Anda di halaman 1dari 42

COVER

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Remaja sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa, istilah ini menunjukkan
masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada
pria dan usia 12 pada wanita. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun
menurut klasifikasi World Health Organization (WHO) (Octavia, S.A, 2020). Salah satu
pakar psikologi perkembangan Hurlock (2012) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai
pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat mencapai usia dewasa
secara hukum. Masa remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja
akhir. Masa remaja awal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara seksual pada usia
13 sampai 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir meliputi periode setelahnya sampai
dengan 18 tahun.
Masa remaja ditandai dengan munculnya karakteristik seks primer, hal tersebut
dipengaruhi oleh mulai bekerjanya kelenjar reproduksi. Kejadian yang muncul saat pubertas
adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke, dan
perubahan psikis. Pada wanita, pubertas ditandai dengan terjadinya haid atau menstruasi
(Saifuddin, 2019). Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus disertai
dengan pengelupasan (deskuamasi) endometrium (Sukarni & Wahyu, 2018). . Menstruasi
merupakan hal yang terjadi secara rutin dengan adanya suatu siklus setiap bulan. Tahun-
tahun awal menstruasi merupakan periode yang rentan terhadap gangguan (Sianipar, dalam
Wulandari, dkk. 2018). Salah satu gangguan yang terjadi saat menstruasi adalah dismenore.
Dismenore merupakan nyeri sebelum atau selama menstruasi, ini merupakan salah satu
masalah ginekologik yang paling umum terjadi pada remaja putri (Lowdermilk, Perry, &
Cashion, 2013). Dismenore pada umumnya disebabkan oleh hormon prostaglandin yang
meningkat, peningkatan hormon prostaglandin disebabkan oleh menurunnya hormon-hormon
estrogen dan progesteron menyebabkan endometrium yang membengkak dan mati karena
tidak dibuahi. Peningkatan hormon prostaglandin menyebabkan otot-otot kandungan
berkontraksi (Sukarni & Wahyu, 2013).
Menurut data WHO wanita yang mengalami dismenorea sebesar 1.769.425 jiwa (90%),
10-15% diantaranya mengalami dismenorea berat. Hal ini didukung dengan laporan kasus
dismenorea primer disetiap negara lebih dari 50% (WHO, 2019). Indonesia angka kejadian
dismenore sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore
sekunder (Utami, V.W dan Prastika, M. 2015). Angka kejadian dismenore di dunia sangat
besar. Dari studi longitudinal di Swedia melaporkan dismenore terjadi pada 90% perempuan
yang berusia kurang dari 19 tahun (Anurogo & Wulandari, 2011). Sinha, Srivastava, Sachan
dan Singh (2016) menyatakan dalam penelitiannya bahwa prevalensi dismenore pada remaja
(rentang usia 10-19 tahun) di India sekitar 73,9%. Faktor penyebab terjadinya dismenore
yaitu keadaan psikis dan fisik yang terganggu seperti stres, shock, penyempitan pembuluh
darah, dan kondisi tubuh yang menurun (Diyan, 2013). Pendidikan, faktor psikis seperti
stress, dan kesehatan yang rendah seperti anemia dapat memperburuk keadaan dismenorea
(Icesma, 2013). Dismenore juga memberikan dampak yang buruk bagi remaja putri, yaitu
menimbulkan gangguan dalam kegiatan belajar mengajar. Ini berpengaruh pada prestasi
dibidang akademik maupun non akademik. Banyak remaja yang mengeluh bahkan tidak mau
masuk sekolah pada saat menstruasi. Semakin berat derajat nyeri yang dialami maka aktivitas
belajarnya pun semakin terganggu. Dampak yang paling banyak dirasakan karena dismenore
adalah keterbatasan aktivitas fisik, sosial, konsentrasi yang buruk, dan ketidakhadiran dalam
proses belajar mengajar (Farotimi, Esike, Nwozichi, Ojediran, & Ojewole, 2015).

1.2. Tujuan praktek


1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan secara holistik pada remaja
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan pengkajian data subyektif pada pasien dengan dismenorhea
primer
2. Mampu melakukan pengkajian data obyektif pada pasien dengan dismenorhea primer
3. Mampu menegakkan analisa data sesuai dengan data pengkajian yang didapatkan
pada pasien dengan dismenorhea primer
4. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada pasien dengan
dismenorhea primer
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Remaja


2.1.1. Definisi Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh
atau tumbuh menuju sebuah kematangan. Dalam arti tersebut, kematangan bukan hanya
dari segi fisik, tetapi juga kematangan secara sosial psikologinya. Remaja juga
didefinisikan sebagai suatu masa peralihan, dari masa anak-anak menuju ke masa
dewasa. Masa ini juga merupakan masa bagi seorang individu yang akan mengalami
perubahan-perubahan dalam berbagai aspek, seperti aspek kognitif (pengetahuan),
emosional (perasaan), sosial (ineraksi sosial) dan moral (akhlak) (Kusmiran, 2018).
Pendapat tentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi, maupun
lembaga kesehatan. Remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang
berusia antara 10 – 18 tahun, dan merupakan kelompok penduduk Indonesia dengan
jumlah yang cukup besar (hampir 20% dari jumlah penduduk). Remaja merupakan calon
pemimpin dan pengerak pembangunan di masa depan (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2019). Menurut PBB (Perserikatan BangsaBangsa) usia remaja berada
dikisaran usia 15 sampai 24 tahun. Sedangkan, menurut The Health Resources Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja terbagi menjadi tiga
tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun), remaja akhir
(18-21 tahun) (Kusmiran, 2016). Masa remaja adalah suatu periode peralihan diri dari
masa kanak-kanak kepada masa dewasa.
Masa remaja juga sebagai usia bermasalah. Akhirnya para remaja mengalami
kesualitan dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Kesulitankeuslitan yang dihadapi
remaja menurut Rumke bersumber dari 3 masalah yaitu:
a. Masalah individuasi : Kesulitan daalam mewujudkan dirinya sebagai seorang yang
dewasa.
b. Regulasi : Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dibidang fisik dan
seksualnya.
c. Masalah Integrasi : Kesulitan menyesuaikan sikap dan perilakunya dilingkungannya /
mencari identitas dirinya
2.1.2. Tahapan Perkembangan Remaja dan Ciri-Cirinya
Menurut Widyastuti (2018) berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat
perlu mengenal :
a. Masa Remaja awal (usia 10 – 12 tahun).
1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2. Tampak dan merasa ingin bebas
3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berfikir yang khayal (Abstrak)
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
1. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
2. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3. Timbul perasaan cinta yang mendalam
4. Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.
5. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
c. Masa remaja Akhir (16-19 tahun)
1. Menampakkan pengukapan kebebasan diri.
2. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
2.1.3. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam
kesehatan reproduksi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat
untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu
melaksanakan fungsi reproduksinya. Perubahan yang terjadi yaitu (Widyastuti, 2018):
1. Munculnya tanda-tanda seks primer: terjadi haid yang pertama (menarche) pada
remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
2. Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
a. Pada remaja laki-laki: tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar,
terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih besar, badan
berotot, tumbuh kumis diatas bibir, cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan
ketiak.
b. Pada remaja perempuan: pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,
tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar.
2.1.4. Karakteristik Perkembangan Remaja
Menurut Wong (2016), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan
menjadi:
1. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2016), menganggap
bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas.
Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas
pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang
hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan
tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
2. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2016), remaja tidak lagi
dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir konkret;
mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini
mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini,
mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti
kemungkinan kuliah dan bekerja. Memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin
dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari
tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu
memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya,
mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam
membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau
inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan 7 dan mengevaluasi sistem, atau
serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.
3. Perkembangan Emosional
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir. Mereka
mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan walaupun masih
mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan
emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir.Sementara remaja awal bereaksi
cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan
tempat untuk mengendalikan emosinya dan mengekspresikan dirinya sehingga dapat
diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan jika
emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak aman,
ketegangan, dan kebimbangan.
4. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2016), masa remaja
akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu.
Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan
kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain. Tingkat moralitas remaja
sudah lebih matang hasil interaksi sosial dg orang tua, guru, teman sebaya, atau orang
dewasa lainnya. Konsep moralitas tentang kejujuran, keadilan, kesopanan, dan
kedisiplinan. Perilaku moralitas sebagai pemenuhan fisik dan psikologisnya (adanya
rasa puas dari penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
5. Perkembangan Sosial Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja
harusmembebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkansebuah
identitas yang mandiri dari wewenang orang tua.Namun,proses ini penuh dengan
ambivalensi baik dari remaja maupun orangtua.Remaja ingin dewasa dan ingin bebas
dari kendali orang tua, tetapimereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami
tanggungjawab yang terkait dengan kemandirian.
6. Perkembangan Spritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa
diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu,
remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil
dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode
pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi
melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri.
Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.
Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka
mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan
perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
2.1.5. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak dihadapi oleh
remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :
1. Perkosaan Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya
tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan
rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk
menunjukkan bukti cinta.
2. Free Sex Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti.
Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat
memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (Human
Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim
remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12- 17 tahun mengalami
perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga
dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal
ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi remaja terkait kesehatan
reproduksi ini.
3. Kehamilan Tidak Dinginkan (KTD) 9 Hubungan seks pranikah di kalangan remaja
didasari pula oleh mitos-mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos
berhubungan seksual dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa
berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal
hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama si
remaja perempuan dalam masa subur
4. Aborsi Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum
waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori aborsi
provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun begitu, ada
juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena
berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD
umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial dia belum siap
menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan berdampak pula
pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan kehamilan.
5. Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Penyakit Menular Seksual (PMS), dan
HIV/AIDS. IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian besar menular
melalui hubungan seksual baik melalui vagina, mulut, maupun dubur. Untuk HIV
sendiri bisa menular dengan transfusi darah dan dari ibu kepada janin yang
dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar sekali, mulai dari
gangguan organ reproduksi, keguguran, kemandulan, kanker leher rahim, hingga
cacat pada bayi dan kematian.
2.1.6. Konseling Pada Remaja
1. PKHS (Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat)
Pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS) adalah suatu cara belajar yang
berorientasi pada keterampilan selain materi pengetahuan, sehingga seseorang dapat
mengimplementasikan pengetahuannya menjadi suatu keterampilan untuk berperilaku
hidup sehat, baik sehat secar fisik maupun 10 psikis. Keterampilan yang dimaksud adalah
kemapuan psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengatasi
masalah dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Kompetensi psikososial adalah
seluruh kemampuan yang berorientasi pada aspek kejiwaan seseorang terhadap diri
sendiri dan interaksinya dengan orang lain serta lingkungan sekitarnya dalam konteks
kesehatan. Kompetensi psikososial tersebut antara lain:
a. Empati, yaitu kemampuan untuk memposisikan perasaan orang lain pada diri sendiri.
b. Kesadaran diri, adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri tentang karakter,
kekuatan, kelemahan, keinginan dan tidak keinginan
c. Pengambilan keputusan, adalah kemampuan yang dapat membantu kita untuk
mengambikl keputusan secara konstruktif dengan membandingkan pilihan alternatif
dan efek samping yang menyertainya.
d. Pemecahan masalah, adlah kemampuan untuk memungkinkan kita dapat
menyelesaikan masalah secara konstruktif.
e. Berpikir kreatif, yaitu kemampuan unuk menggali alternatif yang ada dan berbagai
konsekuensinya dari apa yang kita lakukan.
f. Berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisa informasi dan pengalamanpengalaman
secara objektif.
g. Komunikasi efektif, yaitu kemampuan untuk mengekspresikan diri secara verbal
maupun non verbal yang mengikuti budaya dan situasi
h. Hubungan interpersonal, yaitu kemampuan yang dapat menolong kita beroteraksi
dengan sesama secara positif dan harmonis.
i. Mengatasi emosi, yaitu kemampuan keterlibatan pengenalan emosi dalam diri sendiri
dan orang lain.
j. Mengatasi Stress, yaitu kemampuan pengenalan sumber-sumber yang menyebabkan
stres dalm kehidupan, bagaimana efeknya dan cara mengontrol terhadap derajat stres.

2. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif)


Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan 11 penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana
tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut. Yang termasuk jenis narkotika
adalah: Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium
obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja, campuran dan
sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No.
5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut, tetapi
setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka psikotropika
golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan demikian saat ini
apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III dan IV
sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Sedatin
(Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon,
Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabushabu, LSD (Lycergic Syntetic
Diethylamide) dan sebagainya. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan
alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau
kokaina yang dapat mengganggu sistem saraf pusat, seperti:Alkohol yang mengandung
ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang
menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol
atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan
sebagainya.
2.2. Konsep Dasar Dismenorhea
2.2.1. Definisi Dismenorhea
Dismenorhea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat
bahkan mempengaruhi pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari
(Proverawati, 2014). Sebagian besar perempuan mengalami 12 rasa tidak enak pada perut
bagian bawah saat mengalami menstruasi. Uterus atau rahim terdiri dari otot yang juga
berelaksasi dan berkontraksi. Umumnya kontraksi otot uterus tidak akan dirasakan, tetapi
kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu hingga
menimbulkan rasa nyeri. (Putri, S A dkk, 2017).
Menurut (Fatmawati et al., 2016) Dismenorhea adalah sakit saat menstruasi yang
dapat menyebabkan gangguan fisik seperti mual, lemas, dan diare dan dapat mengganggu
aktivitas. Dismenorhea ditimbulkan oleh kontraksi otot perut secara terus menerus saat
mengeluarkan darah. Kontraksi dengan frekuensi yang sering dapat menyebabkan otot
menegang (Utami & Prastika, 2015)
2.2.2. Klasifikasi Dismenorhea
Secara klinis, dismenoreha dibagi menjadi dua, yaitu dismenorea primer dan dismenorea
sekunder (Sarwono,2013)
a. Dismenorhea Primer
Nyeri saat menstruasi dengan anatomi panggul normal. Biasanya dimulai saat remaja.
Dismenorea primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca menarche (menstruasi
yang pertama kali). Hal itu karena siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah
menarche biasanya bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri (Judha, 2012). Rasa
nyeri akan dirasakan sebelum atau bersamaan dengan permulaan menstruasi dan
berlangsung untuk beberapa jam. Timbul sejak haid pertama kali (menarch) dan
keluhan sakit akan berkurang setelah menikah dan langsung hilang setelah hamil.
Dismenore primer memiliki ciri khas yaitu merasakan nyeri haid saat menstruasi,
nyeri perut bawah dimulai saat haid dan berakhir selama kurang lebih 8 jam, nyeri
punggung, sakit, mual dan muntah
b. Dismenorhea Sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi
belakangan dalam kehidupan, umurnnya setelah usia 25 tahun. Hal ini berhubungan
dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis endometriosis, penyakit radang
panggul, polip endometrium, mioma submukosa atau interstisial 13 (fibroid uterus),
atau penggunaan alat kontrasepsi dalam kandungan. Nyeri sering kali dimulai
beberapa hari sebelum mens, namun hal ini dapat terjadi pada saat ovulasi dan
berlanjut selama hari-hari pertama menstruasi atau dimulai setelah menstruasi terjadi.
Berbeda dengan dismenore primer, nyeri pada dismenore sekunder sering kali bersifat
tumpul, menjalar dari perut bagian bawal ke arah pinggang atau paha. Wanita sering
kali mengalami perasaan membengkak atau rasa penuh dalam panggul (Lowdermilk,
2013).
2.2.3. Etiologi Dismenorhea
a. Dismenorhea Primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram
menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang
dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi.
Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel
lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang
otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin,
kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat.
Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari
kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasi pun akan berkurang
seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin (Sinaga, 2017).
b. Dismenorhea Sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada sistem
reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan
ektopik. Dismenore sekunder dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani
penyakit atau kelainan yang menyebabkannya (Sinaga, 2017).
2.2.4. Tanda dan Gejala Dismenorhea
a. Menurut Sari (2012) cirri-ciri atau gejaa dismenorhea primer, yaitu:
1. Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah
2. Pegal pada mulut vagina
3. Pegal-pegal pada paha
4. Pada beberapa orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan diare
b. Dismenorhea Sekunder Menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore sekunder,
yaitu
1. Darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan
2. Nyeri saat berhubungan seksual
3. Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid
4. Nyeri tekan pada panggul
5. Ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina
6. Teraba adanya benjolan pada rahim atau rongga panggul. Dismenore
menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung
bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau
sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat
sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan
setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala,
mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah
(Nugroho, 2014). Menurut Kowalak (2013), tanda dan gejala yang mungkin
terdapat pada dismenore meliputi rasa nyeri yang tajam, rasa kram pada abdomen
bagian bawah yang biasanya menjalar ke bagian punggung, paha, lipat paha, serta
vulva. Rasa nyeri ini secara khas dimulai ketika keluar darah menstruasi atau
sesaat sebelum keluar darah menstruasi dan mencapai puncak dalam waktu 24
jam.
2.2.5. Patofisiologis Dismenorhea
a. Dismenorhea Primer
Produksi prostaglandin dua hingga tujuh kali lebih besar pada wanita dengan
dismenore dibandingkan dengan wanita- wanita yang tidak mengeluhkan nyeri
menstruasi. Peningkatan produksi prostaglandin F2α (PGF2α), dan prostaglandin E2
(PGE2), atau suatu rasio PGF2α: PGE2 yang tidak memadai, dapat meningkatkan
tonus uterus istirahat, tekanan kontraktil miometrium, frekuensi kontraksi uterus, dan
kontraksi aritmik uterus. Kelainan ini akan 15 menimbulkan vasokontriksi, iskemia
dan hipoksia uterus, yang semua menyebabkan nyeri. Selain itu, prostaglandin juga
menimbulkan hipersensitisasi serabut- serabut nyeri terhadap bradikidin dan rangsang
fisik lainnya. Bila PGF2α yang berlebihan masuk ke dalam sirkulasi, maka dapat
timbul gejala-gejala sistemik. Konsentrasi PGE2 dan PGF2α endometrium relatif
rendah pada fase proliferatif pra-ovulasi, namun akan meningkat selama fase sekresi,
mencapai kadar tertingginya selama menstruasi. Kenyataan ini mengisyaratkan
bahwa steroid-steroid seks, khususnya progesteron, berperan dalam peninggian kadar
prostaglandin yang dapat menyebabkan dismenore. Temuan ini juga konsisten dengan
kejadian dismenore yang hampir eksklusif pada siklus-siklus ovulatorik (Dito, A dan
Ari, W. 2014: 45-46) Faktor- faktor biopsikososial yang melibatkan individu ataupun
keluarga, atau kedunya, dapat menetukan sifat nyeri dismenore primer. Faktor- faktor
ini lebih unik untuk nyeri dismenore dibandingkan nyeri yang berasal dari sumber
lainnya.
b. Dismenorhea Sekunder
Endometriosis jaringan endometrium yang membentuk prostaglandin dapat dijumpai
pada ovarium, ligamentum sakrouterina, cul-de-sac, atau dimanpun pada peritoneum.
Uterus retroversi dapat pula disertai endometriosis. Leiomioma (fibroid) merupakan
berkas-berkas otot polos yang saling menganyam, yang terbungkus suatu
pseudokapsula. Leiomioma sering kali disertai metroragia, dan juga berkaitan dengan
produksi prostaglandin yang berlebihan. Adenomiosis menjelaskan suatu keadaan
endometrium menginvasi miometrium. Mekanisme pasti bagaimana adenomiosis
menimbulkan dismenore masih belum jelas. (Mengel MB, 2014)
2.2.6. Derajat Dismenorhea
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat 16 berbeda oleh dua orang yang
berbeda (Septiani, 2015). Derajat nyeri dismenore dibagi menjadi tiga tingkat keparahan
yaitu:
1) Dismenore ringan Seseorang akan mengalami nyeri atau nyeri masih dapat ditolerir
karena masih berada pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan dapat
melanjutkan kerja sehari-hari. Dismenore ringan terdapat pada skala nyeri dengan
tingkatan 1-3
2) Dismenore sedang Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan
menekannekan bagian yang nyeri, diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu
meninggalkan kerjanya. Dismenore sedang terdapat pada skala nyeri dengan
tingkatan 4-6.
3) Dismenore berat Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada
kemungkinan seseorang tidak mampu lagi melakukan pekerjaan biasa dan perlu
istirahat beberapa hari, dan dapat disertai sakit kepala, migran, pingsan, diare, rasa
tertekan, mual dan sakit perut. Dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan
tingkatan 7-10
2.2.7. Faktor Resiko Kejadian Dismenorhea
Menurut (Irianti, 2018) terdapat beberapa faktor resiko dismenore pada remaja yaitu:
a. Usia Menarche dini, pada fase ini terjadi dismenore jauh lebih tinggi
b. Menstruasi, masa mestruasi yang panjang mengakibatkan dismenore yang parah
c. Riwayat keluarga dengan keluhan dismenore
d. Indek masa tubuh tidak normal
e. Gizi dan kegemukan (obesitas) merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya
dismenore. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai seperti kudapan
atau junk food. Mengkonsumsi yang berlemak dapat meningkatkan hormon
prostaglandin yang dapat menyebabkan nyeri di bagian perut bawah atau dismenore
f. Faktor psikologi, remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi tidak memahami
tentang proses haid, mudah mengalami dismenore dan stres emosional.
2.2.8. Dampak Dari Kejadian Dismenorhea
Ada dua jenis dampak dismenore yaitu jangka pendek dan jangka panjang
1) Jangka pendek jika tidak teratasi akan mengakibatkan gangguan aktivitas sehari-hari.
2) Sedangkan pada dampak jangka panjang akan menimbulkan menstruasi yang
bergerak mundur, kehamilan tidak terdeteksi etopik pecah, kista pecah, perorasi
rahim dari IUD dan infeksi (Larasati & Alatas, 2016).
2.2.9. Penatalaksanaan Dismenorhea
Menurut Anurogo (2015) penatalaksanaan dismenore primer meliputi penatalaksanaan
farmakologi dan non farmakologi, yaitu :
a. Terapi Farmakologi Penanganan dismenore yang dialami oleh individu dapat melalui
intervensi farmakologi. Terapi farmakologi, penanganan dismenore meliputi beberapa
upaya. Upaya farmakologi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
obat analgetik yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Obat-obatan paten yang
beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya.
Upaya farmakologi kedua yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian terapi
hormonal. Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk
membuktikan bahwa gangguan yang terjadi benar-benar dismenore primer. Tujuan ini
dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
b. Terapi Non Farmakologi Terapi nonfarmakologi merupakan terapi alternatif-
komplementer yang dapat dilakukan sebagai upaya menangani dismenore tanpa
menggunakan obat-obatan kimia. Tujuan dari terapi non farmakologi adalah ntuk
meminimalisir efek dari zat kimia yang terkandung dalam obat. Penanganan nyeri
secara nonfarmakologi terdiri dari:
1) Relaksasi 18 Sama seperti pengobatan herbal, saat ini relaksasi merupakan cara
yang banyak dipilih untuk digunakan. Relaksasi cukup mudah untuk dilakukan
kapan saja dan dimana saja. Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau
pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas
abdomen dengan frekuensi lambat, berirama, teknik relaksasi nafas dalam
(contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan). Berbagai cara untuk relaksasi
diantaranya adalah dengan meditasi, yoga, mendengarkan musik, dan
hipnotherapy. Relaksasi juga dapat dilakukan untuk mengontrol sistem saraf
(Anurogo, 2015).
2) Terapi kompres hangat Kompres hangat merupakan salah satu motode non
farmakologi yang dianggap sangat efektif dalam menurunkan nyeri atau spasme
otot. Panas dapat dialirkan melalui konduksi, konveksi, dan konvensi. Nyeri
akibat memar, spasme otot, dan arthtritis berespon baik terhadap peningkatan
suhu karena dapat melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah
lokal (Oktasari,dkk, 2014:2)
3) Aromaterapi
Aromaterapi merupakan salah satu metode non-farmakologi dalam mengurangi
nyeri. Pada aromaterapi lavender terdapat kandungan utamanya yaitu linalyl
asetat dan linalool, dimana linalyl asetat berfungsi untuk mengendorkan dan
melemaskan sistem kerja saraf dan otot yang mengalami ketegangan sedangakan
linalool berperan sebagai relaksasi dan sedatif sehingga dapat menurunkan nyeri
haid 4) Pengobatan herbal Pengobatan herbal tergolong pengobatan yang paling
diminati oleh masyarakat. Disamping biaya yang murah, pengobatan herbal bisa
dilakukan dengan mudah. Menurut Anurogo (2015) pengobatan herbal dapat
dilakukan dengan membuat minuman dari tumbuh-tumbuhan seperti kayu manis
(mengandung asam sinemik untuk meredakan nyeri), kedelai (mengandung
phytoestrogens untuk menyeimbangkan hormon), cengkeh, ketumbar, kunyit,
bubuk pala, jahe.
4) Pengobatan herbal
Pengobatan herbal tergolong pengobatan yang paling diminati oleh masyarakat.
Disamping biaya yang murah, pengobatan herbal bisa dilakukan dengan mudah.
Menurut Anurogo (2015) pengobatan herbal dapat dilakukan dengan membuat
minuman dari tumbuh-tumbuhan seperti kayu manis (mengandung asam sinemik
untuk meredakan nyeri), kedelai (mengandung phytoestrogens untuk
menyeimbangkan hormon), cengkeh, ketumbar, kunyit, bubuk pala, jahe.
2.3. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Remaja
Manajemen kebidanan (Midwifery Management) adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi
(Mudillah dkk, 2012: 110).
2.3.1. Pengkajian
Pengkajian data meliputi kapan, dimana, dan oleh siapa pengkajian dilakukan. Adapun
pengkajian data meliputi pengkajian data subjektif dan objektif yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Data Subyektif Data subjektif berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan remaja sesuai dengan kondisinya (Romauli, 2011). Jenis data yang
dikumpulkan adalah:
a. Biodata
1) Nama
Untuk mengenal atau memanggil nama klien dan untuk mencegah kekeliruan
bila ada nama yang sama
2) Umur
Untuk memastikan usia dan sebagai identitas
3) Suku/bangsa
Untuk mengetahui adat istiadat sehingga mempermudah dalam melaksanakan
tindakan kebidanan
4) Agama
Hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan dengan
ketentuan agama
5) Pendidikan
Untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau dalam memberikan
informasi mengenai suatu hal dengan menggunakan cara yang sesuai dengan
pendidikan klien.
6) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
b. Keluhan Utama
Pada remaja dengan keluhan dismenore akan dijumpai keluhan utama seperti
nyeri perut bagian bawah, mual dan muntah disertai diare (Asrinah, 2017)
c. Status
Dalam Keluarga Untuk mengetahui hubungan klien dan keluarga saat ini dan
yang mengasuhnya
d. Jumlah Saudara dalam Keluarga
Untuk mengetahui hubungan antara saudara dan jumlah saudara klien
e. Riwayat Pernikahan Orang tua
Untuk mengetahui lama pernikahan orang tua klien
f. Riwayat Menstruasi
- Menarche: Perlu ditanyakan karena dismenorhea biasanya terjadi beberapa
waktu setelah menarche, wanita Indonesia pada umumnya mengalami
menarche sekitar 12 sampai 16 tahun (Sulistyawati, 2018)
- Siklus haid: Perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah siklus haid teratur
atau normal (21-40 hari), karena siklus haid setiap wanita berbeda-beda,
berkaitan dengan usia klien (Dito dan Ari, 2019)
- Lama haid: Perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid dari klien
normal (3-7 hari), karena lama haid setiap wanita berbeda-beda (Dito dan Ari,
2019)
g. Riwayat Kesehatan Remaja
Untuk mengetahui apakah klien menderita suatu penyakit kronis dan keluhan
yang dialami klien saat ini, yang akan mempengaruhi timbulnya dismenorea
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui peenyakit yang ada di keluarga pasien yang khusunya penyakit
menular dan keturunan yang dapat mempengaruhi organ reproduksi dan apakah
keluarganya terdapat riwayat dismenorea (Varney, 2010)
i. Aktivitas Sehari-hari
1) Kegiatan Sehari-hari Untuk mengetahui kebiasaan klien dalam sehari dan
apakah kegiatan klien terganggu karena dismenorea
2) Merokok Untuk mengetahui apakah klien merokok atau tidak agar dapat
memantau kesehatan klien
3) Aktifitas Olahraga Untuk mengetahui kebugaran jasmani klien dalam
seberapa sering melakukan aktivitas fisik karena aktivitas fisik mempengaruhi
penurunan dismenorea
4) Aktivitas Seksual Untuk mengetahui resiko klien terkena penyakit seksual,
HIV, atau kejadian hamil di luar nikah
5) Obat-Obat terlarang Untuk mengetahui resiko remaja dalam keterkaitan
penggunaan obatobatan terlarang
6) Pola Nutrisi Untuk mengetahui apakah makanan yang dimakan sesuai dengan
gizi seimbang yang diperlukan bagi remaja pada masa menstruasi
7) Pola Istirahat Pada kasus dismenorea, pola istirahat terganggu karena adanya
rasa yang tidak nyaman (Asrinah, 2011)
8) Pola Eliminasi Untuk mengetahui kebiasaan buang air pada remaja baik buang
air besar maupun buang air kecil, apakah terganggu karena dismenorea
9) Pola Personal Hygiene Mengetahui apakah remaja selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia, saat menstruasi mengganti pembalut
berapa kali dalam 1 hari.
2. Data Obyektif
Data Objektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik terhadap klien
(Sulistyawati, 2014).
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Pada kasus gangguan reproduksi dengan dismenorea
keadaan umum cukup.
b. Kesadaran : Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, yaitu
pasien sadar sepenuhnya dan memberi respons yang adekuat terhadap
stimulus yang diberikan.
c. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : Tekanan darah normalnya adalah 100/70 mmHg sampai
dengan 120/80 mmHg.
- Nadi : Nadi normal berkisar antara 60-80x/menit.
- Suhu : Suhu tubuh yang normal adalah 35,8 - 37 0C
- Respirasi : Pernapasan normalnya 16 – 24 x/menit.
2) Pemeriksaan Antropometri
a. BB : Untuk mengetahui keadaan kesehatan klien baik dan keseimbangan
antara intake dan keutuhan gizi terjamin
b. TB : Untuk mengetahui pertumbuhan rangka sesuai dengan pertambahan
umur
c. Rasio Lpa/Lpi : Untuk menilai akumulasi lemak pada tubuh. Seseorang
dengan lingkar pinggang sempit dan lingkar panggul yang besar memiliki
resiko penyakit kardiovaskuler yang rendah
d. LILA : Untuk mengetahui lingkar lengan klien. Normalnya 23,5 cm
e. IMT : Untuk mengetahui rentang berat badan ideal Normalnya 18,50 – 24,99
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Untuk mengetahui kebersihan rambut, warna rambut, mudah rontok atau
tidak
b. Muka : Untuk mengetahui wajah tampak pucat atau tidak.
c. Mata : Konjugtiva merah muda untuk mengetahui bahwa klien tidak anemi, sklera
putih
d. Hidung : pada normalnya penciuman tajam, tidak ada polip
e. Telinga : pada normalnya telinga bersih, tidak ada cairan maupun serumen
f. Mulut : pada normalnya mukosa bibir lembab, bibir tidak sianosis dan tidak pucat,
tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, tidak ada pembengkakan gusi
g. Leher : pada normaknya tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran limfe
maupun bendungan vena jugularis.
h. Abdomen : pada kasus dismenorea terdapat nyeri pada perut bagian bawah
i. Genetalia : Untuk mengetahui kebersihan vagina, ganti pembalut
j. Ekstremitas : Untuk mengetahui bentuk,ada gangguan/kelainan atau tidak,
oedema atau tidak, varises atau tidak
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Kecerdasan Majemuk
Untuk mengoptimalkan pemahaman multiple intelligence atau akan profil
intelegensi yang dimiliki remaja sehingga remaja memahami serangkaina
kelebihan dan kekurangan pada kemampuannya
b. Pediatric Symptom Checklist (PSC)
Untuk mendeteksi secara dini kelainan/masalah psikososial pada anak berusia 4-
18 tahun
2.3.2. Interpretasi Data
1. Diagnosa : Nn.”X” usia.........tahun dengan masalah dismenorea., keadaan baik,
prognosa baik.
2. Masalah
Masalah yang sering ditemukan pada dismenore adalah cemas dan terganggu pada
kegiatan aktvitas sehari-hari.
3. Kebutuhan Kebutuhan yang diperlukan dengan dismenore adalah informasi tentang
dismenore primer
2.3.3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ini merupakan langkah yang bersifat antisipatif rasional atau logis
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi untuk dilakukan
pencegahan. Masalah potensial yang terjadi pada dismenore primer apabila tidak segera
mendapat penanganan akan mengakibatkan dismenore sekunder dan kanker servic
(Asrinah, 2011).
2.3.4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Dalam pelaksanaan terkadang bidan dihadapkan pada beberapa situasi yang memerlukan
penanganan segera, dimana bidan harus segera melakukan tindakan untuk
menyelamatkan pasien, mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi dengan
tim kesehatan lain. Pada dismenore primer tindakan yang dilakukan adalah dengan obat
analgesik yang sering diberikan adalah preprat kombinasi aspirin, fansetin, dan kafein.
Obat-obatan paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen
dan sebagainya atau dapat diberikan terapi non farmakologis yaitu dengan terapi es dan
panas, obat herbal, dan teknik relaksasi
2.3.5. Perencanaan
1. Pertemuan 1
a. Jalin komunikasi interpersonal
b. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan antopometri
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien, dan status gizi pasien remaja
c. Jelaskan kepada pasien mengenai mengenai dismenorea kemungkinan penyebabnya,
serta faktor resiko yang dapat menimbulkan masalah
Rasional : dengan diberikan informasi tentang dismenorea anak akan lebih mengerti
d. Jelaskan klien untuk pola hidup sehat
Rasioanl: dengan diberikan informasi mengenai pola hidup sehat anak akan lebih
mengerti
e. Berikan edukasi kesehatan mengenai nutrisi yang seimbang, serta pola hidup sehat
untuk mengatasi keluhan dismenorea
Rasional : pengetahuan dan pendidikan kesehatan mengenai gizi dan pola hidup sehat
pada remaja bertambah, serta mampu menerapkan pada dirinya sehingga kesehatan
semakin baik.
f. Berikan edukasi kesehatan mengenai pentingnya aktivitas fisik secara rutin, minimal
30 menit/hari
Rasional : untuk menjaga tubuh tetap bugar dan sehat
g. Ukur kecerdasan majemuk dan jelaskan hasilnya
Rasional : untuk mengetahui kecerdasan pada remaja sesuai dengan kemampuannya
h. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya.
2. Pertemuan 2
a. Berikan motivasi untuk semangat melakukan olahraga agar bisa menurunkan berat
badan. Rasional : pentingnya memberikan motivasi agar pasien lebih bersemangat
b. Berikan edukasi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja, antara lain: masa
pubertas, tanda-tanda primer dan sekunder pubertas pada perempuan beserta
fungsinya, dan cara merawat kesehatan organ reproduksi Rasional : pentingnya
pendidikan kespro untuk remaja, supaya siap menghadapi perubahan-perubahan yang
dialami nya dalam masa pubertas ini, dan mengetahui cara mengatasinya, jika
kemudian hari ditemukan masalah.
c. Berikan edukasi mengenai personal hygiene Rasional : pentingnya mengenai personal
hygiene untuk merawat kesehatan organ reproduksi
d. Lakukan pengisian kuisoner kesehatan jiwa (menggunakan pediatric symtom
checklist) Rasioanl: untuk mengtahui psikososial pada remaja
e. Berikan edukasi kesehatan mengenai keterampilan hidup sehat (PKHS) Rasional :
pengetahuan dan pendidikan PKHS pada remaja bertambah, mampu menerapkannya
pada dirinya.
f. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya Rasional: untuk melanjutkan intervensi
selanjutnya.
3. Pertemuan 3
a. Berikan pelayanan terkait NAPZA Rasional : untuk memberikan informasi mengenai
NAPZA agar tidak menggunakan atau mencoba
b. Berikan HE mengenai pola hidup sehat dengan menerapkan CERDIK Rasional:
menerapkan pola hidup sehat supaya tubuh tetap sehat dan bugar
c. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya
4. Pertemuan
a. Berikan informasi terkait isu kesehatan lain terkait kespro remaja dan masalah
kesehatan penyakit menular seperti HIV/AIDS b. Lakukan evaluasi terkait pelayanan
yang telah didapatkan Rasional : untuk mengetahui apakah asuhan yang kita berikan
sudah efektif dan efisien atau belum
2.3.6. Pelaksanaan Menurut Kemenkes RI (2019).
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan
aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2.3.7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen
dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif
atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Sofian, 2012). Evaluasi yang
diharapkan pada pasien dengan dismenore primer menurut Hartanto (2010), yaitu:
1. Pasien mengatakan sudah tidak merasakan cemas.
2. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
3. Tidak ada nyeri perut pada bagian bawah.
4. Pasien bersedia melakukan kunjungan ulang atau bila ada keluhan
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 26 Maret 2023

Pukul : 09.30 WIB

Oleh : Meishafa Nanda Mutyovi

Tempat : Rumah Klien

3.1. Data Subyektif


1. Biodata Nama : Nn A
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Duran

Nama Orangtua : Tn “M” / Ny “K”


Usia : 48 tahun/ 43 tahun
Agama : Islam / Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK/SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Duran
2. Keluhan
Pada saat menstruasi ini nyeri perut bagian bawah, dengan intensitas nyeri sedang dan
masih bisa beraktivitas namun terganggu. Dan pasien sedang haid hari ke 1
3. Status dalam keluarga
Anak kandung dan tinggal bersama orang tua
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Lama menstruasi : 8-9 hari
c. Siklus menstruasi : 28 hari
d. Flour Albus : Kadang-kadang
e. Dismenorhea : Nyeri haid hari ke 1-3
5. Riwayat Kesehatan
Remaja Klien tidak ada riwayat penyakit Jantung, Diabetes Melitus, TBC, Hepatitis B,
IMS, HIV/AIDS ataupun penyakit menular lainnya.
6. Riwayat Kesehatan
Keluarga Keluarga klien tidak ada riwayat penyakit Jantung, Diabetes Melitus, TBC,
Hepatitis B, IMS, HIV/AIDS ataupun penyakit menular lainnya dan ibu ada riwayat
dismenorhea
7. Riwayat Psikososial
Hubungan klien dengan orang tua baik, sering berkomunikasi jika di dalam rumah.
Hubungan klien dengan teman-teman dan lingkungan sekitar baik.
8. Aktifitas sehari-hari
a. Kegiatan sehari-hari Melakukan sekolah hari Senin-Jumat pukul 07.00-14:00 WIB,.
Dan melakukan pekerjaan rumah, seperti menyapu, mencuci, belajar mandiri
b. Apakah merokok: Tidak merokok
c. Aktifitas Olahraga
Selama puasa tidak olahraga sama sekali dan sebelum puasa olahraga 1x seminggu di
sekolah.
d. Seksual
Tidak pernah melakukan hubungan seksual
e. Obat-obat terlarang
Tahu tentang obat terlarang dan tidak pernah menggunakan obat terlarang
f. Pola makan
Makan 2 kali/hari selama bulan puasa. Jika tidak berpuasa klien mengatakan makan 2
kali sehari porsi sedang. Dalam sehari pagi hanya makan roti dan susu, makan siang
dan malam dengan porsi nasi 1 centong, lauk pauk: tahu/tempe/ayam/telor dan sayur
(sup, bayam, sayur bening). Minum air putih ±2 liter dalam sehari
g. Pola Istirahat
Tidur malam sekitar pukul 11:30 WIB dan bangun pagi pukul 03.00 WIB (selama
puasa Ramadhan) dan jika tidak di bulan Ramadhan tidur malam pukul 00:30 WIB
dan bangun pagi pukul 05.00 WIB, tidur siang selama 1 jam.
h. Pola Eliminasi
BAB 1 hari sekali, tidak ada keluhan konstipasi dll. BAK 7-8 x/hari, tidak ada
keluhan.
i. Persnonal Hygiene
Mandi 2x sehari, gosok gigi 3 kali/hari, ganti baju 1-2 kali sehari, keramas 3 hari
sekali, ganti celana dalam 2x sehari, dan ketika haid ganti pembalut 4-5 jam sekali
(atau ganti dalam keadaan softek penuh).

3.2. Data Obyektif


1. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Suhu : 36,6 ºC
- Nadi : 81 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Antropometri
- Berat Badan : 50 kg
- Tinggi Badan : 160 cm
- IMT : 19,5
- Lingkar Pinggang : 89 cm
- Lingkar Pinggul : 105 cm
- Rasio Lpa/Lpi : 0,84 cm (tidak beresiko PMS (Pre Menstrual Syndrome))
- LILA : 24 cm
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala dan wajah :Bentuk kepala normal, tidak ada benjolan, wajah tidak pucat
Mata :Konjungtiva merah muda dan sklera putih
Telinga :Tidak ditemukan adanya cairan atau serumen
Hidung :Fungsi penciuman baik dan tidak ada polip
Mulut :Bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada pembengkakan gusi, tidak terdapat
bercak putih/jamur
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran limfe
Dada :Tidak ada retraksi dinding dada, pernapasan teratur
Abdomen :Tidak teraba massa abnormal dan perut nyeri ketika ditekan
Punggung :Tidak ada kelainan skoliosis, kifosis maupun lordosis
Ekstremitas
- Atas : Tidak ada bengkak, tidak ada kelainan
- Bawah : Tidak ada bengkak, tidak ada kelainan,
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Kecerdasan Majemuk
Skor Tertinggi 1 : 29 (Kecerdasan Intrapersonal)
Skor Tertinggi 2 : 26 (Kecerdasan Logika Matematika)
Skor Tertinggi 3 : 25 (Kecerdasan Interpesonal)
3.3. Analisa
Remaja usia 18 tahun dengan Dismenorhea Primer prognosa baik
3.4. Penatalaksanaan
Tanggal/jam Penatalaksanaan 26/03/2023 09:45
1. Memperkenalkan diri dan menjalin komunikasi interpersonal. e/ Klien kooperatif dan
mengetahui maksud serta tujuan dari pengkajiaan yang dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan antropometri. e/ Klien mengerti tentang
hasil pemeriksaan yang dijelaskan dan mengetahui keadaannya
3. Menjelaskan tentang dismenorhea meliputi penyebab dan cara mengatasi dismenorhea
dengan mengompres perut dengan air hangat, istirahat cukup, dan melakukan relaksasi
dengan bernafas dalam dan mendengarkan musik yang disukai e/ Klien mengerti tentang
penjelasan yang diberikan dan bersedia menerapkan saran yang dianjurkan.
4. Menganjurkan Klien untuk kompres hangat pada bagian perut bawah untuk mengurangi
nyeri dismenorea yang dialami e/ klien bersedia untuk melakukan kompres hangat
5. Memberikan KIE pentingnya melakukan aktivitas fisik 33 secara rutin, minimal 30 menit
sehari untuk mengurangi nyeri dismenorea. Aktivitas fisik dapat berupa berbagai macam
olahraga ringan yang dilakukan dirumah seperti, naik tangga, berjalan kaki, dan
melakukan pekerjaan rumah (menyapu,mengepel, dan sebagainya). e/ Klien mengerti
mengenai pentingnya melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, dan bersedia
menerapkannya
6. Memberikan KIE mengenai gizi seimbang untuk remaja: makanan yang dimakan
dianjurkan merupakan makanan yang beragam. Setiap kali makan terdiri dari makanan
pokok, lauk-pauk, buah-buahan, dan air. Yang divisualisasikan dalam “Isi Piringku”,
yaitu antara lain:
a. Porsi makanan pokok adalah 2/3 dari setengah piring makanan pokok.
b. Porsi sayuran sebanding dengan porsi makanan pokok (1:1) atau 2/3 dari setengah
piring sayuran
c. Porsi lauk pauk 1/3 dari setengah piring
d. Porsi buah-buahan 1/3 setengah piring
e. Batasi konsumsi makanan yang mengandung tinggi gula, garam dan minyak
f. Dan minimal minum Air putih ±2000 liter/hari e/ Klien telah mengerti penjelasan
yang diberikan mengenai gizi seimbang untuk remaja dan bersedia
7. Memberikan KIE mengenai istirahat yang cukup yaitu 8 jam per hari, karena jika kualitas
tidur tidak baik dan sering begadang akan menyebabkan dismenorea semakin berat. e/
klien mengerti dan akan menjaga kualitas tidur
8. Memberikan klien tablet tambah darah dan memberikan KIE pentingnya remaja
mengkonsumsi tablet tambah 34 darah terutama pada saat menstruasi adalah
a. Mencegah anemia, karena pada saat haid remaja mengalami kehilangan banyak darah
setiap bulan
b. Menunjang fase tumbuh kembang, remaja putri memasuki tumbuh kembang yang
pesat sehingga membutuhkan zat besi lebih banyak
c. Menjaga daya tahan tubuh, pada zat besi juga penting untuk meningkatkan imun
tubuh
d. Investasi kesehatan jangka panjang, yaitu remaja putri yang rutin minum zat besi dan
bebas anemia minim komplikasi kehamilan terutama mencegah terjadinya lahirnya
bayi stunting. e/ Klien bersedia minum tabket tambah darah 1x1 tablet per hari pada
saat menstruasi
9. Menyepakati pertemuan selanjutnya yaitu pada 28 Maret 2022 pukul 16.00 WIB di
rumah pasien e/Klien menyetujui pertemuan selanjutnya

CATATAN PERKEMBANGAN II

Tanggal : 28 Maret 2023

Pukul : 16.00 WIB

Oleh : Debi Setiawati

Tempat : Rumah Pasien

1. Data Subyektif
a. Klaien mengatakan hari ini sedang haid hari ketiga dan nyeri haid sangat berkurang
dan membaik
b. Klien sudah tidak begadang lagi dan tidur jam 10:00 bangun pagi jam 05:00
c. Klien sudah olahraga 30 menit/hari
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 100/70 mmHg
- Suhu : 36,7 ºC
- Nadi : 84 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
b. Pemeriksaan Antropometri
- Berat Badan : 50 kg
- Tinggi Badan : 160 kg
- IMT : 19,5
3. Pemeriksaan Fisik
Mata :Konjungtiva merah muda dan sklera putih
Abdomen : Nyeri perut (dismenorhea) berkurang dan jauh lebih membaik
4. Pemeriksaan Penunjang
Mengukur Kecerdasan Majemuk
Didapatkan hasil :
a. Skor Tertinggi 1: Kecerdasan Intrapersonal Total Skor 29 Yang artinya memiliki
kemampuan untuk menyadari emosi, perasaan, keinginan dan motivasi yang ada
dalam diri mereka. Anak dengan kecenderungan intrapersonal cenderung menikmati
refleksi dan analisis diri, termasuk melamun dan mengeksplorasi hubungan dengan
orang lain
b. Skor Tertinggi 2 : Kecerdasan Logika Matematika Total Skor 26 Yang artinya
memiliki kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan menyelesaikan hal-hal yang
bersifat matematis. Anak dengan kecerdasan logis matematis memiliki kemampuan
dalam menggunakan angka dengan baik, melakukan penalaran dengan benar,
mengolah alur pikiran yang panjang dan mencerna pola-pola logis atau numeris
dengan benar. Kecerdasan yang satu ini merupakan kecerdasan yang dimiliki para
ilmuwan, akuntan, dan pemrogram komputer.
c. Skor Tertinggi 3: Kecerdasan Interpersonal Total Skor 25 Yang artinya memiliki
kemampuan untuk memahami dan membuat perbedaan pada suasana hati, maksud,
motivasi, dan perasaan terhadap orang lain. Hal ini dapat mencakup kepekaan
terhadap ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh; kemampuan untuk membedakan
berbagai jenis isyarat interpersonal; dan kemampuan untuk merespon secara efektif
isyarat-isyarat tersebut dalam beberapa cara pragmatis Kuisoner Terlampir
5. Analisa
Remaja usia 18 tahun dengan dismenorhea primer prognosa baik
6. Penatalaksanaan
Tanggal/Jam
Penatalaksanaan 28/03/2023 16:00
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan e/ Klien memahami kondisinya
b. Mengukur kecerdasan majemuk dan menjelaskan hasilnya. e/ Klien koperatif dan
menjawab kuisoner pengembangan kecerdasan majemuk dengan baik.
c. Memberikan KIE mengenai kesehatan reproduksi remaja, antara lain: tanda-tanda
primer dan sekunder pubertas pada perempuan beserta fungsinya e/ Klien mengerti
mengenai penjelasan yang telah diberikan dan bersedia menerapkan pesan kesehatan
yang diberi.
d. Memberikan KIE mengenai personal hygiene yaitu dengan cara menjaga kebersihan
genitalia dengan mengganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari, cara cebok atau
membilas dari depan ke belakang, tidak menggunakan celana dalam yang ketat atau
celana yang terlalu tebal, mengeringkan genitalia setelah BAK/BAB, serta
menghindari penggunaan pengharum dan sabun antiseptik secara terus menerus
karena dapat merusak keseimbangan flora normal dalam vagina. e/ Klien memahami
cara menjaga kebersihan genetalia dengan baik dan akan menerapkannya
e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS) di
lingkungan rumah pada remaja yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku sehat,
yaitu menjaga kebersihan diru maupun lingkungan, dan menjauhi hal-hal yang
berbahaya untuk kesehatan. Dan terdapat 10 kompetensi/ketrampilan yang
merupakan inti dalam 38 PKHS yaitu kesadaran diri, empati, pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, berpikir kritis, berpikir kreatif, komunikasi efektif, hubungan
interpersonal, pengendalian emosi, mengatasi stress e/Klien mengerti tentang PKHS
dan bersedia menerapkan di lingkungannya.
f. Menyepakati pertemuan selanjutnya pada tanggal 01 April 2023 16:00 WIB e/ Klien
menyetujui pertemuan selanjutnya

CATATAN PERKEMBANGAN III

Tanggal : 01 April 2023

Pukul : 16:00 WIB

Oleh : Meishafa Nanda Mutyovi

Tempat : Rumah Klien


1. Data Subyektif
a. Klien mengatakan haid ke enam dan sudah tidak nyeri perut karena sudah tahu cara
mengatasi dan sudah tidak nyeri perut di hari ke 3
b. Klien mengatakan mengatur pola makan sesuai yang dianjurkan yaitu dengan
menjaga gizi seimbang sesuai dengan isi piringku
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 100/70 mmHg
- Suhu : 36,5 ºC
- Nadi : 81x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
c. Pemeriksaan Antropometri
- Berat Badan : 50 kg
- Tinggi Badan : 160 kg
- IMT : 19,5
3. Pemeriksaan Fisik
Mata :Konjungtiva merah muda dan sklera putih
Abdomen : Nyeri perut (dismenorhea) tidak ada dan tidak ada massa abnormal
4. Pemeriksaan Penunjang Skoring Kuesioner Pediatric Symptom Checklist (PSC) 40 Skor:
18 (Tidak terdapat masalah psikososial)
5. Analisa
Remaja usia 18 tahun dengan menstruasi hari ke 7
6. Penatalaksanaan
7. Tanggal/Jam Penatalaksanaan 01/04/2023 16:00
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dan antropometri e/ Klien mengerti
kondisinya sekarang
b. Memberikan pujian kepada klien karena telah menjalankan saran yang telah diberikan
sehingga dapat mengatasi rasa nyeri haid yang dialami. e/ Klien senang dan
termotivasi untuk tetap menjalankan saran yang telah diberikan
c. Melakukan skrining masalah psikososial remaja dengan menggunakan instrumen
Pediatric Systom Checklist (PSC). Skor PSC adalah 18 yang berarti kurang dari 28
sehingga klien tidak memiliki masalah psikososial
d. Memberikan edukasi mengenai penyalahgunaan NAPZA e/ Klien paham mengenai
materi yang diberikan mengenai masalah penyalahgunaan NAPZA
e. Memberikan KIE mengenai pola hidup sehat dengan menerapkan CERDIK, yaitu:
1. Cek kesehatan secara rutin Memonitor tekanan darah, menimbang berat badan,
mengukur tinggi badan, mengukur lingkar perut, dan perhatikan denyut nadi dan
jangan lupa pula mengecek HB, kadar kolesterol dan gula darah secara teratur.
2. Enyahkan asap rokok Dampak rokok juga bukan hanya pada sektor kesehatan,
tapi juga keuangan. Tak ada salahnya bila mulai saat ini berhenti merokok demi
kehidupan yang lebih baik.
3. Rajin aktifitas fisik Guna menjaga kesehatan dan mencegah penyakit
kardiovaskuler, berolahragalah secara rutin setidaknya minimal selama 30 menit
per hari sebanyak 3-5 kali per minggu.
4. Diet seimbang Imbangi aktivitas olahraga dengan melakukan diet sehat dan
seimbang. Batasi konsumsi gula tak lebih dari 4 sendok makan per hari per orang
dan garam tak lebih dari 1 sendok teh per orang per hari. Batasi pula konsumsi
lemak (GGL) atau minyak tak lebih dari 5 sendok makan per hari per orang.
5. Istirahat cukup Bagi remaja , istirahatlah yang cukup dengan tidur selama 7-8 jam
sehari.
6. Kelola stress Terakhir, kurangi potensi penyakit kardiovaskuler dengan mengelola
stres. Sering-seringlah rekreasi, relaksasi, berpikiran positif dan bercengkrama
dengan orang lain. Terapkan pola hidup teratur dan rencanakan masa depan Anda
sebaik-baiknya. e/ Klien mengerti mengenai tips pola hidup sehat dengan
menerapkan CERDIK, dan bersedia menerapkannya
f. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya yaitu pada tanggal 04 April 2023 e/ Klien
menyetujui pertemuan selanjutnya
CATATAN PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 04 April 2023

Pukul : 16:00 WIB

Oleh : Meishafa Nanda Mutyovi

Tempat : Rumah Klien

1. Data Subyektif Klien mengatakan haid sudah selesai 2 hari lalu (lama haid 7 hari,
biasanya 8- 9 hari), sekarang tidak ada keluhan, klien tetap menjaga pola hidup sehat
dengan makan makanan seimbang dan berolahraga
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Suhu : 36,7 ºC
- Nadi : 83x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
b. Pemeriksaan Antropometri
- Berat Badan : 50 kg
- Tinggi Badan : 160 kg
- IMT : 19,5
c. Pemeriksaan Fisik
Mata :Konjungtiva merah muda dan sklera putih
Abdomen : Tida ada massa abnormal
d. Analisa
Remaja usia 18 tahun dengan prognosa baik
e. Penatalaksanaan
Tanggal/Jam Penatalaksanaan 04/04/2023 16:00
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan e/ Klien mengetahaui hasil pemeriksaannya
2) Memberikan pujian pada klien karena terus melakuakn aktivitas fisik/olahraga 30
menit/hari (saat puasa dilakukan di sore hari dirumah dengan menggunakan
skeeping ataupun workout ringan) dan menjaga pola makan yang seimbang dan
bergizi meskipun sudah tidak menstruasi e/ Klien memahami dan akan
melakukannya
3) Melakukan evaluasi terkait pelayanan yang telah diberikan pada remaja e/ Klien
mengerti dan mampu menjelaskan apa yang telah didapatkan serta klien mampu
menceritakan kembali apa manfaat yang telah didapatkan selama diberikan
asuhan dan bersedia melaksanakannya
4) Mengakhiri pertemuan dengan klien e/ Komunikasi terapeutik dengan klien
berjalan efektif dan efesien
BAB 4

RAEDING JURNAL
BAB 5

PEMBAHASAN
BAB 6

PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Nn “A” dikategorikan sebagai remaja akhir jika ditinjau dari usianya.
2. Nn. “A” mengalami dismenorea yang dikategorikan sebagai dismenorea primer
3. Dismenorea yang dialami oleh Nn. A dapat terjadi karena kurangnya olahraga dan
kualitas tidur yang kurang baik
4. Dismenorehea yang dialami oleh Nn “A” dapat diringankan dengan kompres hangat pada
perut bagian bawah, memperbaiki pola istirahat dan pola aktivitas olahraga,mengonsumsi
makanan yang bergizi seimbang, rutin mengkonsumsi tablet tambah darah dan
melakukan teknik relaksasi.
6.2. Saran
1. Bagi Klien Diharapkan remaja dapat menambah pengetahuannya dalam meningkatkan
kesehatan diri remaja dan mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapi oleh remaja.
2. Bagi Mahasiswa Diharapkan mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan
wawasan mengenai asuhan kepada remaja dan lebih teliti dalam melakukan pengkajian
dan penanganan sehingga pasien bisa mendapatkan penanganan yang sesuai dan optimal
DAFTAR PUSTAKA Anurogo, D & Wulandari, A. 2015. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:
CV Andi Offset Diyan, Indriyani. 2013. Keperawatan Maternitas Pada Area Perawatan Antenatal.
Yogyakarta: Graha Ilmu Farotimi, A. A., Esike, J., Nwozichi, C. U., Ojediran, T. D., & Ojewole, F. O.
2015. Knowledge, attitude, and healthcare-seeking behavior towards dysmenorrhea among
female students of a provate university in ogun state, Nigeria. Journal of basic and clinical
reproductive sciences 4(1) 33-38. Fatmawati, M., Riyanti, E., dan Widjanarko B. 2016. Perilaku
Remaja Putri Dalam Mengatasi Dismenorhea (Studi Kasus Pada Siswi SMK Negeri 11 Semarang).
Jurnal Kesehatan Masyarakat. V.4 No.3 Octavia, S.A. 2020. Motivasi Belajar Dalam
Perkembangan Remaja. Yogyakarta: CV Budi Utama Hurlock, E. 2012. Psikologi Perkembangan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Icesma Sukarni K-Margareth
ZH. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta: Nuhamedika. Irianti, B. 2018. Fakor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian dismenorhea Pada Remaja. Menara Ilmu, Xii (10), 8-13
Judha, Mohamad. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Solo: Rahma Surakarta
Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. In Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Kowalak. 2013. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC Kusmiran, E. 2016. Kesehatan
Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika 49 Larasati, T & Alatas, F. 2016.
Dismenore Primer dan Faktor Resiko Dismenore Primer Pada Remaja Primery Dysmenorrhea
and Risk Factor of Primary Dysmenorrhea in Adolescent. Majority 5, 79-84 Lowdermilk, D. L.,
Perry, S. E., & Cashion, K. 2013. Maternity Nursing 8th Edition. St. Louis: Mosby Elsevier
Proverawati, A. 2014. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika
Putri, S.A., Yunus, M., dan Fanani E. 2017. Hubungan Antara Nyeri Haid (Dismenorhea) Terhadap
Aktivitas Belajar Pada Siswi Kelas SMA Negeri 52 Jakarta. Jurnal Kesehatan Saifuddin, A.B. 2014.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono,
Sarlito W. 2013. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers Sinaga, E. 2017. Manajemen Kesehatan
Menstruasi. Jakarta: Iwwash Sinha, S., Srivastava, J. P., Sachan, B., & Singh., R. B. 2016. A study
of menstrual pattern and prevalence of dysmenorrhea during menstruation among school going
adolescent girls in Lucknow district, Uttar Pradesh, India. International journal of community
medicine and public health 3(5) 1200-1203 Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan
Permasalahannya dalam Buku Ajar 1 Ilmu Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Sagungseto
Sukarni K, I & Wahyu, P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Utami, V W Ddan Prastika, M. 2015. Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenore Dengan
Perilaku Pencegahannya Pada Remaja Putri Kelas X Dan Xi Di Sma Gajah Mada Bandar Lampung
Tahun 2014. Jurnal Kebidanan. Vol 1, No 1, 5-8 Widyastuti, A. 2018. Biologi Reproduksi. Jakarta:
Salemba Medika Wulandari, A., Hasanah, O, dan Wofrest, R. 2018. Gambaran Kejadian Dan
Manajemen Dismenore Pada Remaja Putri Di Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. JOM FKp.
Vol.5, No.2

Anda mungkin juga menyukai