Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRA NIKAH DENGAN


HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP DISMINORHEA
DI PUSKESMAS KAMAL

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Remaja dan Pra Nikah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:
Nama : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2020-2021
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA/PRA NIKAH


DI PUSKESMAS KAMAL

Disusun oleh:
Nama : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas :A

Tangga l Pemberian Asuhan : 2 februari 2021

Disetujui:

Kepala Ruangan
Tanggal: 9
februari 2021 (_Khadijah,S.Keb.,Bd)___________
Di: Pkm NIP 1098207122006042028
Kamal_________
_

Pembimbing
Institusi
Tanggal: 9 (_Alis Nur Diana,S.ST.,M.Kes )
februari 2021 NIDN.
Di: Pkm Kamal
______________
__

Pembimbing
Kasus
Tanggal: 9 (_Khadijah,S.Keb,.Bd)__________________
februari 2021 ___)
Di: Pkm NIP 1098207122006042028
Kamal_________
_
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masa remaja atau pra nikah ditandai dengan perubahan fisik maupun psikis
yang pesat dari masa anak-anak ke masa remaja terutama pada organ reproduksi
(Purwani Dkk, 2010). Menurut WHO, masa remaja adalah suatu perubahan yang
tadinya tidak memiliki tanggung jawab sampai memiliki tanggung jawab pada
masa remaja dan sering juga disebut masa pubertas. Para ahli merumuskan bahwa
istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik secara
bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa
dewasa, terutama perubahan alat reproduksi (Tarwoto et al., 2010).
Isu kesehatan reproduksi selama siklus kehidupan remaja sangatlah beragam
dan kompleks. Isu kesehatan reproduksi remaja merupakan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi wanita disetiap masanya, permasalahan kesehatan
reproduksi dapat dialami wanita pada saat anak-anak, remaja, dewasa bahkan usia
lanjut, salah satu masalah kesehatan reproduksi yang selalu dialami remaja adalah
neri perut saat menstruasi atau Disminorhea. Kesehatan reproduksi adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya (Irianto, 2015).
Dismenore merupakan masalah ginekologis yang paling umum dialami wanita
usia remaja. Dismenore yang dialami remaja berkaitan dengan terjadi ovulasi
sebelumnya serta ada hubungan dengan kontraksi otot uterus dan sekresi
prostaglandin (dismenore primer). Penyebab nyeri berasal dari otot rahim, seperti
semua otot lainnya otot rahim dapat berkontraksi dan relaksasi. Saat mentruasi
kontraksi lebih kuat, kontraksi yang terjadi adalah akibat suatu zat yang namanya
prostaglandin (Proverawati A,2015).
Dismenore menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah
dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari ( Wariyah, Sugiri H, Makhrus I, 2019). Pada
sebagian kaum remaja, dismenore primer merupakan siksaan tersendiri yang harus
dialami setiap bulannya, sehingga remaja harus dapat mencari solusi yang tepat
untuk mengatasinya. Banyak cara untuk menghilangkan/menurunkan nyeri haid, baik
secara farmakologis maupun non farmakologis. Dampak yang terjadi jika dismenore
tidak ditangani dapat menimbulkan konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan
yang dialami dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak
nyaman dan asing bagi penderita dismenore. Ketegangan biasanya menambah
parahnya keadaan yang buruk setiap saat. Sedikit tidak merasa nyaman dapat dengan
cepat berkembang menjadi suatu masalah besar dengan segala kekesalan yang
menyertainya, dengan demikian kegelisahan, perasaan tidak gembira, atau juga
perasaan tertekan semua itu bukanlah hal yang tidak biasa. Oleh karena itu pada usia
remaja dismenore harus ditangani agar tidak terjadi.

2. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh kecemasan terhadap terjadinya Disminorhea pada Remaja
3. Tujuan
3.1 Tujuan umum
Menganalisis pengaruh kecemasan terhadap terjadinya Disminorhea di
puskesmas kamal
3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kecemasan yang terjadi sebelum Disminorhea pada
remaja di Puskesmas Kamal
b. Menganalisis pengaruh kecemasan terhadap terjadinya Dismenorhea pada
remaja di puskesmas kamal

4. Manfaat
4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan bisa di jadikan ilmu pengetahuan khususnya ilmu
kebidanan maternitas yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi wanita usia
subur
4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat bahwa
kecemasan tidak mempengaruhi Disminorhea, akan tetapi Disminorhea yang
tidak segera ditangani dapat menimbulkan kecemasan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Teori Remaja atau Pra Nikah


1.1 Pengertian
Remaja berasal dari bahasa inggris adolesence yang diadopsi dari bahasa latin
adolescere yang artinya bertumbuh (to grow) dan menjadi matang (to mature). Remaja
adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana terjadi
perubahan secara fisik, biologis, psikologis, kognitif, psikososial yang mudah
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Remaja pada tahap tersebut mengalami
perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-
masalah pada masa remaja.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode
masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa.
a. Tahapan Perkembangan Remaja
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada 3
tahap yaitu:
1) Masa remaja awal (10-12 tahun), memiliki ciri tampak dan memang
merasa lebih dekat dengan teman sebaya, merasa ingin bebas, lebih banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya, dan mulai berpikir abstrak.
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), memiliki ciri tampak dan merasa ingin
mencari identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada
lawan jenis, timbul rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan
berpikir abstrak, dan berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan
seksual.
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), memiliki ciri menampakkan pengungkapan
kebebasan diri, dalam mencari teman sebaya lebih selektif, mempunyai citra
(gambaran, peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan perasaan cinta, dan
memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

2. Konsep Dasar Dismenorhea


2.1 Pengertian
Istilah dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa yunani kuno
(Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno yang
berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Secara singkat dismenore dapat
di definisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami
nyeri (Anurogo, 2011). Nyeri haid disebut juga dengan dismenore (Sari, 2012).
Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat
menstruasi (Icemi & Wahyu, 2013). Menurut Reeder (2013) dismenore yakni nyeri
menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama
menstruasi. Nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa hari selama
menstruasi. Dismenore merupakan nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai
nyeri singkat sebelum awitan atau selama menstruasi yang merupakan permasalahan
ginekologikal utama, yang sering dikeluhkan oleh wanita (Lowdermilk et al, 2011).
Dismenore merupakan masalah yang sering terjadi pada wanita yang sedang
mengalami haid atau menstruasi (Hendrik, 2006).
Dari berbagai pendapat, dapat disimpulkan dismenore merupakan adanya
gangguan fisik pada wanita yang mengalami menstruasi, yang dikarakteristikan
dengan adanya nyeri pada saat menstruasi, dan nyeri tersebut bisa terjadi sebelum
atau selama menstruasi dalam waktu yang singkat.
Menurut Icemi Sukarni, K dan Wahyu, P (2013) ada dua tipe-tipe dari
dysmenorrhea, yaitu:
a. Primary dysmenorrhea, adalah nyeri haid yang dijumpai pada alat- alat genital
yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche.
Dismenore primer adalah suatu kondisi yang dihubungkan dengan siklus ovulasi
(Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2011).
b. Secondary dysmenorrhea, adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh
kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi pada wanita yang
berusia lebih dari 25 tahun. Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang
berkembang dari dismenore primer yang terjadi sesudah usia 25 tahun dan
penyebabnya karena kelainan pelvis (Perry, Hockenberry, Lowdermilk, &
Wilson, 2011)

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dismenore


Penyebab terjadinya dismenore yaitu keadaan psikis dan fisik seperti stres,
shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah, dan kondisi
tubuh yang menurun (Diyan, 2013). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
dismenore menurut Arulkumaran (2006) antara lain:
a. Faktor menstruasi
1) Menarche dini, gadis remaja dengan usia menarche dini insiden dismenorenya
lebih tinggi.
2) Masa menstruasi yang panjang, terlihat bahwa perempuan dengan siklus yang
panjang mengalami dismenore yang lebih parah.
b. Paritas, insiden dismenore lebih rendah pada wanita multiparitas. Hal ini
menunjukkan bahwa insiden dismenore primer menurun setelah pertama kali
melahirkan juga akan menurun dalam hal tingkat keparahan.
c. Olahraga, berbagai jenis olahraga dapat mengurangi dismenore. Hal itu juga
terlihat bahwa kejadian dismenore pada atlet lebih rendah, kemungkinan karena
siklus yang anovulasi. Akan tetapi, bukti untuk penjelasan itu masih kurang.
d. Pemilihan metode kontrasepsi, jika menggunakan kontrasepsi oral sebaiknya
dapat menentukan efeknya untuk menghilangkan atau memperburuk kondisi.
Selain itu, penggunaan jenis kontrasepsi lainnya dapat mempengaruhi nyeri
dismenore.
e. Riwayat keluarga, mungkin dapat membantu untuk membedakan endometriosis
dengan dismenore primer.
f. Faktor psikologis
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapat penjelasan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.
Selain itu, stres emosional dan ketegangan yang dihubungkan dengan sekolah
atau pekerjaan memperjelas beratnya nyeri.
Menurut Wiknjosastro (2005) dalam Dianika (2011) faktor penyebab
dismenore, yaitu:
a. Faktor Psikis
Pada gadis-gadis yang emosional, apabila tidak mendapatkan
pengetahuan yang jelas maka mudah terjadi dismenore.

b. Faktor konstitusional
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor psikis. Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun dan sebagainya mempengaruhi timbulnya
dismenore.
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu faktor yang paling tua untuk menerangkan terjadinya
dismenore adalah stenosus kanalis servikalis. Pada wanita uterus hiperantefleksi
mungkin dapat terjadi stenosus kanalis servikalis, akan tetapi hal tersebut tidak
anggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab terjadinya dismenore.
d. Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore
primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor ini mempunyai
hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot uterus.
Menurut Manuaba (2007) pada dismenore primer disebabkan oleh faktor
hormonal, sedangkan dismenore sekunder tidak disebabkan faktor hormonal.
Adapun faktor penyebab pada dismenore, yaitu a) Terjadi akibat kontraksi
yang kuat atau lama dinding Rahim; b) Hormon prostaglandin yang tinggi; c)
Pelebaran leher rahim saat keluarnya darah haid; d) Adanya infeksi daerah
panggul; f) Endometriosis; g) Tumor jinak pada Rahim; h) Postur tubuh yang
kurang baik (sikap yang salah); i) Rahim tidak berkembang secara optimal; j)
Diperberat jika mengkonsumsi kopi dan stress (Wratsongko & Budisulistyo,
2006).
Menurut Nanang Winarto Astarto, et all (2011) penyebab pasti
dismenore belum diketahui secara pasti, pada dismenore primer nyeri timbul
akibat tingginya kadar prostaglandin. Sedangkan pada dismenore sekunder
diduga penyebab terbanyak adalah endometriosis. Adapun faktor-faktor risiko
dari dismenore primer yaitu wanita yang belum pernah melahirkan, obesitas,
perokok, dan memiliki riwayat keluarga dengan dismenore. Sedangkan faktor
yang dapat memperburuk keadaan adalah rahim yang menghadap ke belakang,
kurang berolahraga dan stres psikis atau stres sosial (Icemi & Wahyu, 2013).
Timbulnya rasa nyeri pada menstruasi biasanya disebabkan karena seseorang
sedang mengalami stres yang dapat menggangu kerja sistem endokrin, sehingga
dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan menimbulkan rasa sakit
pada saat menstruasi (Hawari, 2008).
Menurut Sinclair (2010) dan Reeder (2012) Pada dismenore sekunder
dikaitkan dengan patologi pelvis dan lebih sering dialami wanita yang berusia
diatas 20 tahun. Dismenore sekunder terjadi akibat penyakit panggul organik
seperti adenomiosis, leiomiomata, polip endometrium, malformasi kongenital,
stenosis servikal, endometriosis, PRP, mioma uterus, sindrom kongesti pelvis,
kista atau tumor ovarium, sindrom asherman (perlekatan intrauterus), prolaps
uterus, penggunaan AKDR atau trauma.
Remaja berasal dari bahasa inggris adolesence yang diadopsi dari bahasa
latin adolescere yang artinya bertumbuh (to grow) dan menjadi matang (to
mature). Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak dan masa
dewasa dimana terjadi perubahan secara fisik, biologis, psikologis, kognitif,
psikososial yang mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Remaja pada
tahap tersebut mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku,
dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah
suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering
disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak
ke masa dewasa.
a. Tahapan Perkembangan Remaja
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu)
remaja ada 3 tahap yaitu:
1) Masa remaja awal (10-12 tahun), memiliki ciri tampak dan
memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya, merasa ingin bebas,
lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya, dan mulai berpikir
abstrak.
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), memiliki ciri tampak dan merasa ingin
mencari identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada
lawan jenis, timbul rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan
berpikir abstrak, dan berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan
seksual.
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), memiliki ciri menampakkan
pengungkapan kebebasan diri, dalam mencari teman sebaya lebih
selektif, mempunyai citra (gambaran, peranan) terhadap dirinya, dapat
mewujudkan perasaan cinta, dan memiliki kemampuan berpikir khayal atau
abstrak.
b. Perubahan fisik pada remaja
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya
seorang anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima
perubahan khusus yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan
yang cepat pacu tumbuh, perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-
organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem
sirkulasi, dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan
stamina tubuh.

3. Konsep Kecemasan
3.1 Pengertian
Kecemasan adalah kondisi jiwa yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran
akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas
maupun hal-hal yang aneh. Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “ perasaan tertekan
dan tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini
sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa menggigil, menimbulkan banyak
keringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan
berproduktivitas berkurang, hingga banyak manusia yang melarikan diri kealam
imajinasi sebagai bentuk terapi sementara (Said Az-zahroni, Musfir. Konseling
Terapi.Jakarta: Gema Insani, 2015).
3.2 Jenis dan Tingkat Kecemasan
a. Jenis Kecemasan
Sigmund freud sang pelopor psikoanalisis banyak mengkaji tentang kecemasan ini,
dalam kerangka teorinya, kecemasan dipandang sebagai komponen utama dan
memegang peranan penting dalam dinamika kepribadian seorang individu. Freud
membagi kecemasan kedalam tiga tipe yaitu kecemasan realistik, kecemasan neurotik,
dan kecemasan moral.
1. Kecemasan realistik yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya nyata yang ada
dilingkungan maupun di dunia luar.
2. Kecemasan neurotik yaitu rasa takut, insting, akan lepas dari kendali dan
menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat membuatnya dihukum. Kecemasan
neurotic bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan
terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan. Kecemasan
neurotik berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh pada masa kanak-kanak
terkait dengan hukuman atau ancaman dari orang tua maupun orang lain yang
mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan implusif.
3. Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego)
Orang-orang yang memiliki super ego baik cenderung merasa bersalah atau malu
jika mereka berbuat atau berpikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya
dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang pada masa kanak-kanak
terkait dengan hukuman atau ancaman orang tua maupun orang lain yang mempunyai
otoritas jika dia melakukan perbuatan yang melanggar norma. (Bahan Dasar Untuk
Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan Menengah Jilid I, jakarta: PT.Grasindo,
2010)
b. Tingkat Kecemasan
Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat tertentu, 4 tingkatan
kecemasan yaitu:
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kecemasan dapat
memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Tanda dan gejala
antara lain: persepsi dan perhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal
dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan
belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap
suara, tanda vital dan pupil normal.
2. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang
selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi : sering
nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi.
Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiaannya.
3. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan
gejala dari kecemasan berat yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang
detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau
menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini
individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi,
takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi
individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.
4. Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan,
dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik
tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini
tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi kelelahan
yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari tingkat panik yaitu tidak dapat
fokus pada suatu kejadian.

4. Konsep Asuhan Kebidanan dan Model Dokumentasi


4.1 Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai


metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

4.1.2 Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)


1) Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis sebagai langkah pertama.
2) Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah kedua.
3) Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a) Diagnosis atau masalah
b) Antisipasi diagnosis / masalah potensial
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi / kolaborasi
dan / atau rujukan sebagai langkah II, III,dan IV
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dari
rujukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. “A” DENGAN DISMINORHEA DI
PUSKESMAS KAMAL

PENGKAJIAN:
Tanggal : 02 Februari 2021
Jam : 09.50 Wib
IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab : ibu

1. Nama : Nn. A 1. Nama : Ny B


2. Umur : 21 thn 2. Umur : 45 thn
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMP
5. Pekerjaan : Mahasiswi 5. Pekerjaan : IRT
6. Suku bangsa : Indonesia 6. Suku Bangsa : Indonesia
7. Alamat : Tanjung Jati 7. Alamat : Tanjung Jati

I. DATA SUBJEKTIF
Klien mengeluh nyeri perut bagian bawah, kadang disertai mual, haid hari ke 2.
Jika sedang haid sering merasakan nyeri perut, lama haid 7 hari, ganti softex 3-4x
sehari dengan jumlah darah yang keluar normal. Pola nutrisi nafsu makan klien
berkurang, pasien makan 1-2x sehari, minum 5-6 gelas sehari. Klien jarang
olahraga, aktivitas klien akhir akhir ini sibuk dengan persiapan ujian, saat nyeri
haid px tidak pernah minum obat atau jamu. Tidak mempunyai riwayan penyakit
menular, menurun dan kronis seperti kista,mioma,dan CA. Tidur tidak nyenyak
karna nyeri perut. Px merasa nyeri perut yang dialami disebabkan karena cemas.
II. DATA OBJEKTIF
k/u baik, kesadaran composmentis, TD 90/60 mmHg, N 80x/mnt, S 36, RR
20x/mnt, BB 50 kg, TB 149 cm, Lila 24,5 cm, IMT 22,5, acral dingin, wajah tidak
pucat, sclera putih, konjungtiva merah muda, tidak teraba benjolan abnormal,
terasa nyeri bila ditekan pada perut bagian bawah.
III. ANALISIS DATA
Nn. “A” usia 21 tahun dengan Disminorhea Primer

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaaan pada klien dan keluarga, klien dan keluarga
paham dan mengerti penjelasan petugas.
2. Menjelaskan kepada klien bahwa disminorhea yang dialaminya adalah
Disminorhea Primer yaitu rasa sakit pada perut bagian bawah yang menyertai
menstruasi, yang tidak disertai untuk kelainan pada Rahim dan dapat
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari. Klien mengerti dan paham
penjelasan dari petugas.
3. Menganjurkan klien untuk mengurangi rasa nyeri pada perutnya dengan
istirahat di tempat tidur, mengompres dengan air hangat yang diisikan ke
dalam botol dan mengganjal kaki supaya rileks. Klien mengerti
4. Menganjurkan klien untuk tetap mempertahankan pola nutrisi sebagai asupan
energi, agar tidak lemas. Dengan cara makan teratur 3x sehari, minum 6-8
gelas sehari serta olahraga secara rutin. Klien mengerti dan bersedia
melakukannya.
5. Menjelaskan kepada klien bahwa kecemasan yang sering dialami bukan
penyebab dari nyeri perut saat menstruasi/ Disminorhea akan tetapi
disminorhea yang tidak ditangani akan menyebabkan terjadinya kecemasan,
Klien paham dan mengerti penjelasan petugas.
6. Menganjurkan klien untuk kontrol ulang 10 hari lagi atau jika ada keluhan .
Klien bersedia.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat
menstruasi (Icemi & Wahyu, 2013). Menurut Reeder (2013) dismenore yakni nyeri
menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama menstruasi.
Nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa hari selama menstruasi. Dismenore
merupakan nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum awitan atau
selama menstruasi yang merupakan permasalahan ginekologikal utama, yang sering
dikeluhkan oleh wanita (Lowdermilk et al, 2011).
Kecemasan adalah kondisi jiwa yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran akan
apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal
yang aneh. Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “ perasaan tertekan dan tidak tenang, serta
berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh,
hingga tubuh dirasa menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat,
lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan berproduktivitas berkurang, hingga
banyak manusia yang melarikan diri kealam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara (Said
Az-zahroni, Musfir. Konseling Terapi.Jakarta: Gema Insani, 2015).
Setelah dilakukan pengkajian terhadap Nn A dengan Disminorhea primer, ditemukan
bahwa penyebabnya dipengaruhi oleh nutrisi yang kurang terpenuhi dan jarang olahraga.
Kecemasan yang dialami sebelum menstruasi tidak berpengaruh terhadap disminorhea yang
dialaminya. Akan tetapi dismenorhea yang tidak ditangani akan menimbulkan kecemasan.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak dan masa dewasa
dimana terjadi perubahan secara fisik, biologis, psikologis, kognitif, psikososial yang
mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Remaja pada tahap tersebut mengalami
perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-
masalah pada masa remaja.
Dismenore merupakan nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat
sebelum awitan atau selama menstruasi yang merupakan permasalahan ginekologikal
utama, yang sering dikeluhkan oleh wanita (Lowdermilk et al, 2011). Disminorhea perlu
mendapatkan penanganan agar tidak menyebabkan kecemasan yang berlebih,

2. Saran
1. Bagi Respondent
Diharapkan respondent remaja selalu memenuhi kebutuhan nutrisi/ makan teratur
3x sehari, minum 6-8 gelas sehari serta melakukan olah raga secara rutin. Sehingga
tidak menimbukan kecemasan yang berlebih.
2. Bagi Peneliti
Di harapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut
tentang faktor psikologis (kecemasan) berhubungan dengan disminorhea.
DAFTAR PUSTAKA

Aulia. (2012). Serangan Penyakit-Penyakit Khas Wanita Paling Sering


Terjadi + Cara-Cara Pencegahannya. Yogyakarta : Buku Biru.

Irianto, K. (2014). Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfabeta

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.


Jakarta: Salemba Medika.

Sibagariang, E, E., Pusmaika, R., & Rismalinda.(2010). Kesehatan


Reproduksi Wanita. Jakarta : Trans Info Media.

Proctor M, Farquhar C. Diagnosis and manajement of dysmenorrhea. BMJ


2006;332:1134–8.

Chen HM, Chen CH. Related factors and consequences of menstrual


distress in adolescent girls with dysmenorrhea. Kaohsiung J Med
Sci 2005;21:7–121.

Jurnal dismenorhea dan kecemasan, Handayani, Indria Laksmi


Gamayanti, Madarina Julia, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran UGM/RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta
JURNAL REFLEKSI KRITIS
PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN REMAJA DAN PRA NIKAH

Nama Mahasiswa : Susi Setyawati


Tempat Praktek : Puskesmas Kamal
Periode : ..........................................
Pembimbing Prodi : ..........................................

A. Harapan akan Proses Pembelajaran Klinik


Kenapa saya mempelajari materi ini ? supaya lebih memahami tentang dismenorhea
dan hubungannya dengan kecemasan klien sehingga bisa menerapkan di masyarakat.

Apa yang saya siapkan dalam mempelajari topik ini? Landasan teori tentang
Disminorhea, jurnal tentang hubungan kecemasan klien dengan kejadian disminorhea.

Apa yang saya harapkan dalam mempelajari topik ini ? setelah mempelajari topik ini
diharapkan saya dapat mengubah pandangan masyarakat yang berhubungan dengan
kecemasan akibat dismenorhea.

Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana
perencanaannya ? cara memberikan penjelasan pada masyarakat bahwa kecemasan
tidak menyebabkan disminorhea akan tetapi disminorhea yang tidak ditangani dapat
menyebabkan kecemasan.
B. Refleksi Kritis dari Materi yang Dipelajari

Sebutkan Learning outcome yang tertera pada panduan: dalam upaya memberikan
penjelasan kepada masayarakat tentang pandangan bahwa kecemasan tidak dapat
menimbulkan dismenorhea akan tetapi dismenorhea yang tidak ditangani dapat
menimbulkan kecemasan, sebagian besar masyarakat paham

Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam learning outcome tersebut adalah:
dapat menambah ilmu pengetahuan tentang Hubungan kecemasan dengan
dismenorhea

Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran ini


adalah: jurnal medis tentang disminorhea dan kecemasan pada Remaja

Learning outcome yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah :
mempunyai bahan acuan yang lebih efektif untuk memberikan penjelasan kepada
masyarakat tentang hubungan kecemasan dan disminorhea

Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui :

 Penerapan secara langsung kepada klien yang berkunjung ketempat


pelayanan
 Penerapan yang dilakukan di setiap kegiatan di masyarakat seperti di
posyandu, kelas balita, kelas bumil, ANC Terpadu
Selama pembelajaran klinik, masalah-masalah yang menghalangi proses
pembelajaran saya adalah:

Karena keterbasan dalam mencari kasus sebagai akibat dari masa pandemi

Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada topik
ini adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui

 Masalahnya adalah kesulitan dalam mencari jurnal yang sesuai dengan


kasus yang ada.
 Melalui bimbingan dalam upaya mendapatkan jurnal yang sesuai dengan
kasus yang ada

B. Refleksi Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan menggunakan


Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine) Terapi
1. Apakah hasil penelitian valid?

Apakah pasien pada penelitian


Ya
dirandomisasi?
Apakah cara melakukan randomisasi
Ya
dirahasiakan?
Apakah follow-up kepada pasien cukup
Ya
panjang dan lengkap?
Apakah pasien dianalisis di dalam grup
Ya
di mana mereka dirandomisasi?
Apakah pasien, klinisi, dan peneliti blind
Ya
terhadap terapi?
Apakah grup pasien diperlakukan sama,
Ya
selain dari terapi yang diberikan?
Apakah karakteristik grup pasien sama
pada awal penelitian, selain dari terapi Ya
yang diberikan?

2. Apakah hasil penelitian penting?

Seberapa penting hasil penelitian ini? Ya


Seberapa tepat estimasi dari efek terapi? Ya

Kecemasan Disminorhea
Tidak- Ringan Sedang- Berat
Rendah 13 (14,4%) 34(37,7%)
Tinggi 11(12,2%) 32(35,5%)

Control event rate (CER) = c/ c+d


Experimental event rate (EER) = a/ a+b

Relative Risk Absolute Risk Number Needed to


Reduction (RRR) Reduction (ARR) Treat (NNT)
CER EER CER-EER/ CER CER-EER 1/ARR
0,08 1 12,42 -0,92 1,08
95% CI

95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ # pasien
eksperimen]

3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari? Iya
Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?
Apakah karakteristik pasien kita sangat Ya
berbeda dibandingkan pasien pada
penelitian sehingga hasilnya tidak dapat
diterapkan?
Apakah hasilnya mungkin dikerjakan di Ya
tempat kerja kita?
Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?
Metode I: f Risiko terhadap pasien kita, relatif
terhadap pasien pada penelitian

Diekspresikan dalam bentuk desimal:


_____

NNT/f = _____/_____ = _____

(NNT bagi pasien kita)


Metode II: 1/ (PEERxRRR) PEER (patient’s expected event rate)
adalah event rate dari pasien kita bila
mereka menerima kontrol pada
penelitian tersebut = _____

1/ (PEERxRRR) = 1/_____ = _____

(NNT bagi pasien kita)


Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?
Apakah kita dan pasien kita
mempunyai penilaian yang jelas dan
tepat akan value dan preferensi pasien
kita?
Apakah value dan preferensi pasien kita
dipenuhi dengan terapi yang akan kita
berikan?

f adalah faktor dorongan. f merupakan perkiraan berapa tinggi atau rendahnya


risiko kematian pasien kita dibandingkan pasien pada penelitian. Bila pasien kita
kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih besar dibandingkan pasien pada
penelitian, maka besar f adalah 2. Bila pasien kita kemungkinan meninggalnya 2
kali lebih kecil dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f adalah 0,5.

C. Evaluasi Pembelajaran

Topik: Hubungan Kecemasan dengan kejadian penyebab disminorhea

Tanggal: 02 februari 2021

Jenis pemeriksaan, dan lingkup tindakan/asuhan : pengkajian data ( subyektif dan


obyektif), menganalisa data, pemberian konseling dan solusi pada remaja yang
mengalami disminore primer dengan menggunakan manajemen SOAP

Informasi/ keterampilan yang baru bagi saya : bahwa kecemasan tidak


berpengaruh terhadap kejadian disminorhea

Bagaimana hal ini bisa berguna ?

1) Saya dapat mengetahui bahwa kecemasan tidak menimbulkan disminorhea


2) Saya akan mengubah pandangan masyarakat bahwa kecemasan tidak
menimbulkan dismenorea dengan cara memberikan penyuluhan baik
kelompok maupun perorangan
Sesi pembelajaran ini membuat saya berfikir tentang:

Upaya mempelajari lebih banyak jurnal dalam penanganan bebagai kasus,


sehingga dalam memberikan penanganan tidak hanya fokus pada penanganan
farmakologi tetapi bisa menggunakan non farmakologi sehingga lebih variatif

Kontribusi saya dalam pembelajaran ini adalah:

Lebih menerapkan upaya preventif dan promotif sehingga penanganan secara


kuratif dapat di tekan

Pertanyaan yang diajukan selama sesi diskusi?

Tindak lanjut yang akan saya lakukan adalah:

Anda mungkin juga menyukai