada

indung telur sehingga estrogen mengalami penurunan jumlah produksi.

Akibat dari penurunan estrogen terjadi gejala- gejala seperti timbul

misalnya rasa panas membakar di wajah yang sering timbul pada malam

hari, kekeringan pada vagina, siklus menstruasi tidak teratur dan tanda

perubahan lainnya. Usia perimenopause wanita biasanya 45 tahun sampai

terjadinya menopause. Atau 5 tahun sebelum terjadinya menopause.

Perimenopause merupakan fase klimakterium. Klimakterium

adalah masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium.

Klimakterium terdiri atas masa:

 Pramenopause Masa premenopause adalah waktu sebelum periode

menstruasi berakhir, biasanya sebelum gejala mulai muncul.

Pramenopause terjadi pada umur 40 tahun.

 Perimenopause adalah masa sebelum selama dan setelah menopause.

 Menopause Menopause yaitu sebuah keadaan wanita yang tidak

mendapat haid selama 12 bulan disertai adanya tanda tanda menopause


sampai menuju senium. Menopause terjadi pada usia antara 45 sampai

51 tahun.

 Pascamenopause atau postmenopause Pasca menopause adalah waktu

dalam kehidupan wanita setelah periode berhenti paling tidak satu

tahun.

1. Kesehatan Reproduksi Pada Wanita Perimenopause

Memasuki masa perimenopause aktivitas folikel dalam

ovarium mulai berkurang. Ketika ovarium tidak menghasilkan ovum

dan berhenti memproduksi estradiol, kelenjar hipofise berusaha

merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen sehingga terjadi

peningkatan produksi FSH dan LH. Meskipun perubahan ini mulai

terjadi 3 tahun sebelum menopause, penurunan produksi estrogen

oleh ovarium baru tampak sekitar 6 bulan sebelum menopause.

Terdapat pula penurunan kadar hormone androgen seperti

androstenedion dan testosterone yang sulit dideteksi pada masa

perimenopause.

2. Masalah-masakah Kesehatan Reproduksi Pada Wanita

Perimenopause

a. Drynes vaginal (kekeringan pada vagina)

Dengan meningkatknya usia maka makin sering dijumpai

gangguan seksual. Hal itu dapat terjadi karena adanya perubahan

pada vagina seperti kekeringan, sel epitel vagina menjadi tipis

dan mudah cidera yang akan membuat daerah vagina sakit saat
berhubungan. Libido atau gairah seskaula wanita menurun

dikarenakan perubahan hormonal, kegelisahan, atau citra tubuh

yang tidak baik.

b. Ketidakaturan siklus haid Perdarahan yaitu keluarnya darah dari

vagina

Gejala ini biasanya akan terlihat pada awal permulaan masa

menopause. Perdarahan akan terlihat beberapa kali dalam rentang

beberapa bulan dan akhirnyaakan 15 berhenti sama sekali. Gejala

ini sering kali disebut dengan gejala peralihan. Apabila

perdarahan bertambah berat sebaiknya melakukan pemeriksaan

untuk memastikan tidak ada. Fase ini ditandai dengan siklus haid

yang tidak teratur.Pada kebanyakan wanita siklus haidnya >38

hari dan sisanya

Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang

disebabkan oleh siklus anovulasi.Kemudian menjadi lebih

sedikit.Beberapa wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2

hari segera sebelum haid.Kombinasi dari spotting, siklus haid

yang pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan

secara subjektif wanita tersebut “selalu berdarah”.Meskipun

perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal

selama perimenopause, berat dan lamanya perdarahan atau

perdarahan diantara siklus haid bukanlah hal yang normal.

c. Perubahan Fungsi Seksual


Banyak wanita mengalami disfungsi seksual , meskipun insidensi

dan etiologi yang tepat masih belum diketahui. Disfungsi seksual

mungkin melibatkan penurunan minat atau keinginan untuk

memulai aktivitas seksual, serta penurunan gairah atau

kemampuan untuk mencapai orgasme selama hubungan

seksual.Etiologi disfungsi seksual disebabkan oleh banyak

faktor,termasuk masalah psikologis seperti depresi atau gangguan

kecemasan,konflik dalam hubungan,masalah yang berkaitan

dengan penyimpangan seksual, penggunaan obat, atau masalah

fisik yang membuat aktivitas seksual menjadi tidak nyaman ,

seperti endometriosis atau atrofi vaginitis(Azwar,2013) .

Wanita yang mendekati menopause, produksi hormone ekstrogen,

hormon progesterone dan hormone seks lainnya mulai menurun.Keadaan

ini menyebabkan jarang terjadi ovulasi dan menstruasi tidak teratur,

sedikit dengan jarak yang panjang. Menopause berhubungan dengan

perubahan hormonal sehingga wanita mengalami perubahan status fisik

dan emosional.Ketika terjadi menopause akan menimbulkan gejala-gejala

yang berbeda pada tiap orang, meskipun demikian, dapatlah dikatakan

bahwa gejala-gejala premenopause merupakan suatu gejala yang biasa

disebut sindrom menopause yang meliputi; ketidak teraturan siklus

haid,gejolak panas(Hot Flushes),keringat di malam hari (night sweat),

kekeringan vagina (dryness vaginal), penurunan daya ingat, kurang tidur

(insomnia), rasa cemas (depresi)( Nasir,2012).


Beberapa faktor yang mempercepat seorang wanita mengalami

menopause, diantaranya adalah usia saat haid pertama, usia melahirkan,

jumlah anak, pemakaian kontrasepsi, beban pekerjaan, merokok, dan

alkohol. (Ariyanti & Apriliana, 2016). Menopause tidak seharusnya

ditakuti dan dikhawatirkan oleh kaum wanita. Oleh karena itu, perlu

dilakukan peningkatan kesehatan reproduksi karena hal tersebut memiliki

andil penting dalam siklus kehidupan wanita pada masa menopause.

Seorang wanita adalah sosok individu yang tangguh secara bio-psiko-

sosial-spiritual, karena seorang wanita tidak hanya dapat merawat dirinya

sendiri tetapi juga dapat merawat anggota keluarganya. Oleh karena itu,

konsep pemberdayaan perempuan dalam kesetaraan gender bukan hanya

memperjuangkan hak asasi manusia saja, tetapi juga perlu

memperjuangkan kedamaian, kesejahteraan, dan ketahanan aspek bio-

psiko-sosial-spiritual (United Nation, 2016).

Perempuan yang mengalami menopause, akan berpengaruh

terhadap aktivitas seksualnya, seperti seksualitasnya, hubungan seks,

dorongan seks, fungsi seksual, dan respons seksual perempuan.

Seksualitas merupakan suatu komponen integral dari kehidupan seorang

perempuan normal. Hubungan seksual yang nyaman dan dapat

memuaskan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam

langgengnya hubungan perkawinan bagi banyak pasangan (Irwan, 2012).

C. Innovasi Penanganan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja dan Wanita

Perimenopause
Secara umum inovasi seringkali diterjemahkan sebagai penemuan

baru. Namun sebenarnya aspek “ kebaruan” dalam inovasi sangat

ditekankan untuk inovasi di sektor swasta atau di sektor industri.

Sedangkan, inovasi pada sektor publik lebih ditekankan pada aspek

“perbaikan” yang dihasilkan dari kegiatan inovasi tersebut, yaitu

pemerintah mampu memberikan pelayanan publik secara lebih efektif,

efisien dan berkualitas, murah dan terjangkau (Wijayanti dalam Cindy,

2013:88).

Kesehatan reproduksi merupakan perkara yang penting untuk

diperhatikan bagi perempuan, kesehatan reproduksi dapat diartikan

sebagai kesehatan secara fisik maupun mental dan tentu saja mencakup

pula kesehatan sosial secara utuh pada semua hal yang memiliki hubungan

baik dengan sistem maupun fungsi reproduksi, tidak hanya serta merta

diartikan sebagai kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan.

Informasi tentang kesehatan reproduksi lebih baik bukan hanya diperoleh

oleh perempuan saja, tetapi juga oleh laki-laki. Hal ini berkaitan dengan

upaya mendapatkan akses terhadap berbagai metode keluarga berencana

yang lebih aman, efektif, terjangkau, serta metode-metode pengendalian

kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tentu saja yang tidak bertentangan

dengan peraturan maupun perundang-undangan yang berlaku (Kusmiran,

2011).

Fase remaja dan fase perimenopus pada perempuan merupakan

fase yang sangat rentan akan masalah-masalah kesehatan terumatamas


masalah kesehatan reproduski. Dengan adanya innovasi mengani

pelayanan kesehatan dengan teman OBSESI “ Obrolan sehat seputas

kesehatan reproduksi”. Dimana inovasi ini bertujuan untuk menunjang

wanita dalam memperoleh kesehatan reproduksinya. Diharapakan

menambah pengetahuan sehingga dapat terhindar dari masalah-masalah

yang dihadapinya.

Mentruasi merupakan peritiwa yang sangat penting bagi seorang

wanita, dimana pada mana remaja berawalnya mentruasi dan pada fase

perimanapause akan berakhirnya fase mentruasi. Kedua fase kehidupan

wanita ini sangat dingaruhi oleh beberpa faktor yang akan menyebabkan

masalah serius salah satunya kurangnya pengetahuan mengenai gizi dan

perawatan.

Beberapa faktor pada kedua fase tersebut yang akan mempengaruhi

kesehatnya reproduksi, tingkat sosial rendah, kebiasaan mengonsusmi

alkohol, merokok, serta keadaan gizi yang kurang terpenuhi ataupun

akibat 50 dari beberapa penyakit, seperti anemia dan tuberculosis.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kesiapan ibu dalam remaja

dan mengadapi menopause adalah melakukan perubahan pola hidup dan

pola makan yaitu dengan mengkonsumsi zat gizi yang dapat mengurangi

gejala menopause serta mencegah masalah yang timbul setelah (Lestari,

2010). Zat antioksidan sangat berperan dalam membersihkan radikal bebas

yaitu partikel yang bisa merusak sel dan memicu berbagai penyakit seperti

kanker, dengan mengkonsumsi antioksidan misalnya bayam merah,


pepaya dan fitoestrogen, misalnya kedelai dan teh hijau sehingga tubuh

tidak akan mudah sakit karena regenerasi sel berjalan dengan baik, selain

itu kesehatan kulit akan tetap terjaga (Liza, 2012).

Semakin berkembangnya teknologi yang dapat di gunakan oleh

masyrakat menuntut pelayanan kesehatan harus semakin terdepan.

Inovasi dari OBSESI ini yaitu mendektesi dini permasalah yang timbul

dari remaja dan wanita perimenaupause dengan memeriksakan diri

kebidan. Melakukan pendididkan kesehatan mengenai status gizi yang

dibutuhkan pada remaja dan wanita perimenaupause. Setiap remaja dan

wanita dilakukan skirining terlebih dahulu dan memberikan kuesioner

mengenai perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat di

klasifikasikan permasalah apa yang dihadapi. Dengan metode innovasi ini

dilakukan dengan mengajak remaja dan wanita berdikusi sehingga tidak

takut untuk memeriksakan diri kepelayanan kesehatan.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh

remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit

atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial

kultural. Wanita memiliki beberapa fase yang sangat penting dalam

kehidupannya yaitu fase remaja yang ditandai dengan mulainya mentruasi

dan fase maoupause yang ditandai dengan berakhirnya mentruasi. Kedua

fase tersebut akan timbul beberapa perubahan akan yang menyebababkan

masalah yang serius jika tidak ditangani dengan tepat dan cermat. Dengan

adanya inovasi OBSESI diharapkan remaja dan wanita perimemapause

dapat sehat dan ceria dimasa yang akan datang.

B. Saran

Dari makalah ini semoga memberikan informasi pada remaja untuk

khususnya remaja dan wanita untuk meningkatan pengetahuan kesehatan


reproduksi dan meningkatkan pelayanan kesehatan untuk mendapat

pemecahan masalah atau pemeriksaan.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes R. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja

(http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin

%20reproduksi%20remaja-ed.pdf): Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI. (online) 2015.

Kusmiran, E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.

Jakarta :SalembaMedika; 2014.

( et al., 2015)

Nisa Mairo, Q. K., Rahayuningsih, S. E., & Purwara, B. H. (2015). Kesehatan

Reproduksi Remaja Putri di Pondok Pesantren Sidoarjo Jawa Timur.

Majalah Kedokteran Bandung, 47(2), 77–83.

https://doi.org/10.15395/mkb.v47n2.457

Kemenkes R. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja

(http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin

%20reproduksi%20remaja-ed.pdf): Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI. (online) 2015.


Kusmiran, E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.

Jakarta :SalembaMedika; 2014.

( et al., 2015)

Lestari, N. M. S. D. (2013) ‘Pengaruh dismenorea pada remaja’, Seminar

Nasional FMIPA UNDIKSHA III, pp. 323–329. Available at:

ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download.

Anda mungkin juga menyukai