Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa perkembangan anak menjadi dewasa dari segi biologis,
emosi, sosial dan kognitif (Riskesdas, 2010). Masa remaja sangat penting diperhatikan
karena merupakan masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Masa remaja adalah masa
dimana terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik prikososial
remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan masalah
pada remaja. Transisi dari masa anak-anak dalam meningkatkan kesadaran diri (self
consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, kognitif, social maupun emosional pada
remaja sehingga remaja cenderung mengalami perubahan emosi kearah negative. Misalnya
saja mudah marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan karakteristik pada remaja tersebut
ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti ekonomi keluarga, pola asuh yang tidak
efektif, dan gangguan mental pada orang tua yang diprediksi sebagai penyebab timbulnya
masalah masalah remaja (Pianta, 2005).
Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia
remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi, transisi
agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. Remaja pada umumnya akan
mengalami perubahan - perubahan dalam hal biologis dan psikologis yang sangat pesat.
Perubahan - perubahan yang terjadi memberikan dorongan yang kuat terhadap perilaku dan
kehidupan remaja yang sifatnya sangat beragam (Clemen-Stone, McGuire & Eigsti, 2002).
Kehidupan remaja yang sangat beragam di masyarakat akan menimbulkan masalah -masalah
pada remaja (Hurlock, 1998).  Perubahan yang paling menonjol dan memberikan dinamika
psikologis yang besar pada proses tumbuh kembang remaja adalah kematangan organ
reproduksi dan seksual. Kematangan ini ditandai dengan meningkatkannya hormone seks
dalam darah yang berdampak pada perubahan fisik berupa munculnya ciri-ciri seks primer,
sekunder serta perubahan psikologis berupa dorongan seksual (byer, 1991). Dorongan
seksual akan mencetuskan ekspresi seksual dari yang sederhana berupa perasaan tertarik
pada lawan jenis sampai yang kompleks, yaitu bersenggama dan berbagai bentuk
penyimpangan seksual (wirawan, 2001).

1
Permasalahan yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya krisis identitas
tanpa adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas dalam memberikan
ketersedian layanan pada kelompok remaja (BKKBN, 2009). Permasalahan kesehatan yang
beresiko mengancam kesejahteran remaja antara lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi
obat, depresi atau resiko bunuh diri, emosi masalah fisik, problem sekolah dan perilaku
seksual. (Stanhope & Lancaster 2004)
Perubahan yang terjadi pada remaja dibutuhkan penanganan untuk dilakukan
pembinaan dan kerja sama aktif dari berbagai pihak serta seluruh potensi yang ada di
masyarakat. Pembinaan dasar dan utama adalah yang dilakukan oleh keluarga. Setiap
keluarga memiliki tujuan membantu anggota keluarganya termasuk anak remaja. Yang
dibutuhkan adalah pengasuhan yang baik serta komunikasi yang terjalin dalam keluarga agar
perubahan dan permasalahan yang terjadi dapat dideteksi semenjak dini. Keluaraga juga
memiliki kontribusi yang besar dalam membentuk kepribadian seseorang apakah seseorang
akan memiliki kepribadian positif atau negatif, tergantung pada pola asuh yang ditetapkan,
pengetahuan orang tua dalam mengasuh anak, pola interaksi dan komunikasi yang terbangun
dalam keluarga tersebut.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja dengan menggunakan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan yang sesuai dengan wewenang bidan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data obyektif
asuhan kebidanan pada remaja
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial
asuhan kebidanan pada remaja
3. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara
menyeluruh pada asuhan kebidanan pada remaja
4. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh sesuai kebutuhan pada remaja

2
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada
asuhan kebidanan pada remaja
6. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada asuhan kebidanan
pada remaja dengan menggunakan dokumentasi SOAP.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada remaja. Serta
sebagai subjek dalam menilai bagaimana pemahaman dan ketrampilan penulis dalam
menyikapi kasus
1.3.2 Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman yang
sangat berharga dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan, pada remaja

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah periode perkembangan individu yang mengalami perubahan dari
masa anak-anak menuju dewasa periode umur antara 13-20 tahun. Istilah adolesens
biasanya menunjukan maturasi priokologis individu, ketika pubertas menunjukan titik
dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan
perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan
kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi (Potter& Perry,
2005). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja
adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati,
Purnamaningrum, 2009).
Menurut purwanto (Mila, 2013) tingkat perkembangan dalam masa remaja dapat
dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang dilakukan oleh Stolz adalah
sebagai berikut :
a. Masa prapuber : satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya.
Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat
b. Masa puber atau masa remaja : perubahan sangat nyata dan cepat. Remaja putri
akan lebih cepat memasuki masa ini dari pada reamaja putra. Masa ini berkisar 2,5-
3,5 tahun
c. Masa postpuber : pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak
perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian tubuh
d. Masa akhir puber : melanjutkan perkembangan sampai pada tanda-tanda
kedewasaan
2.1.2 Batasan Usia Remaja
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Ditinjau
dari bidang kesehatan WHO menetapkan batas usia remaja antara 10-20 tahun sebagai
batasan usia remaja. Definisi remaja yang digunakan oleh departeman Kesehatan adalah

4
mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, BKKBN (Direktorat
Remaja dan perlindungan Hak Reproduksi) batas usia remaja adalah 10-21 tahun.
Sedangakn Mila (2013) menjelaskan perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu perkembangan psikososial remaja awal (10-14 tahun), remaja
pertengahan (15-16 tahun), remaja akhir (17-19 tahun).
Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripada anak
perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat,
meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan.
Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya dibandingkan dengan
perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangat berbeda dengan perilaku
remaja yang lebih muda.
2.1.3 Tahap-tahap Perkembangan Remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja:
1. Remaja awal (early adolescent)
Remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-perubahan
itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia
sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti
dan dimengerti orang dewasa.
2. Remaja madya (middle adolescent)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak
teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam
kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan
sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan
cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan
kawan-kawan.

5
3. Remaja akhir (late adolescent)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan
pencapaian lima hal yaitu:
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman- pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat
umum (Sarwono, 2010).
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal
perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya,
masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu:
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
b. Tampak dan merasa ingin bebas.
c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir yang khayal (abstrak).
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
a. Tampak dan ingin mencari identitas diri.
b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.
3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.
e. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.
(Widyastuti dkk, 2009).

6
2.1.4 Ciri-Ciri Masa Remaja
Menurut Hurlock (1998), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Periode penting akibat yang langsung terhadap perilaku dan sikap. Akibat fisik dan
psikologis mempunyai persepsi yang sangat penting.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap perkembangan ke tahap
perkembangan berikutnya. Bila anak-anak beralih ke masa dewasa, anak harus
meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus
mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang
sudah ditinggalkan
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan.
Ada dua alasan bagi remaja dalam menghadapi masalahnya, pertama saat masa anak-
anak mereka terbiasa mendapat pertolongan dari orang tua maupun guru sehingga
tidak berpengalaman dalam menghadapi masalahnya. Kedua, mereka menolak untuk
meminta bantuan atau menerima bantuan dari orang lain. Mereka merasa mandiri dan
mampu untuk menyelesaikan sendiri masalahnya.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa
perannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau orang dewasa, latar
belakang dirinya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan negatif oleh masyarakat terhadap remaja membuatnya menjadi kurang
percaya dan takut dalam bersikap. Sehingga dewasa ini sharusnya perlu bimbingan
dan mengawasi kehidupan remaja yang takur bertanggung jawab dan bersikap tidak
simpatik terhadap perilaku remaja yang normal

7
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic
Remaja cenderung akan melihat dirinya dan orang lain sebagaimana adanya, terlebih
dalam hal cita-cita. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya
sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan steorotipe belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja mulai memusatkan
diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa. Mereka beranggapan
bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja,
kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan
baik-baik dan penuh tanggung jawab.
2.1.5 Perubahan Fisik Pada Remaja
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tnada
sebagai berikut :
1. Tanda-tanda seks primer
Tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung dengan organ
reproduksi. Disebutkan bahwa ciri-ciri tanda primer adalah :
a. Remaja putra
Remaja putra sudah bisa melakukan fungsi reproduksinya bila telah mengalami
mimpi basah. Biasanya terjadi pada remaja dengan usia 10-15 tahun. Mimpi
basah sebetulnya merupakan ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena sperma yang terus
menerus diproduksi perlu untuk dikeluarkan. Ini merupakan pengalaman yng
normal yang terjadi pada remaja putra.
b. Remaja putri
Pada remaja putri sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah ditandai
dengan menstruasi (menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan dalam atau
endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus sampai
melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause.

8
2. Tanda-tanda seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut :
a. Remaja putra
1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tnagan dan kaki bertambah besar
2) Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang, pinggul
menyempit
3) Pertumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan dan kaki
4) Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil
5) Tumbuh jakun, suara membesar
6) Penis dan testis membesar
7) Kulit menjadi leh kasar dan tebal dan berminyak
8) Produksi keringat lebih banyak
b. Remaja putri
1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar
2) Pinggul lebar, bulat dan membesar
3) Tumbuh rambut halus di sekitar ketiak dan vagina
4) Pertumbuhan payudara, putting susu membesar dan menonjol, serta kelenjar
susu berkembang, payudara menajdi lebih besar
5) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan
menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu lengan
dan tungkai

9
Gambar 1. Ciri-Ciri Kelamin Sekunder Pada Remaja

Gambar 2. Perubahan Fisik Pada Remaja

Gambar 3. Perubahan fisik sistem reproduksi pada remaja putri

10
Gambar 4. Perubahan Fisik pada Sistem Reproduksi Remaja Putra
2.1.5 Masalah yang Sering Terjadi pada Remaja
Masalah penting yang dihadapi oleh remaja cukup banyak, diantranya timbul
konflik dalam diri dalam remaja.
1. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dengan kebutuhan untuk bebas
dan merdeka. Remaja membutuhkan peneriamaan sosial dan penghargaan serta
kepercayaan orang lain kepadanya
2. Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan terhadap orang tua.
Dipihak lain remaja ingin bebas dan mandiri, yang diperlukannya untuk mencapai
kematangan fisik tetapi membutuhkan orang tua dalam memberikan materi guna
menunjang studi dan penyesuaian sosialnya
3. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial. Kematangan
seks yang terjadi pada remaja menyebabkan terjadinya kebutuhan seks yang
mendesak, tetapi ajaran agama dan nilai-nilai social menghalangi pemuasan
kebutuhan. Konflik itu akan bertambah tajam apabila remaja dihadapkan pada cara
ataupun perilaku yang menumbuhkan rangsangan seks seperti film, sandiwara dan
gambar
4. Konflik nilai-nilai yaitu konflik antara prinsip prinsip yang dipelajari oleh remaja
dengan prinsip dan nilai yang dilakukan orang dewasa di lingkungannya dalam
kehidupan sehari-hari
5. Konflik menghadapi masa depan. Konflik ini disebabkan oleh kebutuhan untuk
menentukan masa depan. Banyak remaja yang tidak tahu tentang hari depan.

11
Terkadang pilihannya akan dipilih berdasarkan pilihan orang tua atau pekerjaan
popular di masyarakat.
2.1.6 Kebutuhan Remaja
1. Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis remaja pada dasarnya berkembang dari kebutuhannya dari
usia anak kecil (usia SD) dan berkembang lagi sehingga memiliki kebutuhan-
kebutuhan psikologis sebagai orang dewasa. Kebutuhan psikologis yang paling
mendasar yang mempengaruhi anak remaja adalah Kemandirian.
Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan
kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat
rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan
keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya.
Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan
pada orangtua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal. Pendapat ini diperkuat
oleh pendapat para  ahli perkembangan yang menyatakan: “Berbeda dengan
kemandirian pada masa anak-anak yang lebih bersifat motorik, seperti berusaha makan
sendiri, mandi dan berpakaian sendiri, pada masa remaja kemandirian tersebut lebih
bersifat psikologis, seperti membuat  keputusan sendiri dan kebebasan berperilaku
sesuai dengan keinginannya”.
Dalam pencarian identitas diri, remaja cenderung untuk melepaskan diri sendiri
sedikit demi sedikit dari ikatan psikis orangtuanya. Remaja mendambakan untuk
diperlakukan dan dihargai sebagai orang dewasa. Hal ini dikemukan Erikson (dalam
Hurlock,1992) yang menamakan proses tersebut sebagai “proses mencari identitas
ego”, atau pencarian diri sendiri. Dalam proses ini remaja ingin mengetahui peranan
dan kedudukannya dalam lingkungan, disamping ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Kemandirian seorang remaja diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi
antara remaja dan teman sebaya. Hurlock (1991) mengatakan bahwa melalui hubungan
dengan teman sebaya, remaja  belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan
sendiri, menerima (bahkan dapat juga menolak) pandangan dan nilai yang berasal dari
keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima di dalam kelompoknya.
Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar

12
untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan angota keluarganya. Ini dilakukan 
remaja dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman
sebayanya sehingga tercipta rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini
merupakan hal yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya penerimaan
dan keyakinan untuk dapat diterima oleh kelompoknya.
Dalam mencapai keinginannya untuk mandiri sering kali remaja mengalami
hambatan-hambatan yang disebabkan oleh masih adanya kebutuhan untuk tetap
tergantung pada orang lain. Dalam contoh yang disebutkan diatas, remaja mengalami
dilema yang sangat  besar antara mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti
keinginannya sendiri. Jika ia mengikuti kehendak orangtua maka dari segi ekonomi
(biaya sekolah) remaja akan terjamin karena orangtua pasti akan membantu
sepenuhnya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti kemauan orangtua bisa jadi
orangtuanya tidak mau membiayai sekolahnya. Situasi yang demikian ini sering
dikenal sebagai keadaan yang ambivalensi dan dalam hal ini akan menimbulkan
konflik pada diri sendiri remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam
usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian
diri terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja
menjadi frustrasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orangtuanya atau
orang lain di sekitarnya. Frustrasi dan kemarahan tersebut seringkali diungkapkan
dengan perilaku-perilaku yang tidak simpatik terhadap orangtua maupun orang lain
dan dapat membahayakan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Hal ini tentu saja akan
sangat merugikan remaja tersebut karena akan menghambat tercapainya kedewasaan
dan kematangan kehidupan psikologisnya.
2. Kebutuhan Fisik
Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang
tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan
pertumbuhan merupakan hubungan integral. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi
pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan
pertumbuhan linear. Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya
penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis.

13
Sebelum masa remaja, kebutuhan nutrisi anak lelaki dan anak perempuan tidak
dibedakan, tetapi pada masa remaja terjadi perubahan biologik dan fisiologik tubuh
yang spesifik sesuai gender (gender specific) sehingga kebutuhan nutrisi menjadi
berlainan. Sebagai contoh, remaja perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak
karena mengalami menstruasi setiap bulan.
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya
anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan
pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya
seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah.
a. Nutrisi
Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada remaja dikarenakan perubahan dan
pertambahan berbagai dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan), massa tubuh
serta komposisi tubuh sebagai berikut:
1) Tinggi badan
Sekitar 15 - 20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja. Percepatan
tumbuh anak lelaki terjadi lebih belakangan serta puncak ypercepatan lebih
tinggi dibanding anak perempuan. Pertumbuhan linear dapat melambat atau
terhambat bila kecukupan makanan/energi sangat kurang atau energy
expenditure meningkat misal pada atlet.
2) Berat badan
Sekitar 25 - 50% final berat badan ideal dewasa dicapai pada masa
remaja.Waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan sangat
dipengaruhi asupan makanan/energi dan energy expenditure.
3) Komposisi tubuh
a) Pada masa pra-pubertas proporsi jaringan lemak dan otot maupun massa
tubuh tanpa lemak (lean body mass) pada anak lelaki dan perempuan sama.
b) Anak lelaki yang sedang tumbuh pesat, penambahan jaringan otot lebih
banyak daripada jaringan lemak secara proporsional, demikian pula massa
tubuh tanpa lemak dibanding anak perempuan.
c) Jumlah jaringan lemak tubuh pada orang dewasa normal adalah 23% pada
perempuan dan 15% pada lelaki.

14
d) Sekitar 45% tambahan massa tulang terjadi pada masa remaja dan pada
akhir dekade ke-dua kehidupan 90% massa tulang tercapai.
e) Terjadi kegagalan penambahan massa tulang pada perempuan dengan
pubertas terlambat sehingga kepadatan tulang lebih rendah pada masa
dewasa. Nutrisi merupakan salah satu faktor lingkungan yang turut
menentukan awitan pubertas.
f) Pemantauan pertumbuhan selama pubertas dapat menggunakan indeks
TB/U, BB/TB dan IMT/U (indeks massa tubuh menurut umur). Rumus IMT
= BB/TB.
Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:
1) Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kognitif serta maturasi seksual
2) Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil
3) Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular,
diabetes, osteoporosis dan kanker.
4) Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Total nutrisi yang dibutuhkan jauh lebih tinggi pada masa remaja daripada ketika
menjalani siklus kehidupannya yang lain. Masa remaja merupakan masa yang
membutuhkan energi dan nutrien untuk melakukan deposit jaringan. Kebutuhan nutrisi
remaja dapat diketahui dari perubahan komposisi tubuhnya. Perbedaan jenis kelamin
akan membedakan komposisi tubuhnya, dan selanjutnya akan mempengaruhi
kebutuhan nutrisinya. Kegagalan dalam melakukan diet pada remaja mengakibatkan
gangguan pada derajat metabolisme, tingkat aktivitas, pertumbuhan, dan maturasi
seksual) (Soetjiningsih, 2010).

15
Tabel 2.4 Kebutuhan Diet Sehari Nutrisi Remaja dan Dewasa Muda Laki – Laki,
Perempuan, Menurut Food and Nutrition Board of National Research Council for Adolescents
Laki – Laki ( Tahun ) Perempuan ( Tahun )
Hamil
11 – 14 15 – 18 19 - 24 11 – 14 15 - 18 19 – 24
BB (kg)* 45 66 72 46 55 58 -
TB (cm)* 157 176 177 157 163 164 -
Energi (total kkal) 2500 3000 2900 2200 2200 2200 + 300
Energi (kkal/kg) 55 45 40 47 40 38 -
Protein (g) 45 59 58 46 44 46 60
Vitamn A (g RE) 1000 1000 1000 800 800 800 800
Vitamin D (g) 10 10 10 10 10 10 10
Vitamin E (mg a TE) 10 10 10 8 8 8 10
Vitamin K (g) 45 65 70 45 55 60 65
Vitamin C (mg) 50 60 60 50 60 60 70
Thiamin (mg) 1,3 1,5 1,5 1,1 1,1 1,1 1,5
Riboflafin (mg) 1,5 1,8 1,7 1,3 1,3 1,3 1,6
Niasin (mg E) 17 20 19 15 15 15 17
Vitain B6 (mg) 1,7 2,0 2,0 1,4 1,5 1,6 2,2
Folat (g) 150 200 200 150 180 180 400
Vitamin B12 (g) 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,2
Kalsium (mg) 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200
Fosfor (mg) 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200
Magnesium (mg) 270 400 350 280 300 280 320
Besi (mg) 12 12 10 15 15 15 30
Seng (mg) 15 15 15 12 12 12 5
Iodium (g) 150 150 150 150 150 150 175
Solenium (g) 40 50 70 45 50 55 56
(Sumber: Story M.). *median BB dan TB (NCHS); RE (retinal ekuivalen); -TE (-tokoferol ekuivalen); NI (niasin ekuivale

1. Karbohidrat
Food and Nutrition Board Subcomitte on The Tenth Edition of the RDAs
merekomendasikan lebih dari separuh energi yang dibutuhkan anak didapatkan dari
karbohidrat (Soetjiningsih, 2010).
2. Protein
Kebutuhan protein sehari yang direkomendaikan pada remaja berkisar antara
44-59 gram, tergantung pada jenis kelamin dan umur. Berdasarkan BB, remaja
umur 11-14 tahun memerlukan 1 g/kgBB, dan pada umur 15-18 tahun berkurang
menjadi 0,9 g/kgBB pada laki-laki dan 0,8 g/kgBB pada perempuan (Soetjiningsih,
2010).Lauk pauk sumber protein antara lain ikan, telur, unggas, daging, susu dan
kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu dan tempe).
3. Lemak
Lemak memegang peran penting sebagai komponen struktural dan fungsional
membran sel dan prekusor senyawa yang meliputi berbagau segi dari metabolisme.
16
Kebutuhan lemak dihitung sekitar 37% dari asupan energi total remaja, baik laki-
laki maupun perempuan.Sumber berbagai lemak diantaranya mentega, minyak
kacang kedelai, kolesterol (hati, ginjal, otak, kuning telur, daging, unggas, ikan, dan
keju) (Soetjiningsih, 2010).
4. Serat
Serat berfungsi untuk melancarkan proses pengeluaran dari tubuh. Sumber
yang baik yaitu seluruh produk padi-padian, beberapa jenis buah & sayur, kacang-
kacangan kering, dan biji-bijian.
5. Zat besi
Kebutuhan zat besi meningkat pada remaja karena pertumbuhan yang meingkat
dan ekspansi volume darah dan massa otot. Kebutuhan zat besi rata-rata pada asaat
anak prepubertas adalah 10 mg/hari,dan selama kejar tumbuh saat pubertas
diperlukan tambahn 2 mg/hari untuk laki-laki, dan 5 mg/hari untuk perempuan.
Sumber besi yang baik diantaranya hait, daging sapi, kacang kering, bayam, dan
padi-padian.
6. Kalsium
Kebutuhan kalsium sejalan dengan pertumbuhan skeletal, dan meningkat dari
800mg/hari menjadi 1200g/hari pada umur 11-19 tahun.
7. Mineral lain & Vitamin
Mineral lain seperti magnesium, fosor, iodin, tembaga, kromium dan selenium
serta vitamin berperan penting pada pertumbuhan dan perkembangan remaja.

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dalam Ukuran Rumah Tangga (URT)


Makanan pokok antara lain: Beras, kentang, singkong, ubi jalar, jagung, talas,
sagu, sukun. Kandungan zat gizi per porsi nasi kurang lebih seberat 100 gram (¾
gelas) adalah: 175 Kalori, 4 gram Protein dan 40 gram Karbohidrat.Daftar pangan
sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu) porsi nasi:

17
Tabel Kelompok Makanan Pokok sebagai Sumber Karbohidrat
Nama Pangan Ukuran Rumah Tangga (URT) Berat dalam Gram

Bihun ½ Gelas 50
Biskuit 4 Buah Besar 40
Havermut 5 ½ Sendok Besar 45
Jagung Segar 3 Buah Sedang 125
Kentang 2 Buah Sedang 210
Kentang Hitam 12 Biji 125
Maizena 10 Sendok Makan 50
Makaroni ½ Gelas 50
Mie Basah 2 Gelas 200
Mie Kering 1 Gelas 50
Nasi Beras Giling Putih ¾ Gelas 100
Nasi Beras Giling Merah ¾ Gelas 100
Nasi Beras Giling Hitam ¾ Gelas 100
Nasi Beras ½ Giling ¾ Gelas 100
Nasi Ketan Putih ¾ Gelas 100
Roti Putih 3 Iris 70
Roti Warna Coklat 3 Iris 70
Singkong 1 ½ Potong 120
Sukun 3 Potong Sedang 150
Talas ½ Biji Sedang 125
Tape Beras Ketan 5 Sendok Makan 100
Tape Singkong 1 Potong Sedang 100
Tepung Tapioca 8 Sendok Makan 50
Tepung Beras 8 Sendok Makan 50
Tepung Hunkwe 10 Sendok Makan 50
Tepung Sagu 8 Sendok Makan 50
Tepung Singkong 5 Sendok Makan 50
Tepung Terigu 5 Sendok Makan 50
Ubi Jalar Kuning 1 Biji Sedang 135
Kerupuk 3 Biji Sedang 30

Lauk pauk sumber protein antara lain: Ikan, telur, unggas, daging, susu dan
kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu dan tempe). Kandungan zat gizi satu (1)
porsi Tempe sebanyak 2 potong sedang atau 50 gram adalah 80 Kalori, 6 gram
Protein, 3 gram lemak dan 8 gram karbohidrat.

18
Tabel Kelompok Lauk Pauk sebagai Sumber Protein Nabati
Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
Nama Pangan
(URT) Gram
Kacang Hijau 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Kedelai 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Merah 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Mete 1 ½ Sendok Makan 15
Kacang Tanah Kupas 2 Sendok Makan 20
Kacang Toto 2 Sendok Makan 20
Keju Kacang Tanah 1 Sendok Makan 15
Kembang Tahu 1 Lembar 20
Oncom 2 Potong Besar 50
Petai Segar 1 Papan/Biji Besar 20
Tahu 2 Potong Sedang 100
Sari Kedelai 2 ½ Gelas 185

Kandungan zat gizi satu (1) porsi terdiri dari satu (1) potong sedang Ikan segar
seberat 40 gram adalah 50 Kalori, 7 gram Protein dan 2 gram lemak. Daftar lauk
pauk sumber Protein hewani sebagai penukar 1 porsi Ikan segar adalah:

Tabel Kelompok Lauk Pauk Sumber Protein Hewani


Bahan Makanan Ukuran rumah tangga (URT) Berat dalam Gram
Daging sapi 1 potong sedang 35
Daging ayam 1 potong sedang 40
Hati Sapi 1 potong sedang 50
Ikan Asin 1 potong kecil 15
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20
Telur Ayam 1 butir 55
Udang Basah 5 ekor sedang 35

Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai penukar 1 porsi Ikan segar :
Berat
Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga (URT)
dalam Gram
Susu sapi 1 gelas 200
Susu kerbau ½ gelas 100
Susu kambing ¾ gelas 185
Tepung sari kedele 3 sendok makan 20
Tepung susu whole 4 sendok makan 20
Tepung susu krim 4 sendok makan 20

19
Sayuran adalah sayuran hijau dan sayuran berwarna lainnya.Berdasarkan
kandungan zat gizinya kelompok sayuran dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

Tabel Kelompok Pangan Sayuran


Golongan B GolonganC
Kandungan zat gizi per porsi* (100 Kandungan zat gizi per
Golongan A gram) adalah: 25 Kal, 5 gram porsi* (100 gram) adalah :
(kalori rendah) karbohidrat, dan1 gram protein. 50 Kal, 10 gram
karbohidrat, dan 3 gram
protein.
Gambas, Jamur kuping, Bayam, Bit, Labu waluh, Genjer, Bayam merah,
tomat sayur, oyong, Kapri muda, Kol, Daun talas, Jagung mangkokan, nangka
ketimun, labu air, muda, Brokoli , Daun kecipir, Pepaya muda, daun pepaya, daun
selada air, selada, muda, Sawi, Kembang kol, Buncis, katuk, kacang kapri,
lobak, dan daun Labu Siam, Kemangi, Daun kacang mlinjo, taoge kedelai,
bawang panjang, Pare, Taoge, Kangkung, daun melinjo, daun talas,
Terong, Kacang panjang, Wortel kluwih, daun singkong
*Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah dimasak dan
ditiriskan.

Kandungan zat gizi perporsi buah (setara dengan 1 buah Pisang Ambon ukuran
sedang) atau 50 gram, mengandung 50 Kalori dan 10 gram Karbohidrat.Daftar buah-
buahan sebagai penukar 1 (satu) porsi buah:

20
Tabel Kelompok Buah-Buahan

Ukuran Rumah Tangga


Nama Buah Berat dalam gram*)
(URT)

Alpokat ½ buah besar 50


Anggur 20 buah sedang 165
Apel merah 1 buah kecil 85
Apel malang 1 buah sedang 75
Belimbing 1 buah besar 125-140
Blewah 1 potong sedang 70
Duku 10-16 buah sedang 80
Durian 2 biji besar 35
Jambu air 2 buah sedang 100
Jambu biji 1 buah besar 100
Jambu bol 1 buah kecil 90
Jeruk bali 1 potong 105
Jeruk garut 1 buah sedang 115
Jeruk manis 2 buah sedang 100
Jeruk nipis 1 ¼ gelas 135
Kedondong 2 buah sedang/besar 100/120
Kesemek ½ buah 65
Kurma 3 buah 15
Leci 10 buah 75
Mangga ¾ buah besar 90
Manggis 2 buah sedang 80

Markisa ¾ buah sedang 35

Melon 1 potong 90

Nangka masak 3 biji sedang 50

Nenas ¼ buah sedang 85

Pear ½ buah sedang 85

Pepaya 1 potong besar 100-190

Pisang ambon 1 buah sedang 50

Pisang kapok 1 buah 45

Pisang mas 2 buah 40

Pisang raja 2 buah kecil 40

Rambutan 8 buah 75

21
Sawo 1 buah sedang 50

Salak 2 buah sedang 65

Semangka 2 potong sedang 180

Sirsak ½ gelas 60

Srikaya 2 buah besar 50

Strawberry 4 buah besar 215


*) Berat tanpa kulit dan biji (berat bersih)
b. Masalah nutrisi pada remaja
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien,
khususnya anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang
dan perawakan pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-
morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah
dan gaya hidup.
Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
kebanyakan remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara
lain folat, vitamin A dan E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata pada
perempuan dibanding lelaki, tetapi sebaliknya tentang asupan makanan yang
berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam dan gula) terjadi lebih
banyak pada lelaki daripada perempuan.
c. Isu masalah nutrisi pada remaja
1) Defisiensi besi, anemia defisiensi besi dan defisiensi mikronutrien lain
Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada remaja dan umumnya
pola makan salah sebagai penyebabnya di samping infeksi dan menstruasi.
Prevalensi anemia pada remaja cukup tinggi. Sukarjo dkk di Jawa Timur
(2001) mendapatkan prevalensi sebesar 25.8% pada remaja perempuan dan
12.1% pada remaja lelaki usia 12-15 tahun, sedangkan laporan Sunarno dan
Untoro (2002) pada SKRT 1995 menunjukkan angka 45.8% dan 57.1%
masing-masing pada anak sekolah lelaki dan perempuan usia 10-14 tahun.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan defisiensi besi dengan

22
gangguan proses kognitif yang membaik setelah mendapat suplementasi zat
besi.
2) Gizi kurang dan perawakan pendek
Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi
dengan kejadian malnutrisi tinggi, prevalensi berkisar antara 27 - 65% pada 11
studi oleh ICRW (International Centre for Research on Women). Gizi kurang
kronik yang mengakibatkan perawakan pendek merupakan penyebab terjadinya
hambatan pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik, dan
berkurangnya kapasitas kerja.
3) Obesitas
Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin
lama obesitas berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan
morbiditas. Obesitas sentral (rasio lingkar pinggang dengan panggul) terbukti
berkorelasi terbalik dengan profil lipid padal penelitian longitudinal Bogalusa.
Obesitas juga menimbulkan masalah besar kesehatan dan sosial, dan
pengobatan tidak saja memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali juga tidak
efektif. Karenanya pencegahan obesitas menjadi sangat penting dan remaja
merupakan target utama.
4) Perilaku dan pola makan remaja
Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko
terjadinya masalah nutrisi. Bila tidak ada masalah ekonomi ataupun
keterbatasan pangan, maka faktor psiko-sosial merupakan penentu dalam
memilih makanan. Gambaran khas pada remaja yaitu : pencarian identitas,
upaya untuk ketidaktergantungan dan diterima lingkungannya, kepedulian akan
penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman
sekelompok (peer group) serta kurang peduli akan masalah kesehatan, akan
mendorong remaja kepada pola makan yang tidak menentu tersebut. Kebiasaan
makan yang sering terlihat pada remaja antara lain ngemil (biasanya makanan
padat kalori), melewatkan waktu makan terutama sarapan pagi, waktu makan
tidak teratur, sering makan fast foods, jarang mengonsumsi sayur dan buah
ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet yang salah pada remaja

23
perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan makanan tidak sesuai
kebutuhan dan gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi kurang atau
malahan sebaliknya asupan makanan berlebihan menjadi obesitas. Remaja
perempuan cenderung pada asupan makanan yang kurang, terlebih bila terjadi
kehamilan.
Di negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan seperti
anoreksia nervosa dan bulimia terutama pada perempuan yang berkorelasi
dengan body image yang negatif. Karenanya penting membangun body image
dan self esteem yang positif pada remaja dalam upaya promosi kesehatan dan
gizi serta pencegahan obesitas.
d. Aktivitas/Olahraga
Remaja sangat memerlukan kondisi yang prima untuk mendukung pertumbuhan
tulang dan otot, sehingga aktifitas seperti olah raga rutin dapat membuat tubuh
menjadi fleksibel.
e. Istirahat
Kebutuhan istirahat remaja usia 12-18 tahun yaitu 8,5 jam sehari. Istirahat yang
dianggap baik jika waktu tidur cukup dan berkualitas (Kemenkes RI, 2014).
f. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja
Remaja harus mengetahui informasi terkait masalah kesehatan reproduksi maka
dengan begitu akan bertindak hati-hati agar terhindar dari penyakit akibat
pergaulan remaja (Kusmiran , 2011).
2.2 Konsep Dasar Kehamilan Remaja
2.2.1 Kehamilan Remaja
Kehamilan remaja adalah pertemuan antara sel telur dan sperma yang
menyebabkan kehamilan dan terjadi pada usia remaja yaitu 10-18 tahun baik remaja
yang sudah menikah maupun yang belum menikah (Andriani, 2014).
Kehamilan pada masa remaja berhubungan secara bermakna dengan resiko
medis dan psikososial baik terhadap ibu maupun bayinya. Faktor kondisi fisiologis dan
psikososial intrinsik remaja yang diperberat dengan faktor sosiodemografi seperti
kemiskinan, pendidikan yang rendah, belum menikah, asuhan pranatal yang tidak
adekuat, akan mengakibatkan meningkatnya resiko kehamilan dan kehidupan keluarga

24
yang kurang baik (Soetjiningsih, 2010).
2.2.2 Gangguan pada Kehamilan Remaja
Kehamilan pada remaja berdampak negatif pada kesehatan remaja dan bayinya,
juga dapat berdampak sosial dan ekonomi. Ibu yang berumur remaja terutama di bawah
usia 18 tahun lebih berpeluang mengalami masalah pada bayi dan atau bahkan
mengalami kematian yang berkaitan dengan persalinan dibandingkan dengan wanita
yang lebih tua (SDKI, 2012). Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia
muda (remaja) umumnya akan menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Masalah Kesehatan Reproduksi
Belum siapnya alat reproduksi untuk menerima kehamilan yang akhirnya akan
menimbulkan berbagai bentuk komplikasi. Selain itu kematian maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari
pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
2. Masalah Psikologis
Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum matang,
sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam
perkawinan.Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai
biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya pada waktu kawin relatif masih
muda.Tetapi untuk remaja yang hamil di luar nikah menghadapi masalah psikologi
seperti rasa takut, kecewa, menyesal, rendah diri dan lain-lain, terlebih lagi
masyarakat belum dapat menerima anak yang orang tuanya belum jelas.
3. Masalah Sosial Ekonomi
Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan dalam bidang
sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya dengan bertambahnya umur
akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai penopang. Ketergantungan
sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin).
Menurut Soetjiningsih (2010) bila kehamilan diakhiri akan memberikan dampak
sebagai berikut :
1. Risiko Fisik
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu resiko aborsi. Aborsi yang
berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan

25
kemandulan.Aborsi yang tidak aman dapat menyebabkan kematian.
2. Risiko Psikis
Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan takut, cemas, panik, tertekan, merasa
bersalah, trauma proses aborsi, kesakitan, gangguan rasa percaya diri.
3. Risiko Sosial
Ketergantungan pada pasangan karena rasa “tidak perawan”, hingga mengalami
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Selanjutnya, remaja perempuan lebih sukar
menolak ajakan pasangannya untuk melakukan hubungan seksual.
4. Risiko Ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi, apalagi bila dengan komplikasi.
2.2.3 Kebutuhan Khusus pada Kehamilan Remaja
Kebutuhan remaja hamil mencangkup aspek sosial dan fisik berbeda dengan kebutuhan
wanita hamil dewasa, kebutuhan tersebut antara lain :
1. Kebutuhan Nutrisi Remaja dengan Kehamilan
Pemenuhan tambahan energi pada wanita dewasa hamil adalah 180 kkal
untuk trimester pertama dan masing-masing 300 Kkal untuk trimester kedua dan
ketiga.Pada remaja perempuan (10-18 tahun) sendiri, terkait periode lonjakan
pertumbuhannya, maka kebutuhan energi yang diperlukan sebesar ±2200 kkal per
harinya (Soetjiningsih, 2010).
Tabel Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Remaja Hamil perhari
Perempuan ( Tahun ) Hamil
10 - 12 13 - 15 16 - 18 TM I TM II TM III
BB (kg)* 36 46 50
TB (cm)* 145 155 158
Energi (total kkal) 2000 2125 2125 + 180 +300 +300
Karbohidrat (g) 275 292 292 +25 +740 +40
Protein (g) 60 68 59 +20 +20 +20
Lemak (g) 67 71 71 +6 +10 +10
Serat (g) 28 30 30 +3 +4 +4
Air (ml) 1800 2000 2100 +300 +300 +300
Vitamn A (mcg) 600 600 600 +300 +300 +300
Vitamin D (mcg) 15 15 15 0 0 0
Vitamin E (mg) 11 15 15 0 0 0
Vitamin K (mcg) 35 55 55 0 0 0
Vitamin B1 (mg) 1 1.1 1.1 +0.3 +0.3 +0.3
Vitamin B2 (mg) 1.2 1.3 1.3 +0.3 +0.3 +0.3
Vitamin B3 (mg) 11 12 12 +4 +4 +4
Vitamin C (mg) 50 65 75 +10 +10 +10

26
Vitamin B6 (mg) 1.2 1.2 1.2 +0.4 +0.4 +0.4
Folat (mcg) 400 400 400 +200 +200 +200
Vitamin B12 (mcg) 1.8 2.4 2.4 +0.2 +0.2 +0.2
Kalsium (mg) 120 120 120 +20 +20 +20
Fosfor (mg) 120 120 120 0 0 0
Magnesium (mg) 155 200 220 +40 +40 +40
Besi (mg) 20 26 26 0 +9 +1
Seng (mg) 13 16 14 +4 +4 +1
Iodium (g) 120 150 150 +70 +70 +70
*Nilai median berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) orang Indonesia dengan status gizi normal
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2010. Angka ini dicantumkan agar AKG dapat
disesuaikan dengan kondisi berat dan tinggi badan kelompok yang bersangkutan.

2. Personal Hyginie
Kebersihan diri mulai dari kemaluan, payudara dan keseluruhan tubuh ibu hamil
merupakan kebutuhan dasar.Untuk kebersihan payudara penting karena untuk melakukan
persiapan laktasi.
3. Istirahat
Menganjurkan remaja hamil ibu agar beristirahat cukup ±8,5 jam, karena hal tersebut
akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Jika ibu stress maka janin yang ada
didalam kandungannya juga stress.
4. Senam hamil
Senam hamil diajurkan pada semua ibu hamil, termasuk remaja, kecuali pada ibu
yang pernah memiliki riwayat abortus, perdarahan, atau riwayat yang membahayakan.
Senam hamil dapat membantu dalam proses kelahiran
2.2.4 Konsep Penilaian Kesiapan Menjadi Orang tua dan Kecemasan pada Ibu Hamil Remaja
1. Pengukuran kecemasan pada remaja
Menurut Maulana (2011), kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan
yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).  Skala HARS merupakan
pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu
yang mengalami kecemasan.Menurut skala HARS terdapat 14 simptomyang nampak
pada individu yang mengalami kecemasan.Setiap item yang diobservasi diberi 5
tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4.Skala HARS pertama kali digunakan pada
tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala Hamilton Anxiety Rating
Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:
1) Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
2) Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

27
3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
takut pada binatang besar.
4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
pulas dan mimpi buruk.
5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih,
perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
dan kedutan otot.
8) Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan
pucat serta merasa lemah.
9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak
jantung hilang sekejap.
10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
napas panjang dan merasa napas pendek.
11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
12) Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea,
ereksi lemah atau impotensi.
13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
berdiri, pusing atau sakit kepala.
14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau
kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:


0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Ringan / Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang / separuh dari gejala yang ada
3 = berat / lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat / semua gejala ada

28
Penentuan derajat kecemasan caranya dengan menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:
1) Skor < 14 = tidak ada kecemasan.
2) Skor 14 - 20 = kecemasan ringan.
3) Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.
4) Skor 28 – 41 = kecemasan berat.
5) Skor 42 – 56 = panic(Handoyo, 2007).

2. Kesiapan Remaja Menjadi Orang tua


Kesiapan remaja untuk menjadi seorang ibu dipengaruhi oleh :
a. Dukungan dari orangtua
Remaja yang menjadi ibu menjadikan orangtua mereka sebagai sumber dukungan
utama emosional yang memberikan pengaruh positif yang konsisten.
b. Dukungan dari ayah bayi
Remaja yang menjadi ibu menjadikan ayah bayi sebagai sumber dukungan kedua
emosional yang memberikan pengaruh positif yang konsisten.
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi remaja untuk menjadi orangtua,
semakin tinggi pendidikan maka semakin positif sikap PUS remaja saat menjadi
orangtua.
d. Childbirth education classes / Parenting classes
Kelas pengasuhan menjadi orangtua diharapkan bisa memberikan bekal yang
cukup bagi remaja untuk merawat anak mereka dengan baik.
(Soetjiningsih, 2004)

2.2.5 Peran Bidan


Kecemasan dapat ditolong dan diatasi bila tanda dan gejalanya dikenali,baik oleh
ibu yang mengalami maupun oleh keluarga terdekat yaitu suami, orangtua maupun
saudara. Sebaliknya bila dibiarkan berlangsung lama, akan berakibat buruk bagi ibu,
bayi dan anak serta suami dan keluarga. Program pengobatan dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu untuk ibu dan terhadap hubungan ibu-bayi.
1. Pengobatan terhadap ibu, antara lain :

29
a. Latihan relaksasi : Ibu bisa diarahkan untuk melakukan relaksasi sederhana yang
biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti olahraga (senam, renang, dll).
b. Restrukturisasi kognitif : Terdiri atas menantang perilaku dan pikiran negative
(dengan cara berdialog dalam hati dengan pikiran sendiri yang bersifat negatif
yang timbul pada saat-saat tertentu), menghilangkan pikiran-pikiran yang
mempengaruhi prilaku ke arah negatif.
c. Pemecahan masalah : yaitu pengarahan atau pemberian alternative pemecahan
masalah saat ini.
d. Komunikasi : yaitu melatih sang ibu untuk memperbaiki komunikasinya dengan
suami dan anggota keluarga yang lain.
e. Humor : dilakukan apabila cocok dan membuat ibu merasa lebih nyaman.
f. Obat anti depresi jika gejala berat
2. Memperkuat hubungan ibu-bayi, dengan cara :
a. Merawat bayi sesering mungkin : misalnya selama 2-3 jam berada di ruang yang
sepi hanya berdua dengan bayinya,dengan mengusahakan kontak mata,sambil
menyusui, lebih baik lagi bila disertai iringan musik yang lembut.
b. Menyediakan tempat istirahat yang nyaman bagi bayi dan ibu : ibu juga
dianjurkan istirahat ketika bayi beristirahat,sehingga ketika bayinya terbangun,ibu
juga merasa segar dan siap bermain dan mengurus bayinya kembali.
c. Peluk bayi dan ajak bicara dengan lembut: sentuhan antara kulit bayi dengan kulit
ibunya akan menurunkan depresi, baik pada anak maupun ibu. Pemijatan bayi
oleh ibunya juga menurunkan kejadian depresi.
d. Melibatkan anggota keluarga yang lain dalam merawat bayi : seperti ayah, kakak
bayi bila ada, atau keluarga yang lain seperti nenek, bibi, dll.
e. Ajak bayi keluar rumah : udara segar akan memperbaiki perasaan ibu terhadap
bayi.
f. Tinggalkan bayi sejenak bila timbul perasaan negatif (kesepian, lelah,marah,
frustasi) dan minta orang lain yang dipercaya untuk menjaga bayi sementara
waktu. Dengan demikian pada saat menjumpai bayi, perasaan ibu sudah nyaman
sehingga dapat menyambut komunikasi bayinya dengan hangat.

30
Selain peran bidan secara mandiri, bidan juga diharapkan mampu berkolaborasi
dengan petugas kesehatan lain seperti psikolog untuk dapat memberikan asuhan yang
berkesinambungan dan sesuai kebutuhan pasien.

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS)

HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY


(HARS)
Nomor Responden :
Nama Responden :
Tanggal Pemeriksaan :
Skor : 0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali
Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan ansietas
- cemas
- firasat buruk
- takut akan pikiran sendiri
- mudah tersinggung
2 Ketegangan
- merasa tegang
- lesu
- tak bisa istirahat tenang
- mudah terkejut
- mudah menangis
- gemetar
- gelisah
3 Ketakutan

31
- pada gelap
- pada orang asing
- ditinggal sendiri
- pada binatang besar
- pada keramaian lalu lintas
- pada kerumunan orang banyak
4 Gangguan tidur
- sukar masuk tidur
- terbangun malam hari
- tidak nyenyak
- bangun dengan lesu
- banyak mimpi-mimpi
- mimpi buruk
- mimpi menakutkan
5 Gangguan kecerdasan
- sukar konsentrasi
- daya ingat buruk
6 Perasaan depresi
- hilangnya minat
- berkurang kesenangan pada hobi
- sedih
- bangun dini hari
- perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7 Gejala somatic (otot)
- sakit dan nyeri di otot-otot
- kaku
- kedutan otot
- gigi gemerutuk
- suara tidak stabil
8 Gejala somatic (sensorik)
- titinus
- penglihatan kabur
- muka merah atau pucat
- merasa lemah
- perasaan ditusuk-tusuk
9 Gejala kardiovaskuler
- takhikardia
- berdebar
- nyeri dada
- denyut nadi mengeras
- perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan
- detak jantung menghilang (berhenti sekejap)
10 Gejala respiratori
- rasa tertekan atau sempit di dada
- perasaan tercekik
- sering menarik napas

32
- napas pendek/sesak
11 Gejala gastrointestinal
- sulit menelan
- perut melilit
- gangguan pencernaan
- nyeri sebelum dan sesudah makan
- perasaan terbakar di perut
- rasa penuh atau kembung
- mual
- muntah
- buang air besar lembek
- kehilangan berat badan
- sukar buang air besar

12 Gejala urogenital
- sering buang air kecil
- tidak dapat menahan air seni
- amenorrhea
- menorrhagia
- menjadi dingin (frigid)
- ejakulasi pra ekoks
- ereksi hilang
- impoten
13 Gejala otonom
- mulut kering
- muka meras
- mudah berkeringat
- pusing, sakit kepala
- bulu-bulu berdiri
14 Tingkah laku pada wawancara
- gelisah
- tidak tennag
- jari gemetar
- kerut kening
- muka tegang
- tonus otot meningkat
- napas pendek dan cepat
- muka merah

33
2.5 Konsep Kehamilan Trimester II
2.5.1 Definisi kehamilan Trimester II
1. Kehamilan Trimester II adalah 12-28 minggu (Hanifa Wiknjosastro, 2005)
2. Kehamilan Trimester II adalah kehamilan dengan usia 14 – 28 minggu (Manjoer,
2008)
3. Kehamilan Trimester II adalah kehamilan dengan usia 13 – 27 minggu (Kusmiati,
2009)
4. Kehamilan Trimester II adalah kehamilan dengan usia 12 – 28 minggu
(Prawirohardjo,2008).
2.5.2 Perubahan Fisik dan Psikologis
1. Perubahan Fisik Pada Kehamilan Trimester II
Menurut Kurnia (2009), perubahan fisik pada trimester II adalah :
a. Perut semakin membesar
Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan melewati rongga
panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar 1 cm setiap minggu. Pada
kehamilan 20 minggu, bagian teratas rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap
individu akan berbeda-beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya akan mulai
membesar pada kehamilan 16 minggu.
b. Sendawa dan buang angin
Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal ini sudah biasa dan
normal karena akibat adanya perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal
tersebut perut ibu hamil akan terasa kembung dan tidak nyaman

34
c. Pelupa
Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama kehamilannya. Ada
beberapa teori tentang hal ini, diantaranya adalah karena tubuh ibu hamil terus
bekerja berlebihan untuk perkembangan bayinya sehingga menimbulkan blok
pikiran.
d. Rasa panas di perut
Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi selama kehamilan,
karena meningkatnya tekanan akibat rahim yang membesar dan juga pengaruh
hormonal yang menyebabkan rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam
lambung kearah atas.
e. Pertumbuhan rambut dan kuku
Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh lebih cepat dan rambut
tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat yang tidak diinginkan, seperti di wajah
atau di perut. Tapi, tidak perlu khawatir dengan rambut yang tumbuh tak
semestinya ini, karena akan hilang setelah bayi lahir.
f. Sakit perut bagian bawah
Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di perut bagian bawah
seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua sisi. Hal ini karena perenggangan
ligamentum dan otot untuk menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini
hanya akan terjadi beberapa menit dan bersifat tidak menetap.
g. Pusing
Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan trimester kedua,
karena ketika rahim membesar akan menekan pembuluh darah besar sehingga
menyebabkan tekanan darah menurun.
h. Hidung dan Gusi berdarah
Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran darah selama masa kehamilan.
Kadang juga mengalami sumbatan di hidung. Ini disebabkan karena adanya
perubahan hormonal
i. Perubahan kulit
Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan tersebut bisa berbentuk
garis kecoklatan yang dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke tulang pubis yang

35
disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng
kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam folat. Strecth
mark terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas, dan
payudara. Akibat peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal, sedapat
mungkin jangan menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah, tetapi dapat
diobati setelah persalinan.

j. Payudara
Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang kekuningan yang
disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin berwarna gelap dan besar.
Bintikbintik kecil akan timbul disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit.
k. Kram pada kaki
Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat kehamilan. Atasi
dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang cukup. Jika terkena kram
kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke
arah atas.
l. Sedikit Pembengkakan
Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir 40% wanita
hamil mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon yang menyebabkan tubuh
menahan cairan. Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada
wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki.
Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada posisi duduk atau berdiri yang terlalu
lama.
2. Perubahan Psikologis pada Wanita Hamil Trimester II
Menurut Sulistyawati (2009), perubahan psikologis pada trimester II adalah :
a. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang tinggi
b. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya
c. Merasakan gerakan anak
d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran
e. Libido meningkat

36
f. Menuntut perhatian dan cinta
g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya
h. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain
yang baru menjadi ibu
i. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan
untuk peran baru

2.5.3 Tanda Bahaya kehamilan Trimester II


Macam-macam tanda bahaya kehamilan :
1. Keluar darah dari jalan lahir (Perdarahan Pervaginam)
Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan
kadang -kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam
ini bisa berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta (Pusdiknakes, 2003).
2. Keluar air ketuban sebelum waktunya
Biasanya disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya
tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga karena adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan servik dan penilaiannya ditentukan dengan adanya
cairan ketuban di vagina. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes
lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru (Saifuddin, 2002)
3. Kejang
Didahului terjadinya gejala -gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga
muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun
kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia
(Saifuddin,2002).
4. Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam)
Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke- 6. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam
jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik
(Pusdiknakes, 2003). Apabila ibu tidak merasakan gerakan bayi seperti biasa, hal ini
merupakan suatu risiko tanda bahaya. Bayi kurang bergerak seperti biasa dapat

37
dikarenakan oleh aktivitas ibu yang terlalu berlebihan, keadaan psikologis ibu
maupun kecelakaan sehingga aktivitas bayi di dalam rahim tidak seperti biasanya.
5. Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan merupakan suatu
masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.
Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan
mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin,2002).

6. Nyeri perut yang hebat


Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak
normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal
ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks,
persalinan pre term, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi
placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya (Pusdiknakes, 2003).
7. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat
yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit
kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi
kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2003).
8. Selaput kelopak mata pucat
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah
11gr% pada trimester I dan III, <10,5gr%>.
9. Bengkak pada muka dan tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan
tangan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain.
Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre eklamsia (Tiran,
2007).
2.5.4 Standart Pemeriksaan ANC

38
Sesuai dengan program pemerintah, standart pemeriksaan ANC mencakup 11 T dan
KIE Efektif, diantaranya :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Tinggi badan diperiksa sekali pada saat ibu hamil datang pertama kali kunjungan,
dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna untuk mengkategorikan
adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145 cm. Berat badan diukur setiap ibu
datang atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB atau penurunan BB (Berat
Badan). Kenaikan berat badan ibu normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg
(Wikjosastro dalam kutipan Saryono, 2010) Menurut buku asuhan kebidanan
kehamilan (Saryono, 2010) yaitu mengatakan kenaikan berat badan selama hamil 9-
13,5 kg yaitu pada trimester 1 kenaikan berat badan minimal 0,7 –1,4 kg , pada
trimester 2 kenaikan berat badan 4,1 kg dan pada trimester 3 kenaikan berat badan
9,5 kg.
Kenaikan berat badan setiap wanita hamil berbeda, tergantung dari tinggi badan dan
berat badannya sebelum kehamilan, ukuran bayi dan plasenta serta kualitas diet
makan sebelum dan selama kehamilan. Berdasarkan dari perhitungan BMI (body
mass index), peningkatan berat badan selama kehamilan tergantung dari berat badan
sebelum hamil. Perhitungan BMI menggunakan ukuran berat badan dan tinggi badan
untuk memperkirakan jumlah total lemak dalam tubuh. Dengan BMI juga dapat
dipakai untuk menilai adanya risiko penyakit jantung, diabetes, dan penyakit lainya
secara umum.

Total peningkatan
Nilai BMI
Penilaian BB BB yang diharapkan
(sebelum hamil)
selama hamil
> 30 Obesitas (kegemukan) 6-9 kg
25-29,9 BB berlebihan 6-11 kg
18,5-24,9 BB Ideal 11-15 kg
< 18,5 BB kurang 12-18 kg

2. Ukur lingkar lengan atas (LiLA)


Pengukuran status gizi ibu hamil yang umum dilakukan adalah dengan cara
mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu hamil. LILA di ukur pada lengan yang
tidak aktif dari bahu ke siku (acromion ke olecranon). Batasan ukuran LILA normal

39
di Indonesia adalah 23,5 cm. Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm berarti
ibu hamil tersebut Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan termasuk golongan ibu
hamil dengan faktor risiko. Hal ini sangat memungkinkan pertumbuhan janin yang
dikandungnya terganggu, sehingga bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah atau
BBLR (Meilani dkk, 2009).
3. Ukur tekanan darah (TD)
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan tungkai bawah dan proteinuria).
Terjadinya preeklampsia dapat dideteksi secara dini dengan memakai mean arterial
pressor test (MAP) dan rool over test (ROT). Pemeriksaan MAP pada kehamilan 18-
26 minggu, ROT diperiksa pada kehamilan 28-32 minggu (Cunningham GF, dkk,
1997 dalam Baktiyani dan Wahjudi, 2005).
4. Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi
fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)


12 minggu 3 jari di atas sympisis
16 minggu Pertengahan pusat dan sympisis
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jar di atas pusat
32 minggu Pertengahan pusat dan processus xiphoideus (px)
36 minggu 3 jari di bawah procesus xiphoideus (px)
40 minggu Pertengahan pusat dan processus xiphoideus (px)

5. Hitung denyut jantung janin (DJJ)


Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
6. Tentukan presentasi janin

40
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak
janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin
belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah
lain.
7. Skrining status imunisasi TT (dan pemberian imunisasi TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi
TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat
ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan
terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT Long Life) tidak
perlu diberikan imunisasi TT lagi.

Pernah/Tidak
Kesimpulan
No Riwayat Imunisasi TT diimunisasi DPT/DPT-
Status TT
HB/DT/TT/Td?
1 2 3 4
Riwayat Imunisasi DPT-HB saat bayi:
A Bayi yang lahir mulai tahun 1990 status T-nya - WUS yang lahir pada - Status TT2
dihitung T2 tahun 1990 s/d
sekarang jika saat bayi
imunisasi lengkap
B Riwayat BIAS
Untuk WUS yang lahir tahun 1992 s/d
sekarang
a. Kelas 1 - WUS yang lahir tahun - Status TT 3
1992 saat bayi
dilakukan imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT1
melakukan imunisasi
b. Kelas 2 - WUS yang lahir tahun - Status TT 4
1992 saat bayi dan
kelas 1 dilakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT2
melakukan imunisasi
dan kelas 1 melakukan
imunisasi
- Belum melakukan - Status TT 1
imunisasi
c. Kelas 3 - WUS yang lahir tahun - Status TT 5
1992 saat bayi dan
kelas 1 dan 2
dilakukan imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT3

41
melakukan imunisasi
dan kelas 1 dan 2
melakukan imunisasi
- Belum melakukan - Status TT1
imunisasi
C Saat Calon Pengantin - WUS yang lahir antara - Status TT5
1977 s/d sekarang saat
bayi dan SD imunisasi
lengkap
D Saat Hamil
a. Hamil 1 - WUS yang lahir antara - Status TT5
1977 s/d sekarang saat
bayi, SD, catin
dilakukan imunisasi
b. Hamil 2
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain – lain (Kegiatan Kampanye/Ori
Difteri)
Contoh: Saat SMA tahun 2003 – 2005, dan
akselerasi WUS di Bangkalan dan Sumenep
(2009 – 2010), Ori Difteri 2011, Sub PIN
Difteri 2012
Keterangan tabel:
 Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan yang diajukan hanya pada
riwayat calon pengantin (C), Hamil (D), dan Lain – lain (E).
 Vaksinasi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977 s/d sekarang
 Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984 – 1997: kelas 1 laki – laki
dan perempuan (DT 2 dosis) dan kelas 6 perempuan
 Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998 – 2000: kelas 1 (DT) s/d 2 –
6 (TT)
 Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 2001 – sekarang: kelas 1, 2 dan 3
 Vaksinasi Catin dan Ibu Hamil (2 dosis) dimulai sejak tahun 1984 s/d 2000—tahun
2001 s/d sekarang harus diskrining terlebih dahulu
 Interval minimal pemberian TT: TT1-TT2= 4 minggu, TT2-TT3= 6 bulan, TT3-
TT4=1 t ahun, TT4-TT5= 1 tahun
8. Beri tablet tambah darah (tablet besi) dan asam folat
Tablet ini mengandung 200 mg Sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat
dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe
pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat
seiring dengan pertumbuhan janin (Dep. Kes RI, 1997). Zat besi ini penting untuk

42
mengkompensasi peningkatan volume darah yang teerjadi selama kehamilan dan
untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin yang adekuat. Cara
pemberiannya adalah satu tablet Fe (tablet tambah darah) per hari, sesudah makan,
selama masa kehamilan dan nifas. Perlu diberitahukan kepada ibu bahwa normal bila
warna tinja mungkin menjadi hitam setelah makan obat ini. Dosis tersebut tidak
mencukupi pada ibu hamil yang mengalami anemia, terutama pada anemia berat (8
gr % atau kurang). Dosis yang dibutuhkan adalah sebanyak 1-2x 100 mg per hari
selama 2 bulan sampai dengan melahirkan. Menurut Vivian (2010) tablet Pemberian
suplemen mikronutrien adalah tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60
mg) dan asam folat 500 ug sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang.
Pemberian selama 90 tablet (3 bulan). Ibu dinasihati agar tidak meminumnya
bersama susu, teh/kopi agar tidak mengganggu penyerapan tablet zat besi dan
menyarankan minum tablet zat besi menggunakan air putih atau air jeruk.

Preparat Tablet Elemen besi Indikasi


pada tablet
Fero sulfat 325 mg 65 mg Untuk membantu mencegah
dan mengobati anemia
defisiensi zat besi
Fero 325 mg 36 mg Untuk suplementasi zat besi
Glukonat dan mencegah atau mengobati
anemia akibat kekurangan zat
besi
Fero Fumarat 200 mg 66 mg Untuk merawat anemia
Fero Fumarat 325 mg 106 mg kekurangan zat besi untuk
merawat anemia kekurangan
zat besi
(Genawan et al, 2008).
9. Periksa laboratorium (rutin dan khusus) dan pemeriksaan USG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
1) Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor
darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
2) Pemeriksaan kadar Haemoglobin darah (HB)

43
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat memengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan haemoglobin (Hb) dapat
dilakukan dengan menggunakan cara sahli dan sianmethemoglobin, dilakukan
2 kali selama kehamilan yaitu trimester I (umur kehamilan sebelum 12 minggu)
dan trimester III (umur kehamilan 28 sampai 36 minggu).

3) Pemeriksaan Protein dalam Urine


Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua
dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.
4) Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama
pada akhir trimester ketiga).
5) Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah
malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
6) Pemeriksaan Tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil
yang diduga Sifilis. Pemeriksaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin
pada kehamilan.
7) Pemeriksaan Human Imunologi Virus (HIV)
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan
ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling

44
kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV.
8) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan Batang Tahan Asam (BTA) dilakukan pada ibu hamil yang
dicurigai menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis
tidak memengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaan tersebut di atas,
apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas
rujukan.

b. Pemeriksaan USG
Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I yaitu untuk
menentukan adanya kehamilan intrauterine, adanya DJJ, usia kehamilan,
kehamilan kembar, perdarahan pervaginam, kehamilan ektopik, nyeri pelvik,
kehamilan mola, tumor pelvik atau kelainan uterus dan membantu tindakan
invasif. Sedangkan indikasi pemeriksaan USG pada trimester II dan III
untuk penentuan usia kehamilan,evaluasi pertumbuhan, terduga kematian janin,
terduga kehamilan kembar, terduga kelainan volume cairan amnion, evaluasi
kesejahteraan janin, ketuban pecah dini, penentuan presentasi janin, membantu
tindakan versi luar, terduga inkompetensia serviks, terduga plasenta previa,
terduga solutio plasenta, terduga kehamilan mola, terdapat nyeri pelvik atau nyeri
abdomen, terduka kehamilan ektopik, kecurigaan adanya kelainan kromosomal,
evaluasi kelainan congenital riwayat kelainan kongenital pada kehamilan
sebelumnya, terduga adanya kelainan tumor pelvik atau kelainan uterus, membanu
tindakan invasif seperti amiosentesis, kordosentesis atau amnionfusi.
10. Tatalaksanan dan penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukanpada ibu hamil harus ditangani sesuai standar dan
kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai
dengan sistem rujukan.
11. KIE efektif

45
KIE Efektif meliputi :
a. Kesehatan Ibu : periksa rutin ke nakes, istirahat cukup 9-10 jam per hari dan tidak
bekerja berat
b. PHBS : cuci tangan, mandi 2 kali sehari pakai sabun, gosok gigi, dan olah raga
c. Peran suami/ keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
d. Tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas serta kesiapan menghadapi
persalinan
e. Asupan gizi seimbang
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular
g. Konseling PMTCT/ HIV dan testing HIV di daerah risti
h. IMD dan ASI Eksklusif
i. KB Pasca Persalinan
j. Imunisasi
k. Brain Booster
2.6 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Remaja
I. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Jam :
Tempat : No.Registrasi :
Oleh :
A. Data Subjektif
1. Identitas
 Umur : Untuk mengetahui kehamilan ini adalah hamil resiko tinggi atau tidak.
Usia ibu saat melahirkan merupakan salah satu faktor resiko kematian perinatal,
dalam kurun waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Depkes RI, 2009). Manuaba
(2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia di bawah 20 tahun
mempunyai risiko, yaitu sering mengalami anemia, gangguan tumbuh kembang
janin, keguguran, prematuritas atau BBLR, gangguan persalinan, preeklampsi,
perdarahan antepartum.
2. Keluhan

46
Menurut Kurnia (2009), keluhan pada ibu hamil trimester 2, yaitu sakit bagian tubuh
belakang, payudara kencang/tegang, konstipasi, pernafasan sesak, sering kencing,
masalah tidur, varises, kontraksi perut, bengkak kaki, kram pada kaki, cairan vagina.
3. Riwayat menstruasi
 HPHT (hari pertama haid terakhir) : Untuk menentukan hari perkiraan lahir dan
usia kehamilan ibu.
4. Riwayat obstetri yang lalu
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan riwayat persalinan yang jelek adalah
kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda
pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.
Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes
mellitus, radang saluran kencing, dll. (Rochjati, 2003).
- Anak tidak lebih dari 4. Resiko yang dapat terjadi jika terlalu banyak anak yaitu
kelainan letak, robekan rahim, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan
(Rochjati, 2003).
- Jarak kehamilan berikutnya terlalu dekat, kurang dari 2 tahun (24 bulan). resiko
yang mungkin terjadi yaitu keguguran, anemia, persalinan preterm, BBLR, cacat
bawaan (BKKBN, 2007)
- Ibu yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki risiko sebesar
50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita
yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, memiliki
risiko sebesar 35% untuk mengalami keguguran lagi. keguguran juga lebih
mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal
pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur
(Medikastore, 2008).
5. Riwayat kehamilan saat ini
Identifikasi tentang kehamilan ini dengan usia kehamilannya. Keluhan-keluhan yang
terjadi selama kehamilan. Kaji juga apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan
secara teratur, tempatnya, dan apakah sudah mendapatkan imunisasi TT (tetanus

47
toxoid), bila sudah berapa kali. Imunisasi TT untuk melindungi bayi baru lahir dari
Tetanus Neonatorum, melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka,
pencegahan penyakit pada ibu hamil dan bayi kebal terhadap kuman tetanus, serta
untuk mengeliminasi penyakit tetanus pada bayi baru lahir. Kaji pergerakan anak
pertama kali pada usia kehamilan berapa minggu dan frekuensinya.

6. Riwayat kesehatan klien


Tidak ada riwayat penyakit baik menular maupun menurun, misalnya :
a. Jantung
Tanda dan gejala : Lelah, penurnan tolernsi latihan, dispnea, ortopnea, pusing
kadang sinkop, takikardi, tekanan denyut lebar, edema perifer, tekenan pada vena
jugularis yang meningkat (Gray, 2009).
b. Diabetes
Komplikasi janin termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal, kematian
perinatal, kelainan bawaan, hiperbilirubinemia, polisitemia, hypocalcemia, dan
sindrom gangguan pernapasan. Komplikasi pada ibu GDM meliputi hipertensi,
preeklampsia, dan peningkatan risiko kelahiran secara sactio caesaria. Tanda dan
gejala : gula dalam urin, sentiasa rasa haus, sering buang air kecil. Kelelahan,
mual, sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit, penglihatan kabur.
c. TBC
Tuberkulosis pada kehamilan merupakan masalah tersendiri karena selain
mengenai ibu, juga dapat menulari bayi yang dikandung atau dilahirkannya.
Infeksi TB pada neonatus dapat terjadi melalui intrauterin, selama persalinan,
maupun pasca natal oleh ibu pengidap TB aktif. Kejadian TB kongenital sangat
jarang. Tanda gejala : batuk lebih dari 2 minggu, rasa nyeri di dada, batuk disertai
darah, sesak napas, demam, keringat malam, anoreksia, BB menurun (PDPI,
2006).

48
d. Hepatitis
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester pertama atau awal trimester kedua,
gejalanya sama dengan yang terjadi pada wanita tidak hamil. Sedangkan, hepatitis
virus yang terjadi pada trimester ketiga, gejalanya lebih berat, bahkan bisa
menyebabkan kematian. Hepatitis virus yang terjadi pada wanita hamil dapat
ditularkan kepada janin, baik sejak di dalam kandungan ataupun segera setelah
dilahirkan. Penulairan virus ini kepada janin dapat terjadi melalui: Plasenta, Darah
dan tinja ibu pada proses persalinan, Kontak langsung bayi baru lahir dengan
ibunya dan ASI pada proses laktasi atau menyusui. Tanda gelaja : mudah lelah,
anoreksia, diare/konstipasi, nyeri abdomen ringan dan menetap di kanan atas atau
epigastrium, kuning pada kulit wajah dan kuku (Sudoyo et al, 2009).
e. Ginjal
Kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan kehamilan dengan risiko
yang sangat tinggi. Karena kehamilan sendiri bisa menyebabkan kelainan2 pada
ginjal seperti infeksi saluran kemih, hipertensi dan lain sebagainya. Bisa terjadi
penurunan fungsi ginjal. Secara umum prognosa tergantung derajat dengan
gangguan ginjal pada saat konsepsi, serta adanya kelainan2 penyerta, seperti
tekanan darah tinggi dan bocornya protein (proteinuria). Komplikasi seperti
hipertensi dan preeklamsi lebih sering pada perempuan dengan penyekit ginjal
polikistik. Kehamilan tampaknya tidak menyebabkan perburukan atau akselerasi /
percepatan perjalanan penyakit. (Prawiroharjo, 2009). Komplikasi yang dapat
terjadi adalah abortus dan janin yang terinfeksi. Mortalitas ibu dan bayi apabila
tidak diobati berkisar 30-40%,kelahiran prematur dan IUFD. Tanda dan gejala
terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara akut antara lain : Bengkak
mata, kaki, nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit,
kencing merah /darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit,
Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri. Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin
timbul oleh adanya gagal ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu
makan, mual, muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas,
pucat/anemi. Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil

49
pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu
positif.
f. Hipertensi
Hipertensi dalam kehamilan mempunyai resiko, yaitu : penurunan aliran darah ke
plasenta, placental abruption (lepasnya plasenta dari dinding dalam rahin sebelum
kelahiran), persalinan prematur, penyakit kardiovaskuler di masa depan. Tanda
dan gejala : Ditemukannya kelebihan protein dalam urin (proteinuria) atau tanda-
tanda tambahan masalah ginjal, Sakit kepala yang parah, Perubahan penglihatan,
penglihatan menjadi kabur atau sensitivitas cahaya, Nyeri pada perut bagian atas,
biasanya di bawah tulang rusuk Anda di sisi kanan, Mual atau muntah, Urin dari
buang air kecil menurun, Penurunan kadar trombosit dalam darah, Gangguan pada
fungsi hati, Sesak napas, hal ini disebabkan oleh cairan di paru-paru, Kenaikan
tiba-tiba pada berat badan dan pembengkakan (edema), khususnya di wajah dan
tangan, sering menyertai preeklampsia.
g. Penyakit lain yang dapat memperberat atau diperberat oleh persalinan.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menular maupun menurun, yaitu jantung,
TBC, Hepatitis, DM, Asma, Ginjal, Hipertensi, Gemelli, dll.
8. Riwayat perilaku kesehatan
Ibu tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol, jamu-jamuan, narkoba, dan tidak
pernah memelihara binatang peliharaan. Gangguan kehamilan dan janin yang
disebabkan oleh kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok selama hamil
diantaranya adalah abortus, gangguan perkembangan tumbuh janin dan berat bayi
lahir rendah (Aditama, 2006). Paparan asap rokok terhadap ibu hamil menurut
Surgeon General Report menyebabkan prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR),
sindrom kematian mendadak pada bayi (CDC, 2006). Hasil penelitian terhadap 416
ibu bersalin di Bekasi menunjukkan bahwa ibu yang selama hamil mengonsumsi
jamu mempunyai risiko 7 kali untuk melahirkan bayi asfiksia dibandingkan ibu yang
tidak mengonsumsi jamu selama hamil. Ekstrak kunyit memiliki efek stimulan pada
kontraksi uterus dan abortivum. Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah
kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air ketuban yang

50
tercampur dengan residu jamu membuat air ketuban menjadi keruh dan
menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu saluran napas janin. Hal ini
seperti yang disampaikan oleh sebagian besar informan penolong persalinan yang
mengatakan bahwa ada kaitan antara jamu dengan asfiksia pada bayi baru lahir.
Kemungkinan pengendapan material jamu pada air ketuban sangat bergantung dari
dosis dan lamanya konsumsi jamu.
9. Pola fungsional kesehatan
 Nutrisi
Bagaimana nutrisi ibu sehari-hari (biasa, berkurang, bertambah) dan apakah ada
penyulit. Bagaimana dengan minuman ibu, apakah ibu minum cukup, dan apakah
ibu minum susu. Malnutrisi adalah kesalahan nutrisi yakni keadaan tubuh yang
mengacu pada kekurangan maupun kelebihan gizi (Blössner dan de Onis, 2005).
Malnutrisi pada ibu hamil bisa dalam berbagai macam. Ali.,et al(2011)
mengatakan bahwa salah satu defisiensi mikronutrien yaitu Fe(zat besi)
merupakan salah satu gizi buruk selama kehamilan. Kekurangan zat tersebut bisa
menyebabkan ibu hamil terkena anemia. Dampak tersebut berpengaruh pada ibu
maupun janin selama dan setelah melahirkan. Kekurangan zat besi meningkatkan
risiko pre-eclamsiatau hipertensi pada ibu hamil dan bisa menyebabkan BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) pada bayi (Ali.,et al 2011).Selain itu, menurut
Wagner., et al (2012) vitamin D juga berpengaruh pada perkembangan janin .
Brooke et al., 1980 mengatakan bahwa defisiensi vitamin D pada ibu hamil bisa
menyebabkan adanya gangguan pada janin yakni kelainan tulang pada janin,
pembentukkan enamel gigi dan perkembangan janin lainnya (dikutip dalam
Wagner., et al 2012). Sedangkan menurut WHO (2012), ibu hamil yang
kekurangan vitamin D dihubungkan dengan peningkatan risiko pre-eclamsidan
diabetes gestasional. Contoh lain dari kekurangan mikronutrien adalah defisiensi
yodium. Menurut Delange(2001), risiko bayi yang lahir dengan kekurangan zat
tersebut adalah gangguan neurologis dan retardasi mental.
 Eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK ibu selama kehamilan dibanding dengan sebelum
hamil. Bagaimana konsistensinya, dan apakah ada penyulit. Sulit buang air besar

51
sering di alami oleh ibu hamil. Perubahan hormon akibat kehamilan atau pola
hidup dapat memicu timbulnya gangguan ini. Awalnya sembelit hanya
menyebabkan ketidaknyamanan selama buang air besar dan perut menjadi sakit
atau kembung. Namun, jika ini berlangsung lama akan menganggu metabolisme
tubuh dan menimbulkan gangguan tubuh yang lainnya (Kasdu, 2005). Wanita
hamil akan merasa lebih sering ingin buang air kecil, hal ini terjadi karena adanya
pertumbuhan rahim yang menekan kandung kemih serta adanya pengaruh dari
faktor hormonal.

 Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilaakukan ibu, adakah aktivitas yang bisa mengganggu
kondisi ibu dan janinnya.
 Personal hygiene
Bagaimana pola personal higiene ibu selama hamil. Angka kejadian infeksi pada
vagina tertinggi sekitar 75% adalah pada ibu hamil yang menggunakan vaginal
douches dan kebersihan daerah genital (vulva hygiene) yang tidak baik. (Khawaja
T Mahmood et al, 2011). Penyakit infeksi yang terjadi pada ibu hamil dapat
disebabkan oleh bakteri, parasit ataupun jamur. Infeksi pada daerah vagina yang
dapat terjadi pada ibu hamil antara lain bacterial vaginosis 10-25% terjadi pada
wanita hamil, 30-35% herpes genital terjadi pada ibu hamil dan 2-12% terjadi
infeksi saluran kemih (ISK) pada ibu hamil (Depkes.RI,2010).
 Istirahat
Bagaimana pola tidur ibu, tidur malam berapa jam, tidur siang berapa jam, adakah
penyulit bagi ibu saat tidur. Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur
pada wanita hamil adalah perubahan fisik yang terjadi seperti rasa mual dan
muntah dipagi hari, meningkatnya frekuensi buang air kecil, pembesaran uterus,
nyeri punggung,dan pergerakan janin. Sedangkan perubahan emosi meliputi
kecemasan, rasa takut dan depresi ( Rafknowledge, 2004). Hasil penelitian Fied
et.al (2007) menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang mengalami depresi
akibat gangguan tidur selama kehamilan memiliki sedikit waktu tidur yang dalam.

52
Hal ini bisa menimbulkan depresi dan stress yang berpengaruh pada janin yang
dikandungnya. Stress ringan menyebabkan janin mengalami peningkatan denyut
jantung, tetapi stress yang tergolong berat dan lama akan membuat janin menjadi
hiperaktif (Musbikin, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan University of
Medicine and Dentistry of New jersey, New Brunswick, gangguan tidur ini
meningkatkan risiko meningginya tekanan darah saat hamil menjadi empat kali
lipat. Parahnya lagi risiko mengalami diabetes saat hamil juga dapat meningkat
dua kali lipat emosi meliputi kecemasaan, rasa takut dan depresi (Rafknowledge,
2004).

 Seksual
Seberapa sering ibu melakukan hubungan seksual saat hamil, dan adakah penyulit.
Hubungan seksual selama hamil tidak berbahaya selama kehamilannya normal
dan sehat. Janin dalam kandungan terlindungi dalam kantung ketuban sehingga
tidak berhubungan langsung dengan benda yang masuk dari luar (Geniofam,
2010). Hubungan seksual juga akan menyiapkan untuk proses persalinan melalui
latihan otot panggul yang akan membuat otot tersebut menjadi kuat dan fleksibel
(Mac Dougall, 2003). Menurut Shinta (2008), hubungan seksual selama
kehamilan harus dihindari bila kehamilan dengan ancaman keguguran, ancaman
persalinan prematur, selaput ketuban pecah, perdarahan pervaginam, adanya
kontraksi uterus.
10. Riwayat psikososial
Pernikahan ke berapa, berapa lama, usia pertama kali menikah. Bagaimana
penerimaan keluarga terhadap kehamilan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik, cukup, kurang.
b. Kesadaran : Composmentis, apatis, somnolent, sopor, koma.
c. Tanda-tanda vital
 TD : normalnya 120/80 mmHg. Menurut WHO (2011) batas normal tekanan
darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau

53
80 mmHg tekanan diastolik. Untuk mendeteksi adanya hipertensi untuk
kemungkinan terjadinya pre-eklamsia dan eklampsi (jika tekanan darah lebih
dari 140/90 mmHg)
 Suhu : normalnya 36,5 – 37,5oC untuk mengetahui adanya tanda -tanda infeksi.
38oC dianggap tidak normal dan ada tanda infeksi,.
 Nadi : normalnya 60 – 100 kali/menit. (reguler/ ireguler)
Jika nadi Ibu > 100x/menit mungkin ibu mengalami salah satu atau lebih
keluhan seperti tegang, takut, cemas, perdarahan, gangguan Thyroid, anemia,
demam, gangguan jantung.
 Respiration Rate (pernafasan) : normalnya 16 – 24 kali/menit. Pernafasan bisa
terganggu bila hidung tersumbat dan adanya gangguan pada mukosa hidung
d. Berat Badan Sebelum dan Saat Hamil
Kenaikan berat badan ibu hamil pada trimester kedua rata-rata sekitar 0,5 kg tiap
minggu dari sebelum hamil.
e. Tinggi Badan
Dilakukan sekali pada kunjungan pertama. Normalnya > 145 cm. Jika diketahui
Bumil dengan TB < 145cm kemungkinan punya panggul sempit (Rochjati, 2003).
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki resiko
tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih mungkin memiliki
panggul yang sempit.
f. LILA
Pengukuran lila dilakukan untuk mengetahui status gizi. Lingkar lengan atas <
23,5 cm termasuk kategori kurang energi kronis (KEK) dan mengalami malnutrisi
(Rita, 2008).
2. Pemeriksaan fisik
a. Wajah : tidak pucat (kemungkinan terjadinya anemia), tidak oedema
(kemungkinan adanya pre-eklamsia)
b. Mata : konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat menandakan anemia,
sklera normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi
hepatitis, bila merah ada conjungtivitis, kelopak mata bengkak kemungkinan ada
preeklampsi.

54
c. Mulut : caries gigi terjadi jika ibu hamil kekurangan kalsium. Ginggivitis terjadi
karena estrogen menyebabkan peningkatan aliran darah ke mulut, sehingga gusi
menjadi rapuh (Varney, 2007)
d. Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar limfe dan
pembesaran kelenjar thyroid. Peningkatan tekanan vena jugularis merupakan
gejala gagal jantung. Kelenjar tiroid sedikit membesar selama masa hamil akibat
hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularitas, namun perubahan anatomi ini
tidak menyebabkan tiromegali yang signifikan.
e. Payudara : hiperpigmentasi, pengeluaran kolustrum, benjolan abnormal.
f. Abdomen : tidak ada bekas jahitan SC,
Leopold I : menetukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang berada di
fundus
Leopold II : menentukan letak punggung janin dan bagian terkecil janin.
Leopold III : menentukan apa yang terdapat di bagian bawah rahim
g. Genetalia : vulva bersih , tidak ada pengeluaran fluor albus dan darah, tidak
ada varises, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada kondiloma lata, dan kodiloma
akuminata, bersih, tidak ada infeksi kelenjar bartholini, tidak ada infeksi kelenjar
skene.
h. Ekstrimitas: tidak ada oedema pada ekstrimitas atas dan bawah (bila terdapat
oedem curiga preeklamsia), tidak ada varises. Pemeriksaan refleks patella
normalnya (+)/(+). Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk.
Bila gerakannya berlebihan dan cepat maka hal ini mungkin pertanda adanya
preeklampsia (Prawirohardjo, 2010).
3. Pemeriksaan Penunjang
 Darah
Hb : batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan adalah 11 gr/100 ml. Jika
Hb < 11gr% maka Ibu disebut anemia. Hb 11 – 12 gr/% pada ibu hamil bukan
anemia patologis tetapi masih fisiologis karena terjadi hemodilusi (kadar hb tetap
namun ada peningkatan jumlah plasma pada darah). Pemeriksaan dilakukan 2 kali
selama kehamilan yaitu trimester I (umur kehamilan sebelum 12 minggu) dan
trimester III (umur kehamilan 28 sampai 36 minggu).

55
II. Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual
Diagnosa Aktual: G..... PAPAH UK: ... minggu, tunggal/kembar hidup/mati,
intrauteri/ekstrauteri, memanjang/melintang, presentasi kepala/bokong, punggung
kanan/kiri, keadaan ibu dan janin baik.
III. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Komplikasi yang mungkin terjadi pada trimester II seperti hipertensi gestasional, pre
eklamsia/eklamsia, perdarahan antepartum (solutio plasenta dan plasenta previa), ketuban
pecah dini, demam dalam kehamilan (ISK, malaria dalam kehamilan), anemia.

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


1. Mandiri: Tindakan yang dilakukan sebelum melakukan rujukan/ penanganan awal
kasus untuk menghindarai terjadinya komplikasi.
2. Kolaborasi :Planning yang dilakukan dengan cara kolaborasi dengan dokter yang
lebih berkompeten terhadap kasus kesehatan ibu, untuk selanjutnya kasus mungkin
masih bisa dikerjakan sendiri oleh bidan atau dirujuk ke pelayanan kesehatan yang
lebih berwenang
3. Rujukan: Dilakukan bila kasus merupakan kasus patologis dan harus dikerjakan di
tingkat pelayanan kesehatan lebih tinggi oleh petugas yang lebih berwenang dan
berkompeten.
V. Perencanaan
1. Menjelaskan keadaan kehamilan ibu dan kondisi janin
R/ bersikap terbuka terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap diri ibu hamil.
2. Memberikan HE mengenai ketidaknyamanan yang dikeluhkan ibu :
a. Sakit bagian tubuh belakang
Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang), karena meningkatnya beban
berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga
menyebabkan tekanan ke arah tulang belakang.
b. Payudara
Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum, merupakan makanan bayi pertama
yang kaya akan protein. Biasanya, pada trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal
itu, yakni keluarnya colostrum.

56
c. Konstipasi
Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang membesar
kearah usus selain perubahan hormon progesteron.
d. Sering kencing
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan
kandungan kencing ibu hamil.
e. Masalah tidur
Pada trimester II pada umumnya wanita mengalami sulit tidur adapun penyebabnya
yaitu perubahan hormon, stress, pergerakan janin yang berlebihan, posisi tidur yang
tidak nyaman, sering buang air kecil dan sakit pada pinggang karena terjadi
peregangan tulang-tulang terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan bertambah
besarnya kehamilan (Huliana, 2007). Sehingga gangguan tidur yang tadinya ringan
dapat menjadi berat, bahkan bisa menimbulkan stress baru, stress yang dialami ibu
hamil akan membawa pengaruh pada janin yang dikandungnya. Stress ringan hanya
akan membuat janin mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi bila stress yang
dialami tergolong berat dan lama janin akan menjadi hiperaktif (Musbikin, 2005).
f. Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah
panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena menonjol, dan dapat juga terjadi
di daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena
daerah panggul yang akan memperburuk varises. Varises juga dipengaruhi faktor
keturunan.
g. Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian perut yang ringan,
tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat.
h. Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan meningkatkan tekanan
pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil, dan kadang membuat tangan
membengkak. Ini disebut edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang
menyebabkan retensi cairan.
i. Kram pada kaki

57
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau karena kekurangan
kalsium.
j. Cairan vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih.
Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak kental, sedangkan pada saat mendekati
persalinan cairan tersebut akan lebih cair.
3. Memberikan HE menganai kebutuhan dasar ibu hamil TM2
R/ kebutuhan dasar ibu hamil TM2 harusnya bisa dipenuhi ibu terkait dengan keadaan
bayi yang yang semakin membutuhkan asupan dan persiapan dalam kelahiran.
4. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan TM2
R/ tanda-tanda bahaya kehamilan merupakan hal yang sangat perlu diketahui ibu sebagai
langkah awal dalam deteksi dini kehamilan.
VI. Implementasi
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
VII.Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari manajemen asuhan kebidanan untuk mengevaluasi
perencanaan dan implementasi asuhan.

58
BAB III
TINJAUAN KASUS
Hari/tanggal : 25 Januari 2017
Pengkaji : Dien Fitria Amaanina
3.1. Data Subyektif
1. Biodata/Identitas
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. S
Umur : 18 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kurir
Penghasilan :- Penghasilan : 2 juta
Alamat : Mulyorejo pertanian, Surabaya
2. Keluhan Utama
Tidak ada keluhan
3. Riwayat Menstruasi:
Siklus : Teratur
Lama : 6-7 hari
Banyaknya : 2-3 ganti pembalut/hari
Dismenore : Tidak ada
Flour albus : Tidak ada
HPHT : 23-10-2016

59
4. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Sua Ana UK Pn Pen Jeni Tm Pn Sek BB Hi Pnyl ASI
No mi k ke ylt ol. s pt ylt s dup t KB Ket
Ma
ti
Hamil Ini

5. Riwayat Kehamilan Ini


Klien melakukan ANC 2 kali di Puskesmas Mulyorejo. Kunjungan pertama melakukan
PP Test dengan hasil positif. Kunjungan kedua untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium. Penyuluhan yang didapat selama hamil antara lain nutrisi selama hamil,
pola istirahat, pola hidup bersih dan sehat. Sebelumnya ibu mengaami keluhan mual
muntah saat pagi hari mendapatkan terapi B6.
Riwayat imunisasi TT klien, klien kelahiran tahun 1992 (TT2), saat SD selalu mengikuti
imunisasi yang dilakukan di sekolah (TT5).
6. Riwayat Kesehatan Klien
Klien tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit seperti jantung, DM, ginjal,
TBC, hipertensi, asma, gangguan tiroid, TORCH, hepatitis, PMS.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat keturunan seperti kelahiran kembar, kelainan kongenital
serta gangguan jiwa, DM, jantung, asma, hipertensi,
8. Pola Kebiasaan Sehari-Hari:
a. Pola Nutrisi
Ibu makan 2 kali sehari, dengan porsi nasi 1 piring ( 2 centong penuh) lauk tahu 1
potong atau tempe 1 potong atau ayam 1 potongan tangan kecil dengan sayuran
bayam atau kangkung 1 ikat dibuat makan 2 kali, jarang sekali makan buah Untuk
kebutuhan air ibu meminum 6 gelas air putih sehari, sesekali minum 1 gelas teh.
b. Pola Eliminasi
BAK: 7 kali sehari, BAB : 1 kali/2 hari, tidak ada keluhan
c. Pola Istirahat

60
 1,5 jam untuk tidur siang dan  7 jam untuk tidur malam.
d. Pola Aktivitas
Melakukan aktivitas rumah tangga seperti memasak, menyapu, mengepel, cuci baju.
e. Pola Kebiasaan
Tidak pernah mempunyai kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol, minum
jamu dan pijat perut selama hamil. Klien merupakan perokok pasif, suaminya sebagai
perokok.

f. Pola Hubungan seksual


Semenjak dinyatakan hamil, klien belum melakukan hubungan seksual. Sebelumnya
klien melakukan hubungan seksual 1 kali/minggu. Tidak mengalami keluhan.
g. Pola Psikososial dan spiritual
Pernikahan ini merupakan pernikahan yang pertama, lama menikah 6 bulan.
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang diinginkan serta direncanakan dan ibu
senang menjalani kehamilannya. Penerimaan keluarga baik.
3.2. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 110/70mmHg (terlentang)
90/60 mmHg (miring kiri)
ROT : 10 (negatif)
MAP : 80 (negatif)
Suhu : 36,6 0C
Nadi : 82 kali/menit
RR : 22 kali/ menit
TB : 149 cm
Lila : 26 cm
Berat badan :

61
Sebelum hamil : 50 kg
Saat ini : 54 kg
Kenaikan BB selama hamil : 4 kg
Kenaikan BB seharusnya : 0-12 minggu : 2kg
12-13 minggu : 0,4 kg
Total : 2,4 kg
Berarti kenaikan BB selama hamil kelebihan 1,6 kg
IMT sebelum hamil : 24,32 (normal)
2. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak pucat, tidak ada odema, ada cloasma
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, terdapat kantung mata
Leher : Pembesaran vena jugularis tidak ada dan pembengkakan pada kelenjar
tiroid tidak ada.
Payudara : Payudara bersih , benjolan abnormal tidak ada, puting susu menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas operasi
Palpasi : Leopold I : TFU 1 jari bawah pusat
Leopold II : ballotemen (+)
DJJ : 138x/menit
Ekstremitas : Odeme pada ekstremitas atas maupun bawah tidak ada, tidak ada varises

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium (27-12-2016), didapatkan hasil:
 Golongan darah : B
 Hemoglobin : 12,3gr/dl
 Leukosit : 9.500
 Reduksi : Negatif
 Protein Urine : Negatif
 HBSAg : NR
 HIV : NR
b. KSPR : 2 (Resiko Rendah)
3.3. Analisis

62
G1P0000 Usia Kehamilan 13-14 minggu keadaan ibu dan janin baik

3.4. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada klien, ibu mengerti akan kondisinya, ibu
mengetahui tentang kesehatannya.
2. Menjelaskan pada ibu bahwa konstipasi yang ibu alami selain karena perubahan hormone,
kurang asupan cairan dan makanan serat. Konstipasi pada masa kehamilan dapat diatasi
dengan melakukan penyesuaian pola makan dan perubahan gaya hidup. Ibu hamil
sebaiknya mengkonsumsi makanan secara teratur dan minum air dalam jumlah cukup (6-8
gelas/hari). Perubahan gaya hidup, misalnya: olahraga teratur dapat memperbaiki saluran
cerna. Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi. Hal ini
kemudian membuat proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik
(Uliyah, 2008). Ibu mengerti dengan penjelasan
3. Menjelaskan pada ibu bahaya terpapar asap rokok bagi ibu dan janin. Efeknya yaitu
prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), sindrom kematian mendadak pada bayi,
Mengganggu pertumbuhan otak janin selama di dalam kandungan, serta berisiko
mengalami keterbelakangan mental. Menganjurkan suami untuk tidak merokok di dekat
istri. Ibu mengerti dan suami bersedia untuk tidak merokok di dekat istrinya.
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa pada usia kehamilan ini kenaikan BB 0,4 kg/minggu. Ibu
harus rajin memantau perkembangan berat badan untuk menunjang tumbuh kembang janin.
Ibu hamil yang kurang mengalami kenaikan berat badan akan menyebabkan kesehatan dan
keadaan janin yang terganggu. Kurangnya berat badan pada trimester kedua akan
mengakibatkan pertumbuhan janin yang terhambat. Beberapa kondisi yang dikhawatirkan
terjadi disebabkan karena berat badan ibu hamil yang tidak ideal (kurang berat badan) saat
hamil bayi meninggal sesaat dilahirkan, mengalami cacat bawaan atau bayi lahir dengan
berat badan yang rendah. Oleh karena itu perlunya nutrisi yang seimbang pada ibu. ibu
bersedia untuk makan makanan seimbang
5. Menjelaskan tanda bahaya pada kehamilan trimester 2 dan ibu harus segera ke fasilitas
kesehatan jika terdapat tanda bahaya tersebut, ibu mengerti

63
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan rutin melakukan kunjungan ke puskesmas agar bisa
mengetahui keadaan ibu dan janinnya. Ibu bersedia untuk rutin melakukan kunjungan ke
Puskesmas

BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengkajian data subjektif dapat diketahui bahwa usia Ny. NS merupakan
usia remaja. WHO menetapkan batas usia remaja antara 10-20 tahun sebagai batasan usia
remaja. Definisi remaja yang digunakan oleh departeman Kesehatan adalah mereka yang berusia
10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, BKKBN (Direktorat Remaja dan perlindungan
Hak Reproduksi) batas usia remaja adalah 10-21 tahun. Usia kehamilan saat ini 13 minggu 3
hari. Kehamilan Trimester II adalah 12-28 minggu (Hanifa Wiknjosastro, 2005). Kehamilan
dengan usia 13 – 27 minggu (Kusmiati, 2009).
Status imunisasi TT klien yaitu TT2. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining
status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status
imunisasi ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan
perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT Long Life)
tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi. Pada remaja hamil TM II usia >14 tahun kebutuhan
nutrisi ditambah 300 kkal (Setjiningsih, 2004) dan kebutuhan remaja itu sendiri sebesar 2200
kkal (Depkes, RI 2014). Pada klien didapatkan bahwa kebutuhan nutrisi masih kurang terbukti
dengan klien tidak minum air putih minimal 8 gelas per hari (Depkes, RI 2014).
Pada kebiasaan ibu sering terpapar rokok saat suami merokok, sedangkan merokok dapat
menyebabkan BBLR, perdarahan, bahkan bayi dapat cacat (Lockhart, Anita 2014). Gangguan
kehamilan dan janin yang disebabkan oleh kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok selama
hamil diantaranya adalah abortus, gangguan perkembangan tumbuh janin dan berat bayi lahir
rendah (Aditama, 2006). Paparan asap rokok terhadap ibu hamil menurut Surgeon General

64
Report menyebabkan prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), sindrom kematian mendadak
pada bayi (CDC, 2006).
Data objektif ditemukan adanya hasil pemeriksaan umum tanda-tanda vital menunjukkan
normal (John, 2012). Pada pemeriksaan antropometri ditemukan bahwa tinggi ibu, Lila, dan IMT
ibu dalam batas normal.. Pada pemeriksaan fisik: TFU pada usia kehamilan 13-14 minggu 1 jari
dibawah pusat. Pada pemeriksaan penunjang laboratorium tidak didapatkan masalah dan skor
KSPR resiko rendah.
Penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan teori yang ada, yaitu
menganjurkan ibu minum air putih 8 gelas untuk mengurangi konstipasi, dan menjelaskan
tentang bahaya paparan asap rokok dan tanda bahaya kehamilan. Kebutuhan nutrisi ibu sebesar
2125 kkal, pada trimester 2 kebutuhan nutrisi bertambah 300 kal sehingga diharapkan pada
trimester II terjadi pertambahan berat badan 0,4 kg/minggu.

65
DAFTAR PUSTAKA
Coad, Jane, 2007. Anatomi Fisiologi untuk Bidan. Jakarta: EGC.

Direktorat Kesehatan Keluarga, Dirjen Bina KesehatanMasyarakat, Depkes RI, 2005, Pedoman
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Bagi Petugas di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.

Heffner, J. Linda, 2008. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Howard,T.L., Marcell, A.V., Plowden, K., Watson, C., 2010. Exploring Women’s Perception
About Their Role in Supporting Partners’and Sons’Reproductive Health Care. Americans
Journal of Men’s Health; 4: 297-304

Marcell, A.V., Wibbelsman,C., Seigel, W.M., 2011. Male Adolescent Sexual and Reproductive
Health Care. Pediatrics 128: 1658-1678.

Santrock, John W, 2009. Adolensce: Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga

Soegih, Rachmad, dkk, 2009, Obesitas: Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta: Sagung
Seto.

Soetjiningsih, 2010, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sgung Seto.

Varney, Helen, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta: EGC, Vol. 1.

66
67
LAPORAN KOMPREHENSIF
ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN REMAJA TRIMESTER III
PUSKESMAS MULYOREJO SURABAYA

Oleh :
DIEN FITRIA AMAANINA
011613243088

PROGRAM PROFESI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017

68

Anda mungkin juga menyukai