Anda di halaman 1dari 15

STATE 1.

REMAJA

“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA PUTRI


DENGAN MENORAGIA”

Disusun oleh :
SRI NENGSI DESTRIANI
NIM. P0 1740523047

Pembimbing Akademik :
RATNA DEWI S.ST., M. Keb
NIP. 198107102002122001

Pembimbing Lahan :
Yulismita, S.ST
NIP. 197101041992032002

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROFESI BIDAN
TA.2023/2024
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA PUTRI
DENGAN MENORAGIA”

Disusun Oleh :
SRI NENGSI DESTRIANI
NIM. P0 1740523047

Menyetujui,

PEMBIMBING PEMBIMBING LAHAN


AKADEMIK

Yulismita, S.ST
Ratna Dewi, S.ST., M. Keb NIP. 197101041992032002
NIP. 198107102002122001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb


NIP. 198012102002122002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini. Penulisan laporan
ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada
Remaja dan Pranikah. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Yuniarti, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu
2. Ibu Diah Eka Nugraheni, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
3. Ibu Ratna Dewi, SST, M.Keb selaku pembimbing Akademik
4. Yulismita, S.ST selaku Pembimbing Lahan.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari bahwa penulisan
laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan
Pendahuluan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bengkulu, September 2023


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN TEORI
A. Remaja..................................................................................................... 3
B. Menometroagia ....................................................................................... 5
BAB II. KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
A. Pengkajian Data Subjektif................................................................................ 14
B. Pengkajian Data Objektif........................................................................... 16
C. Analisis....................................................................................................... 18
D. Penatalaksanaan......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak menuju
dewasa. Proses untuk mencapai kedewasaan biasanya ditandai dengan
pubertas yang berhubungan erat dengan perubahan aspek fisik dan psikis.
Perubahan aspek fisik adalah yang paling penting karena berlangsung
dengan cepat, drastis dan berada pada organ reproduksi. Organ reproduksi
memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik
merupakan faktor penentu dalam menjaga kesehatan reproduksi. Kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja (Diananda, 2018).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014,
remaja adalah penduduk dalam kisaran usia 10-18 tahun sedangkan menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) kisaran usia pada
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Remaja dibagi menjadi 3
fase antara lain :
a. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun) : Fase ini dikatakan juga fase
negatif, dimana pada fase ini akan terlihat tingkah laku yang lebih ke
arah negatif. Fase yang canggung untuk hubungan komunikasi antara
anak dengan orang tua. Perkembangan fungsi tubuh juga terganggu
karena mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan hormonal
yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga.
b. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun) : Menyerupai orang dewasa
muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat keputusan sendiri.
Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas
sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan
semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga.
c. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun) : ingin menjadi pusat perhatian; ia
ingin menonjolkan dirinya; caranya lain dengan remaja awal. Ia idealis,
mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energi yang
besar. Ia berusaha memantapkana identitas diri, dan ingin mencapai
ketidaktergantungan emosional.
2. Ciri-ciri Remaja
Di sisi lain remaja memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Jatmika, 2010):
a. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat
menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bias menjauhkan remaja
dari keluarganya.
b. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika
mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua
semakin lemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan
yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan
keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal mode pakaian,
potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya harus mutakhir.
c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik
pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai
muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber
perasaan salah dan frustrasi.
d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini
bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat,
mengakibatkan sulit menerima nasihat dan pengarahan orangtua.

B. Menoragia
1. Gangguan Reproduksi
Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah
masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi
(Baradero, 2007).
Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen
kesehatan reproduksi. Gangguan reproduksi disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon. Gangguan reproduksi yang biasa terjadi, misal
kista endometriosis yang banyak dialami wanita yang memiliki kadar FSH
dan LH tinggi (Manuaba (2008) dan Kasdu (2005)).
Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi
dapat di golongkan dalam:
a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
1) Hipermenorea atau menoragia
2) Hipomenorea
b. Kelainan siklus:
1) Polimenorea
2) Oligomenorea
3) Amenorea
c. Perdarahan di luar haid:
Metroragia
d. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid:
1) Premenstrual tension ( ketegangan prahaid )
2) Mastodinia
3) Mittelschmerz ( rasa nyeri pada ovulasi )
4) Dismenorea (Sarwono, 2008)

2. Menoragia
a. Defenisi
Menoragia berasal dari bahasa latin “Men” yang berarti bulan atau
bulanan dan “rhegynai” yang berarti desakan keluar (Dewhurts,2007).
Gangguan haid yang menerangkan bahwa darah haid yang keluar
terlalu banyak dan menerangkan darah haid yang keluar lebih lama
disebut hipermenorea atau menoragia (Baziad, 2020).
Menoragia adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal,
atau lebih lama dari normal. Terjadi pada siklus menstruasi yang
normal,terkadang disertai bekuan darah sewaktu menstruasi
(UNPAD,2009). Kelainan banyaknya yaitu ganti tela/pembalut lebih
dari 6 x/hari. Atau kelainan lamanya yaitu lebih dari 6 hari
(Baziad,2008).
Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang
berlebihan. Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah
lebih banyak dan/atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang
normal teratur. Secara klinis menoragia didefinisikan dengan total
jumlah darah haid lebih dari 80 ml per siklus dan durasi haid lebih lama
dari 7 hari. Sulit menentukan jumlah darah haid secara tepat, oIeh
karena itu, bisa disebutkan bahwa bila ganti pembalut 2 - 5 kali per hari
menunjukkan jumlah darah haid normal. Terapi menorrhagia ganti
pembalut lebih dari 6 kali per hari
b. Predisposisi
Keadaan Menoragia umumnya diperberat oleh kondisi dalam
uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium
lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu, atau
polip endometrium pada waktu haid (irregular endometrial shedding).
Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga
gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan
gangguan pelepasannya pada waktu haid (Sarwono,2008).

c. Tanda Klinis / Laboratoris


1) Perdarahan yang banyak dan kadang terdapat gumpalan darah.
2) Perlu mengganti pembalut lebih dari 6 kali per hari.
3) Lama menstruasi lebih dari 6 hari.
4) Siklus menstruasi normal antara 24 sampai 35 hari.
5) Mempengaruhi aktifitas rutin sehari-hari.
6) Kelelahan, lemah atau napas pendek (gejala anemia).

d. Prognosis
Hasil pengobatan tergantung pada proses perjalanan penyakit
(patofisiologi). Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal
secara dini dapat memberikan angka kesembuhan hingga 90 %. Pada
wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat
diobati dengan hasil baik.
e. Patofisiologi
Penyebab paling umum dari perdarahan menstruasi yang
berlebihan adalah:
1) Kelainan hormonal pada aksis hipotalamus hipofisis ovarium.
2) Gangguan ginekologi, pertumbuhan abnormal pada rahim, seperti
polip atau fibroid.
3) Gangguan pada ovarium, yang menyebabkan proses ovulasi tidak
terjadi sebagaimana mestinya Kelainan genetik, terutama yang
memengaruhi proses pembekuan darah, misalnya penyakit von
Willebrand
4) Gangguan perdarahan. (Barad, 2012).
5) Gangguan pada ovarium, yang menyebabkan proses ovulasi tidak terjadi
sebagaimana mestinya Kelainan genetik, terutama yang memengaruhi
proses pembekuan darah, misalnya penyakit von Willebrand
6) Alat kontrasepsi, seperti pil KB dan KB spiral (IUD)
7) Kanker, seperti kanker rahim atau kanker leher rahim
Kelainan hormonal tidak terjadi ovulasi atau jarang terjadi. Selama
siklus anovulatoir, korpus luteum tidak membentuk, dan dengan
demikian sekresi siklus normal progesteron tidak terjadi. Tanpa
progesteron, estrogen menyebabkan endometrium untuk terus
berkembang biak, akhirnya tumbuh melampaui suplai darah.
Endometrium menjadi tebal dan mengandung sangat banyak
pembuluh darah. Sehingga menyebabkan perdarahan yang tidak
teratur dan kadang deras dan lama (Barad (2012) dan Zacur (2012)).
Anovulasi terjadi ketika ovarium tidak memproduksi dan
melepaskan telur (ovulasi) sekali per bulan. Hal ini menyebabkan
periode menstruasi tidak teratur atau tidak ada. Anovulasi umum
terjadi pada remaja dan pada wanita yang mendekati menopause. Pada
wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) sering tidak
ovulasi secara teratur (Zacur, 2012).
Gangguan ginekologi merupakan pertumbuhan uterus yang bersifat
kanker pada rahim dapat menyebabkan perdarahan menstruasi berat
antara lain:
1) Polip yang kecil, seperti anggur pertumbuhan pada lapisan rahim.
2) Fibroid, pertumbuhan dari rahim (miom).
3) Hiperplasia endometrium lapisan endometrium yang berlebihan
yang dapat menjadi pelopor untuk kanker rahim (Zacur, 2012).

Gangguan perdarahan biasanya karena adanya gangguan


pembekuan darah, antara lain:
1) Penyakit Von Willebrand
Penyakit Von Willebrand paling sering disebabkan oleh mutasi
genetik yang baik merusak kemampuan untuk membuat faktor von
Willebrand atau menyebabkan produksi cacat bentuk protein (Rick,
2011).
2) Memiliki jumlah trombosit yang rendah
Trombosit berpengaruh pada pembekuan darah, darah akan
menjadi encer jika trombosit rendah. (Zacur, 2012).
Dari penjelasan di atas, maka patofisiologi atau perjalanan penyakit
menoragia dapat disimpulkan menjadi sebuah bagan dibawah ini:

Kelainan hormonal: Gangguan ginekologi: Gangguan perdarahan:


 Anovulasi  Polip  Penyakit Von
 Sindrom ovarium  Fibroid Willebrand
polikistik (PCOS)  Hiperplasia endometrium  Trombosit rendah

Korpus luteum tidak Penebalan lapisan Gangguan


terbentuk, periode pembekuan
endometrium , mioma ,
jarang, kelebihan darah.
androgen (hormon periode berat dan
pria). panjang.

Perdarahan
menstruasi
meningkat
Menoragia

BAGAN I: Patofisiologi Menoragia


Sumber: (Zacur, 2012)

f. Penatalaksanaan
Penyebab menoragia yaitu berasal dari luar uterus ( gangguan
pembekuan darah, terjadi akibat infeksi pada uterus ) atau berasal dari
uterus sendiri yaitu gangguan hormonal, artinya semata-mata akibat
ketidakseimbangan hormonal dalam siklus menstruasi yang
mengaturnya. Disebut juga perdarahan uterus disfungsional (PUD),
terjadi kelainan anatomis uterus akibat penyakit diantaranya mioma
uteri, polip endometrium, polip serviks, atau keganasan ( Manuaba,
2008 ).
Penatalaksanaan menoragia dapat MENORAGIA
dijelaskan menggunakan bagan seperti di bawah ini:

Anamnesis Pemeriksaan
 Patrun menstruasi  Fisik umum
 Gangguan DUB  Laboratorium:
 Gangguan Hemostatis
 Pemakai obat atau IUCD - Faal hati
 Infeksi genetalia - Faal ginjal
- Faal hemostatik
 Khusus Histeroskopi

Faktor di luar Faktor di dalam

Gangguan Infeksi uterus Kelainan rahim Disfungsional


hemostasis  Endometritis  Polip endometrium Uterus Bleeding
dan infeksi  Pemakaian IUCD  Submukus mioma
 Adenomiosis
 Mioma uteri
 Adeno karsinoma

Pemeriksaan khusus
 Histeroskopi
 Dilatasi dan kuretase-PA

 Konsul hematolog Terapi hormon Operasi


 Estrogen /  Histeroskopi
 Konservatif :
- Ablasia endometrium
- Infus-transfusi progesteron
( dengan laser, dengan
- Antibiotik  Pil oral termokauter )
- Simtomatik - Reseksi endometrium
- Suportif  Histerektomi dan pemeriksaan
PA

BAGAN II: Penatalaksanaan Menoragia


Sumber: Manuaba (2008)

Untuk menangani kasus menoragia perlu dilakukan pemerikasaan


terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab terjadinya menoragia.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik maupun
pemeriksaan penunjang atau laboratorium. Faktor yang
mempengaruhi menoragia ada 2 faktor, yaitu dari luar uterus dan dari
dalam uterus. Faktor dari luar uterus antara lain adanya gangguan
pembekuan darah dan adanya infeksi uterus, sedangkan faktor dari
dalam uterus antara lain adanya kelainan uterus dan adanya
perdarahan uterus disfungsional (PUD). Untuk penanganan menoragia
seperti pada bagan diatas antara lain kuretase, terapi hormonal dan
juga histerektomi (Manuaba, 2008).

C. Teori Manajemen Kebidanan


Penerapan manajemen kebidanan pada gangguan reproduksi dengan
Menoragia menurut SOAP meliputi:
a. Langkah data subjetif
1) Anamnesa
a) Biodata
Faktor resiko untuk Menoragia adalah remaja yang baru
saja memulai menstruasi selama pubertas dan wanita
menjelang menopause atau perimenopause (Hollingworth,
2012).
b) Keluhan Utama
Alasan wanita tersebut mengunjungi tenaga kesehatan di
klinik, kantor, kamar gawat darurat, pusat pelayanan
persalinan, rumah sakit atau rumahnya, seperti yang
diungkapkan dengan kata – katanya sendiri (dapat
berhubungan dengan sistem tubuh) (Varney, 2007).
Penderita Menoragia biasanya datang dengan keluhan
berupa perdarahan haid yang banyak (Mansjoer, 2004).

c) Riwayat Menstruasi
Data menstruasi yang dikaji dalam menoragia meliputi
jumlah, lama, waktu, pengeluaran bekuan-bekuan darah, serta
keluhan yang dialami klien (Datta, 2009). Data dikaji untuk
mengetahui hubungannya dengan kasus yang dialami klien.
d) Data Kebiasaan Sehari-hari
Data kebiasaan dalam menoragia mencakup pola nutrisi,
apakah ada makanan pantang atau alergi makanan, istirahat,
personal hygiene, seksual, keluhan, serta ada atau tidak
kebiasaan yang berpengaruh terhadap gangguan reproduksi.
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi,
pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga, masyarakat dan
lingkungan (Syahlan JH, 2006). Data yang dikaji pada ibu
dengan Menoragia adalah:
1. Keadaan umum
Pengkajian pada menoragia ini terdiri dari pemeriksaan
umum seperti pemeriksaan status kesadaran dan keadaan
umum ibu meliputi pemeriksaan vital sign (Nadi, Suhu,
Respirasi dan Tekanan Darah) dengan hasil normal.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada kasus Menoragia, pemeriksaan fisik biasanya
normal kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dan
menyebabkan hipovolemia atau anemia. Adapun hal yang
beraitan dengan menoragia adalah muka tampa pucat,
onjungtiva anemis.
3. Data Penunjang
a. Pemeriksaan hemoglobin dan trombosit dapat memberi
petunjuk kemungkinan pasien mengalami anemia.
b. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ultrasonografi pelvis dapat menemukan
adanya pembesaran satu atau kedua ovarium. Namun
yang perlu diingat bahwa pada Menoragia tidak selalu
terjadi pembesaran ovarium sehingga diagnosa
Menoragia dapat diduga tanpa harus melakukan
pemeriksaan ultrasonografi terlebih dulu.
c. Tes koagulasi
Hitung trombosit atau waktu perdarahan atau kedua –
duanya diindikasikan bila terdapat kecurigaan terhadap
trombositopenia atau penyakit Von Willebrand (kelainan
koagulasi)

c. Analisis
Nn “A” umur 19 tahun dengan menoragia

d. Penatalasanaan
1) Memberikan penjelasan tentang Menoragia.
2) Memberikan motivasi dan support mental kepada klien
(Manuaba, 2008).
3) Menjanjuran remaja untuk menjaga pesonal hygien
4) Memberian tablet tambah daah 2x1 yang di iringi dengan jus
buah naga
5) Memberian obat transamin 3x1 secara oral untuk menghentian
perdarahan
6) Konsultasi atau kolaborasi dengan dokter spesialis (obstetri
ginekologi dan atau haematologi)
7) jika Hb < 10 mg/dl di rujuk untuk dilakuan pemeriksaan lainnya
dan tranfusi darah

Anda mungkin juga menyukai