Anda di halaman 1dari 2

Permasalahan yang terjadi adalah dr.

Wesli menolak dengan tegas tawaran dari MR karena dianggap


merugikan pasien, sementara kebijakan RS memutuskan bahwa RS dapat meresepkan obat dari
perusahaan farmasi tempat MR tersebut bekerja.

Aktor yang terlibat dalam permasalahan ini adalah dr. Wesli sebagai dokter spesialis dan wakil direktur
RS yang memiliki otoritas dalam pengambilan keputusan, MR dari perusahaan Nidavelir Farma yang
berperan untuk menawarkan produknya kepada RS tersebut dengan imbal balik berupa kompensasi jika
tawarannya diterima, dan Direktur RS yang memiliki wewenang sebagai pengambil keputusan final
untuk menggunakan obat dari MR teersebut.

Penerapan nilai-nilai dasar PNS yang dilakukan dr. Wesli adalah :

1. Akuntabilitas

dr. Wesli menerapkan nilai-nilai dasar kepemimpinan, integritas, bertanggungjawab, dll, karena sebagai
seorang yang memiliki otoritas dalam mengambil keputusan dr. Wesli tidak memikirkan dirinya sendiri,
melainkan dr. Wesli juga memikirkan nasib pasiennya sehingga dalam hal ini dr. Wesli dapat dengan
tegas menggunakan otoritas kepemimpinannya untuk mengambil keputusan yang tidak berdampak
negatif pada pasien. Selain itu, dr. Wesli juga memiliki integritas karena dengan teguh menolak
penawaran dari MR tersebut walaupun dapat menguntungkan dirinya, namun dapat merugikan
pasiennya. Serta, dr. Wesli juga memililki rasa bertanggungjawab terhadap pasiennya yang harus Ia
dahulukan sehingga tidak memikirkan kepentingannya sendiri.

2. Etika Publik

dr. Wesli menunjukan sikap yang dicerminkan dalam etika publik karena dr. Wesli dapat dengan jelas
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. dr. Wesli sadar betul bahwa menerima tawaran
dari MR tersebut merupakan salah satu tindakan korupsi, sehingga Ia dapat dengan tegas menolak
tawaran tersebut. dr. Wesli telah mencerminkan perilaku yang beretika.

3. Komitmen Mutu

dr. Wesli dalam cerita tersebut digambarkan sebagai seseorang yang dapat menjaga mutu pelayanan
karena selalu bersikap ramah dan dapat membuat pasiennya merasa nyaman. Selain itu, keputusannya
untuk tidak menerima tawaran dari pihak MR merupakan salh satu cara untuk menjaga mutu pelayanan,
karena dengan begitu pasien tidak akan merasa biaya pengobatan mahal dan pasien tetap akan merasa
puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh RS. Sehingga dapat dikatakan bahwa dr. Wesli telah secara
continue menjaga komitmen mutu pelayanan yang diberikan untuk pasiennya.

4. Anti Korupsi

Sikap anti korupsi ini ditunjukan oleh dr. Wesli ketika menolak penawaran MR untuk meresepkan obat
dari perusahaannya dengan imbalan berupa bonus yang dijanjikan. Namun, dr. Wesli menyadari bahwa
perilaku tersebut merupakan perilaku koruptif sehingga dapat dengan tegas menolak penawarannya. dr.
Wesli menjunjung tinggi nilai kepedulian dalam sikap anti korupsi ini karena telah peduli terhadap
pasiennya yang akan merasa dirugikan jika dr. Wesli menerima tawaran dari MR tersebut.
5. Pelayanan Publik

dr. Wesli jelas menunjukan sikapnya sebagai PNS yang harus melayani publik karena memikirkan
pasiennya agar tidak merasa dirugikan. Hal ini merupakan salah satu sikap dalam melakukan pelayanan
publik, yaitu salah satu nilai murah mudah, efektif dan efisien.

Pelanggaran nilai-nilai dasar PNS

Pelanggaran yang terjadi pada kasus tersebut adalah adanya kasus gratifikasi yang dilakukan oleh MR
perusahaan farmasi kepada dokter maupun direksi dari RS. Kasus gratifikasi ini merupakan bentuk
korupsi yang jelas melanggar nilai-nilai dasar PNS, tidak akuntabel, tidak memiliki rasa nasionalisme
karena perilaku koruptif dapat merugikan negara, tidak memiliki sikap etika publik karena tidak bisa
membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan berujung pada sikap yang tidak berkomitmen
untuk menjaga mutu pelayanan karena tidak memiliki sikap anti koruptif.

Kedudukan PNS dalam NKRI adalah sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik, dan pemersatu bangsa.
Dalam kasus tersebut, dr. Wesli berperan sebagai pelaksana kebijakan dan pelayan publik. PNS yang
bertugas sebagai pelaksana kebijakan dan pelayan publik, dalam tugasnya harus dikerjakan sesuai nilai-
nilai dasar PNS. Dampak yang terjadi jika tidak menerapkan sikap sebagai pelaksana kebijakan, pelayan
publik dan tidak menerapkan nilai-nilai dasar PNS adalah merugikan masyarakat, masyarakat atau
khususnya pasien dr. Wesli tidak akan memiliki rasa percaya/tidak memihak terhadap pemerintah, dan
tidak memberikan kepuasan pada masyarakat.

Solusi yang dapat diterapkan dalam kasus dr. Wesli adalah melakukan negosiasi terhadap kebijakan yang
diambil oleh direktur RS dengan melampirkan studi kelayakan atau analisis rasio benefit effectiveness
sehingga direktur RS dapat memahami alasan dr. Wesli melakukan penolakan terhadap tawaran dari
MR. Jika negosiasi tidak berhasil, maka hal yang dapat dilakukan dr. Wesli adalah mengusulkan kepada
direktur RS agar para dokter meresepkan obat-obat yang ditawarkan MR hanya jika diperlukan dan
tepat indikasi. Jika sekiranya tidak diperlukan atau jika ada obat lain yang sama efektifnya namun lebih
efisien dilihat dari cost, maka obat tersebut tidak perlu diresepkan oleh dr. Wesli sehingga tidak perlu
memberatkan pasien.

Konsekuensi jika solusi tersebut tidak diterapkan maka para dokter akan brutal meresepkan obat
tersebut tanpa melihat apakah pasien mampu membayar atau tidak, apakah pasien memerlukan obat
tersebut atau tidak. Tentunya hal tersebut memang mendatangkan keuntungan untuk dokter, namun
merugikan pasien dan tidak memberikan kepuasan pelayanan kepada pasien sehingga menurunkan
mutu pelayanan. Selain itu juga dapat merugikan negara karena perilaku koruptif yang terdapat dalam
diri PNS tersebut bisa tertanam dalam dirinya dan dapat berdampak besar pada pekerjaan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai