DOSEN PEMBIMBING:
Yoga Kertapati, M.Kep.,Ns., Sp. Kep Kom.
KELOMPOK
TAHUN 2001/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Komunitas
Pada Kelompok Anak Usia Sekolah” dengan baik. Dan kami ucapkan terimakasih
kepada Bapak Yoga Kertapati M.Kep.,Ns., Sp. Kep Kom. yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Serta teman-teman
angkatan 2021 yang senantiasa mendukung kami, khususnya kelas S1 Paralel.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a) Tujuan umum:
4
Mengetahui dan memahami mengenai asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok anak usia sekolah.
b) Tujuan khusus
• Untuk memahami konsep dan pengertian anak usia sekolah.
• Untuk mengetahui tindakan promotive dan preventif dalam
melakukan intervensi keperawatan komunitas pada kelompok anak
usia sekolah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.2 Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Tahapan tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal
mulai embrio (mulai konsepsi -8 minggu) dan masa fetus (9 minggu
sampai lahir), serta masa pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28
hari), masa bayi (29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa
prasekolah (36 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa sekolah
(6-12 tahun) dan masa remaja (12-18 tahun).
3. Tahapan tumbuh kembang anak usia sekolah
Tahapan ini dimulai sejak anak berusia 6 tahun sampai organ-organ
seksualnya masak. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antar
jenis kelamin maupun antar budaya berbeda. Berdasarkan pembagian
tahapan perkembangan anak, ada dua masa perkembangan pada anak usia
sekolah, 19 yaitu pada usia 6-9 tahun atau masa kanak-kanak tengah dan
pada usia 10-12 tahun atau masa kanak-kanak akhir. Setelah menjalani
masa kanakkanak akhir, anak akan memasuki masa remaja. Pada usia
sekolah, anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang
usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat dari aspek fisik, mental-
intelektual, dan sosialemosial anak. Pertumbuhan fisik pada anak usia
sekolah tidak secepat pada masamasa sebelumnya. Anak akan tumbuh
antara 5-6 cm setiap tahunnya. Pada masa ini, terdapat perbedaan antara
anak perempuan dan anak lakilaki. Namun, pada usia 10 tahun ke atas
pertumbuhan anak laki-laki akan menyusul ketertinggalan mereka.
Perbedaan lain yang akan terlihat pada aspek fisik antara anak laki-laki
dan perempuan adalah pada bentuk otot yang dimiliki. Anak laki-laki lebih
berotot dibandingkan anak perempuan yang memiliki otot lentur (Gunarsa,
2016).
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode
pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak
7
menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang
pesat. Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode
tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja,
meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada
masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
8
Awal stadium operasional formal juga timbul bersamaan dengan stadium
keempat dan terakhir pada pemahaman anak tentang peraturan moral. Anak
kecil menumjukkan minatnya dalam membuat peraturan bahkan untuk
menghadapi situasi yang belum yang belum pernah mereka jumpai. Stadium
ini ditandai oleh model ideologis penalaran moral, yang menjawab masalah
sosiol yang lebih luas ketimbang hanya situasi personal dan interpersonal.
1. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektuan, atau melaksnakan tugas-tugas belajar yang
menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti:
membaca, menulis dan menghitung).
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia
SD daya pikirnya sudah berkembang kearah berfikir konkret dan
rasional (dapat diterima akal). Pieget menamakannya sebagai masa
operasi konkrit. Pieget menamakannya sebagai masa operasi konkret,
masa berakhirnya berfikirn khayal dan mulai befikir konkret (berkaitan
dengan dunia nyata).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru,
yaitu mengklasifikasiakn (mengkelompokkan), menyusun, atau
mengasiosikan (menghubungkan atau manghitung) angka-angka atau
bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka),
seoerti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di
samping itu, pada masa ini anak sudah memiliki kemampuan
memecahkan masalah (problem solving) yang sedarhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjdi
dasardiberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan
pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan
dasardasar keilmuan, seprti membaca, menulis dan berhitung. Di
sampin itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan
tentang manusian, hewan lingkungan alam sekitar dan sebagainya.
Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk
9
mengungkapkan pendapat,gagasan atau penilaiannya terhadap
berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi
dilingkunganya.
10
a. Proses menjadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi
matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi ) untuk
berkatakata.
b. Proses belajar, yang berati bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara lalu mempelajari bahasaorang lain dengan jalan
mengimitasikan atau meniru ucapa/kata-kata yang didengarnya.
Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang didengan sengaja
menambah pembendaharaan katanya,mengajar menyusun struktur
kalimat, peribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang.
Dengan dibekali pelajaran bahasa ini, diharapkan peserta didik dapat
menguasai dan mempergunakan sebagai alat untuk: a. Berkomunikasi
dengan orang lain,
b. Menyatakan isi hatinya (perasaannya),
c. Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya,
d. Berfikir (menyatakan gagasan atau pendapat),
e. Mengembangkan kepribadiannya, seprti menyatakan sikap dan
kenyakinan.
3. Perkembangan sosial
Maksud perkembengan sosial disni adalah pencapai kematangan
dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan
moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar
ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan
keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya
(peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan
sosialnya telah tembah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan
dirisendri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama)
atau sosiosentris (mau memperhatiakn kepentingan orang lain). Anak
dapat berminat terhadapat kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan
bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota
11
kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima
dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan sosil, anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalm proses belajar di sekolah, kematangan
perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan
memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga
fisik (seperti: membersihkan kelas dan halaman sekolah), maupun
tugas yang membutuhkan pikiran (seperti: merencanakan kegiatan
camping, membuat rencana study tour).
4. Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahawa
pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat.
Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan
mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi
diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasan). Dalam
proses peniruan, kemampuan orang tua daal mengendalikan emosinya
sangat berpengaruh. Emosi-emosi yang secara dialami pada tahap
perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, iri hati, kasih
sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senagng, nikmat, atau
bahagia).
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah
laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi
yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangt atau rasa
ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan
dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan
guru, membaca buku,aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas, dan
disiplin dalam belajar.
5. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar sah atau
baikburuk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya,
mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak
12
akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang
diterima anak mengenai benar- salah atau baik-buruk akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau
tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini,
anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peratuaran.
Di samping itu , anak sudah dapat mengasosiakan satiap bentuk
perilaku dengan konsep benar-benar atau baik-buruk. Misalnya, dia
memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak
hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk.
Seadangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua
dan guru merupakan suatu yang benar/baik.
6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai
dengan ciri-cirisebagai berikut:
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.
b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada
indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-
nilai agama sebagai kelanjutan periode sebrelumnya. Kualitas
keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembetukan atau
pendidikan yang diterimanya. Berkaitan denag hal tersebut, pendidikan
disekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena
itu, pendidikan agama (pengajaran, pembiasan, dan penanaman nilai-
nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semaua pihak yang
terlibat dalam pendidikan di SD, bukan hanya guru agama tetapi
kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya. Apabila semua pihak yang
terlibat.
13
7. Perkembangan Motorik
Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka
perkembangan motorik anak sudah dapat terkodinasi dengan baik.
Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya.
Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik
yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal
untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti
menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenamg, main
bola, dan atletik.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor
penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan
maupun keterampilan. Oleh karaena itu, perkembangan motorik
sanagat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia
sekolah dasar kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya
dicapainya, karaena itu mereka sudah siap menerima pelajaran
keterampilan (Yusuf, 2016).
Sesuai perkembangan fisik (motorik ) maka di kelas-kelas
permulaan sangat tepat diajarkan :
a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
b. Keteramilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga (menerima,
menendang, dan memukul).
c. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari,
berenang, dan sebagainya.
d. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan,
ketertiban, dan kedisiplinan.
8. Perkembangan fisik
Perkembangan fiusik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum
memasuki masa remaja yang pertumbuhannya sangat cepat. Masa yang
tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan
akademik. Anak lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar
berbagai keterampilan. Kenikan tinggi dan berat badan bervariasi
14
antara anak satu dengan yang lain. Peran kesehatan dan gizi sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
9. Perkembangan Bicara
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam
berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang
berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak
pembendaharaan kat yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa
komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak
mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak
untuk meningkatkan pengertiannya.
10. Kegiatan Bermain
Permainan yang disukai cenderung kegiatan bermain yang
dilakukan secara kelompok, kecuali anak-anak yang kurang diterima di
kelompoknya dan cenderung memilih bermain sendiri. Bermain yang
sifatnya menjelajah, ketempat-tempat yang belum pernah dikunjungi
baik dikota maupun di desa mengasikkan bagi anak. Permainan
konstruktif yaitu membangun atau membentuk sesuatu adalah bentuk
permainan yang disukai anak serta mampu mengembangkan kreativitas
anak. Bernyayi meerupakan bentuk kegiatan kreatif lainnya. Sealain
itu bentuk permainan kelompok yang disenangi meruoakan permainan
oleh raga seperti basket, sepak bola, voleydan sebagainya. Jenis
permainan ini membantu perkembangan otok dan perkembangan
tubuh.
11. Usia 10-12
Pada usia 10-12 tahun, perhatian membaca puncaknya. Materi
bacaan semakin luas. Anak-anak laki menyenangi hal-hal yang
sifatnya menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah pertualangan.
Anak perempuan menyenagi cerita kehidupan seputar rumah tangga.
Teman sebaya umumnya dalah teman sekolah dan teman bermain di
luar sekolah. Pengaruah teman sebaya sangat besar bagi arah
perkembangan anak baik yang bersifat positf maupun negatif.
15
Pengaruh positif terlihat pada pengembanagan konsep diri dan
pertumbuhan harga diri. Hanya ditengah-tengah teman sebaya anak
bisa merasakan dan menyadari bagaimana dan dimana kedudukan atau
posisidirinya. Keinginan untuk berada ditengah-tengah temannya
membawa anak untuk keluar rumah menemuinya sepulng sekolah.
Anak merasakan kesepian dirumah, tiada teman. Kegiatan denag
teman sebaya ini meliputi belajar bersama, melihat pertunjukan,
bermain, masak-masakkan, dan sebagainya.
17
a) Penyimpangan Primer
a) Bersifat sementara
b) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang
c) Kesalahannya masih dapat ditolerir
b) Penyimpangan Sekunder
c) Penyimpangan Individu
d) Penyimpangan Kelompok
18
yang salah. Biasanya penyimpangan kelompok ini dilakukan oleh
siswa yang membentuk sebuah gank.
e) Penyimpangan Situasional
Penyimpangan jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-
macam situasi yang sedang terjadi. Situasi yang dimaksud yaitu
situasi atau keadaan di luar kendali seorang siswa. Siswa terpaksa
melakukan tindakan menyimpang karena situasi yang memaksa siswa
tersebut melakukan tindakan menyimpang.
19
remaja maupun kelainan perilaku remaja pada umumnya. Faktor-faktor
tersebut digolongkan sebagai berikut:
20
Badannya saja yang tinggi, tetapi nakalnya bukan main”. Kalau
terlalu sering anak diberi label seperti itu, maka ia akan jadi betul-
betul nakal.
a) Predisposing factor
21
merupakan benteng diri remaja dari segala godaan dan
cobaan.
24
dan mempunyai sebab-musabab yang majemuk, jadi sifatnya
multi- kausal. Terdapat penggolongan gejala penyimpangan anak
menurut beberapa teori sebagai berikut:
1. Teori biologis
2. Teori psikogenis
25
rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik batin,
emosi yang kontroversial, kecenderungan psikopatologis,
dan lain-lain.
3. Teori sosiogenesis
26
yang sudah maju disebabkan oleh meluasnya
kejahatankejahatan anak remaja.
a) Upaya Preventif
27
b) Upaya Kuratif
c) Upaya Pembinaan
28
(6) Pengembangan bakat-bakat khusus.
1) Pengendalian Preventif
2) Pengendalian Represif
3) Pengendalian Gabungan
4) Pengendalian Persuasif
5) Pengendalian Koersif
30
Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan bahasa,
cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat anak
menjadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja.
b. Bahaya emosi
Anak masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang meledak-ledak, cemburu sehingga
kurang disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting
untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal
karena membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
d. Bahaya konsep diri
Anak mempunyai konsep diri yang ideal, biasanya merasa tidak puas
pada diri sendiri dan pada perlakuan orang lain. Anak cenderung
berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang
lain.
e. Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap
moral dan perilaku anak-anak :
1) Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media masa tentang benar dan salah
yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
2) Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas
dalam terhadap perilaku.
3) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa
yang sebaiknya dilakukan.
4) Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
5) Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga perilaku menjadi kebiasaan.
6) Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
31
f. Bahaya yang menyangkut minat
Tidak minat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman sebaya
dan mengembangkan.
g. Bahaya dalam penggolongan peran seks
Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks:
kegagalan untuk mempelajari organ seks, dan ketidakmampuan untuk
melakukan peran seks yang disetujui.
Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan
teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira,
makannya teratur, bersih, dan dapat menyesuaikan diri dengan
32
lingkungannya. Ciri-ciri anak sehat adalah tumbuh dengan baik, yang dapat
dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan secara teratur dan
proporsional; Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya;
tampak aktif/gesit dan gembira; Mata bersih dan bersinar; Nafsu makan baik;
Bibir dan lidah tampak segar; Pernapasan tidak berbau; Kulit dan rambut
tampak bersih dan tidak kering; dan Mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Berbagai macam masalah yang muncul pada anak usia sekolah, namun
masalah yang biasanya terjadi yaitu masalah kesehatan umum. Masalah
kesehatan umum yang terjadi pada anak usia sekolah biasanya berkaitan
dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik
33
dan benar, kebersihan diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai sabun (Permata,
2010).
34
2.8 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Komunitas
1) Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak
usia sekolah menurut jenis kelamin, golongan umur.
2) Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.
3) Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut
oleh anak usia sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang
dianut, fasilitas ibadah yang ada, adanya organisasi keagamaan,
kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia
sekolah.
b. Data Subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1) Lingkungan Fisik
Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan
lingkungan, aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data
dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia
sekolah dari guru kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui
wawancara.
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah
yang kurang baik bagi perkembangan anak usia sekolah.
35
• Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang
jalan.
• Transportasi Jenis transportasi yang dapat digunakan anak
usia sekolah, adanya bis sekolah untuk layanan antar jemput
siswa
5) Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib
sekolah yang harus dipatuhi seluruh siswa.
6) Komunikasi
• Komunikasi formal Media komunikasi yang digunakan oleh
anak usia sekolah untuk memperoleh informasi pengetahuan
tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.
• Komunikasi informal Komunikasi/diskusi yang dilakukan
anak usia sekolah dengan guru dan orang tua, peran guru dan
orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak
sekolah, keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan
dalam menyelesaikan masalah anak usia sekolah.
7) Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang
digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di
sekolah.
8) Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat
sarana penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan
seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan
c. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah 1)
Identitas anak.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan.
3) Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
4) Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
5) Pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk
kemampuan yang telah dicapai).
36
6) Pemeriksaan fisik.
7) Lengkapi dengan pengkajian fokus
• Bagaimana karakteristik teman bermain.
• Bagaimana lingkungan bermain.
• Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah.
• Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan
adakah sarana yang dimilikinya.
• Bagaimana temperamen anak saat ini.
• Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang.
• Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
• Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
• Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.
• Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah.
• Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau
dirumah saat bermain.
• Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa
ini.
• Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa
jenisnya.
• Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya.
• Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga.
37
1) Masalah aktual/risiko
• Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan
tubuh.
• Menarik diri dari lingkungan sosial.
• Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah.
• Mudah dan Sering marah.
• Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah
yang dibebankan.
• Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga.
• Keengganan melakukan kewajiban agama.
• Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal.
• Gangguan komunikasi verbal.
• Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu
yang digunakan untuk bermain).
2) Potensial atau sejahtera
• Meningkatnya kemandirian anak.
• Peningkatan daya tahan tubuh.
• Hubungan dalam keluarga yang harmonis.
• Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya.
• Pemeliharaan kesehatan yang optimal
38
4) Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya
pertolongan yang telah dilakukan.
5) Ajarkan cara merawat anak dirumah.
6) Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga
b. Resiko/resiko tinggi
Resiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada
anaknya. Tujuan: ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi:
1) Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga.
2) Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga.
3) Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani.
4) Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak.
5) Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan
masalah.
6) Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah.
7) Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu
membaut alternatif.
c. Potensial atau sejahtera
Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga.
Tujuan: dipertahankanya hubungan yang harmonis.
Intervensi:
1) Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada
keluarga.
2) Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas
kemampuannya
3) Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia
sekolah)
4) Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa
menimbulkan maslaah.
39
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
40
3.1 Kasus
SD Ksatria merupakan salah satu Sekolah Dasar di kota X tepatnya di
wilayah kecamatan Tawangasri. SD Ksatria memiliki siswa sebanyak 235
siswa dengan rincian 30 siswa kelas 1, 35 siswa kelas 2, 35 siswa kelas 3,
40 siswa kelas 4, 45 siswa kelas 5 dan 50 siswa kelas 6 dengan jumlah
guru pengajar sebanyak 25 orang. Siswa SD Ksatria mayoritas beragama
islam dan bersuku Jawa. SD Ksatria terdiri dari 2 lantai, pada tiap lantai
ada 2 buah kamar mandi yang dipisahkan antara laki-laki dan perempuan.
Di SD Ksatria juga memiliki kebiasaan setiap hari Senin selalu
dilaksanakan upacara bendera, setiap hari Jumat ada senam bersama yang
kemudian dilanjutkan dengan sarapan bersama, siswa diminta untuk
membawa bekal dari rumah. SD Ksatria terletak di tengah kota namun
berbatasan dengan tempat pembuangan sampah, sehingga halaman
samping sekolah terlihat kumuh dan terkadang tercium bau tidak sedap di
ruang kelas. Setiap minggunya selalu ada laporan siswa yang mengalami
sakit perut di UKS, diduga karena sering mengkonsumsi jajanan di depan
sekolah.
2. Lingkungan Terbuka Pada halaman depan sekolah terdapat penjual makanan kaki
lima dan pada halaman samping sekolah merupakan tempat
pembuangan sampah.
42
Tempat : Ruang rapat guru SD Jangkungan
Waktu : 08.00-10.00
Peserta : Kepala sekolah, wali kelas 1-6, perwakilan orang tua siswa kelas
1-6
1. Apa yang biasanya dilakukan oleh siswa pada saat jam istirahat? Ada
beberapa siswa yang bermain di lapangan, sedangkan siswa yang lain
biasanya ke halaman depan sekolah untuk membeli jajanan pinggir
jalan.
2. Bagaimanakah pelaksanaan program UKS di SD Jangkunga ? UKS
digunakan ketika ada siswa yang sakit untuk istirahat sejenak, tapi
biasanya siswa yang sakit langsung diminta untuk beristirahat di
rumah. Program dokter kecil UKS belum dilaksanakan karena guru
masih fokus untuk mempersiapkan ujian sekolah bagi siswa kelas 6.
3. Apakah orang tua wali murid membawakan bekal makanan pada
anaknya agar tidak jajan sembarangan?
Ada 5 ibu yang menjawab kalau mereka tidak membawakan bekal
karena tidak sempat memasak ketika pagi karena mereka juga harus
bersiap berangkat kerja. Kalaupun dibawakan bekal hanya saat hari
jumat ketika ada acara sarapan bersama dan biasanya makanan
tersebut juga dibeli ketika berangkat ke sekolah pagi hari.
4. Apa sajakah sakit yang dikeluhkan oleh siswa ketika datang ke UKS?
Guru jaga UKS mengatakan bahwasannya siswa yang datang ke UKS
mengeluhkan sakit perut, terkadang badannya panas dan juga batuk
pilek. Tapi dalam satu minggu pasti ada siswa yang datang ke UKS
dengan keluhan sakit perut
5. Adakah fasilitas seperti wastafel yang dilengkapi dengan sabun untuk
cuci tangan di sekolah ini? Jika ada dimana?
43
Tidak ada, jika siswa ingin cuci tangan biasanya di toilet, di toilet
siswa tapi tidak ada sabun karena biasanya hanya digunakan untuk
buang air kecil saja.
44
3.6 Diagnosa Keperawatan
1. Defisiensi kesehatan komunitas siswa SD Jangkungan b.d
ketidakcukupan sumber daya: pengetahuan
2. Perilaku kesehatan siswa SD Jangkungan cenderung berisiko b.d
kurang pemahaman
45
3.7 Intervensi Keperawatan :
N DX TUJUAN SASARAN NOC NIC METODE WAKTU TEMPAT PENANGGUNG SUMBER
O JAWAB DANA
1. Defisiensi Tujuan Primer: Pengetahuan: Domain 7 Demonstrasi, Senin, 16 Aula SD Pihak Sekolah: Iuran
kesehatan jangka Siswa SD Promosi Komunitas Ceramah April Jangkungan Kepala Sekolah Mahasiswa
komunitas panjang : Jangkungan kesehatan 2022 Pihak Mahasiswa:
• 5510
kelas 1-6
siswa SD Mengatasi • 182308 Pendidikan Pukul Novianti L
Jangkungan penyakit Perilaku kesehatan: 08.00-
b.d sakit perut yang Cuci 09.00
ketidakcukup yang meningkat tangan
an sumber sering kan sebelum
daya: diderita kesehatan makan
pengetahuan oleh siswa (1-3) • 6484
(00215) • 180501 Manajemen
SD
lingkungan
Jangkungan Praktik gizi
: komunitas
yang sehat dengan
Tujuan (1-3) mengajarka
jangka n siswa
pendek :
46
Mengatasi untuk
permasala membuang
han sampah
Perilaku pada
Hidup tempatnya
Bersih 6610
dan Sehat Identifikasi
yang resiko:
masih lingkungan
kurang kumuh
pad siswa dengan
SD mengajarka
Jangkungan n kepada
siswa agar
tidak
mendekati
lingkungan
dekat TPS
karena
47
banyak
bakteri.
2. Perilaku Tujuan jangka Sekunder: Pengetahuan: Domain 3 FGD (Focus Selasa, 17 Ruang Pihak Sekolah: Iuran
kesehatan panjang: Guru dan Promosi Perilaku Group September rapat guru Kepala Sekolah Mahasiswa
siswa SD Orang tua kesehatan Discussion) 2021 SD Pihak Mahasiswa:
• Perilaku • Manajemen
siswa
Jangkungan kesehatan (1823) perilaku Pukul Jangkungan Novianti L
cenderung siswa SD 182308 orang tua 08.00-
berisiko b.d Jangkungan Perilaku agar tidak 11.00
kurang tidak yang membiarka
pemahaman berisiko meningkat n anaknya
(00188) kan jajan
Tujuan jangka kesehatan sembaranga
pendek: (1-3) n
• Meningkatk Domain 7
an Deteksi Komunitas
kesadaran
Siswa agar Risiko (1908) • 5510
menerapka 190802 Pendidikan
n kesehatan:
Mengidenti Pentingnya
fikasi sekolah
kemungkin
48
perilaku an risiko menyediak
hidup kesehatan an fasilitas
bersih dan
sehat di (1-3) wastafel
sekolah 190801 dan sabun
Mengenali untuk cuci
tanda dan
gejala yang tangan
mengidenti 6484
fikasikan
risiko (1-3) Manajemen
lingkungan:
komunitas
dengan
mengadaka
n kegiatan
kerja bakti
sekolah dan
memberi
batas
berupa
tembok
agar
49
sampah
dari TPS
tidak
masuk ke
halaman
sekolah
50
3.8 Rencana Strategis Penyelesaian Masalah
NO DIAGNOSA TANGGAL IMPLEMENTASI
1. Defisiensi Sabtu, 16 1. Mendemonstrasikan cara cuci
kesehatan April tangan yang benar kepada siswa
komunitas siswa 2022 Pukul SD Jangkungan
SD 08.00-09.00 2. Memberikan pemahaman kepada
Jangkunganb.d siswa SD Jangkungan tentang
pentingnya menjaga kesehatan
ketidakcukupan lingkungan dan tidak jajan
sumber daya: sembarangan
pengetahuan
(00215)
2. Perilaku Sabtu, 16 1. Mendiskusikan tentang
kesehatan siswa April pentingnya fasilitas wastafel dan
SD Jangkungan 2022 Pukul sabun cuci tangan di sekolah
cenderung 09.00-10.00 2. Mendiskusikan tentang manfaat
berisiko b.d membawakan anak bekal
kurang makanan ke sekolah bagi
pemahaman kesehatan anak
(00188) 3. Mendiskusikan upaya
pengendalian lingkungan agar
tidak kumuh dengan beberapa cara
seperti kerja bakti
51
sumber daya: 3. 100% peserta yang hadir
pengetahuan memahami pentingnya
perilaku hidup bersih dan
(00215) sehat di sekolah
52
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada periode usia
pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 tahun. Pada usia sekolah, anak
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih
muda. Perbedaan ini terlihat dari aspek fisik, mental-intelektual, dan
sosialemosial anak.
4.2 Saran
Pada kelompok anak usia sekolah yang memiliki sifat-sifat khusus, juga
diperlukan suatu intervensi khusus untuk meningkatkan kesehatan pada
kelompok mereka.
53
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, D. S. (2016). Psikologi Praktis: Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia.
Supariasa, & Hardiansyah. (2016). Nutrition Theory & Application. Jakarta: Book
EGC Medicine.
Prasetyo, Y.B. dkk. 2014. Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah Dalam
Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah Dasar di
54
Lombok Timur. Jurnal Kedokteran Yarsi 22 (2) : 102-113
http://scholar.unand.ac.id/41305/5/kti%20full%20isny.pdf
55