PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan:
kesehatan
adalah
keadaan
sejahtera
badan,
jiwa,
dan
sosial
yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan
yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesahatan Dunia
(WHO) yang paling baru ini, memang lebih luas dan dinamis dibandingkan
dengan batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit
dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehataan itu hanya mencakup tiga
aspek, yakni : fisik, mental, dan sosial, tetapi menurut Undang-Undang No.
23/1992, kesehatan itu mencakup 4 aspek yakni fisik (badan), mental (jiwa),
sosial, dan ekonomi. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari
aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi.
Secara Psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Remaja merupakan periode transisi
antara masa anak-anak ke masa dewasa. Di dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu
yang terkait (seperti biologi dan ilmu fisiologi), remaja dikenal sebagai suatu
tahap perkembangan fisik ketika alat-alat kelamin manusia mencapai kematangan.
Hal ini berarti secara anatomis, alat-alat kelamin maupun organ tubuh yang lain
akan memperoleh bentuknya yang sempurna.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social
secara lengkap dan bukan hanya adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala
hal yang berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi-fungsi serta
prosesnya. Sedangkan kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi yang
sehat yang menyangkut system, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Kaum remaja Indonesia saat ini mengalami lingkungan sosial yang sangat
data PKBI (2006), didapatkan 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per
tahun, 27% dilakukan oleh remaja, sebagian besar dilakukan dengan cara tidak
aman, 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu atau Maternal
Mortality Rate (MMR).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan remaja?
2. Bagaimana ciri-ciri pada masa remaja?
3. Apa definisi dari kesehatan reproduksi remaja?
4. Apa saja yang termasuk dalam hak-hak reproduksi?
5. Bagaimana kebijakan dan solusi permasalahan kesehatan reproduksi
remaja?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan remaja
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pada masa remaja
3. Untuk mengetahui definisi dari kesehatan reproduksi remaja
4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam hak-hak reproduksi
5. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan dan solusi dalam permasalahan
kesehatan reproduksi remaja
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Remaja
Pada masa remaja sebagai akibat fisik dan psikologis mempunyai presesi yang
sama penting. Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan cepatnya
perkembangan mental terutama pada awal masa remaja, dimana perkembangan itu
dapat menimbulkan sikap, nilai, dan minat baru.
b. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi sebelumnya,
tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap pekembangan ketahap
berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan
bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan akan datang. Bila anak beralih dari
masa kanakkanak ke dewasa, anak harus meninggalkan segala sesuatu yang
bersifat kanak kanak dan harus mempelajari pada perilaku dan sikap baru untuk
menggantikan perilaku yang sudah ditinggalkan.
c. Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik,
oleh anak lakilaki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan
itu, yaitu:
1) Sepanjang masa kanakkanak, masalah anakanak sebagian diselesaikan oleh
orang tua dan guruguru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman
dalam mengatasi masalah.
2) Para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya
sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru guru.
Ketidakmampuan remaja mengatasi sendiri masalahnya, maka memakai
menurut cara mereka yakni. Banyak remaja akhirnya menentukan cara yang
mereka yakini. Banyak remaja akhirnya menentukan bahwa penyesaiannya tidak
selalu sesuai dengan harapan mereka. Banyak kegagalan yang sering kali tragis,
bukan karena tidak mampuan individu tetapi kenyataan bahwa tuntutan yang
diajukan kepadanya, justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk
mencoba mengatasi masalah pokoknya, yang disebabkan oleh pertumbuhan dan
perkembangan seksual yang normal.
3) Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas
Sepanjang usia kelompok pada akhir masa kanak kanak, penyesuaian diri
dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar
dari pada individualitas. Seperti telah bagi anak yang lebih besar ingin cepat
seperti temanteman kelompoknya. Tiap penyimpangan dari standar kelompok.
2.3 Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak
diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan
dan Pembangunan (International Conference on Population and Development,
ICPD), di Kairo, Mesir pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut
adalah
disepakatinya
perubahan paradigma
dalam pengelolaan
masalah
keadaan yang memungkinkan proses reproduksi dapat tercapai secara sehat baik
fisik, mental, maupun sosial bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelainan
(Paradina, 2009).
Kesehatan reproduksi remaja penting sekali bagi kesehatan reproduksi dan
masuk sebagai komponen-komponen kesehatan reproduksi karena (Dan, 2009):
a. Masa remaja (usia 10-19 tahun) adalah masa yang khusus dan penting, karena
merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja
disebut juga masa pubertas, merupakan masa transisi yang unik ditandai
dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis.
b. Pada masa remaja terjadi perubahan organobiologik yang cepat dan tidak
seimbang dengan perubahan mental emosional ( kejiwaan). Keadaan ini dapat
membat remaja bingung. Oleh karena itu perlu pengertian, bimbingan dan
dukungan dari lingkungan di sekitarnya sehingga remaja dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, mental
maupun psikososial.
c. Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap
remaja laki-laki dan perempuan. Bagi laki-laki, masa remaja merupakan saat
diperolehnya kebebasan sementara pada remaja merupakan saat dimulainya
segala bentuk pembatasan. Agar masalah kesehatan remaja dapat ditangani
dengan tuntas, diperlukan kesetaraan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan
perempuan.
2.4 Hak-hak Reproduksi
Hak reproduksi merupakan bagian dari hak azasi manusia yang melekat
pada manusia sejak lahir dan dilindungi keberadaannya. Sehingga pengekangan
terhadap hak reproduksi berarti pengekangan terhadap hak asasi manusia. Hak
reproduksi secara umum diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu baik
laki-laki maupun perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya
(Widyastuti & Rahmawati, 2009).
Berdasarkan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan
(ICPD) di Kairo 1994, ditentukan ada 12 hak-hak reproduksi, yaitu (Widyastuti &
Rahmawati, 2009):
1) Hak Untuk Hidup (Hak Untuk Dilindungi Dari Kematian Karena Kehamilan
dan Proses Melahirkan)
Setiap perempuan yang hamil dan akan melahirkan berhak untuk
mendapatkan perlindungan dalam arti mendapatkanpelayanan kesehatan yang
baik sehingga terhindar dari kemungkinan kematian dalam proses kehamilan
danmelahirkan tersebut. Contoh: Pada saat melahirkan seorang perempuan
mempunyai hak untuk mengambil keputusan bagi dirinya secara cepat terutama
jika proses kelahiran tersebut berisiko untuk terjadinya komplikasi atau
bahkan kematian. Keluarga tidak boleh menghalangi dengan berbagai alasan.
2) Hak Atas Kebebasan Dan Keamanan Berkaitan Dengan Kehidupan
Reproduksi
Hak ini terkait dengan adanya kebebasan berpikir dan menentukan sendiri
kehidupan reproduksi yang dimiliki oleh seseorang. Contoh: Dalam konteks
adanya hak tersebut, maka seseorang harus dijamin keamanannya agar tidak
terjadi pemaksaaan atau pengucilan atau munculnya ketakutan dalam diri
individu karena memiliki hak kebebasan tersebut.
3) Hak Untuk Bebas Dari Segala Bentuk Diskriminasi Dalam Kehidupan
Berkeluarga Dan Kehidupan Reproduksi
Setiap orang tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif berkaitan
dengan
kesehatan
reproduksi karena
ras, jenis
kelamin,
kondisi sosial
boleh membedakan apakah seseorang tersebut perempuan atau laki-laki. Hal ini
disebut dengan diskriminasi gender.
4) Hak Atas Kerahasiaan Pribadi Dengan Kehidupan Reproduksinya Terkait
dengan Informasi Pendidikan dan Pelayanan
Setiap individu harus dijamin kerahasiaan kehidupan kesehatan reproduksinya
terkait
dengan
informasi pendidikan
dan
pelayanan
misalnya
informasi
tentang kehidupan seksual, masa menstruasi dan lain sebagainya. Contoh: Petugas
atau seseorang yang memiliki informasi tentang kehidupan reproduksi seseorang
tidak boleh membocorkan atau dengan sengaja memberikan informasi yang
dimilikinya kepada orang lain. Jika informasi dibutuhkan sebagai data untuk
penunjang pelaksanaan program, misalnya data tentang prosentase pemakaian alat
kontrasepsi
masih
tetap
dimungkinkan informasi
tersebut
dipublikasikan
akan
tetapi dengan
melakukan
upaya
advokasi
dan
setelah mempertimbangkan
berbagai
hal
sebagai
dampak
sejelas- jelasnya
dan
sebenar-benarnya
dan
kemudahan
akses
10
yang
berkaitandengan
kehidupan
reproduksi.
Contoh:
seseorang
atau
aspirasi
tersebut
harus
memperhatikan
azas demokrasi dan dalam arti tidak boleh memaksakan kehendak dan menghargai
pendapat orang lain serta taat kepada hukum dan peraturan peraturan yang
berlaku.
12) Hak Untuk Bebas Dari Penganiayaan Dan Perlakuan Buruk Termasuk
Perlindungan Dari Perkosaan,Kekerasaan, Penyiksaan Dan Pelecehan Seksual
Remaja laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan perlindungan dari
kemungkinan berbagai perlakuan buruk di atas karena akan sangat berpengaruh
pada kehidupan reproduksi. Contoh: Perkosaan terhadap remaja putri misalnya
dapat berdampak pada munculnya kehamilan yang tidak diinginkan oleh yang
bersangkutan maupun oleh keluarga dan lingkungannya. Penganiayaan atau
tindakan kekekerasan lainnya dapat berdampak pada trauma fisik maupun psikis
yang kemudian dapat saja berpengaruh pada kehidupan reproduksinya.
2.5 Kebijakan dan Solusi Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja
Pada bulan September 1994 di Kairo, 184 negara berkumpul untuk
merencanakan suatu kesetaraan antara kehidupan manusia dan sumber daya yang
ada. Untuk pertama kalinya, perjanjian internasional mengenai kependudukan
memfokuskan kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan sebagai tema sentral.
Konferensi Internasional ini menyetujui bahwa secara umum akses terhadap
pelayanan kesehatan reproduksi harus dapat diwujudkan sampai tahun 2015
(USAID, 2014).
11
3) adalah
kesepakatan
untuk
mendorong
kesetaraan
gender
dan
12
2.
3.
4.
13
mengenai
kesehatan
reproduksi
yang
benar
dan
dapat
Upaya
pemeliharaan
kesehatan
remaja
harus
ditujukan
untuk
mempersiapkan menjadi orag dewasa yang sehat dan produktif, baik social
2)
maupun ekonomi.
Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari
berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan
menjalani kehidupan reproduksi secara sehat.
14
3)
Pasal 137:
1)
2)
7.
8.
penyebaran
lebih
luas
dari
penyakit
STI/HIV/IADS,
3.
4.
Menggalang
kerja
sama
dengan
semua
stakeholder
baik
16
6.
7.
8.
juga
diharapkan
adanya
kegiatan
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial.
Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat
dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan. Tingkat pengetahuan remaja di
18
Indonesia tentang kesehatan reproduksi masih rendah, khususnya dalam hal caracara melindungi diri terhadap risiko kesehatan reproduksi, seperti pencegahan
KTD, IMS, dan HIV dan AIDS. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
(SKRRI) tahun 2002-2003 yang dilakukan oleh BPS memperlihatkan bahwa
tingkat pengetahuan dasar penduduk usia 15-24 tahun tentang ciri-ciri pubertas
sudah cukup baik, namun dalam hal pengetahuan tentang masa subur, risiko
kehamilan, dan anemia relatif masih rendah.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan
pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain,
remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat. Harus ada keyakinan
bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai
sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan.
Selain itu, kebijakan dan solusi agar masalah masalah yang ada terkait
kesehatan reproduksi remaja juga telah dibuat dan ditawarkan. Hal ini demi
meminimalisir masalah yang ada terkait hal tersebut. Dengan kebijakan lama yang
mungkin masih gagal dan diganti kebijakan baru yang telah berpandang pada
evaluasi kebijakan sebelumnya, pastilah dalam mengatasi permasalahan kesehatan
reproduksi remaja akan lebih mudah.
Peran pemerintah, orangtua, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), institusi
pendidikan serta masyarakat sangat diperlukan dalam memahami, mencegah serta
cara mengatasi masalah seksualitas dan seputar kasus reproduksi remaja. Karena
kompleksnya permasalahan kesehatan reproduksi remaja itu sendiri, sangatlah
urgen bagi pemerintah untuk segera bertindak. Maka dari itu dengan solusi yang
telah ditawarkan dalam pembahasan diharapkan masalah yang terjadi akan segera
dapat diatasi.
3.2 Saran
1.
Bagi Remaja
a. Setiap remaja di Indonesia harus mengetahui tentang seluk beluk
kesehatan reproduksi remaja agar pemerintah juga lebih mudah dalam
mengatasi permasalahan yang ada.
19
Bagi Pemerintah
a. Pemerintah sebagai implementor kebijakan harus segera mengevaluasi
kebijakan yang sekiranya kurang tepat dalam mengatasi permasalahan
kesehatan reproduksi remaja agar dapat segera dibuat kebijakan baru yang
sesuai.
b. Pengawasan dari pemerintah juga perlu ditingkatkan. Adanya sosialisasi
yang terkonsep berbeda agar para remaja lebih tertarik untuk
mendengarkan penjelasan yang dalam hal ini mengenai kesehatan mereka.
20