Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Menurut WHO, remaja adalah penduduk berusia antara 10 hingga 19

tahun, sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014,

remaja adalah penduduk berusia antara 10 hingga 18 tahun. Keluarga Berencana

(BKKBN) menyatakan bahwa remaja yang berusia antara 10 sampai 24 tahun

belum menikah (Diananda, 2018). Secara khusus remaja dibagi menjadi tiga yaitu

remaja awal yang berusia 10-14 tahun, remaja tengah yang berusia 15-17 tahun,

dan remaja akhir yang berusia 18-24 tahun. (Rahman, Naomi & Pamela, 2020).

Masa pertumbuhan pada anak remaja ditandai dengan perubahan fisik,

seperti tinggi badan, payudara membesar pada anak perempuan, suara menjadi

berat pada anak laki-laki, pertumbuhan rambut pada kemaluan dan ketiak, serta

bagian tubuh lainnya yang membesar atau memanjang. Individu pada tahap ini

menandakan bahwa ia sedang memasuki masa pubertas (Rahma, Naomi dan

Pamela, 2020). Masa pubertas pada wanita ditandai dengan haid pertama

(menstruasi). Menstruasi adalah perdarahan yang keluar dari uterus yang terjadi

pada wanita.

2.1.2 Fase remaja

Dalam penjelasannya (Diananda, 2018) menyebutkan beberapa tahapan

masa remaja dijelaskan sebagai berikut:

8
9

1. Masa Remaja (11 sampai 14 tahun) Masa remaja ini merupakan masa yang

sangat singkat. Pada masa ini, remaja akan sangat dekat dengan orang tua dan

orang-orang disekitarnya. Terjadinya perubahan fisik, termasuk perubahan

hormonal, yang menyebabkan perubahan keadaan psikologis remaja.

2. Masa Remaja Awal (13 s/d 17 Tahun) Masa remaja ini merupakan masa yang

banyak mengalami perubahan. Selama tahap ini, remaja mulai mencari jati

dirinya dan menjadi mandiri dari keputusan yang mereka buat. Pemikiran

remaja lebih logis dan mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk

mendiskusikan keinginan mereka dengan orang tua mereka.

3. Remaja (17-21 Tahun) Pada masa ini, remaja ingin menonjolkan diri, mereka

ingin menjadi pusat perhatian. Sudah memiliki cita-cita yang jelas, lebih

bersemangat, dan sudah mulai menetapkan identitas diri dan tidak bergantung

pada kondisi emosional.

2.1.3. Ciri-ciri remaja

Penelitian menjelaskan bahwa masa remaja merupakan masa penting

dalam kehidupan seseorang. Masa remaja memiliki ciri-ciri atau karakteristik

yang membedakannya dengan percepatan pertumbuhan lainnya. Salah satunya

diungkapkan oleh ahli Hurlock (2017) bahwa ciri-ciri remaja adalah:

1. Masa remaja merupakan masa peralihan, masa remaja tidak terlepas dari

kondisi peralihan. Kondisi tersebut bukan berarti remaja telah berubah dari

kondisi sebelumnya, melainkan suatu transisi yang terjadi ketika satu tahap

perkembangan menuju ke tahap berikutnya. Osterieth (dalam Hurlock, 2017)

menjelaskan bahwa keadaan psikologis remaja berakar pada masa kanak-kanak


10

dan ciri khas remaja terlihat mulai dari masa kanak-kanak akhir. gaya hidup,

pola perilaku, keinginan dan sifat yang diinginkan untuk diri sendiri.

2. Masa remaja merupakan masa perubahan Perubahan sikap dan perilaku terjadi

pada kondisi yang mirip dengan perubahan fisik yang terlihat pada masa

remaja awal. Perubahan perilaku mirip dengan perubahan fisik. Empat

perubahan telah terjadi, yaitu:

1) Perubahan tingkat emosi Perubahan emosi sejajar dengan perubahan fisik

dan psikis yang terjadi pada remaja. Beberapa kondisi secara dramatis

mengubah kondisi fisik remaja, menyebabkan stres dan mengguncang

kesejahteraan psikologis. Hal ini membuat remaja lebih peka terhadap

perubahan emosi.

2) Perubahan bentuk tubuh, preferensi, dan peran Perubahan signifikan yang

terjadi pada remaja meliputi perubahan bentuk tubuh, preferensi, dan

peran. Dalam hal ini, perubahan bentuk tubuh akan sangat terlihat

sehingga menimbulkan masalah baru seperti payudara yang membesar,

membuat para remaja semakin bingung dan bingung dalam berpakaian.

Permasalahan tersebut memaksa remaja untuk berperan sendiri dalam

menghadapi permasalahan tersebut.

3) Perubahan Minat dan Pola Perilaku Masa kecil yang awalnya dianggap

penting, kini menjadi tidak penting, seperti halnya masa kecil yang harus

memiliki banyak teman, pada masa remaja mereka memahami bahwa

berteman bukan lagi menjadi prioritas.


11

4) Takut akan tanggung jawab Masa remaja memberikan individu keinginan

akan kebebasan, namun pada masa ini mereka masih takut untuk memikul

tanggung jawab karena takut tidak tahu bagaimana melepaskannya. Hal ini

membuat para remaja masih enggan untuk memikul tanggung jawab yang

akan dibebankan kepadanya.

5) Masa remaja adalah masa yang penuh masalah Awal masa remaja penuh

dengan masalah. Hal ini terjadi karena pada masa kanak-kanak, masalah

yang menimpa mereka kebanyakan diselesaikan oleh orang tuanya.

Namun, dalam keadaan ini, mereka merasa mandiri sehingga sekarang

mereka menolak membantu orang tua dan orang lain dalam menyelesaikan

masalah. Masalah menjadi lebih serius ketika remaja tersebut tidak mampu

menghadapi dan memiliki solusi yang baik. Sebaliknya, mereka akan

terjebak dalam masalah baru dan lebih besar.

6) Masa remaja menimbulkan banyak ketakutan Diperkirakan masa remaja

adalah masa remaja yang kacau, tidak mudah percaya dan cenderung

melakukan kekerasan dan perilaku yang mengganggu. Hal inilah yang

membuat remaja takut untuk memikul tanggung jawab, karena anggapan

bahwa orang tidak percaya kepada mereka membuat remaja semakin takut

jika tidak dapat memikul tanggung jawab dengan baik.

7) Masa remaja merupakan masa yang tidak realistis. Remaja pada tahap ini

menjadi tidak realistis, karena remaja akan melihat dirinya dan orang lain

sesuai dengan keinginannya. Mereka berpikir semua yang mereka

inginkan akan menjadi kenyataan. Semakin tinggi keinginan, semakin


12

tinggi emosi. Ketika orang lain di sekitar tidak mendukung keinginannya,

emosi remaja meningkat. Dengan kedewasaan usia dan sikap yang dewasa

akan membuat remaja berfikir realistis.

8) Masa Remaja Merupakan ambang masa dewasa Remaja berpikir bahwa

setelah itu mereka memasuki masa dewasa. Saat ini, remaja akan focus

pada perilaku seperti orang dewasa. Pada masa ini menjadikan remaja

menginginkan pola perilaku seperti usia dewasa pada umumnya seperti

merokok,minum alcohol, konsumsi narkoba, dan melakukan seks bebas.

Remaja akan menganggap dirinya bahwa perilaku tersebut benar sesuai

dengan citra orang dewasa.

9) Tugas perkembangan remaja merupakan tahapan penting dalam kehidupan

manusia. Tahap ini harus diorientasikan dengan baik untuk mencapai

kehidupan dewasa yang sehat. Untuk menjalani kehidupan dewasa yang

sehat, Anda perlu melakukan tugas perkembangan dengan baik dan benar.

Berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangan akan membawa

kebahagiaan dan kesuksesan bagi kaum muda. Sebaliknya, jika fase

perkembangan tidak dilakukan dengan benar, maka akan menimbulkan

masalah bagi orang dewasa selanjutnya

Sebagaimana dijabarkan oleh Havighurst dalam Gunarsa (2018) tahap

perkembangan remaja dijelaskan sebagai berikut (Putro, 2019):

1. Menerima adanya perubahan fisik yang terjadi dan harus melakukan peran

sesuai dengan jenisnya dan merasakan kepuasan terhadap dirinya sendiri.


13

2. Menjalankan peran sosial dengan teman sebaya dan harus menjalankan sesuai

dengan jenis kelamin masing masing.

3. Terbebas dari ketergantungan orang lain seperti orang tua dan orang yang

lebih dewasa.

4. Mengembangkan pemikiran tentang konsep kehidupan masyarakat.

5. Harus mencari jaminan untuk masa depan agar dapat membantu

menopang kehidupan ekonomi.

6. Menyiapkan diri untuk menghadapi dunia pekerjaan dimasa depan.

7. Mempersiapkan diri dari tanggungjawab yang diberikan sesuai dengan nilai

dan norma yang berlaku di masyarakat.

8. Mempersiapkan diri untuk membangun rumah tangga.

9. Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersiap baik dari orang sekitar.

2.2 Konsep Dasar Menstruasi

2.2.1 Pengertian menstruasi

Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada perempuan.

Menstruasi merupakan suatu perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda

bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Umumnya remaja yang

mengalami menstruasi pertama pada usia 12-16 tahun. Periode ini akan mengubah

perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan lain-lainnya. Siklus

menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari dengan lama menstruasi selama 2-7

hari (Kusmiran, 2020).

Menstruasi adalah keluarnya darah dari rahim yang terjadi akibat pecahnya

dinding rahim bagian dalam yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel
14

telur yang tidak dibuahi. Menstruasi dapat terjadi karena sel telur pada organ

kewanitaan tidak dibuahi sehingga menyebabkan endometrium atau lapisan

dinding rahim menebal dan pecah, kemudian mengeluarkan darah melalui saluran

kelamin wanita. Siklus menstruasi normal adalah 21 hingga 35 hari, ditandai

dengan 10 hingga 80 mililiter darah per hari. Menstruasi atau haid yang lebih dari

35 hari tergolong haid tidak teratur yang terjadi karena berbagai sebab seperti

ketidakseimbangan hormon, stress, penggunaan kontrasepsi oral atau tumor

(Nuraini, 2020).

2.2.2 Siklus menstruasi

Pola siklus haid adalah model yang menggambarkan jarak antara hari

pertama haid dengan hari pertama haid berikutnya. Pola siklus haid dianggap

normal jika tidak kurang dari 10 hari dari 21 dan tidak melebihi 35 hari

(Yudita, 2017). Jika dalam 3 bulan salah satu siklusnya 35 hari, dikatakan

tidak teratur. Jika dalam 3 bulan seluruh siklus haid berkisar antara 21 sampai

35 hari, maka siklus haid dikatakan teratur (Rahmatulaili, 2012 dalam Luthfa,

2017).

Timbulnya siklus menstruasi yang teratur merupakan tanda bahwa

organ reproduksi wanita berfungsi dengan normal (Tombokan, 2017).

Menstruasi dimulai dengan tumbuh dan berkembangnya folikel primer yang

dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat ini oosit primer akan membelah dan

menghasilkan telur haploid. Saat folikel berkembang menjadi kista Graaf

yang matang, ia juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang

pelepasan LH dari kelenjar hipofisis. Estrogen yang dikeluarkan darinya


15

berfungsi untuk merangsang perbaikan dinding rahim yaitu endometrium

yang hilang sama sekali saat menstruasi. Selanjutnya, estrogen menghambat

pembentukan FSH dan mengarahkan kelenjar hipofisis untuk memproduksi

LH, yang merangsang pematangan folikel Graafian untuk mempertahankan

ovulasi pada hari ke-14. Masa sekitar ovulasi disebut fase estrus. LH

merangsang folikel kosong untuk berubah menjadi korpus luteum. Korpus

luteum mengeluarkan hormon progesteron, yang mengentalkan lapisan

endometrium vaskular sebagai persiapan untuk kedatangan embrio. Periode

ini disebut fase luteal. Selain itu, progesteron juga menghambat pembentukan

FSH dan LH, mengakibatkan atrofi dan hilangnya korpus luteum.

Pembentukan progesteron terhenti sehingga suplai nutrisi ke endometrium

terhenti. Endometrium menjadi kering kemudian luruh dan terjadi perdarahan

(menstruasi) pada hari ke 28 (Tombokan, 2017).

2.2.3 Tanda dan Gejala Menstruasi

Menurut Proverawati (2018), tanda dan gejala menstruasi yaitu :

1. Gejala fisik, diantaranya: kram, nyeri perut, payudara terasa berat, membesar

dan nyeri tekan, nyeri punggung, sakit kepala dan muncul jerawat, perut

kembung, berat badan meningkat, kelelahan, pembengkakan pada tangan dan

kaki, nyeri sendi dan susah tidur (insomnia).

2. Gejala Emosional, diantaranya :mudah tersinggung, mudah marah, nafsu

makan meningkat, mood tidak stabil, cemas, merasa sedih dan depresi, merasa

tertekan, merasa tidak berguna dan bersalah, sensitive, putus asa, merasa

memiliki konflik, keinginan untuk beraktifitas menurun, sulit berkonsentrasi


16

dan muncul perasaan berlebihan atau lepas kendali.

2.2.4. Gangguan Menstruasi

Gangguan pada menstruasi menjadi masalah yang sering terjadi pada

remaja yang mengakibatkan kecemasan. Gangguan menstruasi juga

mengakibatkan gangguan kesehatan yang berpengaruh pada aktivitas sehari-hari

sehingga mengganggu emosional penderita (Sarwono, 2011).

Menurut Prawirohardjo (2011), ada beberapa gangguan yang terjadi pada

menstruasi, diantaranya :

1. Gangguan lama dan jumlah darah haid :

1) Hipermenorea

Perdarahan menstruasi yang terjadi selama lebih dari 8-10 hari

dengan hilangnya darah lebih dari 80 ml denga siklus menstruasi yang

teratur. Hipermenorea (menoragia) disebabkan karena adanya mioma uteri

(pembesaran dinding rahim) dimana diagnosis kelainannya dapat ditetapkan

dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG).

2) Hipomenorea

Perdarahan menstruasi yang terjadi lebih pendek dan darah yang

dikeluarkan relatif sedikit. Siklus menstruasi pada hipomenorea teratur,

diperkirakan terjadi karena adanya gangguan hormonal seperti kekurangan

gizi atau karena adanya penyakit tertentu.

2. Gangguan siklus haid :

1) Polimenorea

Siklus menstruasi yang lebih pendek atau berlangsung kurang dari


17

21 hari. Disebabkan karena adanya gangguan hormonal seperti gangguan

ovulasi, endometriosis dan sebagainya.

2) Oligomenorea

Siklus menstruasi yang lebih panjang yaitu lebih dari 35 hari.

Perdarahan biasanya berkurang denga fertilitas yang cukup baik.Siklus

menstruasi pada oligomenorea menjadi ovulator dengan masa proliferasi

yang lebih Panjang dari biasanya.

3) Amenorea

Amenorea bersifat primer (tidak pernah menstruasi) dan sekunder

(menarche, tetapi tidak ada periode menstruasi selama 3 bulan berturut-

turut).Amenorea primer merupakan kelainan dimana tidak adanya

menstruasi umur 16 tahun tetapi terdapat adanya perkembangan pubertas

secara normal.Amenorea sekunder lebih sering terjadi daripada amenorea

primer.

3. Gangguan perdarahan diluar siklus haid :

Metroragia atau perdarahan diluar menstruasi merupakan perdarahan

yang terjadi selama masa 2 menstruasi yang disebabkan oleh kelainan

hormonal dan kelainan anatomis. Pada kelainan hormonal terjadi ganmgguan

pada poros hipotalamus hipofisis, ovarium dan rangsangan hormon estrogen

dan progesteron dengan perdarahan berbentuk bercak ,terus menerus dan

berkepanjangan.

4. Gangguan lain yang berhubungan dengan haid :

1) Syndroma pramenstruasi (premenstrual syndrome)


18

Syndroma pramenstruasi (premenstrual syndrome) merupakan gejala

yang berhubungan dengan kadar hormon estrogen dan progesteron pada

siklus menstruasi yang terjadi menjelang menstruasi. Terdapat manifestasi

klinis seperti payudara terasa penuh dan nyeri, bengkak, kelelahan, sakit

kepala, peningkatan nafsu makan, iritabilitas dan ketidakstabilan perasaan

dan kesulitan dalam berkosentrasi.

2) Dismenore

Dismenore merupakan keluhan yang sangat umum yang terjadi pada

kalangan wanita dengan nyeri pada perut bagian bawah dan nyeri panggul

yang menjalar ke paha dan kembali tanpa terkait patologi pelvis.

Dismenore terjadi karena adanya peningkatan prostaglandin selama fase

luteal dan siklus menstruasi menyebabkan uterus berkontraksi.

2.3 Konsep Dasar Dismenore

2.3.1 Pengertian dismenore

Dismenore adalah nyeri haid dengan kram yang terpusat pada perut

bagian bawah (Praworihardjo, 2018). Kram, nyeri, dan ketidaknyamanan lain

yang terkait dengan menstruasi juga dikenal sebagai dismenore dan sebagian

besar wanita mengalami beberapa derajat kram (Aspiani, 2017). Dismenore

atau dismenore merupakan gejala, bukan penyakit. Banyak wanita penderita

dismenore mengalami rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah dan

terkadang menjalar ke panggul yang terjadi pada saat atau selama menstruasi.

Biasanya nyeri seperti kram mereda atau hilang dengan sendirinya setelah

perdarahan menstruasi dimulai (Asrinah et al., 2011).


19

2.3.2 Klasifikasi

Secara klinis, dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer

(esensial, intrinsik, idiopatik) dan dismenore sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh,

acquired). Dua jenis dismenore ini merupakan yang paling banyak ditemui

(Anurogo & Wulandari, 2011).

1. Dismenore primer

Dismenore primer (sifat, intrinsik, idiopatik) tidak berhubungan dengan

kelainan ginekologi. Ini adalah dismenore yang ditemukan tanpa kelainan

genital. Dismenore primer terjadi beberapa saat setelah menarke, biasanya 12

bulan atau lebih, karena siklus haid pada bulan pertama setelah haid biasanya

bertipe non-ovulatorik dan tidak nyeri. Rasa sakit dimulai tepat sebelum atau

bertepatan dengan menstruasi Anda dan berlangsung beberapa jam. Meski

dalam beberapa kasus bisa bertahan beberapa hari. Rasa sakitnya bersifat

kejang, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menjalar ke

pinggang dan paha. Selain rasa sakit, Anda mungkin mengalami mual,

muntah, sakit kepala, diare, lekas marah, dan banyak lagi. (Purwaningsih &

Fatmawati, 2010)

2. Dismenore sekunder

Dismenore sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired) disebabkan

oleh kelainan ginekologik (endometrosis, adenomiosis, dan lain – lain) dan

juga karena pemakaian IUD (Purwaningsih & Fatmawati, 2010). Dismenore

sekunder biasanya dimulai pada usia 20-an dan lebih jarang terjadi dan terjadi

pada 25% wanita dengan dismenore. Jenis nyerinya hampir sama dengan
20

dismenorea primer, namun durasi nyerinya bisa melebihi siklus menstruasi dan

bisa juga terjadi saat tidak menstruasi (Nugroho & Utama, 2014).

2.3.3 Etiologi

Pada umumnya dismenorea timbul akibat kontraksi uterus aritmia dengan

satu atau lebih gejala, mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut bagian

bawah dan bokong, serta spasme pada sisi medial paha. Penelitian terbaru dalam

biologi molekuler berhasil menemukan gen kerentanan, yang membantu

mengubah hubungan antara perokok pasif dan dismenore (Anurogo & Wulandari,

2011). Berikut adalah penyebab dismenore menurut klasifikasinya:

1. Penyebab dismenore primer

1). Faktor endokrin Kadar progesteron rendah pada akhir fase luteal.

Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraksi rahim

sedangkan hormon estrogen merangsang kontraksi rahim. Di sisi lain,

endometrium selama fase sekresi menghasilkan prostaglandin F2 yang

menyebabkan kontraksi otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang

berlebihan memasuki aliran darah, selain dismenore, efek lain juga dapat

diamati, seperti mual, muntah, diare, pembilasan (reaksi tak disengaja)

pada sistem. Sistem darah menyebabkan pelebaran kapiler kulit, yang

mungkin berwarna merah pada berwarna atau terasa panas. . Jelas bahwa

peningkatan kadar prostaglandin berperan penting dalam terjadinya

dismenore primer (Anurogo & Wulandari, 2011).

2). Faktor Fisik Kelainan fisik yang disebutkan seperti fleksi uterus (kelainan

anatomi rahim), hipoplasia uterus (rahim yang kurang berkembang),


21

obstruksi saluran serviks obstruksi (penyumbatan jalan lahir), fibroid

submukosa (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot) dan polip

endometrium (Anurogo & Wulandari, 2011).

3). Faktor Psikologis atau Kejiwaan Pada wanita yang secara psikologis tidak

stabil, apalagi jika tidak mendapat informasi yang baik tentang proses

menstruasi, maka akan mudah mengalami nyeri haid. Contoh gangguan

psikologis adalah rasa bersalah, takut seks, takut hamil, konflik dan

masalah gender, dan ketidakdewasaan (Anurogo & Wulandari, 2011).

4). Faktor Fisik Faktor fisik seperti anemia dan penyakit kronis juga dapat

mempengaruhi kejadian dismenore (Anurogo & Wulandari, 2011).

5). Faktor Alergi Teori ini dikemukakan setelah mencatat adanya hubungan

antara hipermenorrhoea dengan urtikaria atau asma. Smith menduga

penyebab alergi adalah racun menstruasi (Purwaningsih & Fatmawati,

2010).

2. Penyebab dismenore sekunder

1). Infeksi: nyeri sudah terasa sebelum haid.

2). Myoma submucosa, polyp corpus uteri: nyeri bersifat kolik.

3). Endometriosis.

4). Retroflexio uteri fixate

5). Stenosis kanalis servikalis

6). Adanya AKDR: tumor ovarium (Aspiani, 2017).


22

2.3.4 Patofisiologi dismenore

Mekanisme nyeri pada dismenore primer dijelaskan sebagai berikut:

Jika kehamilan tidak terjadi, korpus luteum mengalami regresi dan ini

menyebabkan penurunan kadar progesteron. Pengurangan ini menyebabkan

membran lisosom menjadi stabil, mudah pecah, dan melepaskan enzim

fosfolipase A2. Enzim ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid pada membran

sel endometrium; menghasilkan asam arakidonat. Kehadiran asam arakidonat

bersama dengan kerusakan endometrium merangsang kaskade asam arakidonat

yang akan menghasilkan prostaglandin termasuk PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita

dengan dismenore primer mengalami peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa

dalam darah, yang merangsang otot rahim yang menyebabkan peningkatan

kontraksi rahim dan aritmia jantung.

Akibatnya, aliran darah ke rahim akan berkurang dan menyebabkan

iskemia. Prostaglandin dan endoperoksida sendiri juga menginduksi sensitisasi

dan selanjutnya menurunkan ambang nyeri pada terminal saraf aferen saraf

panggul terhadap rangsangan fisik dan kimia (Aspiani, 2017).

Dismenore sekunder.

Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah periode pertama,

tetapi biasanya terjadi antara usia 20 dan 30 tahun, setelah bertahun-tahun periode

bebas rasa sakit yang normal. Peningkatan prostaglandin mungkin berperan dalam

dismenore sekunder. Namun, harus ada penyakit panggul yang terkait. Penyebab

umum termasuk endometriosis (suatu kondisi di mana jaringan endometrium


23

ditemukan di luar rahim, yang dapat ditandai dengan nyeri haid), adenomiosis

(suatu bentuk endometriosis invasif), polip endometrium (tumor jinak

endometrium), kronis (kronis) penyakit radang panggul), dan penggunaan

kontrasepsi atau IUD [alat kontrasepsi dalam rahim]. Hampir setiap proses yang

mempengaruhi visera panggul (perangkat lunak organ panggul) dapat

menyebabkan nyeri panggul siklis (Anurogo & Wulandari, 2011).

2.3.5. Tanda dan gejala Dismenorhae.

1. Dismenore primer

Dismenore primer hampir selalu terjadi selama siklus ovulasi dan

biasanya terjadi dalam waktu satu tahun sejak periode menstruasi pertama.

Pada dismenore primer klasik, nyeri dimulai pada awal menstruasi atau tepat

sebelum menstruasi dan berlangsung selama 1-2 hari. Rasa sakit digambarkan

sebagai kejang dan menjalar ke belakang (punggung) atau atas atau tengah

paha. Gejala umum yang terlibat adalah sebagai berikut:

1. Ketidaknyamanan (merasa tidak enak badan).

2. Kelelahan.

3. Mual (mual) dan muntah (muntah).

4. Diare.

5. Nyeri punggung bawah.

6. Sakit kepala.

7. Bisa juga kadang disertai pusing atau rasa ingin jatuh, perasaan gugup,

gelisah bahkan sampai pingsan.

8. Gejala klinis dismenore primer muncul sesaat setelah haid pertama dan
24

biasanya berlangsung sekitar 48 sampai 72 jam, biasanya dimulai beberapa

jam sebelum atau sesaat setelah haid. Selain itu, nyeri perut atau nyeri

seperti saat melahirkan juga muncul dan biasanya terdeteksi selama

pemeriksaan panggul atau dubur yang normal (Anurogo & Wulandari,

2011).

2. Dismenore sekunder

Nyeri dengan pola berbeda yang diamati pada dismenore sekunder

terbatas pada permulaan menstruasi. Ini sering dikaitkan dengan perut yang

membesar atau kembung, panggul yang berat, dan nyeri punggung. Secara

klinis, nyeri meningkat secara bertahap selama fase luteal dan memuncak

sekitar hari menstruasi. Berikut gejala klinis dismenore secara umum:

a. Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah periode

menstruasi pertama.

b. Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun.

c. Jika terdapat kelainan panggul pada pemeriksaan fisik, pertimbangkan

endometriosis, penyakit radang panggul, dan adhesi panggul.

d. Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat anti inflamasi nonsteroid

(NSAID) atau obat antiinflamasi nonsteroid, kontrasepsi oral, atau

keduanya.

2.3.6 Pembagian klinik dismenore

Berdasarkan I.G.B. Manuaba (2001: 518), pembagian klinik dismenore

dibagi menjadi:

1. Ringan : berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari.


25

2. Sedang : diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa meninggalkan

pekerjaanya.

3. Berat : perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, kemeng

pinggang, diare dan rasa tertekan.

2.3.7 Intensitas Nyeri Haid

Merupakan penggambaran nyeri yang bersifat subjektif dan individual

yang dapat diukur dengan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri yang dirasakan

(Laili, 2012). Intyensitas nyeri dapat diukur dengan menggunakan skala nyeri,

yaitu :

1. Skala Analog Visual (VSA)

Merupakan skala nyeri yang ditunjukkan dengan garis lurus yang

menggambarkan intensitas nyeri dengan akat pendeskripsi verbal pada setiap

ujungnya. Skala analog visual merupakan alat ukur keparahan nyeri yang

dapat diidentifikasi dengan memilih satu kata atau satu angka dalam setiap

titik rangkaian (Prasetyo, 2017)

2. Skala Nyeri Numerik (NRS)

Merupakan skala nyeri dengan metode meminta klien untuk

menilai nyeri yang dialaminya dengan skala nyari 0-10 (Prasetyo, 2017)

1) Skala Nyeri 0-10

a. 0 : tidak nyeri

b. 1-3: nyeri ringan (klien dapat berkomunikasi dengan baik)

c. 4-6: nyeri sedang (klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan


26

lokasi nyeri).

d. 7-9: nyeri berat (klien tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih

respon terhadap Tindakan)

e. 10 : nyeri sangat berat (klien tidak mampu berkomunikasi dengan baik)

2) Skala nyeri 0-3

Menurut Rahayuningrum (2019), skala nyeri dibedakan menjadi:

a. Derajat 0 : tanpa rasa nyeri dan aktifitas sehari-hari tidak

terpengaruh.

b. Derajat 1 : nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, aktifitas

jarang terganggu.

c. Derajat 2 : nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang rasa

nyeri

d. Derajat 3 : nyeri sangat hebat dan tidak berkurang walaupun telah

menggunakan obat-obatan analgesik

2.3.6 Manifestasi klinik (Arif Mansjoer, 2012: 373)

1. Dismenore Primer

1) Usia lebih muda.

2) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur.

3) Sering pada nullipara.

4) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik.

5) Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua

haid.

6) Tidak dijumpai kelainan patologik pelvik.


27

7) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala.

2. Dismenore Sekunder

1) Usia lebih tua.

2) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur.

3) Tidak berhubungan siklus dengan paritas.

4) Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul.

5) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah

6) Terdapat kelainan pelvik.

2.3.7 Penanganan

1. Pemberian obat analgesik. Obat-obat analgesik dapat diberikan sebagai terapi

simptomatik. Obat analgesik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi

aspirin, fenasetin, kafein, dan lain-lain (Hanifa W, 2017: 231).

2. Terapi hormonal. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk

membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer atau untuk

memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waku haid

tanpa gangguan (Hanifa W, 2017: 231).

3. Terapi obat NSAID (Nonsteroid Anti Inflamatory Drug). Obat-obatan yang

digunakan diantaranya indometasin, ibuprofen, dan naproksen (Hanifa W,

2017: 231).

4. Kompres hangat. Melakukan pengompresan dengan handuk panas atau botol

air panas pada perut atau punggung bawah atau mandi dengan air hangat.

Suhu panas dapat meringankan keluhan dismenore (Ninik, 2011).


28

5. Distraksi. Distraksi mengalihkan perhatiann klien ke hal yang lain dan dengan

demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan

toleransi terhadap nyeri (Potter, 2017: 1531).

6. Relaksasi. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi

rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri (Potter, 2017:

1528).

7. Mengkonsumsi makanan yang sehat. Diantaranya banyak mengkonsumsi

buah- buahan dan sayur-sayuran, konsumsi makanan tinggi kalsium dan

memperbanyak minum air putih (Ninik , 2011).

2.4 Konsep Tehnik Relaksasi Pernafasan

2.4.1 Pengertian

Teknik relaksasi pernafasan merupakan intervensi secara mandiri untuk

menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah. Nafas dalam untuk relaksasi mudah dipelajari dan berkontribusi

dalam menurunkan atau meredakan nyeri dengan mengurangi tekanan otot dan

ansietas (Black, 2017). Latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang

terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing (Lusianah

dkk, 2020). Pernapasan dalam yang menenangkan melibatkan pernapasan ke

dalam perut Anda dengan frekuensi yang lambat, lambat, berirama, dan nyaman

dengan menutup mata saat menarik napas. Efek dari terapi ini adalah mengalihkan

perhatian.

2.4.2 Manfaat

Relaksasi pernafasan bertujuan untuk meningkatkan ventilasi alveolar,


29

menjaga pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk,

mengurangi stres fisik dan stres emosional untuk mengurangi intensitas atau

keparahan nyeri dan mengurangi kecemasan pada Orang. Manfaat dari teknik

relaksasi pernapasan dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri, meningkatkan

ketenangan pikiran, dan mengurangi kecemasan (Smeltzer, 2018). Teknik

relaksasi pernapasan juga memiliki berbagai manfaat seperti penurunan detak

jantung, penurunan ketegangan otot, penurunan laju metabolisme, peningkatan

kesadaran secara keseluruhan, perasaan damai dan bahagia, dan masa tenang

(Potter , 2017)

2.4.3 Tujuan

Tujuan teknik relaksasi nafas dalam adalah mengatur frekuensi pola nafas,

memperbaiki fungsi diafragma, mengurangi kecemasan, meningkatkan relaksasi

otot, mengurangi udara yang terperangkap, meningkatkan inflasi alveolar,

meningkatkan kekuatan otot pernafasan dan meningkatkan mobilitas toraks. dan

vertebra toraks.

2.4.4 Prosedur Teknik Relaksasi Pernafasan

Bentuk pernapasan yang digunakan dalam prosedur ini adalah pernapasan

diafragma selama inhalasi, yang menyebabkan perut bagian atas mengembang

tergantung pada kekuatan udara yang ditarik selama inhalasi. Langkah-langkah

teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut:

1. Ciptakan lingkungan yang tenang.

2. Atur posisi klien duduk atau tidur.

3. Atur posisi klien agar rileks, tanpa beban fisik. Posisi dapat duduk atau jika
30

tidak mampu dapat berbaring di tempat tidur.

4. Instruksikan klien untuk menarik atau menghirup nafas dalam dari hidung

sehingga rongga paru-paru terisis oleh udara melalui hitungan 1, 2, 3, 4

kemudian ditahan sekitar 3-5 detik.

5. Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung sampai tiga secara

perlahan melalui mulut.

6. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi supaya rasa cemas yang dirasakan

bisa berkurang, bisa dengan memejamkan mata.

7. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga kecemasan pasien berkurang.

8. Ulangi sampai 10 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

9. Lakukan maksimal 5-10 menit.

Gambar 2.1 Tehnik Relaksasi Pernafasan (Novita, 2017)


31

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah suatu gambaran atau rencana yang isinya mengenai

penjelasan dari semua hal yang dijadikan bahan penelitian berlandaskan hasil

penelitian yang dilakukan. Kerangka teori biasanya berisi mengenai relasi antara

sebuah variabel dengan variabel yang lain, biasanya ada sebab akibat dari kedua

atau lebih dari dua variable.

Faktor yang mempengaruhi


terjadinya Dismenore :
 Menarche di usia dini
Remaja
(<12 tahun)
 Status Gizi
 Riwayat nyeri menstruasi
pada keluarga
 Psikologis

Menstruasi
Intensitas dismenore :
 Ringan
 Sedang
 Berat
Dismenore
32

Penanganan Dismenore :
1. Farmakologi
2. Non Farmakologi:
 Kompres air hangat
 Distraksi
 Relaksasi pernafasan
 Konsumsi makanan
sehat

Gambar 2. 2 Kerangka Teori Pengaruh Tehnik Relaksasi Pernafasan Terhadap


Penurunan Tingkat Nyeri menstruasi (Dismenore) Pada Remaja
Putri di Posyandu Remaja Kelurahan Blimbing Kecamatan
Paciran.

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka Konsep penelitian adalah konsep yang dipakai sebagai landasan

berfikir dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2018).

Faktor yang mempengaruhi


terjadinya Dismenore :
 Menarche di usia dini (<12
tahun)
 Status Gizi
Remaja  Riwayat nyeri menstruasi
pada keluarga
 Psikologis

Menstruasi
33

Penanganan Dismenore :
1. Farmakologi
2. Non Farmakologi:
Dismenore
 Kompres air hangat
 Distraksi
 Konsumsi makanan
sehat
 Tehnik Relaksasi
Intensitas Dismenore : Pernafasan
 Ringan (0-3)
 Sedang (4-6)
 Berat (7-9)

Keterangan: : Ada Pengaruh /Ada Hubungan

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2. 3 Kerangka Konseptual dengan Pengaruh Tehnik Relaksasi


Pernafasan Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri menstruasi
(Dismenore) Pada Remaja Putri di Posyandu Remaja Kelurahan
Blimbing Kecamatan Paciran.
2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah prediksi tentang hubungan antar variable. Hipotesis ini

diprediksi bisa menjawab pertanyaan. Hipotesis kadang-kadang mengikuti dari

kerangka teoritis. Validitas teori dievaluasi melalui pengujian hipotesis (Zainatul

Mufarrikoh. 2020).

Hipotesis dari penelitian ini adalah

1. H : Ada Pengaruh Tehnik Relaksasi Pernafasan Terhadap Penurunan Nyeri

Menstruasi (Dismenorea) Pada Remaja Putri Di Posyandu Remaja Kelurahan

Blimbing Kecamatan Paciran.

2. H0 : Tidak Ada Pengaruh Tehnik Relaksasi Pernafasan Terhadap Penurunan


34

Tingkat Nyeri menstruasi (Dismenore) Pada Remaja Putri di Posyandu

Remaja Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran.

Anda mungkin juga menyukai