Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Remaja
a. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) remaja merupakan
seseorang yang berusia 12-20 tahun. WHO 2014, menyatakan bahwa
ada 1,2 milyar atau sekitar 18% penduduk terbesar di sunia adalah
remaja. Sedangkan menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB),
menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai remaja apabila usia
antara 15-24 tahun. Menurut Kumalasari & Andhyantoro (2012),
dalam ilmu psikologis remaja berasal dari kata adolescence, puberteit,
dan youth. Remaja berasal dari bahasa Latin “adolescere” yang berarti
tumbuh ke arah kematangan. Kematangan dalam arti luas merupakan
kematangan secara fisik, psikologis dan sosial.
Pengertian remaja menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 25 tahun 2014, remaja merupakan penduduk yang berusia
antara 10-18 tahun sedangkan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) menyatakan remaja adalah seseorang yang
berusia antara 10-24 tahun serta belum menikah. Menurut Kementrian
Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2014, pengertian masa remaja
adalah proses terjadinya pertumbuhan serta perkembangan baik
kematangan secara fisik, psikologis ataupun secara intelektual.
Remaja mempunyai sifat yang khas seperti rasa keingintahuan yang
tinggi, menyukai tantangan yang besar serta berani menanggung risiko
terhadap perbuatannya tanpa memikirkannya secara matang.
Piaget menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah
suatu usia dimana seseorang menjadi berintegrasi kedalam masyarakat
dewasa, suatu usia dimana anak-anak tidak merasa bahwa dirinya
berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama.

1
b. Karakteristik Remaja
Karakteristik remaja berdasarkan umur menurut Kumalasari &
Andhyantoro (2012: 14-15) adalah sebagai berikut:
1) Masa remaja awal (10-12 tahun)
a) Lebih banyak memperhatikan penampilannya
b) Ingin mempunyai kebebasan
c) Mulai berpikir abstrak
d) Mulai dekat dengan teman sebayanya
2) Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)
a) Mencari jati diri
b) Mempunyai rasa cinta yang dalam terhadap lawan jenis
c) Ada keingingan untuk berkencan dengan lawan jenis
d) Mulai mengkhayal tentang aktifitas seksual
e) Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak
3) Remaja akhir (17-21 tahun)
a) Pengungkapkan kebebasan dirinya
b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c) Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri
d) Dapat menunjukan rasa cintanya terhadap lawan jenis
Sumiati dkk (2009), memberikan batasan usia pada masa remaja
yaitu masa remaja diantara umur 12-21 tahun. Usia remaja juga dibagi
menjadi 3 karakteristik yaitu pada remaja awal usia antara 12-15
tahun, untuk remaja menengah usia 15-18 tahun, dan remaja akhir usia
18-21 tahun.

c. Tumbuh Kembang pada Masa Remaja


Menurut Efendi & Makhfudli (2009: 225), tumbuh kembang
pada masa remaja adalah suatu proses perubahan dari masa kanak-
kanak menjadi masa dewasa yang diikuti dengan berbagai perubahan,
sebagai berikut :

2
1) Perubahan fisik yang berhubungan dengan penyesuaian
psikologis, individu yang menjadi dewasa di usia dini lebih baik
dalam menyesuaikan diri daripada mereka yang menjadi dewasa
lebih lambat.
2) Perubahan psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang
yang bergantung menjadi orang yang tidak bergantung, yang
identitasnya memungkinkan orang tersebut untuk berhubungan
dengan orang lain dalam gaya dewasa.
3) Perubahan emosional, menimbulkan problem emosional yang
bervariasi antara remaja yang satu dengan remaja yang lainnya.
Perubahan emosional tersebut tercermin dalam sikap dan tingkah
laku.
d. Ciri Umum Pertumbuhan Anak Remaja
Remaja memiliki ciri pertumbuhan yang berbeda dan lebih
signifikan dibandingkan tahap usia lainnya, antara lain :
1. Pertumbuhan fisik remaja relatif berkurang dengan kata lain
tidak sepesat dalam masa remaja awal. Bagi remaja pria pada
usia 20 th dan remaja wanita 18 th keadaan tinggi badan
mengalami pertumbuhan lambat.
2. Mengalami keadaan sempurna bagi beberapa aspek pertumbuhan
dan menunjukkan kesiapan untuk memasuki masa dewasa awal.
Seperti badan dan anggota badan menjadi berimbang, wajah
yang simetris, bahu yang berimbang dengan pinggul.
3. Ciri-ciri seks sekunder yang utama berada pada tingkat
perkembangan yang matang pada akhir masa remaja.

Pertumbuhan fisik remaja juga dipengaruhi oleh beberapa kondisi


yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengaruh keluarga
Kondisi keluarga adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan remaja, hal ini disebabkan karena

3
kebanyakan remaja terutama masih belasan tahun masih
menggantungkan hidupnya terhadap orang tua atau keluarganya.
Jika keluarga berasal dari orang yang berpengetahuan tentang
kesehatan dan mendukung perkembangan remaja, maka
kemungkinan besar remaja akan tumbuh dengan baik. Jika tidak
maka hal yang akan terjadi adalah sebaliknya.
2. Pengaruh gizi
Dengan gizi yang baik dan mencukupi kebutuhan remaja
maka remaja juga akan tumbuh dengan baik karena nutrisi yang
dibutuhkan tubuh akan tercukupi. Akan tetapi dengan kondisi
gizi yang baik harus didukung dengan pengetahuan gizi yang
cukup.
3. Gangguan emosional
Remaja adalah seorang yang idealis, ia memandang
dunianya seperti apa yang ia inginkan, bukan sebagaimana
adanya. Ia sering cepat marah, cepat tersinggung atau frustasi.
Apalagi kalau sudah mengenal artinya cinta dalam hidupnya.
Selain itu, oleh keluarga dan masyarakat ia dianggap sudah
menginjak dewasa, sehingga diberi tanggungjawab layaknya
seorang yang sudah dewasa. Ia mulai memperhatikan prestasi
dalam segala hal, karena ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya diantara teman sebaya maupun orang-orang
dewasa. Jika terjadi masalah dan gangguan terus berlanjut maka
akan berdampak kepada hal lain seperti pola makan, istirahat,
dan olah raga.
4. Jenis kelamin
Pada umumnya perbedaan ini sangat mencolok karena
struktur tubuh antara laki-laki dan perempuan berbeda, misalnya
hormon-hormon yang ada didalam tubuh dan bentuk jaringan
yang ada didalamnya akan mempengaruhi perkembangan
individu.

4
5. Status sosial ekonomi
Jika seseorang berekonomi lemah kemungkinan besar tidak
akan bisa membeli sesuatu yang dibutuhkan untuk mencukupi
kebutuhannya. Hal ini akan berdampak terhadap perkembangan
remaja.
6. Kesehatan
Seseorang yang mengidap suatu penyakit tertentu
kemungkinan besar akan mengganggu metabolisme tubuhnya.
Apalagi kalau penyakit didalam tubuhnya tergolong penyakit
berbahaya. Dalam kondisi sakit asupan makanan yang
seharusnya menjadi gizi dan nutrisi bagi tubuh maka oleh tubuh
akan digunakkan sebagai anti body dan akan mengganggu proses
metabolisme tubuh yang lain. Remaja yang berbadan sehat dan
jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat
dibanding yang sering sakit.
7. Pengaruh bentuk tubuh
Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah;
pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai
berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada
wanita dan mimpi basah pada laki-laki). Akibat dari bentuk
tubuh yang berbeda maka akan mengakibatkan perkembangan
yang berbeda pula.

(Dewi, dkk, 2015)

e. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental
seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif,
yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan
sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja
untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif

5
ini sebagai tahap operasi formal. Tahap formal operation adalah suatu
tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak.
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta
pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap
operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks
(Dewi,dkk, 2015).
f. Perkembangan psikososial
1. Pencarian identitas diri
2. Secara emosional remaja ingin disapih namun ingin dikasihi
3. Penyesuaian terhadap lingkungan baru
4. Pergaulan dengan lawan jenis
5. Proses percintaan :
a) Crush
Saling membenci antara anak laki-laki dengan perempuan.
Penyaluran cinta saat ini adalah memuja orang yang lebih tua
dan sejenis, misalnya memuja pahlawan dalam cerita film.
b) Hero-worshipping
Pemujaan terhadap orang yang lebih tua tetapi yang
berlawanan. Kadang yang dikagumi tidak juga dikenal.
c) Boy crazy dan girl crazy
Pada masa ini kasih sayang ditunjukkan pada teman-teman
sebaya.
d) Puppy love (cinta monyet)
Cinta remaja sudah mulai tertuju pada satu orang tetapi
sifatnya belum stabil sehingga kadang-kadang masih ganti-
ganti pasangan.
e) Romantic love
Cinta remaja menemukan sasarannya dan percintaan sudah
stabil dan tidak jarang berakhir dengan perkawinan
(Dewi,dkk,2015).

6
g. Perubahan Fisik pada Masa Remaja
Menurut Rohan & Siyoto (2013: 113), pada masa ini terjadi
perubahan fisik secara cepat disertai banyak perubahan, termasuk
didalam organ-organ reproduksi untuk mencapai kematangan yang
ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi.
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut dengan diikuti
munculnya tanda-tanda sebagai berikut:
1. Tampak luar (eksternal)
a) Laki-laki:
1) Otot semakin kuat
2) Tumbuh jakun
3) Tumbuh rambut disekitar ketiak, sekitar wajah, dan sekitar
alat kelamin
4) Produksi minyak lebih banyak
5) Suara menjadi besar
b) Perempuan:
1) Pertumbuhan payudara menjadi besar dan bulat
2) Tumbuh rambut disekitar ketiak dan sekitar alat kelamin
3) Suara menjadi merdu
4) Kulit menjadi lebih halus dan kelenjar keringat menjadi
lebih banyak.
2. Tampak dalam (internal)
a) Laki-laki : Mengalami mimpi basah
b) Perempuan : Mengalami menstruasi

h. Perubahan Psikis pada Masa Remaja


Perubahan psikologis menurut Rohan & Siyoto (2013: 113-
114), adalah sebagai berikut:
1) Pada laki-laki:
a) Timbul perhatian pada lawan jenis
b) Ingin diakui kedewasaanya

7
2) Pada perempuan:
a) Menjadi lebih sensitif
b) Ingin diperhatikan oleh lawan jenis
c) Suka bercermin didepan kaca
d) Timbul perhatian pada lawan jenis
Menurut Kumalasari & Andhyantoro (2012: 18), Perubahan
yang berkaitan dengan psikis pada masa remaja adalah sebagai
berikut:
1) Perubahan emosi
a) Lebih sensitif merupakan perubahan kebutuhan, konflik antara
keluarga dan lingkungannya serta perubahan fisik yang dapat
menyebabkan remaja sensitif misalnya menangis, cemas serta
frustasi.
b) Lebih agresif terhadap rangsangan dari luar yang dapat
mempengaruhinya, misalnya mudah tersinggung atau suka
mencari perhatian pada lawan jenis.
c) Cenderung bersikap tidak patuh terhadap orang tua dan lebih
senang pergi dengan teman sebaya.
2) Perkembangan inteligensi
a) Cenderung suka memberi kritikan
b) Cenderung ingin hal-hal yang baru dan perilaku mencoba-coba

i. Faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja


Faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja menurut
Dewi (2012: 21) yaitu sebagai berikut:
1. Faktor endogen
Pandangan ini menyatakan bahwa perubahan fisik dan psikis
dipengaruhi oleh internal yang bersifat herediter yaitu yang
diturunkan oleh orangtuanya, misalnya postur tubuh, bakat, minat,
kecerdasan dan kepribadian.

8
2. Faktor eksogen
Pandangan ini menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan
individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari
luar individu sendiri. Faktor diantara lain berupa lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial.

2. Pengetahuan
a. Pengertian
Menurut Purwoastuti & Walyani (2015: 44-45) pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, setelah melakukan penginderaan terhadap
suatu obyek. Tanpa pengetahuan seseorang tidak dapat mengambil
keputusan dan mentukan tindakan dalam menghadapi suatu masalah.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah sebagai berikut:
1) Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri,
misalnya minat dan kondisi fisik.
2) Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri,
misalnya keluarga dan masyarakat.
3) Faktor pendekatan belajar adalah faktor upaya untuk belajar,
misalnya metode dalam pembelajaran.
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut (Imron, 2014) bertolak dari banyak cara yang
dilakukan oleh manusia dalam mencari dan mengembangkan
pengetahuan sebagaimana diuraikan diatas, maka cara memperoleh
atau asal pengetahuan dapat digolongkan menjadi :
1) Konvensional /tradisional atau disebut dengan cara non ilmiah
Cara konvensional/ tradisional ini digunakan orang pada saat
sebelum ditemukannya suatu metode ilmiah atau metode
penemuan ilmu pengetahuan secara sistematik dengan berdasarkan
ilmu logika.

9
2) Pengalaman pribadi (Auto Experience)
Pepatah lama lama mengatakan bahwa pengalaman adalah
guru yang terbaik. Ini tidak dapat disangkal akan kebenarannya.
Berbagai pengalaman seseorang tentang sesuatu hal, akan menjadi
sangat berguna bagi orang lain. Namun, siapapun tidak akan tahu
pengalaman pertama dari siapa dan kapan. Pengalaman ini dapat
menjadi suatu ilmu manakala seseorang menghadapi masalah yang
sama dan menggunakan pengalaman orang lain. Jika cocok tentu
masalah tersebut selesai. Namun, bila ternyata tidak cocok maka
orang tersebut akan mencari cara lain, sehingga masalahnya
selesei. Semua pengalaman pribadi tersebut ini, tentu akan dapat
merupakan sumber kebenaran pengetahuan. Namun tidak semua
pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik
kesimpulan dengan benar. Sebab semua ini harus melalui metode
berfikir kritis dan mendasarkan pada kebenaran logika.
3) Belajar dari Kesalahan (Trial and Error)
Cara ini digunakan semenjak belum diketemukannya cara dan
metode untuk menggali pengetahuan secara sistematik dan
berdasar logika. Cara ini sampai sekarang tetap masih digunakan
dalam memperoleh pengetahuan baru, khususnya pada aspek
tertentu. Menurut Notoadmodjo, 2003 dalam Dewi, 2011 Trial and
Error merupakan cara yang telah dipakai orang sebelum
kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.
4) Cara kekuasaan atau otoritas
Dari jaman dahulu hingga sekarang, barangkali kehidupan
manusia tidaklah terlepas dari suatu tradisi-tradisi yang dilakukan
secara turun temurun yang dijalankan adakalanya masih asli, atau
sudah penyesuaian dengan perkembangan dengan modernisasi
kehidupan manusia. Terkadang tradisi yang dilaksanakan tersebut
yang selalu dilakukan tanpa melalui suatu penalaran apakah yang
dilakukan tersebut baik atau tidak. Tradisi atau kebiasaan ini atara

10
daerah sati dengan daerah yang lain tentu sangat berbeda. Tradisi
atau kebiasaan ini terjadi tidak hanya pada masyarakat tradisional
saja, bahkan terjadi juga pada komunitas masyarakat modern
sekalipun. Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya sebagai
suatu kebenaran mutlak dan hakiki. Tradisi atau kebiasaan ini
sebagian sebagi budaya daerah, akan tetapi sebagian lagi akan
menjadi suatu yang diyakini kebenarannya, walaupun tanpa faktor
empiris, dan mengujinya tanpa penalaran dan logika.
Pemegang otoritas atau kekuasaan pada faktor tertentu
sangat dominan untuk mempengaruhi komunitas masyarakat
tertentu, tanpa penalaran dan bukti-bukti dengan fakta yang
mendukung. Para pemegang otoritas, apakah itu seorang
pemimpin dalam pemerintahan, tokoh agama, tokoh adat maupun
ahli ilmu pengetahuan, maka pada prinsipnya mereka mempunyai
suatu mekanisme yang hampir sam atau bahkan sama dalam
menemukan suatu ilmu pengetahuan.
5) Melalui logika atau pikitan (To mind)
Dengan semakin maju dan berkembangnya suatu peradaban
dan kebudayaan umat manusia, maka cara berfikirnyapun mulai
sedikit demi sedikit mengalami perubahan dan kemajuan. Umat
manusia telah mampu menggunakan akal pikiran dan penalaranya
guna menganalisa suatu kondisi di sekitarnya. Demikian pula
dengan penemuan-penemuan yang diyakini sebagai suatu ilmu
pengetahuan telah melalui proses pemikiran. Cara berfikir yang
dilakukan melahirkan sebuah pernyataan-pernyataan, untuk
kemudian dicari hubungan sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan.
6) Melalui jalur ilmiah
Dengan cara-cara yang lebih modern dilakukan untuk
memperoleh suatu pengetahuan, ternyata akan lebih sistematis,
logis dan ilmiah. Cara-cara semacam ini kemudian dikenal dengan

11
istilah metode penelitian ilmiah atau diperpendek menjadi
metodologi penelitian (research methodology). Pengamatan secara
langsung dilapangan atas sesuai gejala atau fenomena alam atau
kemasyarakatan, untuk kemudian dibuat suatu klasifikasi, yang
pada gilirannya ditarik suatu kesimpulan.

c. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif


Menurut Priyoto (2015: 230), ada enam tingkatan domain kognitif,
adalah sebagai berikut:
1) Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan untuk mengingat kembali (recall) terhadap
suatu obyek yang telah dipelajari.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan kembali suatu obyek yang telah dipelajari secara
benar.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan dengan
menggunakan materi pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan suatu
obyek kedalam komponen tetapi masih ada kaitannya dengan yang
lain.
5) Sistesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk menyusun bagian-
bagian yang baru ke bentuk yang sudah ada.
6) Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk menilai terhadap
suatu obyek.

12
d. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2003) dalam penelitian Sulistiani (2017)
pengetahuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
1) Sosial Ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan
seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi
baik tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan
akan tinggi juga.
2) Kultur (Budaya, Agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira
sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
3) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka ia akan lebih mudah menerima
hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan perubahan yang
baru.
4) Pengalaman
Disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya adalah pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan
luas, sedang makin tua umur seseorang maka pengalaman semakin
banyak.
5) Paparan Media Massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai
sumber informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar (TV, Majalah, Pamflet, dan
lain-lain) akan lebih banyak dibandingkan dengan orang yang
tidak pernah memperoleh informasi media, ini berarti paparan
media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki
seseorang (Notoadmodjo, 2005).

13
e. Sumber Informasi
Informasi juga dapat diperoleh secara verbal dengan jalan
mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain dan dengan cara
membaca. Mass media adalah salah satu sumber informasi bagi
remaja. Yang termasuk dalam mass madia adalah bioskop, radio, TV,
surat kabar, majalah, buku-buku, komik, dan lain-lain. Semuanya itu
ada dan beredar dalam masyarakat.
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap
siswa. Sebaliknya mass media yang buruk akan berpengaruh negatif
pada siswa. Sebagai contoh, siswa yang suka nonton film atau
membaca cerita pergaulan bebas, pencabulan, akan cenderung untuk
berbuat seperti contoh yang dikagumi dalam cerita itu, karena
pengaruh jalan ceritaya.
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya
penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa dengan
teknologi yang canggih (VCD, Majalah, Internet). Remaja yang
sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa
yang dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya
mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari
orang tuanya. Orang tua sendiri, baik karena ketidak tahuannya
maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan
mengenai seks dengan anaknya, menjadikan mereka tidak terbuka
pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam
masalah ini (Sarwono, 2011).
1) Internet
Adalah sumber informasi yang penuh dengan informasi yang
menarik dari seluruh dunia dan mampu diakses kaum muda.
Di Internet ada ribuan halaman tentang soal seks, dari informasi
kesehatan sampai halaman pornografi. Di satu pihak, internet
memberi kesempatan untuk kaum belia mencari jawaban
pertanyaan tentang soal seks dan kesehatan reproduksi secara

14
pribadi, supaya tidak merasa malu-malu. Tetapi, di pihak lain
pergunaan internet tak diatur, akibatnya kaum muda dapat
mengakses situs pornografi tanpa bimbingan.
2) Film
Film merupakan satu medium yang berpengaruh pendapat
penonton dengan gambaran soal seks yang diekspresikan lewat
ceritanya. Seperti internet, film termasuk media yang gampang
dan sering diakses kaum muda. Hiburan menonton film Barat, film
India maupun Indonesia cukup populer antara kaum remaja.
Film adalah satu media yang membiakkan salah paham tentang
seks, khususnya seks di kebudayaan Barat.
3) Pornografi
Saat ini bertebaran tabloid dan VCD porno dijual bebas di tempat-
tempat umum seperti terminal, stasiun, emperan toko maupun
trotoar. Akibatnya kekurangan sumber pengetahuan resmi tentang
masalah seks diruang umum, tidak mengherankan bahwa kaum
remaja sering mencari tahu tentang hal itu dari sumber-sumber
yang gampang didapat, yaitu pornografi.
4) MTV Asia
Sangat populer antara kaum remaja adalah stasiun televisi MTV
Asia. Musik video dari Indonesia dan Amerika diputar setiap hari
oleh stasiun ini. Dalam program bekerjasama dengan UNAIDS,
MTV Asia sering mempromosikan penggunaan kondom, dan
mengadakan acara pengumpulan uang dan menyadari masyarakat
tentang HIV/AIDS (Creagh, 2015).
3. Seksualitas
Seksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang banyak
diperbincangkan sebagai isu sosial saat ini. Seksualitas dipandang sebagai
aspek yang menyenangkan, natural dan sehat dalam kehidupan manusia
dan memerankan peranan yang penting dalam pemenuhan hasrat biologis
manusia.

15
Pengertian seksual secara umun adalah suatu yang berkaitan dengan
alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara
hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Sampai saat ini
masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.
Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksualitas telah menjadi suatu
hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari
oleh makhluk hidup karena seks masalah hidup dapat bertahan menjaga
kelestarian keturunannya (Dewi,2012).
Menurut Masters, Johnson, dan Kolodny (1992), seksualitas
menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, diantaranya adalah
dimensi biologis, psikologis, sosial dan kultural.
a. Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi
anatar manusia, bagaimana seseorang beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial, serta bagaimana
sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia.
b. Dimensi kultural dan moral
Dimensi ini menunjukan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral
mempunyai penilaian terhadap seksualitas yang berbeda dengan
negara barat. Seksualitas di nergara barat pada umumnya menjadi
salah satu aspek kehidupan yang terbukan dan menjadi hak asasi
manusia. Berbeda dengan moralitas agama, misalnya menganggap
bahwa seksualitas sepenuhnya adalah hak Tuhan sehingga
penggunaan dan pemanfaatannya harus dilandasi dengan norma-
norma agama yang mengatur kehidupan seksualitas manusia secara
lengkap. Menurut Blanch dan Collier (1993) seksualitas meliputi lima
area, yaitu :
1) Sensualitas
Adalah kenikmatan yang merupakan bentuk interaksi antara
pikiran dan tubuh. Umumnya sensualitas melibatkan (aroma, rasa,
penglihatan, pendengaran, sentuhan) dan otak (organ yang paling

16
kuat terkait dalam seks dalam fungsi fantasi, antisipasi, memori,
atau pengalaman).
2) Intimacy
Ikatan emosional atau kedekatan dalam relasi interpersonal.
Biasanya mengandung unsur-unsur kepercayaan, keterbukaan diri,
kelekatan dengan orang lain, kehangatan, kedekatan fisik, dan
saling menghargai.
3) Identitas
Peran jenis kelamin yang mengandung pesan-pesan gender
perempuan dan laki-laki dan mitos-mitos (feminimitas dan
maskulinitas), serta orientasi seksual. Hal ini juga menyangkut
bagaimana seseorang mengahayati peran jenis kelamin sesuai
dengan peran jenis kelaminnya.
4) Lingkaran kehidupan (life cyrcle)
Aspek biologis dari seksualitas yang terkait dengan anatomi dan
fisiologis organ seksual.
5) Eksploitasi (Exploitation)
Unsur kontrol dan manipulasi terhadap seksualitas, seperti :
kekerasan seksual, pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan
seksual.
Sementara itu, menurut Hidayat (1997), ruang lingkup
seksualitas terbagi atas hal-hal berikut :
1) Seksual biologis
Komponen yang mengandung beberapa ciri dasar seks yang
terlihat pada individu yang bersangkutan (kromosom, hormon,
serta ciri seks primer dan sekunder). Ciri seks primer timbul sejak
lahir yaitu alat kelamin luar (genetalia eksterna) dan alat kelamin
dalam (genetalia interna). Ciri seks sekunder timbul saat
seseorang meningkat dewasa, misalnya timbul bulu-bulu badan
ditempat tertentu (ketiak,dada) ; berkembangnya payudara pada
perempuan dan perubahan suara laki-laki.

17
2) Identitas seksual
Adalah konsep diri pada individu yang menyatakan dirinya laki-
laki atau perempuan. Identitas seksual dalam bentuknya banyak
dipengaruhi oleh lingkungan dan tokoh yang sangat penting
(orangtua).
3) Identitas gender
Adalah pengahayatan perasaan kelaki-lakian atau keperempuanan
yang dinyatakan dalam bentuk perilaku sebagai laki-laki atau
perempuan dalam lingkungan budayanya. Identitas buadaya
merupakan interaksi antara faktor fisik dengan psikoseksual.
Interaksi yang harmonis diantara kedua faktor ini akan
menunjang perkembangan norma seorang perempuan atau laki-
laki.
4) Perilaku seksual
Yaitu orientasi seksual dari seorang individu, yang merupakan
interaksi antara kedua unsur yang sulit dipisahkan, yaitu tingkah
laku seksual dan tingkah laku gender. Tingkah laku seksual
didasari oleh dorongan seksual untuk mencari dan memperoleh
kepuasan seksual, yaitu orgasmus. Tingkah laku gender adalah
tingkah laku dengan konotasi maskulin atau feminim diluar
tingkah laku seksual. Perilaku seksual itu mulai tampak setelah
anak menjadi remaja.
4. Perilaku Seksualitas Remaja
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-
bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik
hingga tingkah laku berkencan dan senggama. Obyek seksual dapat
berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan
atau diri sendiri.sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki
dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang
bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual

18
(yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak
psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan
agresi.
Setelah tahap ini terlewati remaja memasuki tahap yang lebih
mendalam dimana sudah ada sentuhan secara langsung, misalnya
bergandengan tangan, berpelukan, menyandarkan badan atau kepala ke
pacarnya (untuk bahasa remaja), dan yang lebih intens lagi adalah ciuman
baik cium pipi, dahi sampai bibir, dimana perilaku ini masih bisa diterima
walaupun tidak semua masyarakat bisa menerima perilaku ini karena
tidak sesuai dengan norma-norma budaya timur, padahal ditelevisi banyak
adegan sinetron mempertontonlkan hal tersebut, sehingga banyak remaja
yang meniru perilaku tersebut.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk
melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
a. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi
terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk
pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan
pribadi dan emosi. Masturbasi atau onani juga bisa dikatakan sebagai
suatu kegiatan menyentuh atau merangsang bagian tubuh sendiri
dengan atau tanpa menggunakan alat khusus pada bagian tubuh yang
sensitif antara lain puting payudara, paha bagian dalam dan alat
kelamin yang tujuannya adalah untuk mendapatkan kepuasan atau
kenikmatan seksual. Dan hal ini bisa dilakukan oleh laki-laki maupun
perempuan.
b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti
sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-
sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati
dan memuaskan dorongan seksual.
c. Pengalaman Homoseksual
Adakalanya perilaku homoseksual bukan terjadi pada remaja yang
orientasi seksualnya memang homo, namun beberapa kasus

19
menunjukkan bahwa homoseksual dijadikan sebagai sarana latihan
remaja untuk menyalurkan dorongan seksual yang sebenarnya dimasa
yang akan datang.
d. Efek Aktifitas Seksual
Ada bahaya personal dan sosial yang mengancam remaja bila
melakukan aktivitas seksual yang salah. Bahaya tersebut adalah :
terjangkitnya penyakit HIV / AIDS, kehamilan tidak dikehendaki,
menjadi ayah dan ibu di usia dini.
e. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual
yang pada dasarnya menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam
mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan
tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya


permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (2010)
adalah sebagai berikut :

a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual


remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan
penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.
b. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya
penundaan usia perkawinan, baik secra hukum oleh karena adanya
undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial
iyang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus
meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan
mental dan lain-lain).
c. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang
tidak bisa menahan diri memiliki kecenderungan melanggar hal-hal
tersebut.
d. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya
penyebaran linformasi dan rangsangan melalui media masa dengan

20
teknologi yang canggih (contoh: VCD, buku stensilan, photo,
majalah, internet dan lain-lain).
e. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena
sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks
dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan
cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
f. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita
dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan
pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar
dengan pria (Dewi, 2012).

5. Pendidikan Seksual
a. Pengertian
Pendidikan seksual menurut Poltekes Depkes Jakarta 1 (2010:
88), adalah cara pengajaran atau pendidikan yang dapat digunakan
untuk menolong remaja dalam menghadapi masalah terkait dengan
dorongan seksual. Jadi pendidikan seksual ini bermaksud untuk
menerangkan segala hal yang berkaitan dengan seksual. Memberikan
pendidikan seksual (sex education) seharusnya diberikan sejak dini
ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan alat kelamin laki-
laki dan perempuan. Hendaknya pendidikan seksual diberikan pertama
kali oleh orangtuanya, karena yang paling mengetahui bagaimana
keadaan anak adalah orangtuanya sendiri.
Menurut Michail Reiss, J. Mark Halstead (2006) bahwa panduan
kebijakan dan sumber yang dipakai guru untuk mengajar pendidikan
seks adalah sebagai berikut :
1) Membantu remaja mengetahui topik-topik biologis seperti
pertumbuhan, pubertas dan kehamilan
2) Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan
3) Mengurangi rasa bersalah, rasa malu dan kecemasan akibat
tindakan seksual

21
4) Mencegah remaja perempuan diawah umur dari kehamilan
5) Mendorong hubungan yang baik
6) Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual
(sexual intercourse)
7) Mengurangi kasus infeksi melalui seks
8) Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan
perempuan di masyarakat.

Menurut Santrock (2010) bahwa seperti dalam penyelidikan


lainnya, sumber yang paling banyak digunakan untuk memperoleh
informasi seks adalah kawan-kawan, literatur, ibu, sekolah dan
pengalaman. Meskipun orang dewasa biasanya menganggap sekolah
sebagai sumber utama yang dapat memberikan pendidikan seks, hanya
15 persen dari informasi mengenai seks yang dimiliki remaja, berasal
dari pengajaran di sekolah.

Perbedaan pandangan tentang perlunya pendidikan seks bagi


remaja nyata dari penelitian WHO/ World Health Organization (dalam
Sarlito W Sarwono, 2010) di 16 negara Eropa yang hasilnya adalah
sebagai berikut :

1) 5 Negara mewajibkannya di setiap sekolah


2) 6 Negara menerima dan mengsahkannya dengan undang-undang
tetapi tidak mengharuskannya di setiap sekolah
3) 2 Negara secara umum menerima pendidikan seks, tetapi tidak
mengukuhkannya dengan undang-undang
4) 3 negara tidak melarang, tetapi juga tidak mengembangkannya
Beberapa sebab mengapa remaja terlibat seks adalah:
1) Teman sebaya, respon mereka pada umumnya adalah “karena
setiap orang melakukannya”.
2) Keinginan mereka untuk dianggap kompeten secara seksual
layaknya orang dewasa dan sebagai satu cara untuk maju.

22
3) Rendahnya kepercayaan diri mereka, yang mana mereka ingin
memperbaikinya dengan menjadi seorang ayah dan seorang ibu.
4) Ketiadaan alternatif lain untuk menyalurkan energi seksual
mereka.
5) Krisis cinta dan kasih sayang yang seharusnya mereka dapatkan
dirumah. Melepaskan diri dari kehidupan rumah dapat menuntun
mereka untuk mencari kasih sayang ditempat lain. Pengarung
seksual yang menimpa mereka berlangsung dimana-mana, di
sekolah dari teman sebaya mereka, dari acara-acara TV di mana
sekitar 20.000 pemandangan seksual dikemas dalam bentuk iklan,
opera-opera sabun, program-program unggulan dan MTV (Athar,
2004).
b. Tujuan Pendidikan Seksual
Adapun tujuan diberikan pendidikan seksual menurut Poltekes
Depkes Jakarta 1 (2010: 88-89), adalah untuk membentuk sikap
emosional pada remaja yang sehat terkait dengan masalah seksual dan
bimbingan untuk remaja ke arah hidup yang dewasa dan
bertanggungjawab terhadap seksualnya adalah sebagai berikut :
1) Memberikan pengertian yang memadai terkait dengan perubahan
fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan
dengan masalah seksual paa remaja.
2) Dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan remaja dalam
perkembangan serta penyesuaian seksualnya (peran dan
tanggungjawab).
3) Dapat membentuk sikap dan memberikan perngertian terkait
dengan masalah seks.
4) Memberikan pengetahuan tentang kesalahan serta penyimpangan
seksual agar seseorang dapat menjaga diri kesehatan fisik dan
mentalnya.

23
5) Dapat mengurangi prostitusi (suatu perilaku pertukaran hubungan
seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi
perdagangan).
6) Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat
seseorang melakukan aktivitas hubungan seksual secara efektif
dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai suami-istri,
orangtua dan anggota masyarakat.

24
B. Kerangka Teori

Remaja
Remaja

1. Remaja Awal
2. Remaja Pertengahan
3. Remaja Akhir

Pengetahuan Seksualitas

Karakteristik :
1. Sosial Ekonomi
a. Usia 2. Kultur (Agama, budaya)
b. Jenis kelamin 3. Pendidikan
c. Cara memperoleh pengetahuan 4. Pengalaman
seksualitas 5. Paparan media massa
d. Sumber informasi pengetahuan

Gambar 2.1 Kerangka teori gambaran pengetahuan remaja tentang sex education.

Keterangan : Diteliti

: Tidak diteliti

: Diteliti : Tulisan tebal

Sumber : Notoadmodjo (2003) , Rohan & Siyoto (2013)

25

Anda mungkin juga menyukai