Anda di halaman 1dari 1

Kasus

PERSELINGKUHAN TENAGA KESEHATAN DENGAN PERUSAHAAN FARMASI

Wesli adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum di Kota
Jotanangur. Wesli dikenal sebagai dokter yang ramah terhadap siapapun, baik itu pasien,
sesama dokter, perawat maupun pegawai RS. Hal itu juga yang membuat nyaman pasien
berobat dengan dokter Wesli. Setiap kali jadwal prakteknya anterian selalu panjang tidak
pernah sepi. Selain sebagai dokter, Wesli juga merupakan wakil direktur dari rumah sakit
dimana ia bekerja.

Suatu ketika Wesli didatangi oleh seorang Medical Representative (MR) dari salah
satu perusahaan farmasi yang cukup terkenal Kabunol Farma. Dari obrolannya antara dokter
Wesli dengan Medical Representative tersebut adalah tentang penawaran obat- obatan
yang di produksi oleh perusahaan farmasi dimana sang MR bekerja. MR tersebut
menawarkan agar dokter Wesli dapat meresepkan obat- obat dari perusahaanya kepada
setiap pasien yang datang kepadanya. MR tersebut menawarkan keuntungan- keuntungan
yang akan didapatkan oleh wesli apabila meresepkan obat dari perusahaanya kepada setiap
pasiennya ataupun pasien dokter lainnnya di RS tersebut. MR sangat tahu bahwa wesli
memiliki otoritas untuk mengambil kebijakan di RS tersebut. Hari itupun pertemuan antara
dokter dengan MR diakhiri tanpa kesepakatan, karena Wesli tidak mengiyakan maupun
menolak. MR pun berjanji akan menghubungi wesli lagi terkait tawarannya.

Wesli berpikir panjang dari pertemuannya dengan MR tersebut. Ia pun menyadari


apabila ia sepakati tawaran dr MR yang datang maka konsekuensinya dapat merugikan
pasien meskipun menguntungkan dirinya. Kenapa merugikan pasien, hal ini karena harga
obat yang diresepkan olehnya menjadi mahal karena dinaikan harganya 20% oleh
perusahaan sebagai kompensasi perusahaan untuk dokter yang meresepkan dan rumah
sakitnya. Menguntungkan karena ketika banyak meresepkan obat dari farmasi tersebut
dokter wesli dan rs nya akan mendapatkan kompensasi keuntungan atau bonus dari
perusahaan sebagai pendapatan tambahan baginya. Akhirnya wesli memutuskan untuk
menolaknya setelah berfikir keras karena apabila ia menerimanya maka itu merupakan
kolusi dan tindakan korupsi. Ketika esoknya dihubungi oleh MR dengan sangat yakin dokter
wesli menolak tawaran dari perusahaan farmasi tersebut.

Sebulan kemudian dalam rapat pimpinan, direktur RS menyampaikan kebijakan


bahwa setiap dokter ataupun tenaga kesehatan dapat meresepkan obat dari perusahaan
farmasi Kabunol Farma. Wesli pun sangat kaget dan mempertanyakan kebijakan tersebut
pada pimpinannya. Sang Direktur RS pun menjelaskan secara ilmiah terkait dengan
penggunaan obat dari farmasi tersebut. Dokter Wesli menyampaikan penolakannya, namun
langsung dicounter oleh direktur bahwa kata- kata “bahwa ini adalah kebijakan RS.

Anda mungkin juga menyukai