Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Tembilahan, 06 Desember 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................2

1.4 Manfaat Masalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

2.1 Definisi Remaja..............................................................................................4

2.2 Karakteristik Remaja......................................................................................4

2.3 Masalah Kesehatan Gizi Pada Remaja...........................................................6

2.4 Kehamilan Usia Pada Remaja........................................................................9

2.5 Kebutuhan Gizi Pada Remaja......................................................................10

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Remaja...........................................14

2.7 Perhitungan Kebutuhan Energi Pada Remaja..............................................17

2.8 Pengembangan Prilaku Makanan Sehat Pada Remaja................................21

BAB III PENUTUP..............................................................................................22

3.1 Kesimpulan...................................................................................................22

3.2 Saran.............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia
kanak-kanak dan dewasa. Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara
seksual menjadi matang dan berakhir saat mencapai usia matang secara
hukum diakui hak-haknya sebagai warga negara. Remaja sering kali disebut
adolescence yang secara luas berarti masa tumbuh dan berkembang untuk
mencapai kematangan mental, emosional, social dan fisik. Masa remaja
menurut WHO adalah antara 10-24 tahun, sedangkan menurut Monks masa
remaja berlangsung pada umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagian masa
remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa
remaja akhir (18-21 tahun).
Masa remaja adalah salah satu fase yang penting dari proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kondisi seseorang pada masa
dewasa banyak ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja.
Oleh karena itu status gizi dan kesehatan. merupakan factor penentu kualitas
remaja. Dengan status gizi dan kesehatan yang optimal pertumbuhan dan
perkembangan remaja menjadi lebih sempurna.
Remaja merupakan salah satu konsumen makanan yang aktif dan
mandiri dalam menentukan makanan yang dikehendaki. Kecepatan
pertumbuhan anak sekolah meningkat bersama dengan datangnya masa
remaja. Pada tahap pertumbuhan ini anak mendapatkan pengalamannya
dengan makanan yang diperoleh dari lingkungan keluarga. dan diluar rumah
Remaja yang memperoleh konsumsi pangan yang memenuhi kecukupan gizi
semenjak masa anak-anak akan 3 memiliki perkembangan tubuh yang baik,
dengan postur tubuh yang lurus, otot yang kuat dan simpanan lemak yang
cukup.
Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah,
yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang
dianjurkan. Masalah gizi yang dapat terjadi pada remaja adalah gizi kurang

1
(under weight), obesitas (over weight) dan anemia. Gizi kurang terjadi karena
jumlah konsumsi energi dan zat-zat gizi lain tidak memenuhi kebutuhan
tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Remaja ?
1.2.2 Bagaimana Karakteristik Remaja?
1.2.3 Bagaimana Masalah Kesehatan Gizi Pada Remaja?
1.2.4 Bagaimana Kebutuhan Gizi Pada Remaja?
1.2.5 Bagaimana Perhitungan Kebutuhan Energi Pada Remaja?
1.2.6 Bagaimana Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Remaja?
1.2.7 Bagaimana Kehamilan Usia Pada Remaja ?
1.2.8 Bagaiamana Pengembangan Prilaku Makanan Sehat Remaja ?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut, dapat dirumuskan beberapa
tujuan sebagai berikut:
1.3.1 Mendekskripsikan Definisi Remaja.
1.3.2 Memaparkan Karakteristik Remaja.
1.3.3 Memaparkan Masalah Kesehatan Gizi Pada Remaja.
1.3.4 Memaparkan Kebutuhan Gizi Pada Remaja.
1.3.5 Memaparkan Perhitungan Kebutuhan Energi Pada Remaja.
1.3.6 Memaparkan Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Remaja.
1.3.7 Memaparkan Kehamilan Usia Pada Remaja.
1.3.8 Memaparkan Pengembangan Prilaku Makanan Sehat Remaja.

1.4 Manfaat Masalah


Berdasarkan Tujuan Masalah tersebut, dapat dirumuskan beberapa
manfaat sebagai berikut:
1.1.1 Untuk penulis diharapkan bisa jadi referensi yang baik dan diperbaiki
agar lebih baik.

2
1.1.2 Untuk pembaca makalah ini dapat memahami tentang apa itu Konsep
Gizi Pada Remaja.
1.1.3 Untuk masyarakat diharapkan dapat memahami dan mengetahui Konsep
Gizi Pada Remaja.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Remaja


Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual.
Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai
petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas
perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang (Kemenkes RI,
2015).

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk


dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25
tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang
usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Remaja adalah seseorang yang tumbuh menjadi dewasa mencakup


kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Dimana remaja mempunyai
rasa keingintahuan yang besar dan sedang mengalami proses perkembangan
sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

2.2 Karakteristik Remaja


Ciri remaja menurut (Putro, 2017), yaitu:

2.2.1. Masa remaja sebagai periode yang penting

Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang
tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan cepatnya
perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan ini
menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap,
nilai, dan minat baru.

2.2.2. Masa remaja sebagai periode peralihan

4
Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa.
Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai
dengan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana orang dewasa,
remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena mencoba
bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak,status remaja yang tidak jelas ini
juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang
paling sesuai bagi dirinya.

2.2.3. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awalmasa remaja, ketika perubahan fisik
terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau
perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

2.2.4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun


masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi
sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.

2.2.5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap


kelompokmasih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun
mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi
sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Status remaja
yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja
mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah identitas ego pada remaja.

2.2.6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

5
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri,
yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, menyebabkan
orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang
takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja
yang normal.

2.2.7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna


merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia
inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan dan cita-cita.
Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri
tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi
yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa
apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan
yang telah ditetapkannya sendiri.

2.2.8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi


gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan
bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang
dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri
pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum
minuman keras, menggunakan obatobatan, dan terlibat dalam perbuatan seks
bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku yang seperti
ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang diharapkan mereka.

2.3 Masalah Kesehatan Gizi Pada Remaja


2.3.1. Anemia

Anemia masih merupakan masalah kesehatan utama masyarakat dunia,


khususnya di negara sedang berkembang (WHO, 2008; Milman, 2011). Sekitar
50-80% anemia di dunia disebabkan kekurangan zat besi (Milman, 2011).

6
Prevalensi anemia pada remaja wanita (usia 15-19 tahun) sebesar 26,5% dan pada
wanita subur sebesar 26,9% (Depkes RI, 2005). Berdasarkan hasil Riskesdas
2013, proporsi anemia di Indonesia pada kelompok umur 5-14 tahun adalah
sebesar 26,4% (Kemenkes RI, 2014).

Remaja putri merupakan kelompok risiko tinggi mengalami anemia


dibandingkan remaja putra dimana kebutuhan absorpsi zat besi memuncak pada
umur 14-15 tahun pada remaja putri, sedangkan pada remaja putra satu atau dua
tahun berikutnya (WHO, 2011). Faktor risiko utama anemia defisiensi besi adalah
asupan zat besi yang rendah, penyerapan zat besi yang buruk, dan periode
kehidupan ketika kebutuhan akan zat besi tinggi seperti pada masa pertumbuhan,
kehamilan, dan menyusui. Kekurangan zat gizi lainnya seperti vitamin A, B12,
folat, riboflavin, dan tembaga (Cu) serta adanya penyakit akut dan infeksi kronis
seperti malaria, kanker, tuberkulosis, dan HIV juga dapat meningkatkan risiko
anemia (WHO, 2008; Milman, 2011). Selain itu kebutuhan zat besi yang tinggi
pada remaja putri juga pada masa menstruasi (WHO, 2008).

Asupan gizi besi yang kurang pada remaja dapat disebabkan pengetahuan
remaja yang kurang tentang pangan sumber zat besi dan peran zat besi bagi
remaja. Berdasarkan hal ini maka peningkatan pengetahuan melalui pendidikan
gizi dapat memperbaiki perilaku remaja untuk mengonsumsi pangan sumber zat
besi sesuai dengan kebutuhan gizinya. Masalah anemia pada remaja perlu
perhatian khusus, terutama pada remaja perempuan karena akan menjadi calon ibu
(periode Window of Oppurtunity). Tindakan: suplemen zat besi. Akibat : 5L
(letih, lemah, lesu, lunglai, lalai)

Dampak anemia pada remaja putri dan status gizi yang buruk memberikan
kontribusi negatif bila hamil pada usia remaja ataupun saat dewasa yang dapat
menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, kesakitan bahkan
kematian pada ibu dan bayi. Selain itu, anemia juga mempunyai dampak negatif
terhadap perkembangan fisik dan kognitif remaja (WHO, 2008). Sel darah putih
yang berperan sebagai komponen imunitas tubuh tidak dapat bekerja secara

7
efektif dalam keadaan defisiensi besi. Selain itu enzim mieloperoksidase yang
berperan dalam sistem kekebalan juga terganggu fungsinya bila defisiensi besi
(Almatsier, 2007). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Barasi (2009) yaitu
anemia defisiensi besi dapat memengaruhi fungsi sel darah putih sehingga
menurunkan kemampuannya untuk menghancurkan organisme yang menyerang

2.3.2. Pola Makan Yang Salah

Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang yang mencakup jenis dan
frekuensi konsumsi makanan. Masa remaja adalah masa tumbuh kembang secara
cepat yang membutuhkan asupan makanan yang sehat dan bergizi. Asupan
makanan yang tidak baik menyebabkan status kesehatan menurun dan
menimbulkan masalah gizi remaja Pola Makan Sering terjadi pada remaja laki-
laki, umumnya mempunyai nafsu makan lebih besar sehingga sering mencari
makanan tambahan (jajan diluar waktu makan). Konsumsi makanan yang padat
energi berlebihan -> manis dan berlemak yang berakibat Obesitas.

Masalah gizi pada usia remaja disebabkan karena terjadinya perubahan-


perubahan gaya hidup. Faktor langsung yang menyebabkan remaja mengalami
masalah gizi yaitu kebiasaan makan yang tidak bergizi dalam jangka waktu yang
lama seperti sering konsumsi cemilan, konsumsi fast food, makan yang tidak
teratur serta melewatkan waktu sarapan pagi. Umumnya masalah gizi remaja di
Indonesia yaitu kekurangan gizi (kurus) dan kelebihan berat badan atau obesitas
(Sulistyoningsih, 2011). Penyebab mayoritas masalah gizi dapat dilakukan dengan
penelusuran konsumsi jenis zat gizi dari bahan makanan yang berpotensi.
Kekerapan terhadap konsumsi bahan makanan tertentu menunjukkan adanya
hubungan dengan risiko masalah gizi (Sirajuddin dkk, 2018).

2.3.3. Terganggunya Kebiasaan Makan

Salah satu faktor determinan status gizi masyarakat adalah faktor kebiasaan
makan ( food habit ) penduduk atau masyarakat setempat. kKebiasaan makan
adalah suatu tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan

8
makanan. Sikap orang terhadap makanan dap[at bersipat positif ataupun bersipat
negatif. Sikap negatif atau positif pada makanan bersumber pada nilai-nilai “
Affective” yang berasal dari lingkungan dimana manusia atau kelompok manusia
itu tumbuh. Demikian pula halnya dengan kepercayaan terhadap makanan selalu
berkaitan dengan kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Dan
pemilihan adalah proses untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan
kepercayaanya.Remaja sekarang juga sangat Menjaga penampilan fisik (body
image) mengurangi porsi makan (tidak bergizi seimbang). Penurunan berat badan
yang terlalu cepat dapat membahayakan kesehatan.Body image yang baik =
tercapainya BB yang ideal (keserassian TB dengan BB berdasarkan IMT).

Makanan modern yang merupakan produk dari berbagai olahan makanan,


sepereti hot dog, burger, pizza, fried chicken, ice cream dari berbagai merek
dagang sangat gencar diiklankan melalui media massa, baik media cetak maupun
media elektronik dan mudah didapat serta pengaruhnya berdampak sampai ke
pelosok desa. Golongan remaja pada umumnya baik di kota besar maupu yang ada
di kota kabupaten merupakan sasaran strategis para pengusah makanan olahan.
Makanan modern memiliki daya pikat tersendiri karena lebih praktis, cepat dalam
penyajian ( instan) dan mengandung gensi bagi sebagian golongan masyarakat. Di
sisi lain, makanan moderen mengandung zat lemak, protein, hidrat arang dan
garam yang relatip tinggi dan jika sering dikomsumsi secara berkesinambungan
dan berkelebihan dapat mengakibatkan masalah gizi lebih ( over malnutrition )
dengan kemungkinan konsekwensi seperti : obesitas, hipertensi gangguan jantung
koroner, penyakit kencing manis (Irianto. 2007 )

2.4 Kehamilan Pada Usia Remaja

Konteks terjadinya kehamilan remaja ,Studi mengenai faktor risiko dan


perlindungan yang terkait dengan kehamilan remaja di negara-negara berkembang
dan berkembang menunjukkan bahwa tingkat kehamilan remaja cenderung lebih
tinggi pada kelompok dengan pendidikan rendah atau status ekonomi rendah (7).
Kemajuan dalam mengurangi kelahiran anak pertama pada remaja sangat lambat

9
di kalangan kelompok rentan ini, sehingga menyebabkan meningkatnya
kesenjangan.

Kehamilan usia remaja adalah kehamilan yang berlangsung pada usia 11-
18 tahun, angka kejadian kehamilan pada usia remaja cukup tinggi dan cenderung
meningkat kehamilan pada remaja terkait etar dengan ketergesaan remaja
mempraktikkan hubungan seksuual kehamilan pada usia remaja bukan hanya
karena kematangan fisik dan psisik yang belum sempurna tetapi juga karena
pendidikan rendah, kurangnya sosialisasi, konflik dengan keluarga, kecemasan
dan lenyapnya sumber keuangan.

Remaja yang hamil memburtuhkan nutrisi yang adekuat agar pertumbuhan


diri dan janinnya dapat berlangsung optimal. Secara fisik, remaja masih terus
tumbuh jika kemudian mereka hamil, kalori yang diperlukan berganting pada
kecepatan dan pertambahan berat badan jika berat badan seseorang remaja remaja
perlu ditambah 5kg dalam setaun, setidaknya dibutuhkan energi sebanyak 2500
kkal. Hamil usia dini akan membahayakan kesehatan janin.

Akibat :

1) Masalah kesehatan reproduksi


2) Psikologi (takut, kecewa, menyesal )
3) Sosial dan ekonomi dalam keluarga
4) Keguguran
5) Persalinan prematur, BBLR, Kelainan bawaan
6) Mudah terjadi infeksi
7) Anemia kehamilan
8) Keracunan kehamilan
9) Kematian ibu yang tinggi

2.5 Kebutuhan Gizi Pada Remaja


Kebutuhan Gizi Remaja , relatif besar , karena remaja masih mengalami masa
pertumbuhan. Selain itu , remaja umumnya melakukan aktivitas fisik yang lebih

10
tinggi dibanding dengan usia lainnya , sehingga diperlukan zat gizi yang lebih
banyak .

Remaja meiliki kebutuhan nutrisi yang unik apabila ditinjau dari sudut
pandang biologi , psikologi dan dari sudut pandang sosial. Secara biologis
kebutuhan nutrisi mereka selaras dengan aktivitas mereka. Remaja membutuhkan
lebih banyak protein, vitamin, dan mineral per unit dari setiap energi yang mereka
konsumsi dubsnding dengan anak yang beluim mengalami pubertas .

Pada masa remaja kebutuhan nutrisi/gizi perlu mendapat perhatian karena :

1. Kebutuhan nutrisi yang meningkat karena adanya peningkatan


pertumbuhan fisik dan perkembangan
2. Berubahnya gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini berpengaruh
pada kebutuhan dan asupan zat gizi/nutrient.
3. Kebutuhan khusus nutrient perlu diperhatikan pada kelompok remaja
yang memiliki aktivitas olahraga , mengalami kehamilan , gangguuan
perilaku makanan , restriksi asupan makanan , konsumsi alkohol , obat-
obatan maupun hal-hal yang biasa terjadi pada remaja .

Kekurangan energi akan menjadikan tubuh mengalami keseimbangan


negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila
terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang
dewasa menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh
(Almatsier, 2002).

Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh. Ini berakibat terjadi berat
badan lebih atau kegemukan. Kegemukan biasanya disebabkan oleh kebanyakan
makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang
bergerak (Almatsier, 2002).

Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami


pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih banyak
dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih besar, yaitu:

11
2.5.1 Energi

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja


adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti baik dalam kegiatan di sekolah
maupun di luar sekolah. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga
memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.

Sejak lahir hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan
tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja terdapat
perbedaan kebutuhan energi untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan
komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.

Kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-1200 kkal sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.

AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat.
Makanan sumber karbohidrat adalah: beras, terigu dan hasil olahannya (mie,
spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-
lain.

2.5.2. Protein

Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses


pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja,
kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena
memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dulu.

Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi


dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein
bagi remaja 1,5 – 2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda
adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.

Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan


sumber protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik,
dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein adalah: daging

12
merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil
olahannya (keju, mentega, yakult), kedele dan hasil olahannya (tempe, tahu),
kacang-kacangan, dan lain-lain.

2.5.3. Kalsium

Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi


muscular, skeletal/ kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar
dibandingkan masa anak dan dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi
badan dan sekitar 50 persen massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG
kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk
perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik
adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan,
sayuran hijau, dan lain-lain.

2.5.4. Zat Besi.

Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya


pertumbuhan cepat. Kebutuhan zat besi pada remaja laki-laki meningkat karena
ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb).Setelah
dewasa, kebutuhan zat besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi
akan zat besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini
mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia zat besi dibandingkan
laki-laki.

Perempuan dengan konsumsi zat besi yang kurang atau mereka


dengan kehilangan zat besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi zat besi.
Sebaliknya defisiensi zat besi mungkin merupakan limiting faktor untuk
pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan
zat besi.

Hal lain yang perlu diingat, adalah bioavailability dari makanan


umumnya sangat rendah yaitu kurang dari 10 persen. Sumber zat besi dari hewani
mempunyai bioavailability yang lebih tinggi dibandingkan sumber nabati.

13
Status zat besi dalam tubuh juga mempengaruhi efisiensi
penyerapan zat besi. Pada remaja dengan defisiensi zat besi maka penyerapan zat
besi akan lebih efisien dibandingkan yang tidak defisiensi zat besi. Yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati adalah vitamin C serta
sumber protein hewani tertentu (daging dan ikan). Sedangkan zat yang dapat
menghambat penyerapan zat besi antara lain adalah cafein, tannin, fitat, zinc, dan
lain-lain.

AKG besi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 19-26 mg


setiap hari, sedangkan untuk laki-laki 13-23 mg per hari. Makanan yang banyak
mengandung zat besi adalah hati, daging merah (sapi, kambing, domba), daging
putih (ayam, ikan), kacang-kacangan, sayuran hijau.

2.5.5. Seng (Zinc)

Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,


terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja
dan dewasa muda perempuan dan laki-laki.

2.5.6. Vitamin

Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan


dan perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka
kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin.
Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12,
sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Dan
vitamin A, C dan E untuk pembentukan dan penggantian sel.

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Remaja


2.6.1. Kebiasaan makan yang buruk

Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan


keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada
usiaremaja.Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai

14
zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap
kesehatan mereka.

2.6.2. Pemahaman gizi yang keliru

Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja t erutama
wanita remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk
memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan
makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya
makan sekali sehari atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan
penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya
gangguan gizi.

2.6.3. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan


kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan “mode”
yang tengah marak dikalangan remaja. Ditahun 1960-an misalnya remaja-remaja
di Amerika Serikat sangat menggandrungi makanan berupa hot dog dan minuman
coca cola. Kebiasaan ini kemudian menjalar keremaja-remaja diberbagai negara
lain termasuk di Indonesia.

2.6.4. Promosi yang berlebihan melalui media massa.

Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru.
Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk mempromosikan
produk mereka dengan cara yang sangat mempengaruhi remaja. Padahal, produk
makanan tersebut bukanlah makanan yang sehat bila dikonsumsi dalam jumlah
yang berlebihan.

2.6.5. Masuknya produk-produk makanan baru.

Produk makanan yang berasaldarinegara lain secara bebas mempengaruhi


kebiasaan makan para remaja.Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang
berasal dari Negara barat seperti hot dog, pizza, hamburger, fried chicken dan

15
french fries, berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food) sering dianggap
sebagai lambing kehidupan modern oleh para remaja. Padahal berbagai jenis fast
food itu mengandung kadar lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping
kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler
pada usia muda.

2.6.6. Konsumsi makanan

Pada dasarnya intake makanan dipengaruhi olehdua hal, yaitu faktor internal
dan factor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
manusia itu sendiri, dapat berupa emosi/kejiwaan yang memiliki sifat kebiasaan.
Sementara itu, factor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar manusia,
seperti ketersediaan bahan pangan yang ada dialam sekitar serta kondisi social
ekonomi yang mempengaruhi tingkat daya beli manusia terhadap bahan pangan.

2.6.7. Pendidikan dan pengetahuan

Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi


tentang gizi yang memadai. Pendidikan sangat diperlukan agar seseorang lebih
tanggap terhadap adanya masalah gizi.

Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari atas tiga kenyataan :

Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan

Setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika makanan yang
diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi.

Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu ,sehingga penduduk dapat


belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (Suhardjo, 1986).

2.6.8. Jenis kelamin

Kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan dan biasanya
lebih tinggi anak laki-laki karena memiliki aktifitas fisik yang lebih

16
tinggi.Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa kekurangan gizi lebih banyak
terdapat pada anak perempuan dari pada anak laki-laki.

2.6.9. Sosial ekonomi

Faktor yang berpengaruh dalam menentukan status kesehatan seseorang


adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Keluarga
dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Pendapatan merupakan faktor yang paling
menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak pendapatan berarti
semakin baik makanan yang diperoleh.

2.6.10. Aktifitas fisik

Aktifitas fisik atau disebut juga aktifitas eksternal adalah sesuatu yang
menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti
berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan
energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot. Latihan fisik
dapat meningkatkan kemampuan fungsional kardiovaskular dan menurunkan
kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada setiap penurunan aktifitas
fisik seseorang.

2.7 Perhitungan Kebutuhan Energi Pada Remaja


Dasar perhitungan kebutuhan energi
2.7.1. Kandungan energy dalam makanan
Muatan energy di dalam makanan bergantung terutama pada kandungan
protein, lemak, karbohidrat dan alkoholnya. Komponen organic lain seperti (asam
organic) menyumbang hanya sejumlah kecil energy dibandingkan sebagian besar
makanan. Air tidak mengundang energy, melainkan bertindak hanya sebagai zat
pelarut. Karena itu, keterkandungan air di dalam makanan akan memengaruhi
kadar atau kepadatan kandungan energy makanan tesebut.
Jumlah energy dalam makanan atau zat gizi, dapat ditentukan dengan jalan
membakar makanan tersebut di dalam bom calorimeter. Panas yang kemudian
dihasilkan diukur. Tiap jenis makanan akan mengeluarkan sejumlah energy

17
tertentu jika dibakar atau dimetabolisasi oleh tubuh. Jumlah kalori yang kemudian
dihasilkan bergantung pada komposisi makanan tersebut (protein, karbohidrat,
dan lemak). Besarnya panas yang dihasilkan oleh tiap gram sampel protein,
karbohidrat, dan lemak murni berturut-turut adalah 5.65; 4.10; dan 9.45 kkal
(sementara alcohol 7.10 kkal).
Makanan yang telah dikonsumsi tidak seluruhnya dapat dicerna dan diserap
dengan sempurna. Karena itu penting sekali diketahui besaran ketercernaan
makanan tersebut. Pada keadaan normal, keterserapan protein, lemak, dan
karbohidrat berturut-turut sebesar 92%, 95%, dan 96%.

2.7.2. Kandungan energy total di dalam tubuh

Kandungan energy di dalam tubuh bergantung pada ukuran dan komposisi


tubuh, dan dapat dihitung berdasarkan ke dua hal tersebut. Contohnya, komposisi
tubuh kimia laki-laki yang mempunyai berat badan normal 65 kg adalah kira-kira
11 kg protein, 9 kg lemak, 1 kg karbohidrat, 40 kg air, dan 4 kg mineral. Air dan
mineral tidak mengandung energy.

Kandungan energy tubuh total dapat dihitung menjadi 150.000 kkal. Lebih
kurang setengah dari jumlah ini berada dalam struktur protein penting dalam
tubuh, sementara sisanya (sebagian besar lemak) merupakan cadangan yang jika
diperlukan dapat dimobilisasi. Pada penderita obese, cadangan ini sangat besar.
Begitu pula sebaliknya, pada orang kurus jumlah tersebut kecil.

2.7.3. Basal Metabolic Rate (BMR)

Komponen terbesar dari keluaran energy harian adalah BMR. BMR


merupakan pengekspresian sejumlah kalori (kilokalori) yang dikeluarkan oleh
tubuh per meter persegi luas permukaan tubuh setiap jam (kal/jam/m2).

Laju metabolisme basal ini dapat diukur dengan calorimeter tak langsung, dan
diartikan sebagai energy yang dikeluarkan oleh seseorang setelah 12-14 jam
berpuasa (biasanya sepanjang malam) sementara secara mental dan fisik
beristirahat pada lingkungan bersuhu netral. BMR sering diambil untuk mewakili

18
tingkat minimal keluaran enrgi tiap hari, meski telah diketahui BMR bukanlah
nilai yang baku, dan bahwa energy yang keluar selama tidur jatuh dibawah tingkat
BMR.

Banyak factor (terbagi menjadi dua):


1. Faktor primer antara lain luas permukaan tubuh, jenis kelamin, usia,
komposisi tubuh, keaktifan kelenjar penghasil hormon (tiroid, insulin,
glucagon, hormone pertumbuhan, prolactin, dan MSH), serta kehamilan.
2. Faktor sekunder yang berpengaruh adalah status gizi, tidur, demam, dan
kegiatan.
cara menghitung BMR:
cara perhitungan menggnakan factor koreksi. Dengan cara ini, BMR diperkirakan
melalui perkalian “factor” (0.9-1.0) dengan berat badan selama 24 jam. Dengan
demikian, BMR untuk wanita 0.9 x BB (kg) x 24 jam; dan laki-laki 1.0 x BB (kg)
x 24 jam. Jika seorang laki-laki, misalkan, mempunyai berat badan 60 kg; maka
BMR laki-laki itu selama 24 jam ialah:
1 x 60 x 24 = 1440 kkal (bandingkan dengan hasil yang diperoleh jika digunakan
rumus Harris-Bennedict).
Table Rumus Harris-Bennedict
BMR = 66.42 + (13.75 BB) + (5 TB) – (6.78 U)
BMR = 655.1 + (9.65 BB) + (1.85 TB) – (4.68 U)

Keterangan:
BMR = Basal Metabolic Rate (kkal)
BB = Berat Badan (dalam kilogram).
berat yang digunakan bergantung pada
tujuan perhitungan energy ini, dapat berat normal,
berat ideal, atau berat sekarang.
TB = Tinggi badan (dalam meter)
U = Usia
Adapun hasil perhitunga BMR dengan persamaan Harris-Bennedict,
berdasarkan penelitian Daly, dkk. (1985) berlebih 10-15%, sementara hasil riset

19
Long dkk. (1979, 1980) menunjukan bahwa kelebihan tersebut hanya sebesar 3%.
Dengan demikian, hasil perhitungan dengan persamaan ini harus dipotong
sebanyak kelebihan tersebut (sebagian besar literature menuliskan angka 10%).

2.8 Pengembangan Prilaku Makanan Sehat Pada Remaja


Dimensi perilaku makan yang dapat mempengaruhi perilaku
makan menurut Van Strien, dkk (dalam Elfhag & Morey, 2008) terdiri dari
tiga yaitu external eating adalah respon atau rangsangan berhubungan dengan
makanan dari segi rasa, bau, dan penampilan makanan tanpa keadaan
internal lapar dan kenyang, emotional eating adalah mengacu pada
makanan dalam hal menangani emosi negatif seperti, rasa takut, cemas,
marah, danlain-lain untuk menghilangkan stress dan mengabaikan
sinyal fisiologis internal yaitu kelaparan, restrained eating adalah mencoba
menahan diri dari makanan untuk menurunkan atau mempertahankan berat
badan. Perilaku makan adalah suatu keadaan yang menggambarkan perilaku
seseorang terhadap tata krama makan, frekuensi makan, pola makan, kesukaan
makan, dan pemilihan makanan. Konsumsi zat gizi yang tidak optimal berkaitan
dengan kesehatan yang buruk.
Untuk membantu remaja mengembangkan prilaku makan sehat, beberapa
langkah dapat diambil:

1. Edukasi tentang gizi seimbang: Berikan informasi yang jelas tentang


pentingnya makan makanan bergizi dan seimbang untuk kesehatan tubuh.
2. Contoh yang baik: Menunjukkan contoh perilaku makan sehat di rumah
dengan memilih makanan bergizi dan variasi dalam pola makan keluarga.
3. Mendorong keterlibatan: Libatkan remaja dalam memilih dan menyiapkan
makanan sehat untuk meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya
nutrisi.
4. Menghindari stigmatisasi tubuh: Penting untuk mempromosikan kebiasaan
makan sehat yang berfokus pada kesehatan daripada penampilan fisik.

20
5. Menjaga lingkungan sekitar: Pastikan lingkungan sekolah atau tempat
tinggal mendukung pilihan makanan sehat dengan menyediakan opsi
makanan yang sehat dan bergizi.
6. Dorong gaya hidup aktif: Mendorong remaja untuk aktif secara fisik juga
penting dalam mendukung pola makan sehat.
7. Sosialisasi sehat: Mendorong teman sebaya untuk makan bersama dengan
makanan sehat dapat menjadi dorongan positif.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan Gizi Remaja , relatif besar , karena remaja masih mengalami
masa pertumbuhan. Selain itu , remaja umumnya melakukan aktivitas fisik
yang lebih tinggi dibanding dengan usia lainnya , sehingga diperlukan zat gizi
yang lebih banyak .
Faktor Penyebab Masalah Gizi Remaja dan Dewasa Kebiasaan makan
yang buruk, Pemahaman gizi yang keliru, Kesukaan yang berlebihan terhadap
makanan tertentu, Promosi yang berlebihan melalui media massa, Masuknya
produk-produk makanan baru,Konsumsi makanan,Pendidikan dan
pengetahuan,Jenis kelamin,Sosial ekonomi dan Aktifitas fisik.

Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang lebih, karena pada saat


tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan
fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Pertumbuhan pada masa
remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat
gizi.

Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak. Namun,
kebutuhan gizi pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal
ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual,
perubahan komposisi tubuh, mineralisasi tulang, dan perubahan aktifitas
fisik.BKebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja adalah energi,
protein, kalsium, besi, dan zinc.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, kami dan semua pembaca
dapat memahami tentang Konsep Gizi Pada Remaja. Dan kami berharap
pembaca dapat menyerap, mengambil nilai positif dan dapat mengamalkan
atau menerapkan dalam kehidupan sehari-hari apa saja yang terdapat dalam
makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Barasi, M.E., 2009. At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga.
BKKBN.(2012). Grand Desain Program Pembinaan Ketahanan Remaja.
Jakarta: BKKBN
Departemen Kesehatan RI, 2005. Gizi dalam Angka. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Kemenkes RI.(2015). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. In: Informasi
PDd, editor. Jakarta: Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan RI, 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Milman, N., 2011. Anemia-Still a Major Health Problem in Many Parts of the
World! Review Article. Ann Hematol, 90:369–377.
Monks, (2009). Tahap Perkembangan Masa Remaja. Medical Journal New
Jersey Muagman, 1980. Defenisi Remaja. Jakarta : Penerbit Grafindo
Jakarta
Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.
APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol. 17, No. 1, 1-8
Sirajuddin, dkk. (2018 ). Bahan Ajar Gizi Survei Konsumsi Pangan.
Kemenkes: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sulistyoningsih, H. (2011 ). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu
WHO, 2008. Worldwide Prevalence of Anemia 1993– 2005: WHO Global
Database on Anemia.

23

Anda mungkin juga menyukai