Beberapa media masa lain seperti yang dapat dilihat di bawah ini menerbitkan artikel
cek fakta untuk meredam pemberitaan hoax (bohong/palsu) mengenai uang logam yang
menempel pada bekas suntikan vaksin COVID-19.
Dalam artikel cek fakta tersebut, disebutkan bahwa video yang beredar di masyarakat
mengenai vaksin COVID-19 mengandung magnet, microchip sehingga logam dapat
menempel pada bekas suntikannya adalah berita palsu (hoax). Penjelasan mengenai
kebohongan berita ini disampaikan oleh ahli fisika dari National High Magnetic Field
Laboratory Amerika Serikat, Eric Palm yang menegaskan bahwa tidak mungkin ada
microchip magnetis yang terbawa dalam suntikan vaksin COVID-191. Professor dari Tulane
University School of Medicine, Lisa Morici mengatakan bahwa vaksin dengan teknologi
mRNA seperti Pfizer mengandung RNA/DNA, lipid, protein, garam dan gula, yang semua
kompenen tersebut ditemukan dalam berbagai makanan, vaksin, dan obat-obatan 2. Selain itu,
juga terdapat penjelasan dari Dr. Stephen Schrantz, spesialis penyakit menular di University
1
Imam Santoso, “Cek Fakta: Vaksin Covid-19 timbulkan reaksi magnetis pada tubuh?”
(https://www.antaranews.com/, Diakses pada 28 Mei 2021, pukul 07.30).
2
Retyan Sekar, “Hoaxbuster: Uang Koin Logam Bisa Menempel di Lengan Penerima Vaksin Corona?”
(https://kumparan.com/, Diakses pada 28 Mei 2021, pukul 07.40).
of Chicago Medicine bahwa vaksin COVID-19 tidak akan menyebabkan lengan menjadi
magnet, dan video-video yang tersebar tersebut jelas tipuan dengan berbagai trik agar logam
dapat menempel pada lengan3.
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertanggung jawabkan atau
bohong atau palsu, baik dari segi sumber mauppun isi. Sifatnya mengadu domba kelompok-
kelompok yang menjadi sasaran denga nisi pemberitaan yang tidak benar. Ciri-ciri hoax
adalah mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan permusuhan. Beritanya tidak terverifikasi,
tidak berimbang dan cenderung menyudutkan pihak tertentu, dengan judul dan narasi yang
provokatif. Pelaku hoax dapat dikategorikan sebagai aktif dan pasif. Pelaku aktif
menyebarkan berita palsu secara aktif dan dengan sengaja menyebarkan informasi yang salah
mengenai suatu hal kepada public. Sedangkan pelaku pasif adalah orang yang secara tidak
sengaja menyebarkan berita palsu tanpa memahami isi atau terlibat dalam pembuatannya.
“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik, dipidana
dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
1.000.000.000 (satu miliar rupiah)”.
3
Adyaksa Vidi, “Cek Fakta: Hoaks Magnet Bisa Menempel Pada Lengan Orang yang Sudah diVaksin Covid-19”
(https://www.liputan6.com/, diaksen pada 28 Mei 2021, pukul 07.46).
(Sumber: Mastel, 2017)
Dilihat dari penjelasan tersebut, isu mengenai uang logam yang menempel pada
lengan orang penerima vaksin COVID-19 dapat disebut dengan hoax. Berikut adalah analisis
menggunakan tapisan isu.
Aspek Penjelasan
Aktual Isu yang dipilih sedang terjadi dan menjadi bahan perbincangan di
tengah masyarakat yang saat ini tengah berlangsung, dimana saat ini
pemerintah sedang menggencarkan program vaksin untuk seluruh
masyarakat Indonesia guna pencegahan virus COVID-19.
Problematika Isu yang dipilih memiliki masalah yang kompleks karena hoax
mengenai vaksin COVID-19 sangat beragam dan perlu dicarikan
solusi untuk menangani berita palsu yang telah tersebar.
Kelayakan Isu yang dipilih masuk akal, realistis, relevan dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya sehingga masyarakat
tidak menjadi anti-vaksin.
Kekhalayakan Isu yang terpilih menyangkut hajat hidup orang banyak karena
dapat menimbulkan salah persepsi dan kecemasan di tengah
masyarakat mengenai pemberitaan palsu vaksin COVID-19.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guna mencegah dan bebas dari berita hoax:
1. Selalu waspada dengan judul berita yang mencolok, hamper mustahil terjadi, dan
provokatif.
2. Selalu double check. Terkadang hoax dapat muncul dari sumber berita asli, tapi cara
penyampaiannya di media berbeda dengan aslinya. Agar tidak terjadi miskomunikasi,
cari berita dari sumber lain untuk melakukan perbandingan.
3. Perhatikan alamat situs sudah terverifikasi sebagai sebagai pres resmi atau belum.
4. Cek di Google dan bandingkan fotonya dengan images lain yang tersedia.
5. Jika melihat berita hoax bisa ditangani sendiri untuk mencegah penyebaran, dengan
klik fitur “Report” di Facebook/Twitter/Instagram.