Anda di halaman 1dari 6

Nama : Janu Dimas Saputra

NIM : 2010713086

1. LATAR BELAKANG

Remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami proses transisi dari masa
kanak-kanak menuju masa kedewasaan. Remaja merupakan tahapan kehidupan yang penting
dalam kehidupan setiap individu karena masa ini melatih seseorang untuk bersikap dewasa
dan diharapkan untuk bisa menghadapi perubahan-perubahan pada dirinya dengan baik.

Perkembangan yang dialami oleh remaja sepanjang masa remajanya mencakup


perubahan kognitif, fisik, emosional dan seksual. Perubahan kognitif contohnya seorang
remaja mulai mampu untuk berfikir secara logis dan sistematis, perubahan fisik contohnya
seperti mulai menonjolnya ciri fisik berdasarkan seks tertentu yang menunjukkan jati dirinya,
perubahan emosional seperti remaja yang masih labil dalam menghadapi permasalahan yang
cenderung mengandalkan emosi, dan perubahan seksual yaitu remaja mulai tertarik kepada
lawan jenis dan mulai merasa terangsang akan stimulasi yang bersifat erotis.

Perubahan seksual pada remaja tentunya perlu disikapi dengan baik, dan dalam hal ini
perubahan tersebut memiliki kaitan dengan bidang ilmu kesehatan reproduksi. Mempelajari
bidang ilmu kesehatan reproduksi merupakan hal penting karena perkembangan remaja dan
perubahan pada diri seorang remaja yang paling dominan adalah dari segi seksual dan
emosional. Mempelajari kesehatan reproduksi dapat membuat kita memahami karakteristik
remaja, bagaimana cara menghadapi permasalahan keremajaan yang berkaitan dengan
seksualitas, memahami permasalahan remaja, mengetahui faktor budaya yang mempengaruhi
remaja dan membina remaja untuk menjaga kesehatan reproduksinya.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja, karena selama ini
banyak orangtua yang merasa tidak nyaman untuk membicarakan masalah ini dengan remaja.
Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi nyatanya dapat memicu
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan mengatasi masalah kesehatan reproduksi pada
remaja..
Remaja yang memiliki pengetahuan seputar kesehatan reproduksi umumnya akan
terhindar dari masalah-masalah seksual yang tidak diinginkan dan pengetahuan yang tepat
terhadap reproduksi dapat membuat remaja mampu untuk lebih bertanggung jawab terutama
mengenai proses reproduksi sehingga mereka dapat berpikir ulang agar dapat menghindari
hal-hal yang merugikan.

1. DEFINISI REMAJA

Remaja secara umum yang juga disebut sebagai Adolesence dalam bahasa inggris yang
berasal dari padanan kata bahasa latin (Adolescere) yang berarti tumbuh dan/atau menjadi
dewasa, namun sebenarnya istilah remaja memiliki tafsiran yang cukup luas mencakup
kematangan mental atau psikis, emosional, spasial dan fisik[ CITATION Hurlock \l 1033 ].

WHO mendefinisikan remaja adalah manusia yang berada pada tahap transisi atau
perubahan antara masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan. Menurut WHO batasan usia
remaja adalah dari umur 12 hingga usia 24 tahun[ CITATION Anugrahadi \l 1033 ].

WHO melanjutkan bahwa ada 3 kriteria untuk mengenali remaja secara konseptual,
pertama yaitu perkembangan individu yang menggambarkan tanda-tanda atau ciri seksual
sekundernya sampai saat remaja tersebut mencapai kematangan seksual. Kedua yaitu
individu/pribadi mengalami perkembangan psikologis mengenai tingkah lakunya dari anak-
anak menuju dewasa. Dan yang ketiga yaitu terjadinya peralihan atau perpindahan
ketergantungan sosial-ekonomi kearah dimana remaja mampu memenuhi kebutuhannya
secara mandiri[ CITATION Saputro \l 1033 ].

Bila dilihat dari tingkat nasional menurut BKKBN remaja merupakan seseorang yang
berada di umur 10-24 tahun dan belum menikah. Adapun menurut Permenkes RI No. 25
tahun 2014 menyatakan bahwa remaja merupakan penduduk dalam interval antara usia 10
sampai 18 tahun[ CITATION Anugrahadi \l 1033 ].

Adapun definisi remaja menurut para ahli:

Papalia dan Olds dalam[ CITATION Saputro \l 1033 ] mendefinisikan masa remaja sebagai
periode transisi perubahan antara masa anak-anak dan dewasa yang secara umum dimulai
saat usia 12 tahun dan akan berakhir pada akhir umur belasan tahun atau awal periode dua
puluh tahun.

Anna Freud dalam [ CITATION Saputro \l 1033 ] menjelaskan masa remaja merupakan masa
dimana terjadinya proses perubahan yang meliputi perubahan - perubahan yang memiliki
hubungan dengan perkembangan psikosesksual, dan terjadi perubahan dalam hubungan
dengan orangtua mereka dan cita-cita yang hendak dicapai oleh mereka, yang mana dalam
hal ini penentuan cita-cita merupakan bagan atau proses terbentuknya orientasi masa depan.

Adapun menurut Monks, remaja ialah individu atau pribadi yang memiliki usia diantara
12-21 tahun yang telah mengalami perubahan dari tahap anak-anak ke masa dewasa, dengan
remaja awal adalah 12-15 tahun, remaja madya adalah 15-18 tahun dan masa remaja akhir
dalam usia 18-21 tahun[ CITATION Monks \l 1033 ].

Jadi dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa atau periode dimana seorang anak
belajar dan beranjak menuju kedewasaan yang secara umum dimulai pada usia 12 tahun dan
berakhir pada 21 atau hingga 24 tahun yang dalam prosesnya disertai dengan berbagai
macam perubahan seperti fisik, kognitif, seksual, psikologis dan sosial

2. KLASIFIKASI REMAJA

Klasifikasi remaja menurut[ CITATION Monks \l 1033 ] diklasifikasikan kepada tiga jenis,
pengklasifikasiannya berdasarkan kepada tahap atau periode usia dari remaja. Adapun
klasifikasi remaja menurut Monks diantaranya:

1) Remaja Awal
Remaja Awal merupakan individu atau remaja yang masih menginjak periode
awal masa remajanya yang berada pada kisaran umur 12-15 tahun. Pada tahap ini
remaja merasa heran dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan
merasa heran dengan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan
tersebut.
Pada tahap ini remaja mulai mengembangkan pemikiran baru, mulai tertarik
terhadap lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Pada masa ini remaja akan
sulit mengerti dan dimengerti oleh orangtua karena kepekaannya yang berlebih
terhadap hal yang bersifat baru baginya dan sulitnya pengendalian ego.
2) Remaja Madya
Remaja Madya merupakan remaja yang sedang berada pada periode pertengahan
remaja yaitu berkisar pada usia 15-18 tahun. Pada masa ini, remaja sangat
membutuhkan teman-teman dan memiliki kecenderungan narsistik berlebih yaitu rasa
mencintai dirinya sendiri.
Rasa mencintai diri sendiri atau narsistik tersebut dapat diketahui ketika remaja
lebih menyukai teman-teman atau orang-orang yang mempunyai sifat yang sama
dengan dirinya dan mempunyai kesamaan lainnya. Pada masa ini remaja juga dinilai
bingung dan canggung sebab mereka masih ragu dalam banyak hal mana yang harus
ia pilih contohnya seperti menjadi peduli atau apatis, beramai-ramai atau sendirian,
optimis atau pesimis dan lain sebagainya.
3) Remaja Akhir
Remaja Akhir adalah remaja yang sedang berada pada akhir periode atau masa
remajanya yang berkisar pada usia 18-21 tahun. Pada masa ini remaja biasanya sudah
mendekati kedewasaan dengan berbagai pencapaian yang diraihnya. Contohnya yaitu:
a) memiliki minat yang mantap terhadap fungsi-fungsi intelek dan mantap untuk
berorientasi kepada hal-hal yang bersifat logis.
b) mencari kesempatan untuk bersatu dan bekerjasama dengan orang lain dengan
tujuan ingin mendapatkan pengalaman baru.
c) Mantap akan identitas seksualnya dan tidak akan merubah identitas seksualnya.
d) Mulai memiliki pandangan akan pentingnya mengutamakan kepentingan bersama
dan juga mampu menyeimbangkan antara kepentingan bersama dan kepentingan
pribadi.
e) Adanya atau tumbuhnya dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat
umum yang artinya remaja mulai mengetahui batasan-batasan dari setiap aksinya
dan mengetahui batasan mana hal yang bersifat privasi dan hal yang bersifat
publik.

3. kESIMPULAN
Remaja merupakan masa transisi dari usia kanak-kanak menuju dewasa yang melalui
beragam proses dan terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat fisik, seksual, emosional,
kognitif dan sebagainya. Masa remaja dimulai dari usia 12 tahun dan berakhir di usia 21
hingga 24 tahun. Remaja dikelompokkan menjadi tiga yaitu remaja awal berada di kisaran
usia 12-15 tahun, remaja madya berada di kisaran 15-18 tahun dan remaja akhir berada di
kisaran 18-21 tahun.

Menurut survey demografi, 35% remaja di Indonesia mulai berpacaran pada usia 15-19
tahun. Terjadinya kenaikan presentase remaja laki-laki yang melakukan seks pranikah dari
3,7% menjadi 4,5%. Dalam masalah pernikahan usia muda, Indonesia berada pada urutan ke-
37 di dunia dan urutan ke-2 di ASEAN. Menurut SDKI, pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi pada remaja belum memadai dilihat dari hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2
% remaja laki-laki yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Kesalahpahaman tentang arti menjadi wanita yang dianut oleh sebagian besar masyarakat
di Indonesia dapat menyebabkan terjadinya diskriminasi gender. Perlakuan-perlakuan yang
tidak adil mengenai status dan kedudukan gender di masyarakat apabila proses tersebut
dibiarkan lama kelamaan akan menjadi budaya yang berdampak kepada perlakuan
diskriminatif. Adapun masalah ketidakadilan atau diskriminasi gender yang dialami
diantaranya marginalisasi atau peminggiran contohnya seperti intensifikasi pertanian hanya
difokuskan kepada laki-laki. Masalah ketidak adailan subordinasi atau penomorduaan yang
biasanya dalam berbagai hal perempuan selalu dinomorduakan, pandangan atau stereotip
bahwa laki-laki yang marah dianggap tegas sedangkan apabila wanita yang marah maka
dianggap emosional. Diskriminasi yang terjadi selanjutnya yaitu kekerasan yang sifatnya
fisik maupun non-fisik dan diskriminasi terkait beban ganda yang dipikul seorang perempuan
pekerja yang harus bisa menyelesaikan pekerjaannya dan mampu mengurus keluarganya.:

Sumber:
Anugrahadi, S. (2019). Mengenal Remaja Generasi Z. Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional .

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan - Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Monks, F. J. (1999). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, Cetakan
12. PHILANTHROPY: Journal of Psychology , 3 (2).

Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama , 17 (1).

Anda mungkin juga menyukai