Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS ISU GLOBAL

KORUPSI

Oleh:
Kelompok 1 – Angkatan 3
(Sahitya Adhimukti)

1. dr. Ajeng Retma Sari


2. dr. Novia Oktianti
3. Agustinus Kuncoro, S.Pd
4. Musdalifah, S.Pd
5. Sumarni Umar Ahmad, S.Pd
6. Diokha Gustina, S.Pd
7. Yoga Widodo, S.Kom
8. Bayu Ilham, S.Pi
9. Hasrudi Adinata

1. Pengertian Korupsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan tentang pengertian
istilah korup (kata sifat) dan korupsi (kata benda). Korup adalah buruk, rusak, busuk. Arti
lain korup adalah suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat
disogok (memakai kekuasannya untuk kepentingan pribadi). Mengkorup adalah merusak,
menyelewengkan (menggelapkan) barang (uang) milik perusahaan (negara) tempat
kerjanya. Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan
dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Mengkorupsi adalah
menyelewengkan atau menggelapkan (uang dan sebagainya).
Menurut Kamus Oxford, korupsi adalah perilaku tidak jujur atau ilegal, terutama
dilakukan orang yang berwenang. Arti lain korupsi adalah tindakan atau efek dari
membuat seseorang berubah dari standar perilaku moral menjadi tidak bermoral.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah tindakan setiap
orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Korupsi juga diartikan sebagai tindakan setiap orang yang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Juga
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

2. Tindakan Korupsi di Indonesia


Indonesia dinilai mengalami kemunduran di bidang penegakan hukum dan
pemberantasan korupsi saat ini. Berdasarkan pemberitaan Kompas.com (9/12/2019),
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengatakan
salah satu indikatornya adalah sejumlah vonis terhadap terdakwa kasus korupsi yang
dinilai semakin hari semakin ringan. "Kalau Anda melihat secara keseluruhan, itu ya,
terjadi kemunduran di bidang penegakan (hukum), pemberantasan korupsi," kata Mahfud
saat wawancara eksklusif dengan Kompas.com, Kamis (5/12/2019).
Dikutip dari portal berita Kontan pada tanggal 2 April 2021, baru-baru ini terdapat
kasus korupsi yang terjadi di salah satu kota di Indonesia yang dilakukan oleh pejabat
pemerintahnya. AA Umbara Sutisna, Bupati Bandung Barat periode 2018-2023 resmi
menjadi sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pada Kamis (1/4/2021). Dibalik
jabatannya sebagai Bupati Bandung Barat, AA Umbara ternyata tuan tanah karena aset
tanahnya tersebar di mana-mana.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Bupati Bandung Barat AA
Umbara sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan barang tanggap darurat
bencana pandemi Covid-19 pada Dinas Sosial Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2020.
Selain AA Umbara, KPK menetapkan dua tersangka lain dalam kasus yang sama
yakni pihak swasta yang juga anak AA Umbara bernama Andri Wibawa dan pemilik PT
JDG (Jagat Dir Gantara) dan CV SSGCL (Sentral Sayuran Garden City Lembang) yakni
M Totoh Gunawan sebagai tersangka.
Berdasarkan data yang diakses Kontan.co.id dari situs web elhkpn.kpk.go.id milik
KPK, Aa Umbara memiliki laporan harta terkini yakni pada 30 Maret 2020 atau periode
2019. Dari Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) tersebut, Bupati Bandung
Barat ini memiliki total kekayaan senilai Rp 21.737.162.646 miliar.
Sebagian besar kekayaan Bupati Bandung Barat Aa Umbara berupa tanah dan
bangunan. Bupati Bandung Barat AA Umbara tercatat memiliki 16 bidang lahan dan
bangunan senilai Rp. 20.805.000.000 miliar yang terdiri dari 9 tanah dan 7 tanah dan
bangunan yang tersebar Kabupaten Bandung Barat.
Ini rincian harta tanah dan bangunan milik Bupati Bandung Barat AA Umbara:
 Tanah seluas 2800 m2 di Bandung Barat senilai Rp 350.000.000
 Tanah seluas 756 m2 di Bandung Barat senilai Rp 270.000.000
 Tanah seluas 2017 m2 di Bandung Barat senilai Rp 570.000.000
 Tanah seluas 3038 m2 di Bandung Barat senilai Rp 820.000.000
 Tanah seluas 300 m2 di Bandung Barat senilai Rp 420.000.000
 Tanah seluas 928 m2 di Bandung Barat senilai Rp 600.000.000
 Tanah seluas 2295 m2 di Bandung Barat senilai Rp 820.000.000
 Tanah dan bangunan seluas 4360 m2/2000 m2 di Bandung Barat senilai Rp
1.600.000.000
 Tanah dan bangunan seluas 3285 m2/3000 m2 di Bandung Barat senilai Rp.
900.000.000
 Tanah seluas 1800 m2 di Bandung Barat senilai Rp 655.000.000
 Tanah seluas 690 m2 di Bandung Barat senilai Rp 900.000.000
 Tanah dan bangunan seluas 50 m2/90 m2 di Bandung Barat senilai Rp
650.000.000
 Tanah seluas 3575 m2 di Bandung Barat senilai Rp 350.000.000
 Tanah dan bangunan seluas 2505 m2/290 m2 di Bandung Barat senilai Rp
10.200.000.000
 Tanah dan bangunan seluas 218 m2/654 m2 di Bandung Barat senilai Rp
1.000.000.000
 Tanah dan bangunan seluas 132 m2/264 m2 di Bandung Barat senilai Rp
700.000.000

Politisi PDIP juga memiliki empat motor dan tiga mobil senilai Rp. 452.000.000.
Bupati Bandung Barat AA Umbara ini juga memiliki harta bergerak lainnya senilai Rp
230.000.000 serta kas dan setara kas Rp 419.562.646. Bupati Bandung Barat, AA Umbara
memiliki utang Rp 169.400.000 sehingga total harta kekayaannya mencapai Rp
21.737.162.646 miliar.

3. Dampak Tindak Korupsi


Dampak dari tindak korupsi dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu aspek
ekonomi, terhadap social dan kemiskinan, terhadap birokrasi pemerintahan, politik dan
demokrasi, penegakan hukum, pertahanan dan keamanan, dan kerusakan lingkungan.
1) Dampak Korupsi terhadap Ekonomi
 Penurunan produktivitas
 Lesunya pertumbuhan ekonomi dan investigasi
 Rendahnya kualitas barang dan jasa untuk public
 Menurunnya pendapatan dari sector pajak
 Meningkatnya hutang Negara
2) Dampak Korupsi terhadap Sosial dan Kemiskinan
 Mahalnya jasa dan pelayanan public
 Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin
 Pengentasan kemiskinan berjalan lambat
 Meningkatnya angka kriminalitas
 Solidaritas sosial semakin langka
3) Dampak Korupsi terhadap Birokrasi Pemerintahan
 Birokrasi tidak efisien layanan public
 Matinya etika sosial-politik
 Runtuhnya otoritas pemerintahan
4) Dampak Korupsi terhadap Politik dan Demokrasi
 Munculnya kepemimpinan korup
 Menguatnya plutokrasi
 Hancurnya kedaulatan rakyat
 Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap demokrasi
5) Dampak Korupsi terhadap Penegakan Hukum
 Menghambat peran Negara dalam pengaturan alokasi
 Menghambat Negara melakukan pemerataan akses dan asset
 Memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik
6) Dampak Korupsi terhadap Pertahanan dan Keamanan
 Lemahnya alutsista dan SDM
 Lemahnya garis batas Negara
7) Dampak Korupsi terhadap Kerusakan Lingkungan
 Menurunnya kualitas lingkungan
 Menurunnya kualitas hidup

4. Solusi Menindaklanjuti Tindak Korupsi


Bukti keseriusan pemerintah Indonesia dalam memerangi korupsi pada tahun 2003
dengan turut berpartisipasi dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations
Convention Against Corruption/UNCAC) untuk menentang Korupsi di dunia. UNCAC
atau yang sering disebut Konvensi PBB anti korupsi merupakan suatu Konvensi anti
korupsi yang mencakup ketentuan-ketentuan kriminalisai, kewajiban terhadap langkah-
langkah pencegahan dalam sektor publik dan privat, kerjasama internasional dalam
penyelidikan dan penegakan hukum, langkah-langkah bantuan teknis, serta ketentuan
mengenai pengembalian asset. Dalam hal pemberantasan korupsi Ratifikasi UNCAC
memiliki arti penting bagi Indonesia, yaitu:
 meningkatkan kerjasama internasional khususnya dalam melacak, membekukan
menyita, dan mengembalikan aset-aset hasil korupsi yang ditempatkan di luar negeri.
 meningkatkan kerjasama internasional dalam mewujudkan tata pemerintahan yang
baik. meningkatkan kerjasama internasional dalam pelaksanaan perjanjian ekstradisi,
bantuan hukum timbal balik, penyerahan narapidana, pengalihan proses pidana, dan
kerjasama penegakan hukum.
 mendorong terjalinnya kerjasama teknik dan pertukaran informasi dalam pencegahan
dan pemberantasan tindak pidan korupsi di bawah payung kerjasama pembangunan
ekonomi dan bantuan teknis pada lingkup bilateral, regional, dan multilateral.
 harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai dengan konvensi ini.

Selain itu, terdapat beberapa tindakan preventif terhadap tindak korupsi. Untuk
menciptakan sebuah susunan kehidupan masyarakat yang bersih, diperlukan sebuah
sistem pendidikan anti korupsiyang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi,
cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi.
Sebagai upaya untuk menumbuhkan generasi yang bersih dan anti korupsi.
Sebagaimana diatur tentang upaya pencegahan terhadap tindak pidana korupsi
dalama Pasal 13 UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yaitu :dalam melaksanakan tugas pencegahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf d, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melaksanakan
langkah atau upaya pencegahan sebagai berikut :
a. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan
penyelenggara negara,
b. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi,
c. Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan,
d. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindak
pidanakorupsi
e. Melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat umum,
f. Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi.
Pencegahan korupsi masih terjadi secara massif dan sistematis. Praktiknya bisa
berlangsung dimanapun, di lembaga negara, lembaga privat, hingga di kehidupan sehari-
hari. Melihat kondisi seperti itu, maka pencegahan menjadi layak didudukkan
sebagai strategi perdananya. Melalui strategi pencegahan, diharapkan muncul langkah
berkesinambungan yang berkontribusi bagi perbaikan ke depan. Pendidikan anti korupsi
membentuk kesadaran akan bahaya korupsi kemudian bangkit melawannya. Untuk itu
harus adanya upaya yang sistematis dari penegak hukum dan masyarakat untuk
mencegah pelaku menjadi jera terhadap perbuatan korupsi sehingga kedepannya ada
upaya dari pencegahan yang dimulai sejak dini agar dimasa nanti saat seseorang
sudah memegang wewenang tidak menyelewengkam wewenangnya untuk melakukan
kejahatan korupsi.

Anda mungkin juga menyukai