Jl. Benteng No. 32, Benteng, Kec. Ciampea, Kab. Bogor, Jawa Barat 16620
2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Kesehatan
Reproduksi dan KB
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang
sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Secara umum
terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi,
yaitu :
1. Faktor Sosial ekonomi, dan demografi.
Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan, tingkat pendidikan yang
rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses
reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil
2. Faktor budaya dan lingkungan,
antara lain adalah praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap
kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rejeki, dan
informasi yang membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan
proses reproduksi
3. Faktor psikologis,
keretakan orang tua akan memberikan dampak pada kehidupan
remaaj, depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal
4. Faktor biologis,
antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi, dan
sebagainya
Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin
mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi
kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman
berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-
remaja atau tawuran. Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan
tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan
mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena
kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai
kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap
informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.
2
Banyak masalah yang akan timbul akibat mengabaikan kesehatan
reproduksi. Masalah - masalah yang timbul akibat kurangnya pengetahuan
terhadap kesehatan reproduksi yaitu Kehamilan yang Tidak Diinginkan
(KTD), aborsi, perkawinan dan pernikahan dini, IMS atau PMS dan
HIV/AIDS (Marmi, 2013). Menurut data PKBI (Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia) Jawa Tengah tahun 2010, remaja yang berhubungan
seksual pra nikah sebanyak 863 orang, hamil pra nikah 452 orang, Infeksi
menular seksual 283 orang, masturbasi 337 orang, aborsi 244 orang. Kasus
ini meningkat dari tahun 2009 dimana kasus remaja yang berhubungan
seksual pra nikah 765 orang, hamil pra nikah 367 orang, infeksi menular
seksual 275 orang, masturbasi 322 orang, aborsi 166 orang (PILAR PKBI,
2010).
Data lain menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2016, Dinas Kesehatan
Kota Yogyakarta mencatat jumlah remaja yang melakukan persalinan
sebanyak 720 orang. Kemudian, sebanyak 340 kasus dispensasi nikah untuk
remaja dengan alasan hamil diluar nikah. Tahun 2018, angka pernikahan
dini di Yogyakarta sekitar 240 kasus, dengan alasan kehamilan tidak
diinginkan (KTD). Sementara itu, sepanjang tahun 2019 terdapat 74
kasus kehamilan tidak diinginkan (KTD), dengan usia remaja dibawah 18
tahun (Setiawan and Hafil, 2019)
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan angka – angka
tersebut adalah dengan melakukan edukasi edukasi kesehatan mengenai cara
perawatan organ reproduksi, edukasi mengenai perkembangan remaja saat
pubertas, edukasi kesehatan mengenai dampak pornografi, edukasi
kesehatan mengenai kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan aborsi,
edukasi kesehatan mengenai HIV/AIDS dan infeksi menular seksual,
serta edukasi kesehatan mengenai pendewasaan usia pernikahan dengan
melibatkan peran Pemerintah, orang tua, dan juga peer group.
Dengan melakukan kegiatan tersebut diharapkan akan dapat
meningkatkan pengetahuan remaja, sehingga dapat meningkatkan
kesadaran remaja akan pentingnya masalah kesehatan reproduksi dan
menekan angka kejadian kasus – kasus kesehatan reproduksi remaja.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Pada usia berapa remaja awal itu ?
2. Apa yang terjadi di reproduksi remaja pada masanya ?
3. Bagaimana kesehatan reproduksi remaja masa remaja awal bisa terjadi ?
4. Bagaimana tahapan untuk menjaga kesehatan reproduksi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya menjaga kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui tahapan kesehatan reproduksi pada remaja awal
3. Untuk menjaga kesehatan reproduksi remaja awal
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja juga diartikan sebagai masa
yang rentan dengan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional
(Karneli, Firman & Netrawati, 2018).
Perubahan biologis (perubahan fisik) remaja ditandai oleh permulaan
pubertas dan penghentian pertumbuhan fisik; perubahan kognitif pada remaja
adalah perubahan dalam kemampuan berpikir secara abstrak; sedangkan
perubahan sosial-emosional pada masa remaja adalah periode persiapan untuk
menjadi dewasa, dimana remaja mulai berpikir tentang sekelilingnya dan
mengekspresikan emosinya baik tingkah laku maupun tidak. Remaja
cenderung berada dalam keadaan labil dan memiliki sifat emosional dalam hal
ini dikarenakan individu itu mengalami banyak perubahan-perubahan yang
berlangsung cepat (Fitri, Zola & Ifdil, 2018; Ifdil, Denich & Ilyas 2017)).
a. Masa Remaja Awal
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak
dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak
tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan
terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat
dengan teman sebaya. Pada masa ini terjadi preokupasi seksul yang
meninggi, yang tidak jarang menurunkan daya kreatif atau ketekunan.
Mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan
atau sahabat karib, tingkahlaku kurang dapat dipertanggung jawabkan
seperti perilaku di luar kebiasaan,delikuen dan maniacal atau defresi.
1) Sikap Protes terhadap Orang Tua. Remaja pada masa ini cenderung
tidak menyetujui nilai-nilai hidup orang tuanya, sehingga
menunjukkan sikap protes terhadap orang tuanya. Dalam sekunder.
5
Ciri-ciri kelamin primer berkenaan dengan perkembangan alat-alat
produksi, baik pada pria maupun wanita.
Pada awal masa remaja anak wanita mulai upaya pencarian identitas
diri, renaja cenderung melihat kepada tokoh-tokoh di luar lingkungan
keluarganya yaitu: guru, figure ideal yang terdapat dalam film atau
tokoh idola.
2) Preokupasi dengan Badan Sendiri Tubuh seorang remaja pada masa ini
mengalami perubahan yang cepat sekali, perubahan ini menjadi
perhatian khusus bagi diri remaja.
3) Kesetiakawanan dengan Kelompok Seusia. Remaja pada kelompok
umur ini merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan kelompok
seusia dalam upaya mencari kelompok senasib, hal ini tercermin dalam
cara berprilaku social.
4) Kemampuan untuk Berfikir secara Abstrak. Daya kemampuan berfikir
seorang remaja mulai berkembang dan
5) dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam
kepercayaan diri.
6) Perilaku yang Labil dan Berubah-ubah. Remaja sering memperlihatkan
perilaku yang berubahubah, pada suatu waktu tampak bertanggung
jawab, tetapi dalam waktu lain tampak masa bodoh dan tidak
bertanggung jawab. Remaja merasa cemas akan perubahan dalam
dirinya, perilaku demikian menunjukkan bahwa dalam diri remaja
terdapat konflik yang memerlukan perhatian dan penanganan yang
bijaksana.
6
dimaksud dengan sehat disini bukan hanya bebas dari penyakit atau cacat,
tetapi juga sehat secara mental dan sosial budaya.
Kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan sehat yang utuh, meliputi
aspek fisik, mental dan sosial, tanpa penyakit, gangguan yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, fungsinya, dan proses reproduksi itu sendiri.
Kesehatan reproduksi remaja meliputi pembebasan dari kehamilan yang tidak
diinginkan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS)
termasuk HIV/AIDS, dan segala bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual
yang didefinisikan sebagai keadaan sejahtera seksual. Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi remaja adalah suatu
kesehatan berhubungan dengan sistem, fungsi tubuh.
7
2) Gonore (Kencing nanah)
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tertinggi
di antara penyakit IMS yang lain. Gonore adalah penyakit kelamin
yang pada. permulaan keluar nanah (pus) dari orifisium uretra
eksternum (muara uretra eksterna) sesudah melakukan hubungan
seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini
menyerang organ reproduksi dan menyerang selaput lendir, mucus,
mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa
penyakit ini adalah Neisseria Gonorrhoeae.
3) Sifilis
Meskipun insidens sifilis kian menurun, penyakit ini tidak dapat
diabaikan karena merupakan penyakit berat. Hampir semua alat tubuh
dapat diserang. Selain itu, wanita hamil yang menderita sifilis dapat
menularkan. penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis
kongenital. Penyakit ini disebut raja singa dan ditularkan melalui
hubungan seksual atau penggunan barang-barang dari seseorang yang
tertular misalnya seperti baju, handuk dan jarum suntik. Penyebab
timbulnya penyakit ini adanya kuman Treponema pallidum, kuman ini
menyerang organ penting tubuh lainya seperti selaput lendir, anus,
bibir, lidah dan mulut.
4) Ulcus Mole
Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut dan
setempat berupa ulkus yang nyeri di daerah kemaluan. Penyakit ini
mempunyai nama lain yaitu chancroid dan soft chancre. Ulkus mole
disebabkan oleh Haemophilus ducreyi (Streptobacillus ducreyi).Gejala
klinis penyakit ini dimulai dengan papula yang berkembang menjadi
ulkus dangkal, tepi merah, dasarnya kotor, sekitar koreng, edema, dan
mudah berdarah disertai rasa sakit pada penekanan.
5) Granuloma Inguinale
8
Granuloma inguinale adalah penyakit yang timbul akibat proses.
granulomatosa pada daerah anogenital dan inguinal.
Daya penularan penyakit ini rendah, bersifat kronik, progresif,
mengenai genital dan kulit di sekitarnya, dn kadang-kadang sistem
limfatik. Nama lain penyakit ini adalah Sclerosing granuloma,
granulomatosis, granulo venereum, granuloma Donovaní, dan
donovanosis.
6) Infeksi Genital Nonspesifik
Komplikasi dan gejala sisa berupa salpingitis dengan risiko infertilitas,
kehamilan diluar kandungan atau nyeri pelvis kronis. Komplikasi dan
gejala sisa mungkin terjadi dari infeksi uretra pada pria berupa
epididimitis, infertilitas dan sindroma Reiter. Pada pria homoseksual,
hubungan seks anorektal bisa menyebabkan proktitis klamidia.
c. Kehamilan yang Tidak Diinginkan dan Aborsi
1) Batasan Kehamilan Tidak Diinginkan.
Kehamilan tidak diinginkan adalah suatu kondisi dimana pasangan
tidak menginginkan kehamilan akibat dari perilaku seksual yang
disengaja maupun tidak disengaja. Definisi lain menyebutkan
kehamilan yang terjadi saat salah satu atau kedua belah pihak dari
pasangan tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang
sebenarnya diinginkan tapi tidak pada saat itu, dimana kehamilan
terjadi lebih cepat dari yang telah direncanakan. (Sanata dan Sadewo,
2013).
2) Definisi Aborsi
Aborsi adalah hilangnya atau gugurnya kehamilan sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram yang
berakibat kematian janin (Wikajosastro, 2002). Definisi aborsi
berdasarkan KUHP adalah:
a) Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya.
sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
9
b) Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20
minggu). Aborsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Spontaneous abortion: gugurnya kandungan yang disebabkan
oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami.
Induced abortion atau procured abortion: pengguguran
kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:
Therapeutic abortion, Pengguguran yang dilakukan
karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan
jasmani atau rohani sang ibu.
Eugenic abortion. Pengguguran yang dilakukan
terhadap janin yang cacat.
Elective abortion. Pengguguran yang dilakukan untuk
alasan-alasan lain.
d. Pengaruh NAPZA dan Miras terhadap Kehidupan Remaja
1) Pengertian NAPZA dan Miras
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35
tahun 2009).
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas
mental dan perilaku (Undang-Undang no. 5 tahun 1997). Berdasarkan
UU tersebut, psikotropika dibagi menjadi 4 golongan, namun setelah
disahkannya UU no. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka
psikotropika golongan 1 dan 11 dimasukkan ke dalam golongan
narkotika. Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah
psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III dan IV
sesuai Undang-Undang no. 5 tahun 1997. Minuman keras (miras)
10
adalah minuman beralkohol yang mengandung etanol yang dihasilkan
dari penyulingan (lewat distilasi).
Ethanol diproduksi dengan cara fermentasi biji-bijian, buah, atau
sayuran. Contoh minuman keras adalah arak, vodka, gin, baijiu,
tequila, rum, wiski, brendi, dan soju.
11
untuk terkena berbagai masalah termasuk kesehatan. Beberapa sifat remaja
yang menyebabkan tingginya risiko antara lain rasa keingintahuan yang
besar tetapi kurang mempertimbangkan akibat dan suka mencoba hal-hal
baru untuk mencari jati diri (Depkes RI).
b. Karakteristik kebijakan program
1) Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender dalam
penyediaan pelayanan.
2) Tidak mensyaratkan persetujuan orang tua.
3) Tidak menghalangi pemberian pelayanan dan produk kesehatan untuk
remaja.
4) Tidak membatasi sasaran pelayanan berkaitan dengan status.
c. Tujuan program PKPR
1) Meningkatkan kesehatan reproduksi remaja.
2) Mencegah penanggulangan infeksi saluran reproduksi, termasuk PMS,
3) Meningkatkan kesehatan remaja.
4) HIV dan AIDS, Meningkatkan pola hidup bersih dan sehat di sekolah.
5) Mencegah penggunaan obat narkotik.
d. Program kerja PKPR
1. Pemberian informasi dan edukasi
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan
rujukannya
3. konseling
4. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
a) Pengambilan keputusan
b) Pemecahan masalah
c) Berfikir kreatif
d) Berfikir kritis
e) Komunikasi efektif
f) Hubungan interpersonal
g) Kesadaran diri
h) Empati
i) Mengendalikan emosi
12
j) Mengontrol stress
5. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Remaja didefinisikan sebagai masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja juga diartikan sebagai masa
yang rentan dengan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional
(Karneli, Firman & Netrawati, 2018).
Kesehatan reproduksi remaja meliputi pembebasan dari kehamilan yang
tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS)
termasuk HIV/AIDS, dan segala bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual
yang didefinisikan sebagai keadaan sejahtera seksual. Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi remaja adalah suatu
kesehatan berhubungan dengan sistem, fungsi tubuh.
3.2 Saran
Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan, untuk itu baik kritik, saran dan masukan yang membangun sangat
saya harapkan pada makalah ini agar dapat lebih baik lagi untuk penulisan
makalah selanjutnya. Selain itu diharapkan mahasiswa/i khususnya dibidang
kesehatan terutama kebidanan agar dapat mengetahui, memahami dan
mempelajari tentang kesehatan reproduksi pada remaja.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
TANYA JAWAB
15
Penanya : intan kel 5
Kenapa masalah kespro masih banyak, padahal sering dilakukan
webinar/penyuluhan/KIE sudah di lakukan, bagaimana peran bidan selain di atas?
Penjawab : dila
faktor yang mempengaruhi kerusakan zaman itu diantaranya
penyalahgunaan gadget dan lingkungan termasuk tempat tinggal, itu akan
terus berkembang seiring berkembang nya zaman maka dari itu
permasalahannya setiap zaman pasti berbeda dan juga tidak setiap anak itu
mau mendengarkan orang tua, bisa jadi harus terjadi dulu baru kapok
jadi tugas bidan yaitu tetap mengedukasi sebagaimana mestinya tetapi
mengikuti perkembangan jaman seperti mengedukasi tidak hanya secara
tatap muka melainkan lewat media sosial yang bertujuan akan sampai
kepada remaja yang sedang memainkan gadget atau sosial media
Penjawab : dila
Melihat permasalahan yang sedang marak dan dijadikan pembahasan
disaat kegiatan PKMD atau posyandu
Mengedukasi melalu sosial media
Yang paling berpengaruh yaitu edukasi dar pengalaman pribadi atau
orangtua terdahulu
16