Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT REMAJA

Oleh :

KELOMPOK 2

KELAS 1A 2019

Ilna Armenia Putri (1911312001)

Meri Febrianti (1911312007)

Annisa Listiyanti (1911312016)

Armila Arpan (1911313039)

DOSEN PENGAMPU :
Ns.Siti Yuliharni, M.Kep., Sp.Kep.Kom

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan
segala puji hanya layak untuk Allah SWT, Tuhan sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan Komunitas Agregar Remaja”
Dalam penyusunan makalah ini kami sangat menyadari bahwa masih banyaknya terdapat
kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kekhilafan yang kami
miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik
dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah ini dimasa yang
akan datang.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan
serta saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak
terima kasih yang tak terhingga.
Semoga Allah SWT membalas dan selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya atas
bantuan yang telah diberikan kepada kami dalam penyusunan makalah ini, akhirnya semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan serta
bagi kita semua, Aamiin.

Padang, 27 Februari 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan..................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3

2.1 Overview Tumbuh Kembang Remaja...................................................................................3


2.2 Permasalahan Kesehatan Remaja Permasalahan Emosional (Ansietas dan Depresi)...........4
2.3 Permasalahan Kesehatan Remaja Kekerasan dan Penggunaan Zat Terlarang......................6
2.4 Permasalahan Kesehatan Remaja Seksualitas, Penyakit Menular Seksual dan Kehamilan. .8
2.5 Faktor Resiko Permasalahan Kesehatan Pada Remaja..........................................................9
2.6 Proses Asuhan Keperawatan Komunitas Pada remaja...........................................................9
2.7 Promosi Prevensi Kesehatan Pada Remaja............................................................................13
2.8 Program Kesehatan Remaja...................................................................................................14

BAB III STUDI KASUS............................................................................................................20

BAB IV PENUTUP....................................................................................................................26

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................26

3.2 Saran......................................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Remaja merupakan suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi
setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, dari usia 10 sampai dengan 19 tahun.
Remaja akan melalui tahapan usia yang dimulai dengan remaja awal mulai usia 12-15 tahun,
remaja pertengahan berusia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir yaituusia 18-21 tahun
(Desmita, 2017).Masa remaja merupakan salah satu transisi penting dalam rentang kehidupan
yang ditandai dengan kecepatan yang luar biasa dalam pertumbuhan setelah masa kanak-
kanak (WHO, 2010). Tidak hanya itu, pada masa ini juga terjadi perubahan-perubahan yang
dialami pada individu saat memasuki remaja diantaranya adalah perubahan fisik, psikis,

sosial dan spiritual.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa yang
menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses yang harus di lalui
seseorang di masa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan yang di hadapi
orangtua dan petugas kesehatan dalam menangani problematika remaja pun akan semakin
kompleks. Namun ada penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif
dengan karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok remaja. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
semakin canggih membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi penerus
bangsa khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negative banyak para pelajar di
kalangan remaja sudah merokok, berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh
diri, minum-minuman dan penggunaan zat yang merusak kesehatan.Dampak yang terjadi
pada remaja itu merupakan masalah yang komplek, ditandai oleh dorongan penggunaan yang
tidak terkendali untuk terus menerus digunakan, walaupun mengalami dampak yang negative
dan menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari baik dirumah, sekolah maupun di masyarakat.
1.2. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tumbuh kembang remaja
2. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan remaja permasalahan emosional ( ansietas
dan depresi)
3. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan remaja kekerasan dan penggunaan zat
terlarang
4. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan remaja seksualitas, penyakit menular
seksual dan kehamilan
5. Untuk mengetahui faktor resiko permasalahan kesehatan pada remaja
6. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan komunitas pada remaja
7. Untuk mengetahui promosi prevensi kesehatan pada remaja
8. Untuk mengetahui program kesehatan remaja

1.3. Manfaat Penulisan


1. Memahami tumbuh kembang remaja
2. Memahami permasalahan kesehatan remaja permasalahan emosional (ansietas dan
depresi)
3. Memahami permasalahan kesehatan remaja kekerasan dan penggunaan zat terlarang
4. Memahami permasalahan kesehatan remaja seksualitas, penyakit menular seksual dan
kehamilan
5. Memahami faktor resiko permasalahan kesehatan pada remaja
6. Memahami proses asuhan keperawatan komunitas pada remaja
7. Memahami promosi prevensi kesehatan pada remaja
8. Memahami program kesehatan remaja

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Overview Tumbuh Kembang Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Masa remaja merupakan bagian dari fase perkembangan dalam kehidupan seorang
individu. Masa yang merupakan periode transisi dari masa anak ke dewasa ini ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, sosial dan berlangsung pada dekade kedua
masa kehidupan. WHO mendefinisikan remaja merupakan anak usia 10 – 19 tahun. Remaja
merupakan periode transisi antara masa anak-anak dengan dewasa, dimana pada masa itu terjadi
perubahan biologis, intelektual, psikososial dan ekonomi. Selama periode ini, individu
mengalami kematangan fisik dan seksual, peningkatan kemampuan dan mampu membuat
keputusan edukasi dan okupasi.

2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Remaja pada masa ini mengalami masa pubertas yaitu terjadinya pertumbuhan yang
cepat, timbul ciri-ciri seks sekunder, dan tercapai fertilitas.14 Perubahan psikososial yang
menyertai pubertas disebut adolesen, Adolesen adalah masa dalam kehidupan seseorang dimana
masyarakat tidak lagi memandang individu sebagai seorang anak, tetapi juga belum diakui
sebagai seorang dewasa dengan seggala hak dan kewajibanya. Tumbuh kembang adalah
peristiwa yang terjadi sejak masa pembuahan sampai masa dewasa. Pertumbuhan merupakan
suatu proses biologis yang menyebabkan perkembangan fisik yang dapat diukur. Perkembangan
merupakan suatu proses seorang individu dalam aspek ketrampilan dan fungsi yang kompleks.
Individu berkembang dalam pengaturan neuromuskuler, ketrampilan menggunakan anggota
tubuh, serta perkembangan kepribadian, mental, serta emosi.

Perkembangan remaja dalam perjalananya dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase remaja
awal , fase pertengahan , dan fase akhir.

1) Remaja awal (10-14 tahun)

3
Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan cepat.
Pikiran difokuskan pada keberadaanya dan pada kelompok sebaya. Identitas terutama
difokuskan pada perubahan fisik dan perhatian pada keadaan normal. Pada keadaan
ini (remaja awal) mereka cenderung mempercayai apa yang ada dalam pikirannya.
Dalam hal ini akan membuat anak menjadi tidak mau menerima pendapat orang lain
dan menyebabkan mereka tidak takut menentang orang tua ataupun guru sehingga
dalam hal ini diperlukan peran orang tua dalam mengarahkan anaknya agar mampu
belajar menghadapi masalah dan mampu mengambil sikap yang tegas.
2) Remaja pertengahan (15-17)
Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya sendiri maupun orang
dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses kognitif remaja pada masa ini lebih
rumit. Melalui pemikiran oprasional formal, remaja pertengahan mulai bereksperimen
dengan ide, memikirkan apa yang dapat dibuat dengan barang barang yang ada,
mengembangkan wawasan, dan merefleksikan perasaan kepada orang lain. Remaja
pada fase ini berfokus pada masalah identitas yang tidak terbatas pada aspek fisik
tubuh. Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan
nyaman bagi mareka. Pada tahap pertengahan tidak lagi terfokus pada diri sendiri,
sudah mulai membutuhkan lebih banyak teman dan rasa setia kawan serta intelektual
lebih berkembang dan ingin tahu tentang banyak hal. Mampu berpikir secara abstrak,
mulai berurusan dengan hipotesa.
3) Remaja akhir (18-21)
Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk
pemikiran mengenai masa depan baik itu pendidikan, kejuruan, dan seksual. Remaja
akhir biasanya lebih berkomitmen pada pasangan seksualnya dari pada remaja
pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang tidak tuntas dari fase sebelumnya
dapat muncul pada fase ini ketika mengalami perpisahan fisik dengan keluarganya.

2.2 Permasalahan Kesehatan Remaja Permasalahan emosional (anxietas dsn depresi)

Masalah mental emosional pada anak dibagi menjadi dua kategori yaitu internalisasi dan
eksternalisasi. Masalah emosional internalisasi termasuk gejala depresi, kecemasan, perilaku
menarik diri, dan digolongkan sebagai emosi yang menghukum diri seperti kesedihan, perasaan

4
bersalah, ketakutan dan kekhawatiran berlebih. Gejala emosional mempunyai dampak yang
serius, misalnya, menghambat kesuksesan akademik dan hubungan dengan lingkunganya.
Gambaran masalah mental emosional eksternalisasi antara lain: temperamen sulit,
ketidakmampuan memecahkan masalah, gangguan perhatian, hiperaktivitas, perilaku
bertentangan (tidak suka ditegur/diberi masukan positif, tidak mau ikut aturan) dan perilaku
agresif. Masalah mental emosional pada usia muda dimungkinkan akan meningkatkan risiko
kelainan fisik dan mental padamasa perkembangan selanjutnya. Deteksi dini harus segera
dilakukan agar dapat segera dapat ditindak lanjuti lebih awal.

2.2.1 Anxietas pada remaja

Kecemasan(anxietas) adalah perasaan yang menetap berupa kekhawatiran yang


merupakan respon terhadapancaman atau stresor yang akan datang baik dari
dalamindividusendiri maupun dari lingkungannya. Kecemasan juga merupakan reaksi emosional
yang timbul oleh penyebab yang tidak spesifik seperti pengalaman individu yang subjektif yang
dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Hampir semua individu pernah
mengalami kecemasan termasuk remaja.  World Health Organisation (Badan Kesehatan
Dunia/WHO) menyebutkan, anak remaja saat ini lebih rentan terkena gangguan kecemasan
(anxiety disorder). Masa remaja merupakan waktu di mana banyak perubahan dan penyesuaian
terjadi baik secara psikologis maupun emosional. Child Mind Institute Amerika Serikat
menyebutkan, bahwa 32,9 persen dari anak-anak dan remaja di seluruh dunia mengalami
gangguan kecemasan. Setengahnya dimulai sejak menginjak usia 18 tahun dan anak perempuan
dua kali lebih mungkin untuk menghadapi gangguan kecemasan dari pada anak laki-laki.

2.2.2 Depresi pada remaja

Hampir semua individu pernah mengalami depresi, yang ditandai dengan perasaan sedih,
perasaan duka dan tidak tertarik pada aktivitas menyenangkan. Depresi merupakan respon
terhadap stres kehidupan. Anak remaja yang mengalami gangguan depresi akan menunjukkan
gejala-gejala seperti perasaan sedih yang berkepanjangan, suka menyendiri, sering melamun di
dalam kelas/di rumah, kurang nafsu makan atau makan berlebihan, sulit tidur atau tidur
berlebihan, merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga, serasa rendah diri, sulit konsentrasi dan
sulit mengambil keputusan. Selain itu merasa putus asa, gairah belajar berkurang, tidak ada
inisiatif, hipo atau hiperaktif. Anak remaja dengan gejala-gejala depresi akan memperlihatkan

5
kreativitas, inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, sehingga akan menimbulkan kesulitan
belajar sehingga membuat prestasi belajar anak menurun dari hari ke hari.

Dengan demikian, depresi harus dibedakan dengan kesedihan biasa, karena depresi
adalah salah satu gangguan jiwa sedangka kesedihan adalah fenomena sosial yang dapat dialami
oleh setiap manusia. Dua hal itu dapat dibedakan secara kuantitatif. Pada depresi, episode lebih
lama, gejala lebih intensif dibandingkan dengan kesedihan biasa. Pada depresi faktor presipitasi
tidak sejelas pada kesedihan biasa dan kualitas gejala depresi ada yang khusus seperti halusinasi
dan pikiran bunuh diri yang tidak terdapat pada kesedihan biasa.

Depresi yang nyata dapat dilihat pada anak usia lebih 10 tahun terutama apada usia
remaja, di mana superego, kemampuan verbal, kognitif dan kemampuan menyatakan
perasaannya sudah berkembang lebih matang sehingga gejala depresi pada usia ini mirip dengan
gejala depresi pada orang dewasa. Pada usia lebih dari 10 tahun, penggunaan proses berpikir
secara realistik makin berkembang, penggunaan fantasi sebagai alat pelarian makin hilang, sudah
tidak menggunakan mekanisme pembelaan yang primitif dan makin berkembangnya suara hati
nurani (superego) yang akan memperhebat perasaan bersalah dan rendah diri.

2.3 Permasalahan Kesehatan remaja kekerasan dan penggunaan zat terlarang

2.3.1 Kekerasan remaja

Kekerasan remaja/Peer violence didefinisikan sebagai tindakan kekerasan fisik,


emosional atau seksual yang dilakukan oleh teman sebaya di usia sekolah (Wandera dkk., 2017).
Kekerasan remaja dapat berkembang dengan cara yang berbeda. Beberapa anak menunjukkan
perilaku bermasalah pada anak usia dini yang secara bertahap meningkat menjadi bentuk agresi
yang lebih parah sebelum dan selama masa remaja. World Health Organization (WHO) telah
menyatakan bahwa kekerasan remaja berdampak seumur hidup pada fungsi psikologis dan sosial
seseorang.

          Pada umumnya kekerasan pada remaja itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu secara langsung
( agresi fisik, ancaman, dan ejekan), tidak langsung ( menyebarkan berita palsu dan pengucilan
dari kelompok), dan intimidasi.Jenis Kekerasan terhadap anak menurut Kantor Pusat Layanan
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A):

a. Kekerasan Fisik : pukul, tampar, tendang, cubit, dsb.


6
b. Kekerasan Emosional : kekerasan berupa kata-kata yang menakut-nakuti, mengancam,
menghina, mencaci dan memaki dengan kasar & keras.
c. Kekerasan Seksual: pornografi, perkataan porna, tindakan tidak senonoh, pelecehan
organ seksual
d. Pengabaian dan penelantaran: segala bentuk kelalaian yang melanggar hak anak dalam
pemenuhan gizi dan pendidikan.
e. Kekerasan ekonomi (Eksploitasi): memperkerjakan anak di bawah umur dengan motif
ekonomi, prostitusi anak.

Dampak negatif  dari peer violence bisa terjadi dari segi kesehatan fisik maupun
psikologis yang telah banyak didokumentasikan oleh penelitian. Tidak hanya itu, Kekerasan
teman sebaya juga dapat berdampak negatif pada kinerja sekolah anak-anak, dengan beberapa
penelitian menunjukkan kinerja akademis yang buruk dan perihal kehadiran di sekolah.

a. Masalah kesehatan fisik : masalah kesehatan fisik anak-anak dan gejala psikosomatik.
Psikosomatik adalah suatu kondisi atau gangguan ketika pikiran memengaruhi tubuh, hingga
memicu munculnya keluhan fisik, seperti sakit kepala, kelelahan, sakit perut dan pusing

b. Masalah psikologis : harga diri yang rendah, perasaan depresi, kecemasan sosial, gangguan
tidur, rendahnya efikasi diri, kesepian, keputusasaan dan ide bunuh diri.

2.3.2 Penggunaan zat terlarang pada remaja

Peredaran narkoba di kalangan remaja makin parah. Sekitar 4,7 persen pengguna narkoba
adalah pelajar dan mahasiswa. Badan Narkotika Nasional (BNN) mengakui pengaruh narkoba
telah merambah ke berbagai kalangan. Berdasarkan survei BNN, penggunaan narkoba tercatat
sebanyak 921.695 orang adalah pelajar dan mahasiswa. Jika diambil rata- ratakan usia sasaran
pengguna narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Akibatnya,
generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari
penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Dampak negatif penyalahgunaan
narkoba terhadap anak atau remaja pelajar antara lain adalah sebagai berikut :

 Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian.


 Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran.

7
 Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah.
 Sering menguap, mengantuk, dan malas.
 Tidak memedulikan kesehatan diri.
 Suka mencuri untuk membeli narkoba.

2.4 Permasalahan kesehatan Remaja Seksualitas,penyakit menular dan kehamilan

Pubertas pada remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa.
Tidak ada batas yang jelas antara akhir masa anak awal dan awal masa pubertas, akan tetapi
dapat dikatakan bahwa pubertas mulai dengan awal berfungsinya ovarium. Pubertas berakhir
pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan ovulasi teratur, secara klinis pubertas
dimulai dengan timbulnya ciri-ciri seks sekunder dan berakhir jika sudah ada kemampuan
reproduksi. Pubertas pada wanita dimulai kira-kira pada umur 8-14 tahun dan berlangsung
kurang lebih selama 4 tahun. Awal pubertas jelas dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan (kesehatan dan gizi). Usia menarche sekarang berkisar antara 11-13 tahun namun
umur rata-rata menarche dan ovulasi pada saat ini cenderung lebih muda daripada beberapa
dekade yang lalu. Sebagai akibat menarche awal dan mungkin oleh karena kebebasan seksual,
banyak pusat pelayanan obstetri mengalami peningkatan kasus kehamilan remaja.

Masyarakat menyadari dan menyetujui bahwa kehamilan remaja merupakan satu


masalah, yang keberadaannya akan makin bertambah dan merupakan peristiwa akan makin
bertambah dan merupakan peristiwa yang dapat menurunkan martabat keluarga, yang belum
disetujui adalah cara pemecahannya. Tidak ada yang dinamakan pemecahan tunggal atau
pemecahan yang baku. Kehamilan remaja adalah satu problem yang mempunyai banyak sisi
dengan implikasi jangka panjang, khususnya di bidang medis, sosial, pendidikan, ekonomi dan
politik.

Dalam jangka panjang, untuk suatu upaya penanggulangan penyakit yang ditularkan
lewat seks yang menyeluruh, remaja merupakan sasaran primer strategis. Memang sebagian
besar remaja belum menjadi pelaku seks yang aktif, tetapi mereka cukup rawan terhadap
penyakit yang ditularkan lewat seks (sexually transmitted diseases-STD) termasuk penyakit
AIDS. Remaja pada umumnya secara biologis sudah cukup “siap” dan ingin mengetahui, namun
mereka kurang diberikan informasi lengkap dan salah, tentang seks dan segala akibat yang

8
ditimbulkannya. Sebagian besar remaja berada di sekolah. Khususnya sekolah menengah (tingkat
lanjutan pertama, dan lanjutan atas, umum dan kejuruan). Sehingga sekolah, secara tidak sengaja
menjadi salah satu tempat yang layak bagi “pendidikan” tentang seks, yang benar maupun
terutama yang kurang benar. Perilaku, termasuk perlaku kesehatan, merokok atau tidak,
meminum obat atau tidak, bermain seks atau tidak, setidak-tidaknya sebagian terbentuk di dalam
sekolah atau melalui sekolah.

2.5. Faktor Resiko Permasalah Kesehatan Pada Remaja

2.5.1. Masalah emosional, zat terlarang, bunuh diri, merokok, sex bebas.

Masalah emosi karena ingin :

 Menunjukkan jati dirinya


 Merasa sudah dewasa
 Mampu bertanggung jawab
 Pengaruh teman
 Belum ada petimbangan yang matang

2.5.2. Gizi rendah dan gangguan pola makan

 Makanan yang siap saji tanpa memikirkan kandungan gizinya dan kurang beraktivitas
dapat menimbulkan masalah obesitas seperti yang terjadi diamerika.
 Diet yang tidak sehat.

2.6. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Remaja


A. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok
yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, social ekonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan
yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.
9
Prinsip pengkajian communnity as partner
 Menggunakan proses yang sistematis dan komprehensif
 Bekerja didalam kemitraan dengan komunitas
 Berfokus pada prevensi primer
 Promosi lingkungan sehat
 Target untuk semua yang mungkin merasakan manfaat
 Memberikan prioritas pada kebutuhan komunitas
 Meningkatkan alokasi sumber yang optimal
 Bekerjasama dengan berbagai pihak di komunitas
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
a) Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data
demografi, vital statistic, status kesehatan komunitas
b) Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-batas
wilayah, dan kondisi geografis
c) Pelayanan kesehatan dan social, meliputi : pelayanan kesehatan, fasilitas
social (pasar, toko, dan swalayan)
d) Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan,
jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja dibawah umur, ibu
rumah tangga dan lanjut usia.
e) Keamanan dan transportasi
f) Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian, struktur organisasi,
kelompok organisasi dalam komunitas, peran serta kelompok organisasi dalam
kesehatan
g) Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi
yang digunakan dalam komunitas, cara penyebaran informasi
h) Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas, fasilitas pendidikan yang
tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan
i) Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi

10
2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data;
a) Menetapkan kebutuhan komunitas
b) Menetapkan kekuatan
c) Mengidentifikasi pola respon komunitas
d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
3. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
yang perlu pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria penapisan, diantaranya:
a) Sesuai dengan perawat komunitas
b) Jumlah yang berisiko
c) Besarnya resiko
d) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e) Minat masyarakat
f) Kemungkinan untuk diatasi
g) Sesuai dengan program pemerintah
h) Sumber daya tempat
i) Sumber daya waktu
j) Sumber daya dana
k) Sumber daya peralatan
l) Sumber daya orang
Masalah yang ditemukan dinilai dengan menggunakan skala pembobotan, yaitu : 1
= sangat rendah, 2 = rendah, 3 = cukup, 4 = tinggi, 5 = sangat tinggi. Kemudian
masalah kesehatan diprioritaskan berdasarkan jumlah keseluruhan scoring tertinggi.
4. Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan
diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
a) Masalah (Problem)

11
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
b) Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan
fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
c) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk
timbulnya masalah.
Diagnosa keperawatan untuk meningkatkan kesehatan yang bisa ditegakkan pada
adolesens, yaitu :
1. Risiko cedera yang berhubungan dengan:
a. Pilihan gaya hidup
b. Penggunaan alcohol, rokok dan obat
c. Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi
d. Aktivitas seksual
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
a. Aktivitas seksual
b. Malnutrisi
c. Kerusakan imunitas
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan:
a. Kurangnya nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan
b. Melewati waktu makan; ikut mode makanan
c. Makan makanan siap saji, menggunakan makanan yang mudah atau mesin
penjual makanan
d. Kemiskinan
e. Efek penggunaan alcohol atau obat
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan:
a. Tidak berpengalaman dengan peralatan rekreasional yang tidak dikenal
b. Kurang informasi tentang kurikulum sekolah
5. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan:
a. Perasaan negative tentang tubuh

12
b. Perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju pertumbuhan
adolesens

5. Intervensi (Perencanaan) Keperawatan


Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: perumusan tujuan, rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan.
Masalah kesehatan adolesens
Intervensi promosi kesehatan
1) Cedera tidak disengaja
a) Anjurkan adolesens untuk mengikuti program pendidikan mengemudi dan
menggunakan sabuk keselamatan
b) Informasikan adolesens tentang risiko yang berkaitan dengan minum dan
berkendaraan; penggunaan obat
c) Tingkatkan penggunaan helm oleh adolesens yang menggunakan kendaraan
bermotor
d) Yakinkan adolesens mendapatkan orientasi yang tepat untuk penggunaan
semua alat olahraga
2) Penggunaan zat
Periksa penggunaan zat, seperti alcohol, rokok dan obat-obatan serta informasikan
risiko penggunaannya
3) Bunuh diri
a) Berikan informasi tentang bunuh diri
b) Ajarkan metode untuk bertemu dengan sebaya yang mencoba bunuh diri
4) Penyakit menular seksual
a) Berikan adolesens informasi mengenai penyakit, bentuk penularan, dan gejala
yang berhubungan
b) Dorong pantangan terhadap aktivitas seksual; atau bila aktif seksual, tentang
penggunaan kondom
c) Berikan informasi akurat tentang konsekuensi aktivitas seksual

13
6. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan komunitas yang telah
disusun. Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu :
a) Berdasarkan respon masyarakat.
b) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta
lingkungannya.
d) Bekerja sama dengan profesi lain.
e) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan
penyakit.
f) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g) Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan.
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasialn tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut

2.7. Promosi Prevensi Kesehatan Pada Remaja


Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan yaitu:

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan
diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan kesehatan
secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit. Misalnya, kegiatan
penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi, dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosis dini dan intervensi yang tepat
untuk menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga memperpendek waktu sakit

14
dan tingkat keparahan. Misalnya, mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap
tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada pengembalian
individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga.
Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap
bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses penyakit

2.8. Progam Kesehatan Remaja


1. Pengertian PKPR
Pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien
dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Singkatnya, PKPR adalah pelayanan kesehatan
kepada remaja yang mengakses semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai,
komprehensif, efektif dan efisien.
2. Tujuan PKPR di Puskesmas
Tujuan Umum :

Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas.

Tujuan Khusus:

1) Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.


2) Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.
3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan
masalah kesehatan khusus pada remaja.
4) Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan kesehatan remaja.
3. Ciri khas atau karakteristik PKPR

15
1. Kebijakan yang peduli remaja.
2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja.
3. Petugas khusus yang peduli remaja.
4. Petugas pendukung yang peduli remaja.
5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja.
6. Partisipasi/keterlibatan remaja.
7. Keterlibatan masyarakat.
8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung, serta mengupayakan
pelayanan sebaya.
9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif.
10. Pelayanan yang efektif
11. Pelayanan yang efisien
4. Jenis kegiatan dalam PKPR
Kegiatan dalam PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya,
dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung, untuk sasaran perorangan atau
kelompok, dilaksanakan oleh petugas Puskesmas atau petugas lain di institusi atau
masyarakat, berdasarkan kemitraan. Jenis kegiatan meliputi :
1. Pemberian Informasi dan edukasi.
a. Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung, secara perorangan atau
berkelompok.
b. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah
atau dari lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau
sepengetahuan) Puskesmas.
c. Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, FGD (Focus Group
Discussion), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media
cetak atau media elektronik (radio, email, dan telepon/hotline, SMS).
d. Menggunakan sarana KIE yang lengkap, dengan bahasa yang sesuai
dengan bahasa sasaran (remaja, orang tua, guru ) dan mudah dimengerti.
Khusus untuk remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui serta
perlu bersikap santai.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya.

16
Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang berkunjung ke
Puskesmas adalah:
a. Bagi klien yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan
mengacu pada prosedur tetap penanganan penyakit tersebut.
b. Petugas dari BP umum, BP Gigi, KIA dll dalam menghadapi klien remaja
yang datang, diharapkan dapat menggali masalah psikososial atau yang
berpotensi menjadi masalah khusus remaja, untuk kemudian bila ada,
menyalurkannya ke ruang konseling bila diperlukan.
c. Petugas yang menjaring remaja dari ruang lain tersebut dan juga petugas
penunjang seperti loket dan laboratorium seperti halnya petugas khusus
PKPS juga harus menjaga kerahasiaan klien remaja, dan memenuhi
kriteria peduli remaja.
d. Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan mencatat hasil
rujukan kasus per kasus.
3. Konseling
Konseling adalah hubungan yang saling membantu antara konselor dan klien
hingga tercapai komunikasi yang baik, dan pada saatnya konselor dapat
menawarkan dukungan, keahlian dan pengetahuan secara berkesinambungan
hingga klien dapat mengerti dan mengenali dirinya sendiri serta permasalahan
yang dihadapinya dengan lebih baik dan selanjutnya menolong dirinya sendiri
dengan bantuan beberapa aspek dari kehidupannya. Tujuan konseling dalam
PKPR adalah:
a. Membantu klien untuk dapat mengenali masalahnya dan membantunya
agar dapat mengambil keputusan dengan mantap tentang apa yang harus
dilakukannya untuk mengatasi masalah tersebut.
b. Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan sumber
daya secara berkesinambungan hingga dapat membantu klien dalam
mengatasi kecemasan, depresi atau masalah kesehatan mental lain dan
meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi
pada dirinya.

17
4. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme
bahwa bila remaja dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja
akan sanggup menangkal pengaruh yang merugikan bagi kesehatannya. PKHS
merupakan adaptasi dari Life Skills Education(LSE). Life skilsl atau
keterampilan hidup adalah kemampuan psikososial seseorang untuk
memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah dalam kehidupan se-hari-hari
secara efektif. Keterampilan ini mempunyai peran penting dalam promosi
kesehatan dalam lingkup yang luas yaitu kesehatan fisik, mental dan sosial.
5. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya.
Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja
sebagai salah satu syarat keberhasilan PKPR. Dengan melatih remaja menjadi
kader kesehatan remaja yang lazim disebut pendidik sebaya, beberapa
keuntungan diperoleh yaitu pendidik sebaya ini akan berperan sebagai agen
pengubah sebayanya untuk berperilaku sehat, sebagai agen promotor
keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya yang
berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat “curhat” bagi teman yang
membutuhkannya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk memperdalam
keterampilan interpersonal relationship dan konseling, sehingga dapat
berperan sebagai konselor remaja.
6. Pelayanan rujukan.
Sesuai kebutuhan, Puskesmas sebagai bagian dari pelayanan klinis medis,
melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi. Rujukan
sosial juga diperlukan dalam PKPR, sebagai contoh penyaluran kepada
lembaga keterampilan kerja untuk remaja pasca penyalah-guna napza, atau
penyaluran kepada lembaga tertentu agar mendapatkan program
pendampingan dalam upaya rehabilitasi mental korban perkosaan. Sedangkan
rujukan pranata hukum kadang diperlukan untuk memberi kekuatan hukum
bagi kasus tertentu atau dukungan dalam menindaklanjuti suatu kasus. Tentu

18
saja kerjasama ini harus diawali dengan komitmen antar institusi terkait, yang
dibangun pada tahap awal sebelum PKPR dimulai.

19
BAB III

STUDI KASUS

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Remaja

A. Pengkajian
1. Data Inti
a. Sejarah
Tidak ada dalam kasus
b. Demografi
RW 02 Kelurahan A mempunyai jumlah penduduk 550 jiwa (110 KK). Diketahui
jumlah remaja di RW 02 Kelurahan A adalah 95 orang yang terdiri dari 53 orang
laki-laki dan perempuan sebanyak 42 orang dengan presentase 18,9 % dari jumlah
penduduk RW 02.
2. Data Subsistem
1) Lingkungan fisik
Di RW 02 Kelurahan A belum terdapatnya lokasi untuk wadah perkumpulan
remaja seperti karang taruna dan tidak terdapat sarana olahraga. Biasanya
remaja lebih memlikih rekreasi dengan duduk di warung sambil merokok dan
minum-minum.
2) Pelayanan kesehatan dan sosial
Tidak ada dalam kasus
3) Ekonomi
Tidak ada dalam kasus
4) Keamanan dan tranportasi
Hampir semua remaja di RW 02 Kelurahan A mempunyai kendaraan bemotor
dengan persentase 89%. Tetapi sebanyak 50% dari remaja RW 02 kelurahan
A menggunakan waktunya kebut-kebutan dijalan raya
5) Politik dan Pemerintah
Di RW 02 Kelurahan A para remaja banyak tidak mengikuti dan tidak
berperan serta dalam kelompok organisasi dikomunitas mereka. Di RW 02

20
kelurahan A belum terdapatnya lokasi untuk wadah perkumpulan remaja
seperti karang taruna.
6) Sistem komunikasi
Sebagian remaja jika ada masalah memberitahukan masalahnya kepada teman
sebaya yang dekat dengannya,ada juga yang hanya diam saja dan
mengalihkan masalahnya dengan kegiatan yang tidak bermanfaat seperti
kebut-kebutan.
7) Pendidikan
Tidak ada dalam kasus
8) Rekreasi
Remaja di RW 02 Kelurahan A biasanya memilih rekreasi dengan duduk di
warung sambil merokok dan minum-minuman.
9) Pemeriksaan fisik remaja
Tidak ada dalam kasus
3. Data Persepsi
Persepsi remaja terhadap masalah adalah jika ada masalah adalah remaja jika ada
masalah memberitahukan masalahnya kepada teman sebaya yang dekat
dengannya,ada juga yang hanya diam saja dan mengalihkan masalahnya dengan
kegiatan yang tidak bermanfaat seperti kebut-kebutan.

B. Analisa Data

No. Analisa Data Masalah


1. Berdasarkan Kuisioner Koping komunitas tidak efektif
 50% remaja menggunakan
sebagian waktu untuk kebut-
kebutan di jalan raya
 Hampir seluruh remaja
mempunyai kendaraan
bermotor 89%
Berdasarkan wawancara

21
 Beberapa remaja mengatakan
bahwa umumnya mereka
mengisi waktu luang di luar
rumah seperti kebut-kebutan di
jalan raya

Berdasarkan observasi
 Tidak ditemukannya wadah
perkumpulan remaja seperti
karang taruna di RW 02
Keluruhan A
2. Berdasarkan Kuisioner Perilaku kesehatan cenderung
 65% remaja merokok beresiko
 15% remaja minum-minuman
beralkhol
 10% narkoba
 5% Perilaku penyimpangan
seksual

Berdasarkan wawancara
 Beberapa remaja mengatakan
bahwa mereka jarang
melakukan olahraga

Berdasarkan observasi
 Tidak ada kegiatan olahraga
dan tidak terdapat sarana
olahraga di kelurahan.

22
C. Diagnosa Keperawatan
1) Koping komunitas tidak efektif b.d ketidakcukupan sumber daya masyarakat (tempat
rekreasi dan dukungan sosial) d.d tidak ditemukannya wadah perkumpulan remaja
seperti karang taruna di RW 02 Keluruhan A
2) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan pemilihan gaya hidup
yang tidak sehat dibuktikan dengan 65% remaja di RW 02 Kelurahan A merokok,
15% remaja minum beralkohol, 10% narkoba, perilaku sesksual yang menyimpang,
dan jarang berolahraga.

D. Intervensi

No Diagnosa Outcome Intervensi


.
1. Koping komunitas Status Koping Manajemen Lingkungan
tidak efektif b.d Komunitas Komunitas
ketidakcukupan  Keberdayaan Observasi
sumber daya komunitas  Identifikasi faktor
masyarakat (tempat dipertahankan pada 2 resiko kesehatan yang
rekreasi dan ditingkatkan ke 4 diketahui
dukungan sosial) d.d (cukup meningkat) Terapeutik
tidak ditemukannya  Sumber daya  Libatkan partisipasi
wadah perkumpulan komunitas masyarakat dalam
remaja seperti karang dipertahankan pada 2 memelihara keamanan
taruna di RW 02 ditingkatkan ke 4 lingkungan
Keluruhan A (cukup meningkat) Edukasi
 Promosi kebijakan
pemerintah dalam
memelihara keamanan
lingkungan

23
 Berikan pendidikan
kesehatan untuk
kelompok resiko

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam
program kesehatan
komunitas untuk
menghadapi risiko yang
diketahui

2. Perilaku kesehatan Perilaku kesehatan Promosi Perilaku Upaya


cenderung beresiko  Kemampuan Kesehatan
berhubungan dengan peningkatan kesehatan Observasi
pemilihan gaya hidup ditingkatkan dari skala  Identifikasi perilaku
yang tidak sehat 2 (cukup menurun) ke upaya kesehatan yang
dibuktikan dengan skala 4 (cukup dapat ditingkatkan
65% remaja di RW meningkat) Terapeutik
02 Kelurahan A  Pencapaian  Berikan lingkungan
merokok, 15% pengendalian yang mendukung
remaja minum kesehatan ditingkatkan kesehatan
beralkohol, 10% dari skala 2 (cukup  Orientasi pelayanan
narkoba, perilaku menurun) ke skala 4 kesehatan yang dapat
seksual yang (cukup meningkat). dimanfaatkan
menyimpang, dan Edukasi
jarang berolahraga.  Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap
hari
 Anjurkan tidak

24
merokok di dalam
rumah

Prevensi Primer
 Pendidikan kesehatan
pada remaja tentang
bahaya merokok,
minum beralkohol,
narkoba
 Mendorong remaja agar
tidak melakukan
hubungan seksual sejak
dini
Prevensi Sekunder
 Membantu
mengidentifikasi kasus
secara dini
 Mendorong remaja
untuk menerima
pengobatan

Prevensi Tersier
 Membantu remaja yang
telah melakukan
penyimpangan seksual
dalam memperoleh
skrinning serta
pengobatan yang
adekuat

25
26
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak dengan dewasa, dimana pada
masa itu terjadi perubahan biologis, intelektual, psikososial dan ekonomi. Selama periode ini,
individu mengalami kematangan fisik dan seksual, peningkatan kemampuan dan mampu
membuat keputusan edukasi dan okupasi. WHO menyebutkan, anak remaja saat ini lebih rentan
terkena gangguan kecemasan (anxiety disorder). Masa remaja merupakan waktu di mana banyak
perubahan dan penyesuaian terjadi baik secara psikologis maupun emosional. Permasalah yang
bisa muncul pada usia remaja diantaranya adalah kekerasan, penggunaan zat terlarang, masalah
seksual.

Saat melakukan pengkajian pada remaja menggunakan prinsip proses yang sistematis dan
komprehensif, berfokus pada prevensi primer. Masalah keperawatan yang bisa muncul pada
remaja adalah resiko cedera berhubungan dengan pilihan gaya hidup, penggunaan alcohol, rokok
dan obat, Risiko infeksi yang berhubungan dengan aktivitas seksual. Intervensi yang diberikan
bisa berupa pencegah primer, sekunder dan tersier.

3.2. Saran

Diharapkan sebagai calon perawat kita dapat lebih mendalami pengetahuan mengenai asuhan
keeprawatan komunitas agregat remaja agar nantinya dapat memberikan asuhan keperawatan yang
optimal kepada klien sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan komunitas.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Puspita Lestari. 2019. Asuhan keperawatan Pada Agregat Remaja Dalam Komunitas

Isfandari, Siti. dan Dina Biasara Lolong. 2021. Analisa Faktor Resiko dan Status Kesehatan

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak. 2017. Statistik Gender Tematik —


Mengakhiri Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Indonesia. Jakarta. Indonesia

Maya Suryawanti, dkk. 2020 Asuhan keperawatan pada Agregat Remaja Dalam Komunitas.

Remaja Indonesia Pada Dekade Mendatang. Jurnal Kesehatan. Vol 42 (2), hal 122-130.

28

Anda mungkin juga menyukai