Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa, pada masa remaja terjadi beberapa perubahan dari bentuk tubuh serta
kematangan kognitif sel otak secara sempurna dan remaja pola berpikir
remaja di lingkungan sosialnya semakin luas. Di masa Transisi ini remaja
mencari jatidiri sehingga sering terjadi kenakalan-kenakalan remaja,
perkelahian, geng-geng remaja, perbuatan asusila, premanisme semakin
marak terjadi.1 Beberapa diantara remaja pada masa ini sering terjadi
penyalahgunaan narkotika dan minuman keras pada remaja semakin dari
tahun ke tahun semakin meningkat.2
World Drug Report (2012) menyatakan bahwa pada tahun 2010
terdapat sekitar 230 juta orang atau sekitar 5% penduduk dunia usia 15-64
tahun yang menyalahgunakan obat setidaknya satu kali dalam 12 bulan. Dari
semua jenis penyalahgunaan obat, ganja merupakan zat yang paling banyak
digunakan yaitu antara 119 juta sampai 224 juta. Selain itu 13% dari
pengguna narkotika suntikan telah terjangkit HIV (sekitar 20 %), hepatitis C
(46,7%) dan hepatitis B (14,6 %) . Hal ini terus menambah beban global
penyakit dan setidaknya sekitar 1 dari setiap 100 kematian di antara orang
dewasa disebabkan dengan penyalahgunaan obat (UNODC,2012).2 Penelitian
lain dilakukan pula oleh Purnomowardani dan Koentjoro yang
mengemukakan bahwa sebagian besar korban penyalahgunaan narkotika dan
minuman keras adalah remaja, yang terbagi dalam golongan umur 1416
tahun (47,7%); golongan umur 1720 tahun (51,3); golongan umur 2124
tahun (31%). Tinjauan dari tingkat pendidikan dan latar belakang status
ekonomi keluarga. (Purnomowardani & Koentjoro, 2000).1
Masalah penyalahgunaan narkotika dan minuman keras pada remaja
saat ini menjadi perhatian yang cukup banyak. Karena kenakalan remaja
merupakan perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh remaja. 3 Masa
transisi pada remaja perlu diwaspadai karena remaja merupaka agen

1
2

pembawa perubahan, harus mengenal narkotika dan menyalahgunakan


narkotika. Sesuai dengan kenyataan yang ada bahwasanya para remaja yang
menggunakan minuman keras dan narkotika merupakan perilaku yang
menyimpang.1

B. TUJUAN PENULISAN
Pengembangan aplikasi teori/model Meleis Transisi dalam
pengembangan instrumen pengkajian komunitas perilaku kenakalan remaja
dengan penyalahgunaan narkotika dan minuman keras bisa di pergunakan
dalam asuhan keperawatan di praktik komunitas.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP REMAJA
1. Pengertian Remaja
Adolesen (remaja) adalah masa transisi dari anak-anak menjadi
dewasa.4 Istilah adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 1994).5 Adolescence
artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan
dan sosial serta emosional.5
2. Tahap Perkembangan Remaja
Ada tiga Tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri
remaja, yaitu :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Pada tahap ini remaja berusia 10-12 tahun masih merasa heran
dan bingung terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. 4 Remaja
mengembangkan pemikiran baru, tertarik dengan lawan jenis dan
mudah terangsang bila ada sentuhan dari lawan jenisnya. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.5
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Usia remaja 13-14 tahun. Pada tahap ini remaja mebutuhkan
banyak teman, menyukai teman yang mempunyai kepribadian yang
sama dengannya, perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-
kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari
lawan jenis.6
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Usia pada tahap ini 16-19 tahun terjadi masa konsolidasi menuju
dewasa dan mempunyai beberapa kriteria, yaitu : minat terhadap
fungsi yang intelek, mencari pengalaman yang baru dan bersatu
dengan orang, identitas seksual tidak akan berubah, perhatian kepada
diri sendiri dan orang lain.6

3. Karakteristik Perkembangan Remaja


Karakteristik perkembangan remaja menurut Wong (2008), dibedakan
menjadi : 3
a. Perkembangan Psikososial
4

Teori perkembangan psikososial menurut Erikson, menganggap


bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas.
b. Perkembangan Kognitif dan moral
Pada tahap ini operasional terjadi perubahan secara konkrit, moral
konvensional, dealisme dan absolute.
c. Perkembangan Spiritual
Pada masa ini remaja mulai mandiri, mempunyai otoritas, tetap
berpegang teguh pada nilai-nilai. Mempertanyakan kepercayaan dan
penguatan spiritualitas mereka.
d. Perkembangan Sosial
Kematangan remaja akan diperoleh secara penuh dan menetapkan
sebuah identitas. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali
orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk
memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.7
4. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Perkembangan pada masa remaja lebih di fokuskan meninggalkan
masa kanak-kana dalam mencapai sikap dan perilaku orang dewasa.
Tugastugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Hurlock,
1973 menyatakan bahwa:
a. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya
baik sesama jenis maupun lawan jenis
b. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
c. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
d. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang
dewasa lainnya
e. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
f. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan
keluarga
h. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk
tercapainya kompetensi sebagai warga negara
i. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat di pertanggung
jawabkan secara sosial
5

j. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman


perilaku.8
Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan
perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan
pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat
memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan
kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh
perkembangan kognitifnya.8
5. Penyesuaian diri remaja dan permasalahannya
Menurut Alie dan Asrori (2009). Penyesuaian diri pada remaja bisa
dilihat dari tiga sudut pandang sebagai cara beradaptasi dalam bentuk
konfrontasi dan penguasaan. Remaja dikatakan mempunyai penyesuaian
diri yang baik bila dapat merespon hal yang baik, efisien, memuaskan dan
sehat. Dalam penyesuaian diri remaja melibatkan tiga unsur, yaitu
motivasi, sikap remaja terhadap kenyataan, dan pola dasar penyesuaian
diri. Dalam penyesuaian diri pada remaja dipengaruhi oleh lima faktor
yang ada dalam diri remaja seperti kondisi fisik, kepribadian, proses
belajar, lingkungan, agama dan budaya. Dan disamping kelima faktor
tersebut penyesuaian diri remaja dalam hal psikologis diwarnai oleh
dinamika penyesuaian diri seperti kebutuhan motivasi, persepsi,
kemampuan dan kepribadian remaja.9

B. KENAKALAN REMAJA
Menurut M. Arifin, istilah kenakalan remaja merupakan terjemahan
dari kata Juvenile Delinquency yang dipakai di dunia Barat. Istilah ini
mengandung pengertian tentang kehidupan remaja yang menyimpang dari
berbagai pranata dan norma yang berlaku umum. Baik yang menyangkut
kehidupan masyarakat, tradisi, maupun agama, serta hukum yang
berlaku.10
Perilaku kenakalan remaja tentang penyalahgunaan narkotik dan
minuman keras dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami
peningkatan yang cukup signifikan.3 Hasil penelitian Badan Narkotika
Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan
6

Universitas Indonesia pada tahun 2008, angka prevalensi penyalahguna


narkoba nasional sebesar 1,99% dari penduduk Indonesia (3,6 juta orang)
dan diproyeksikan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi
2,8% (5,1 juta orang) (BNN, 2011). 2 Data dari WHO tercatat 91 juta orang
yang terjejas karena penggunaan alkohol pada tahun 2002 jumlah tersebut
41 persennya pengguna alkohol adalah remaja, dan penyebab utama
terjadinya kecelakaan dan tindak kriminal di dunia Alkohol di dunia barat
sudah menjadi lazim dan diterima dalam pergaulan sosial dan hampir
dikonsumsi setiap hari. (WHO,2002).1
Perilaku kenakalan remaja tidak hanya mencakup penggunaan
narkotika dan minuman keras, tetapi mencakup juga pelanggaran kriminal,
status, norma dan hukum.3 Banyak faktor penyebab terjadinya kenakalan
remaja, salah satu faktor penyebabnya adalah kondisi sosial ekonomi
keluarga. Antara sosial ekonomi keluarga dengan tindak kenakalan remaja
memiliki hubungan yang erat karena kondisi sosial ekonomi
mempengaruhi pola perilaku orang tua terhadap anak. Akibat dari kondisi
keluarga yang kurang menguntungkan menyebabkan orang tua
memperlakukan anak dengan tidak baik, karena mereka unemploye
(penggangguran), poorly educated (pendidikan yang rendah) dan
economically deprived (kehilangan sumber mata pencaharian). Peranan
orang tua sangatlah penting dalam membentuk watak dan kepribadian
remaja dan orang tua yang berhasil menjalankan tugas dan fungsinya
dalam keluarga adalah orang tua yang memiliki kemampuan untuk
memberikan kesejahteraan kepada anaknya dan melindungi anak untuk
tidak menggunakan narkotika dan minuman keras.11

C. KONSEP TEORI TRANSISI MELEIS


1. Latar Belakang Teori
Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. (Meleis, Personal
Communication, 29 Desember 2007) ia mengatakan bahwakeperawatan
sudah menjadi bagian hidupnya sejak ia lahir. Orang Mesir yang pertama
kali mendapat gelar BSN dari Sycaruse University, dan merupakan
perawat pertama di Mesir yang mendapat gelar MPH dan PhD dari
7

Egyprin University. Meleis menjadi tertarik terhadap keperawatan dan


memilih untuk mendalami disiplin ilmu keperawatan.
Meleis menyelesaikan pendidikan keperawatannya di The University
of Alexandria, Egypt. Ia datang ke Amerika untuk melanjutkan
pendidikannya menjadi seorang perawat akademisi (Meleis, Personal
Communication, 29 Desember 2007). Dari The University of California,
Los Angeles, ia menerima gelar MS dalam bidang keperawatan pada tahun
1964, gelar MA dalam bidang sosiologi pada tahun 1966, dan sebuah gelar
PhD dalam bidang Medical and Social Psychology pada tahun 1968.
Setelah menerima gelar Doktornya, meleis bekerja sebagai
administrator dan instruktur di The University of California, Los Angeles
dari tahun 1966 sampai 1968 dan sebagai asisten profesor dari tahun 1968
sampai 1971. Pada tahun 1971, ia pindah ke The University of California,
San Fransisko (UCSF), dimana ia menghabiskan 34 tahun berikutnya dan
mengembangkan Transitions Theory. Pada tahun 2002, nama Meleis
dinominasikan dan menjadi nama sebuah sekolah keperawatan yaitu
Meleis Bond Simon Dean of The School of Nursing at the University of
Pennsylvania.12

2. Konsep Transition Theory


Konsep Teori Transisi terdiri dari :
a. Tipe dan Pola Transisi.
Tipe dan pola dari transisi terdiri dari Developmental, Health dan
Illnes, Situational and organizational. Developmental (perkembangan)
terdiri dari kelahiran, kedewasaan (adolescence), menopause, penuaan
(aging), dan kematian. Health and illness (sehat dan sakit) terdiri dari
proses pemulihan, hospital discharge (keluar dari rumah sakit), dan
diagnosis dari penyakit kronis. Organizational transition adalah
perubahan kondisi lingkungan yang berefek pada kehidupan klien,
serta kinerja mereka.
Pola dari transisi terdiri dari multiple dan komplek. Pola transisi
terdiri dari multiple dan kompleks. Kebanyakan orang memiliki
pengalaman yang multiple (banyak) dan simultan (berkelanjutan)
8

dibandingkan dengan hanya satu pengalaman transisi, dimana tidak


mudah untuk mengenalinya dari konteks kehidupan sehari-hari. Studi
dari meleis mencatat dimana dasar teori pengembangan seseorang yang
mempunyai minimum dua tipe transisi, dimana tidak ada hubungan
langsung antara dua tipe tersebut, sehingga perlu mempertimbangkn
jika terjadi transisi yang berurutan dan simultan serta adanya
overlaping dari transisi, maka esensi dari hubungan antara kejadian
yang terpisah adalah permulaan dari transisi seseorang.13

b. Properties of Transition Experiences (Sifat dari pengalaman transisi),


sifat dari pengalaman transisi terdiri dari lima sub konsep yaitu:
1. Kesadaran (Awarness)
didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan dan pengenalan
terhadap pengalaman transisi. Level dari kesadarantercermin
sebagai proses dan respon serta harapan dasar apa yang ditetapkan
tentang respon dan persepsi individu yang mengalami transisi yang
sama. Individu tidak sadar akan perubahan sehingga tidak memulai
proses transisinya
2. Ikatan ( Engagement),
adalah tingkatan yang melibatkan demontrasi atau pertunjukkan
dari seseorang yang tidak dapat dipisahkan dari proses transisi.
Level pertimbangan awareness mempengaruhi level engagement,
tidak akan ada engagement tanpa adanya awarness.
3. Berubah dan Perbedaan (Changes and difference)
a. Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran,
hubungan, kebiasaan, dan perilakunya yang kemungkinan
membawa keinginan untuk bergerak atau arahan langsung
proses internal dan proses eksternal. Meleis, dkk menyatakan
semua transisi berhubungan dengan perubahan, walaupun
perubahan belum tentu merupakan suatu transisi. Mereka juga
menyatakan untuk memahami transisi secara komplit sangat
penting untuk menyingkap dan menjelaskan arti dan pengaruh
dan cakupan dari perubahan seperti alam, kesementaraan,
kekejaman, personal, keluarga, norma sosial dan harapan.
9

b. Difference, Meleis, dkk mempercayai perbedaan kesempatan


atau tantangan bisa ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau
harapan yang tidak lazim, perasaan yang tidak sama, atau
memandang sesuatu dengan cara yang berbeda, dan meleis
menyampaikan perawat harus mengenali tingkat kenyamanan
dan penguasaan klien dalam mengalami perubahan dan
perbedaan.
4. Rentang waktu (Time Span)
Semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat. Karakter
transisi sebagai time span dengan indentifikasi titik akhir. Berawal
dari antisipasi, persepsi atau demonstrasi perubahan, bergerak
melalui periode yang tidak stabil, kebingungan, stress berat sampai
menuju fase akhir dengan permulaan baru atau periode yang
stabil.bermasalah atau tidak layak dan akan merugikan, untuk
membatasi rentang waktu beberapa pengalaman transisi.
5. Titik kritis dan peristiwa (Critical Point and Event),
Didefinisikan sebagai penanda yang terdiri dari kelahiran,
Kematian, menopause, atau diagnosis penyakit. Mengakui bahwa
penanda peristiwa spesifik tidak semuanya jelas bagi beberapa
transisi, walaupun transisi biasanya memiliki critical point dan
events. Critical point and event berhubungan dengan kesadaran
tinggi pada perubahan atau ketidaksamaan atau lebih exertive
engagement pada proses transisi.14

c. Transition Condition ( Facilitators and inhibitor )


adalah keadaan yang mempengaruhi cara orang bergerak melalui
transisi dan menfasilitasi atau menghambat kemajuan untuk mencapai
transisi yang sehat. Kondisi transisi terdiri dari personal, komunitas,
atau faktor social yang bisa mempercepat atau menghalangi proses dan
outcome dari transisi yang sehat.
1. Kondisi personal, terdiri meaning (arti)
Sebagai beberapa keadaan atau pencetus yang mempercepat atau
memperlambat suatu transisi. Setiap orang memiliki arti tersendiri
terhadap setiap peristiwa yang dialaminya bisa arti positif,
negative, ataupun tidak memiliki arti sama sekali. Kepercayaan
10

Kultural (cultural believe), merupakan suatu stigma yang


berhubungan dengan pengalaman transisi. Stigma akan
mempengaruhi pengalaman transisi.
2. Persiapan dan pengetahuan,
Antisipasi dari persiapan dalam menfasilitasi pengalaman transisi,
dimana apabila terjadi gangguan pada persiapan maka akan
menghambat transisi. Pengetahuan berhubungan dengan proses
persiapan, dimana seseorang harus memiliki pengetahuan tentang
harapan selama transisi dan bagaimana strategi untuk mewujudkan
dan me-manage nya.
3. Status Sosial dan Ekonomi
4. Kondisi Komunitas atau kondisi sosial.14

d. Pola Respon (Pattern of Response ( process indicator and outcome))


adalah karakter dari respon kesehatan, karena transisi terus berubah
sepanjang waktu. Mengidentifikasi indicator proses klien yang
bergerak baik ke arah kesehatan atau terhadap kerentanan dan resiko,
memungkinkan perawat untuk melakukan pengkajian awal dan
intervensi untuk menfasilitasi outcome yang sehat. Indicator proses ini
terdiri dari:
1. Feeling Connected
Kebutuhan untuk terhubung satu sama lain, hubungan dan kontak
personal, adalah sumber informasi utama tentang pelayanan
kesehatan dan sumber dayanya. Merasa terhubung dengan tenaga
kesehatan yang professional yang mampu menjawab pertanyaan
dan klien merasa nyaman untuk berhubungan merupakan indicator
lain dari pengalaman positif transisi
2. Interacting
Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku dapat
diketahui,dipahami, dan diklarifikasi.
3. Location and being situated
Waktu, ruang, dan hubungan biasanya menjadi hal penting dalam
transisi.
4. Developing confidence and coping
Outcome Indikator, digunakan untuk mengecek apakah proses
transisi sehat atau tidak. Ada dua indicator penting yang digunakan
yaitu penguasaan terhadap skill baru (Mastery of new skills) dan
11

pencairan identitas (fluid integrative identities), penguasaan


terhadap kemampuan dan pencairan identitas baru dibutuhkan
dalam transisi untuk mengatur situasi baru atau lingkungan baru.
Penguasaan dan memiliki rasa baru dalam identitas merefleksikan
outcome yang sehat dari sebuah proses transisi.14
e. Nursing Therapeutics
Schumacher dan Meleis (1994), nursing therapeutics sebagai tiga alat
ukur yang dapat diaplikasikan secara luas untuk intervensi terapeutik
selama masa transisi. Pertama, mereka mengusulkan kesiapan
pengkajian sebagai nursing therapeutic. Pengkajian memerlukan usaha
secara interdisiplin dan berdasarkan pengertian penuh tentang klien.
Kedua, adalah persiapan untuk proses transisi, pendidikan merupakan
modal utama dalam persiapan proses transisi.Ketiga, peran pelengkap
(supplementation role), namun dalam middle-range theory of
transition, peran pelengkap tidak dikembangkan dalam nursing
therapeutic.14

3. Framework Teori Transisi Meleis

Kondisi Transisi fasilitator


Jenis
Sifat :
transisi dan Inhibitor Indikator
Pola respon proses
Perkembangan Merasa terhubung
Situasional Pribadi Interaksi
sehat/sakit Makna Memiliki tempat dan
Oganisational keyakinan budaya situasi
dan sikap Mengembangkan
status sosioekonomi kepercayaan diri dan
Pola :
Persiapan dan koping
Tunggal
pengetahuan
Multipel
Sekuensial
Simultan
Berhubungan Indikator Luaran
Tidak berhubungan Penguasaan
Identitas terpadu yang
Komunitas Cair
Properti
Kesadaran
Keterlibatan
Masyarakat
Perubahan dan Terapeutik Keperawatan
perbedaan
Rentang waktu
transisi
Poin dan peristiwa Gambar 2.1
penting
Proses Keperawatan dalam Teori Transisi.15
12

4. Asumsi Teori
Asumsi dari teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Nursing
- pemberi pelayanan pelayanan utama pada klien dan
keluarganya yang berada dalam proses transisi
- Transisi mengakibatkan perubahan serta merupakan hasil dari
perubahan
b. Person
- Transisi melibatkan pergerakan dari proses dan berubah dalam
pola fundamental kehidupan, dimana merupakan manifestasi
dari semua individu
- Transisi menyebabkan perubahan dalam identitas, peran,
hubungan, kebiasaan, dan pola perilaku.
- Kehidupan sehari-hari dari klien, linkungan dan interaksi
terbentuk oleh alam, kondisi, arti, dan proses pengalaman
transisi klien
c. Health
- Proses transisi bersifat kompleks dan multidimensional.
Transisi memiliki pola yang multiple dan kompleks.
- Semua transisi berkarakteristik mengalir dan berubah
sepanjang waktu
- Perubahan dan perbedaan tidak dapat ditukar walaupun merka
bersinonim dengan transisi
d. Environment
- Kerentanan berhubungan dengan pengalaman transisi,
interaksi, dan kondisi lingkungan yang mengekspose individual
terhadap potensi kerusakan, problematic atau perpanjangan
pemulihan kesehatan atau kegagalan koping yang sehat.13
13

BAB III
APLIKASI TEORI/MODEL TRANSISI MELEIS DALAM PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGKAJIAN KOMUNITAS
AGREGAT REMAJA DENGAN MASALAH PENYALAHGUNAAN NARKOTIK DAN MINUMAN KERAS

Pengkajian

Transisi fisik Transisi Kognitif Transisi Moral Transisi Spiritual Transisi Sosial

Perubahan fisik pada -pengetahuan Persepsi remaja tentang - Seberapa kuat Hubungan remaja dengan:
remaja pria dan remaja tentang narkotik dan miras: kepercayaan dan agama -orangtua
wanita : narkotik dan miras -tindakan tentang yang dianut -teman sebaya
-Perubahan jenis -kapan mulai penyalahgunaan narktoik - Ketaatan dalam -kelompok sosial
menjalankan -masyarakat
kelamin mengetahui tentang dan miras
kepercayaan dan agama
-kesesuaian peran narkotik dan miras -hukum tentang pengedar yang dianut
dengan jenis -respon tentang dan pemakai narkotik dan - Nilai kepercayaan dan Akses remaja terhadap
kelamin adanya miras agama yang dianut narkoba :
penyalahgunaan - tentang narkoba -teman sebaya
narkotik dan miras - Pola budaya dan sosia -media sosial
ekonomi
- Norma tentang Pelayanan konseling tentang
penyalahgunaan narkotik dan miras:
narktotik dan miras -di keluarga
-di sekolah
-di masyarakat

Sifat Transisi Kondisi Transisi Fasilitator dan Inhibitor

14
14

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Teori Transisi ini terdapat input (nature transition) yang akan
mempengaruhi transisi dari klien, nature transisi akan dihambat atau
difasilitasi tergantung dari kondisi dan situasi yang ada di dalam dirinya,
komunitas, dan sosial dari klien, dalam proses yang transisi di harapkan
nantinya akan mencapai outcome yang positif (transisi yang sehat) sehingga
klien akan berada kembali dalam situasi stabil setelah transisi. Adanya proses
transisi dari input-proses-outcome, sama-sama dipengaruhi oleh nursing
therapeutic.
B. Saran
Transition theory menyediakan arahan untuk praktik keperawatan
dengan berbagai tipe transisi oleh penyediaan perspektif yang komprehensif
pada konsep nature dan tipe transisi, kondisi transisi, dan indikator proses
serta outcome.

15
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Verdian Nendra Dimas Pratama, Departemen Promosi Kesehatan Dan Ilmu


Perilaku UA. Perilaku remaja pengguna Minuman Keras di Desa Jatigono
Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang. Dep Promosi Kesehatan, Univ
Airlangga Surabaya. 2008;1:14552.
2. Asni M, Rahma MS. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyalahgunaan
Narkotika Dan Bahan Adiktif (Narkoba) Pada Remaja di SMA Kartika
Wirabuana XX-1 Makassar Tahun 2013. Fak Kesehat Masy Univ
Hassanudin Makassar. 2013;113.
3. Iga Serpianing Aroma DRS. Hubungan Antara Tingkat Kontrol Diri
Dengan Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja. Fak Psikologi, Univ
Airlangga Surabaya. 2012;1(2):16.
4. Batubara JRL. Adolescent Development. 2010;12(1):219.
5. Nurhaedar D, Kes J, Hasanuddin U. Pertumbuhan Remaja. 2005;125.
6. Erikson E, Boeree CG. ERIK ERIKSON [ 1902 1994 ] Dr. C. George
Boeree. 2006;117.
7. Donna L Wong E Al. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Alih Bahasa
Indonesia. 6th ed. Agus Sutarna, Neti Juniarti HYK, editor. Jakarta: EGC;
2008.
8. 1973 H dan H. Adolescent Development. 4th ed. Japan: Macgrow Hill. Inc;
1973.
9. Alie MA. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara;
10. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UNW. Penanggulangan Kenakalan
Remaja Menurut Konsep Kartini Kartono Ditinjau Dari Perseptif
Pendidikan Islam. 2015.
11. Barus C permana. Sosial Ekonomi Keluarga Dan Hubungannya Dengan
Kenakalan Remaja di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang. :19.
12. Alligood MR. Nursing Theory: Utilization & Application. 4th ed.
Missouri: Elsevier; 2010.
16

13. Alligood MR. Nursing Theorist And Their Work. 8th ed. Missouri:
Elsevier; 2014.
14. Meleis AI. TRANSITIONS THEORY. 2010.
15. Afaf Meleis, Deanne Karen Hilfinger Mesias eun-OI. Experiencing
Transitions: An Emerging Middle- Experiencing Transitions: An Emerging
Middle-Range Theory. 2000;(January 2014):180.
17

KISI-KISI PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

METODE SUMBER
NO TOPIK SUB TOPIK SUB SUB TOPIK ITEM PENGKAJIAN
A O W DS DATA
1 Demografi Remaja yang - Data umum - Umur Remaja dan
tinggal dengan - Jenis kelamin keluarga
keluarga - Riwayat kesehatan remaja
- Pendidikan
- Lingkungan
- Status kesehatan
- Struktur keluarga
- Fungsi keluarga
3 Sifat Transisi Jenis - Usia remaja mulai - Perilaku yang berdampak pada Remaja
- Perkembangan menggunakan kesehatan remaja Remaja
- Situasional miras - Kemampuan Antisipasi
- Kapan remaja pencegahan penggunaan narkotik
- Sehat Sakit
dan miras
- Organisasional mulai
- Konsekuensi dari perilaku positif
menggunakan - Mulai memakai narkotik dan miras Remaja
narkotik dan miras
18

- Kondisi sebelum - Sudah berapa lama


dan sesudah menggunakanya
menggunakan - Kemampuan dalam mengambil
sikap untuk kesehatan
narkotik dan mi
- Pemikiran terhadap perilaku sehat
- Perubahan fisik
- Manfaat perilaku sehat
dan psikologis - Motivasi untuk hidup sehat
remaja - Pengetahuan tentang kondisi fisik
remaja pengguna narkotik dan
miras
18 - Perilaku pengguna narkotik dan
miras
- Gangguan psikologis remaja
pengguna narkotik dan miras
Properti - Kesadaran - Persepsi remaja tentang narkotik Remaja
- Keterlibatan dan miras Remaja
19

- Perubahan dan - Pengetahuan remaja tentang Remaja ,


perbedaan narkotik dan miras keluarga
- Rentang waktu - Kemampuan adaptasi remaja dan
transisi dengan lingkungan dan narkotik masyarakat
- Titik kritis dan dan miras sekitar
peristiwa - Mempunyai sikap dan perilaku
tentang narkotik dan miras
- Dapat melakukan Promosi
Kesehataan
- Kesadaran terhadap kesehatannya
- Perubahan sebelum dan sesudah
menggunakan narkotik dan miras
- Lama menggunakan narkotik dan
miras
- Waktu penyembuhannya narkotik
dan miras
- Efek dari penggunaan narkotik
dan miras
4 Kondisi Transisi Pribadi - Kondisi personal - Kepribadian diri remaja dalam Remaja ,
Fasilitator Inhibitor - Pengetahuan dan menanggani narkotik dan miras keluarga
persiapan - Manajemen pengetahuan remaja dan
- Status sosio tentang narkotik dan miras masyarakat
ekonomi - Sikap remaja tentang narkotik dan sekitar
19 - Keyakinan miras
budaya dan sikap - Budaya yang ada di masyarakat
tentang narkotik dan miras
- Status ekonomi keluarga
mendukung atau tidak tentang
narkotik dan miras
20

- Kondisi komunitas remaja dan


lingkungan sosial

Keterangan Metode :

A : Angket
O : Observasi
W : Wawancara
DS : Data sekunder

20

Anda mungkin juga menyukai