Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH

DENGAN MASALAH KESEHATAN ASMA

(MAKALAH)

Dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah

Keperawatan Komunitas II

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Kelas 3B

1. Zahara Kurnia R 201211721


2. Ismi Dahyuni 191211578
3. Kajol Bharira 191211579
4. Laras Sati Dulida Putri 191211580
5. Mayreza 191211581
6. Marifa Febriana 191211582
7. Mella Monica Putri 191211583
8. Monika Ramadani 191211584
9. Muhammad Haikal 191211585
10. Nisa Yunita Syafika 191211586
11. Nurjanah Lubis 191211587

Dosen Pengampu : Ns.Nurleny,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERCUBAKTIJAYA PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan
Komunitas Penyakit Asma Pada Anak Usia Sekolah” ini guna memenuhi tugas untuk Mata
Kuliah Keperawatan Komunitas II.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya bisa lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Dan penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia dan pendidikan.

Padang, April 2023

Penulis kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................5
1.3 Tujuan masalah ...........................................................................5
1.4 Konsep tumbuh kembang anak usia sekolah ..............................6
1.5 Pengertian Anak usia sekolah .....................................................7
1.6 Tahap tumbuh-kembang anak usia sekola ..................................8
1.7 Tugas perkembangan anak usia sekolah ....................................13

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian...................................................................................25
2.2 Demografi dan penduduk ...........................................................26
2.3 Ras dan etnik...............................................................................27
2.4 Nilai,agama dan kepercayaan .....................................................27
2.5 Sub system komunitas.................................................................27
2.6 Fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan social...................28
2.7 Ekonomi .....................................................................................29
2.8 Keamanan dan transportasi ........................................................29
2.9 Politik dan pemerintah ................................................................30
2.10 Komunikasi................................................................................31
2.11 Pendidikan .................................................................................31
2.12 Rekreasi.....................................................................................31
2.13 Analisa Data ..............................................................................32
BAB III ISI

3.1 Pengetahuan ................................................................................38


3.2 Klasifikasi penyakit Asma...........................................................39
3.3 Cara mencegah agar asma pada anak tidak kambuh...................40

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .................................................................................41


4.2 Saran ...........................................................................................42
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran. Pertumbuhan dapat diukur
secara kuantitatif. Indikator pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat badan, ukuran tulang,
dan pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi laju
pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan berbeda. Perkembangan
adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan yang dimiliki individu
untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan merupakan aspek perilaku dari
pertumbuhan, misalnya individu mengembangkan kemampuan untuk berjalan, berbicara,
berlari dan melakukan suatu aktivitas yang semakin kompleks (Behrman, Kliegman, &
Arvin, 2000; Supartini, 2004; Potter & Perry, 2005; Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson,
Winkelstein, & Schwartz, 2009; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
Pertumbuhan juga perubahan yang bersifat kuantitatif karena bertambah banyak jumlah,
ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, sistem organ maupun individu. Misalnya, anak
bertambah besar bukan saja secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ tubuh dan
otak. Otak anak semakin tumbuh terlihat dari kapasitasnya untuk belajar lebih besar,
mengingat, dan mempergunakan akalnya semakin meningkat. Anak tumbuh baik secara fisik
maupun mental. (Soetjiningsih dan Ranuh, 2015)
Perkembangan adalah aspek kemajuan dari adaptasi terhadap lingkungan yang bersifat
kualitatif. Contoh dari perubahan kualitatif ini adalah peningkatan kapasitas fungsional, dan
penguasaan terhadap beberapa keterampilan. Perubahan kualitatif yang dapat dilihat untuk
anak usia 3-5 tahun adalah anak ikut serta dalam percakapan dengan orangtua mereka.
(Potter & Perry, 2010)
Anak usia sekolah menurut (Kemenkes, 2011) adalah anak-anak yang berusia 7-12 tahun.
Pada anak usia 7-12 tahun terjadi perubahan yang signifikan terhadap perkembangan
biologis, psikososial, kognitif, sosial dan spiritual. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
anak ditandai dengan penambahan TB (tinggi badan), BB (berat badan), dan postur tubuh.
Perkembangan kognitif ditandai dengan anak mampu berfikir logis, mampu mengingat,
berfikir imajinasi. Perkembangan psikososial anak usia sekolah meliputi adanya
pengembangan konsep diri anak menjadi lebih berfikir rasional. Sedangkan, perkembangan
moral dan spiritual pada anak usia sekolah ditandai dengan anak mulai mampu berpikir
(Kozier, 2010).
Kemampuan dan keberhasilan tumbuh kembang anak dapat dilihat dari kemandirian anak
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Untuk membuat anak mampu menjadi mandiri maka
dibutuhkan adanya suatu dukungan dari keluarga. Peran keluarga merupakan pendukung
utama yang tidak dapat dipisahkan dalam perawatan pada anak usia sekolah. Pada anak usia
sekolah sering kali lalai dalam menjalankan perawatan diri sehingga, untuk perawatan
dirinya menurun, maka perlu membutuhkan bantuan dari keluarga maupun tim kesehatan.
(Kozier, 2010).

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas anak usia sekolah dengan masalah
kesehatan asma?
2. Apa saja program kesehatan anak usia sekolah dengan masalah kesehatan asma?

1.3. Tujuan Penulisan


Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan penulisan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan komunitas anak usia sekolah
dengan masalah kesehatan asma.
2. Untuk mengetahui apa saja program kesehatan anak usia sekolah dengan masalah
kesehatan asma.
KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH

1. KonsepTumbuhKembangAnakUsiaSekolah

Pertumbuhanadalahperubahanfisikdanpeningkatanukuran.Pertumbuhandapatdiuk

ursecarakuantitatif.Indikatorpertumbuhanmeliputitinggibadan,beratbadan,ukurantulang,d

anpertumbuhangigi.Polapertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi

laju pertumbuhanbervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan berbeda.

Perkembanganadalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan yang

dimilikiindividu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan merupakan

aspekperilaku dari pertumbuhan, misalnya individu mengembangkan kemampuan

untukberjalan,berbicara,danberlaridanmelakukansuatuaktivitasyangsemakinkompleks

(Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000; Supartini, 2004; Potter &

Perry,2005;Wong,Hockenberry-Eaton,Wilson,Winkelstein,&Schwartz,2009;Kozier,Erb,

Berman,& Snyder, 2011).

Istilah pertumbuhan dan perkembangan keduanya mengacu pada

prosesdinamis.Pertumbuhandanperkembanganwalaupunseringdigunakansecarabergantia

n,keduanyamemilikimaknayangberbeda.Pertumbuhandanperkembangan merupakan

proses yang berkelanjutan, teratur, dan berurutan yangdipengaruhi oleh faktor maturasi,

lingkungan, dan genetik (Kozier, Erb, Berman,&Snyder, 2011).

2. PengertianAnakUsiaSekolah

Anak usia antara 6-12 tahun, periode ini kadang disebut sebagai masaanak-anak

pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai tantangan baru.Kekuatan kognitif

untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikankemampuan pada anak-

anak usia sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri danmerasakanevaluasiteman-


temannya.Dapatdisimpulkansebagaisebuahpenghargaandirimenjadimasalahsentralbagian

akusiasekolah(Behrman,Kliegman, &Arvin, 2000).

MenurutBukuDataPendudukyangditebirkanolehKementerianKesehatan Indoneisa

(2011), anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-12 tahun (Depkes, 2011),

periode pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tandaakhir masa kanak-kanak

menengah (Potter & Perry, 2005; Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, &

Schwartz, 2009). Menurut Wong (2009), anak

usiasekolahatauanakyangsudahsekolahakanmenjadipengalamanintianak.Periode ini

anak-anak dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya sendiridalam hubungan

dengan orangtua mereka, teman sebaya, dan orang lain.

Usiasekolahmerupakanmasaanakmemperolehdasar-

dasarpengatahuanuntukkeberhasilanpenyesuaiandiripadakehidupandewasadanmemperole

hketerampilantertentu(Wong,Hockenberry-

Eaton,Wilson,Winkelstein,&Schwartz,2009).Periodepra-remajaataupra-

pubertasterjadipadatahapperkembangan usia sekolah, periode pra-remaja atau pra-

pubertas menandakanberakhirnya periode usia sekolah dengan usia kurang lebih 12

tahun, ditandaidenganawitanpubertas(Kozier,Erb, Berman,& Snyder, 2011).

MenurutKriswanto(2006),Amaliyasari&Puspitasari(2008),polaperkembangan

anak, usia yang paling rawan adalah usia anak SD (10-12 tahun).Pada usia 10-12 tahun,

mereka ini sedang dalam perkembangan pra-remaja, yangmana secara fisik maupun

psikologis pada masa ini mereka sedang menyongsongpubertas. Perkembangan aspek

fisik, kognitif, emosional, mental, dan sosial anakSD membutuhkan cara-cara

penyampaian dan intensitas pengetahuan tentang


seksdankesehatanreproduksiyangberbedadengantahap-

tahapusiayanglain(Kriswanto,2006; Amaliyasari&Puspitasari, 2008).

3. TahapTumbuh-KembangAnakUsiaSekolah(6-12Tahun)

1) PertumbuhanFisik

Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6cm atau 2,5

inchipertahunnya.Lingkarkepalatumbuhhanya2-3cmselamaperiodeini,menandakan

pertumbuhan otak yang melambat karena proses mielinisasi sudahsempurna pada usia 7

tahun (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000). Anak laki-lakiusia 6 tahun, cenderung

memiliki berat badan sekitar 21 kg, kurang lebih 1 kglebih berat daripada anak

perempuan. Rata-rata kenaikan berat badan anak usiasekolah 6 – 12 tahun kurang lebih

sebesar 3,2 kg per tahun. Periode ini,

perbedaanindividupadakenaikanberatbadandisebabkanolehfaktorgenetikdanlingkungan.

Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-laki maupun perempuanmemiliki tinggi badan

yang sama, yaitu kurang lebih 115 cm. Setelah usia 12tahun, tinggi badan kurang lebih

150 cm (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).Habitus tubuh (endomorfi, mesomorfi

atau ektomorfi) cenderung secara relatiftetap stabil selama masa anak pertengahan.

Pertumbuhan wajah bagian tengah

danbawahterjadisecarabertahap.Kehilangangigidesidua(bayi)merupakantanda maturasi

yang lebih dramatis, mulai sekitar usia 6 tahun setelah tumbuhnya gigi-

gigimolarpertama.Penggantiandengangigidewasaterjadipadakecepatansekitar 4/tahun.

Jaringan limfoid hipertrofi, sering timbultonsil adenoidyangmengesankan membutuhkan

penanganan pembedahan (Behrman, Kliegman, &Arvin, 2000; Wong, Hockenberry-


Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009;Kozier,Erb, Berman,& Snyder, 2011).

2) PerkembanganganKognitif

Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan

untukberpikir dengan cara logis tentang disini dan saat ini, bukan tentang hal

yangbersifatabstraksi.Pemikirananakusiasekolahtidaklagididominiasiolehpersepsinyadan

sekaliguskemampuanuntukmemahamiduniasecaraluas.PerkembangankognitifPiagetterdir

idaribeberapatahapan,yaitu:

(1)Tahapsensoris-motorik(0-2tahun);

(2)Praoperasional(2-7tahun);

(3)Concreteoperational(7-11tahun);dan

(4)Formaloperation(11-15tahun).

3) PerkembanganMoral

PerkembanganmoralanakmenurutKohlbergdidasarkanpadaperkembangankognitif

anakdanterdiriatastigatahapanutama,yaitu:(1)preconventional;(2)conventional;

(3)postconventional.

1) FasePreconventional

Anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya sebagaidasar

dalam peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap satudidasari oleh

adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan adalah seperti apayang saya mau, rasa

cinta dan kasih sayang akan menolong memahami

tentangkebaikan,dansebaliknyaekspresikurangperhatianbahkanmebencinyaakanmembuat

mereka mengenal keburukan. Tahap dua, yaitu orientasi hukuman danketaatan dan

ketaatan, baik dan buruk sebagai suatu konsekuensi dan tindakan.Tahap selanjutnya,
yaitu anak berfokus pada motif yang menyenangkan

sebagaisuatukebaikan.Anakmenjalankanaturansebagaisesuatuyangmemuaskanmereka

sendiri, oleh karena itu hati-hati apabila anak memukul temannya danorangtua tidak

memberikan sanksi. Hal ini akan membuat anak berpikir bahwatindakannya bukan

merupakan sesuatuyangburuk.

2) FaseConventional

Pada tahap ini, anak berorientasi pada mutualitas hubungan

interpersonaldengankelompok.Anaksudahmampubekerjasamadengankelom

pokdanmempelajari serta mengadopsi norma-normayang ada dalam

kelompok selainnorma dalam lingkungan keluarganya. Anak

mempersepsikan perilakunya sebagaisuatu kebaikan ketika perilaku anak

menyebabkan mereka diterima oleh

keluargaatautemansekelompoknya.Anakakanmempersepsikanperilakunyase

bagaisuatu keburukan ketika tindakannya mengganggu hubungannya

dengan

keluarga,temannya,ataukelompoknya.Anakmelihatkeadilansebagaihubungan

yangsalingmenguntungkanantarindividu.Anakmempertahankannyadenganm

enggunakan norma tersebut dalam mengambil keputusannya, oleh karena

itupenting sekali adanya contoh karakter yang baik, seperti jujur, setia,

murah hati,baikdari keluargamaupun teman kelompoknya.

3) FasePostconventional

Anak usia remaja telah mampu membuat pilihan berdasar pada prinsipyang dimiliki dan

yang diyakini. Segala tindakan yang diyakininya


dipersepsikansebagaisuatukebaikan.Adaduafasepadatahapanini,yaituorientasipadahukum

danorientasipadaprinsipetikyangumum.Padafasepertama,anakmenempatkan nilai budaya,

hukum, dan perilaku yang tepat yang menguntungkanbagi masyarakat sebagai sesuatu

yang baik. Mereka mempersepsikan

kebaikansebagaisusuatuyangdapatmensejahterakanindividu.Tidakadayangdapatmereka

terima dari lingkungan tanpa membayarnya dan apabila menjadi

bagiandarikelompokmerekaharusberkontribusiuntukpencapaiankelompok.Fasekeduadika

takansebagaitingkatmoraltertinggi,yaitudapatmenilaiperilakubaik

danburukdaridirinyasendiri.Kebaikandipersepsikanketikamerekadapatmelakukansesuatu

yangbenar.Anaksudahdapatmempertahankanperilakuberdasarkan standard moral yang

ada, seperti menaati aturan dan hukum yangberlakudi masyarakat.

4) PerkembanganSpiritual

Menurut Fowler, anak usia sekolah berada pada tahap 2 perkembanganspiritual, yaitu

pada tahapan mitos–faktual. Anak-anak belajar untuk

membedakankhayalandankenyataan.Kenyataan(fakta)spiritualadalahkeyakinanyang

diterima oleh suatu kelompok keagamaan, sedangkan khayalan adalah pemikirandan

gambaran yang terbentuk dalam pikiran anak. Orangtua dan tokoh agamamembantu anak

membedakan antara kenyataan dan khayalan. Orangtua dan

tokohagamalebihmemilikipengaruhdaripadatemansebayadalamhalspiritual(Fowler,J. W.,

1981;Kozier, Erb, Berman,&Snyder, 2011).

5) PerkembanganPsikoseksual

Freudmenggambarkananak-anakkelompokusia sekolah (6–12tahun)masuk dalam

tahapanfase laten.Selamafase ini, fokus


perkembanganadalahpadaaktivitasfisikdanintelektual,sementarakecenderunganseksualse

olahditekan(Kozier,Erb,Berman,&Snyder,2011).TeoriPerkembanganPsikoseksual anak

menurut Freud terdiri atas fase oral (0–11 bulan), fase anak (1–3tahun), fasefalik(3–6

tahun), danfasegenital(6–12tahun).

6) PerkembanganPsikososial

Eriksonmengidentifikasimasalahsentralpsikososialpadamasainisebagaikrisisantar

akeaktifandaninferioritas.Perkembangankesehatanmembutuhkan peningkatan pemisahan

dari orangtua dan kemampuan

menemukanpenerimaandalamkelompokyangsepadansertamerundingkantantangan-

tantanganyangberadadiluar(Behrman,Kliegman,&Arvin,2000).

Pendekatan Erikson dalam membahas proses perkembangan anak

adalahdenganmenguraikanlimatahapanperkembanganpsikososial,yaitu:percayaversus

tidak percaya (0–1 tahun), Otonomi versus rasa malu dan ragu (1–3 tahun),Inisiatif

versus rasa bersalah (3–6 tahun), Industry versus inferiority (6–12

tahun),Identitasversuskerancuan peran (12–18 tahun).

7) PerubahanPra-PubertasatauPra-Remaja

Periode transisiantaramasa kanak-kanak dengan danadolesensseringdikenal

dengan istilah pra-remaja oleh professional dalam ilmu perilaku,

olehyanglaindikenaldenganistilahpra-pubertas,masakanak-

kanaklanjut,adolesensawal,danpuber.Ketikamulaiterjadiperubahanfisik,sepertipertumbu

han rambut pubis dan payudara pada wanita, anak menjadi lebih sosialdan pola

perilakunya lebih sulit diperkirakan. Perubahan pada sistem reproduksidan endokrin


mengalamisedikit perubahan sampai pada periode pra-pubertas.Selamamasapra-

pubertas,yaitumemasukiusia9–

13tahunfungsiendokrinsemakinmeningkatsecaraperlahan.Perubahanpadafungsiendokrin

menyebabkanpeningkatnproduksikeringatdansemakinaktifnyakalenjarsebasea

(Potter&Perry,2005;Kozier, Erb,Berman, &Snyder,2011).

4. Tugas Perkembangan Anak usia sekolah

Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan diluar

sekolah.Anakbelajardisekolah,tetapimembuatlatihanpekerjaanrumahyangmendukunghasi

lbelajardisekolah.Aspekperilakubanyakdibentukmelaluipenguatan (reinforcement)

verbal, keteladanan, dan identifikasi. Anak-anak padamasaini harus menjalanitugas-

tugasperkembangan,yaitu:

1) Mempelajariketerampilanfisikyangdiperlukanuntukpermainanyangumum.

2) Membentuksikapsehat mengenaidirinyasendiri.

3) Belajarbergauldanmenyesuaikandiridengan teman-temanseusianya.

4) Mulaimengembangkanperansosialpriaatauwanitayangtepat.

5) Mengembangkanketerampilandasar:membaca, menulis,danberhitung.

6) Mengembangkanpengertianataukonsepyangdiperlukanuntukkehidupanse

hari-hari.

7) Mengembangkanhatinurani,nilaimoral,tatadan tingkatannilaisosial.

8) Meperolehkebebasanpribadi.

9) Mengembangkansikapterhadapkelompok-kelompoksosialdanlembaga-

lembaga(Gunarsa,D.&Gunarsa, Y.,2008).
KONSEP DASAR PENYAKIT ASMA

1. Pengertian asma

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena

hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan

ini bersifat sementara (Wahid & Suprapto, 2013). Asma merupakan penyakit jalan napas

obstruktif intermitten, bersifat reversibel dimana trakea dan bronchi berespon secara

hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan atau inflamasi (Padila,

2013) Menurut Murphy dan Kelly (2011) Asma merupakan penyakit obstruksi jalan

nafas, yang revelsibel dan kronis, dengan karakteristik adanya mengi. Asma disebabkan

oleh spasma saluran bronkial atau pembengkakan mukosa setelah terpajam berbagai

stimulus. Prevelensi, morbiditas dan martalitas asma meningkat akibat dari peningkatan

polusi udara. Jadi asma atau reactive air way disease (RAD) adalah penyakit obstruksi

pada jalan napas yang bersifat reversible kronis yang ditandai dengan bronchopasme

dengan karakteristik adanya mengi dimana trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif

terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan atau inflamasi

2. Etiologi Asma

Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh: a. Kontraksi otot sekitar
bronkus sehingga terjadi penyempitan napas. b. Pembengkakan membrane bronkus c.

Bronkus berisi mucus yang kental Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu: a.

Genetik Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini

penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.

Adapun faktor pencetus dari asma adalah:

a. Alergen

Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,

serbuk bunga, bakteri, dan polusi.

2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu

seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.

3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang

masuk melalui kontak dengan kulit.

b. Infeksi saluran pernapasan

Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus Influenza

merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma

bronkhial, diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya

ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan (Nurarif & Kusuma, 2015)

c.Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan

cuaca menjadi pemicu serangan asma.

d. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien

asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan.

e. Olahraga

Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang

bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma

f. Stress

Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga

dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus

segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi nasehat untuk

menyelesaikan masalahnya. (Wahid & Suprapto, 2013)

3. Patofisiologi Asma

Patofisiologi dari asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu, asap rokok,

bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Bendabenda tersebut setelah terpapar

ternyata tidak dikenali oleh sistem di tubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda

asing (antigen). Anggapan itu kemudian memicu dikeluarkannya antibody yang berperan

sebagai respon reaksi hipersensitif seperti neutropil, basophil, dan immunoglobulin E.

masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi

antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci). Ikatan

antigen dan antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator kimiawi seperti

histamine, neutrophil chemotactic show acting, epinefrin, norepinefrin, dan prostagandin.

Peningkatan mediator kimia tersebut akan merangsang peningkatan permiabilitas kapiler,

pembengkakan pada mukosa saluran pernafasan (terutama bronkus). Pembengkakan yang


hampir merata pada semua bagian pada semua bagian bronkus akan menyebabkan

penyempitan bronkus (bronkokontrikis) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan

menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan ogsigen

yang dari darah. kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga

penderita pucat dan lemah. Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan

sekres mucus dan meningkatkan pergerakan sillia pada mukosa. Penderita jadi sering

batuk dengan produksi mucus yang cukup banyak (Harwina Widya Astuti 2010).

4. Manifestasi Klinis

Asma Menurut (Padila, 2013) adapun manifestasi klinis yang dapat ditemui pada

pasien asma diantaranya ialah:

a. Stadium Dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

1) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek

2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul

3) Wheezing belum ada

4) Belum ada kelainan bentuk thorak

5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE

6) BGA belum patologis Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:

1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

2) Wheezing

3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

4) Penurunan tekanan parsial O2

b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi

2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan

3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan

4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)

5) Thorak seperti barel chest

6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus

7) Sianosis

8) BGA Pa O2 kurang dari 80% 14

9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Ro paru

10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

5. Pemeriksaan Diagnostik Asma

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan Sputum Pemeriksaan untuk melihat adanya:

a) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dan kristal eosinopil.

b) Spiral curshman, yakni merupakan castcell (sel cetakan) dari cabang bronkus.

c) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

d) Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid

dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat muscus plug.

2) Pemeriksaan darah

a) Analisa Gas Darah pada umumnya normal akan tetapi dapat terjadi hipoksemia,

hipercapnia, atau sianosis.

b) Kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH

c) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang diatas 15.000/mm3 yang menandakan


adanya infeksi.

d) Pemeriksaan alergi menunjukkan peningkatan IgE pada waktu serangan dan

menurun pada saat bebas serangan asma.

b. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien asma dapat dilakukan berdasarkan

manifestasi klinis yang terlihat, riwayat, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium

(Sujono riyadi & Sukarmin, 2009). Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan

adalah:

1) Tes Fungsi Paru

Menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara tepat diagnosis asma

adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri

dilakukan sebelum atau sesudah pemberian aerosol bronkodilator (inhaler atau

nebulizer), peningkatan FEV1 atau FCV sebanyak lebih dari 20% menunjukkan

diagnosis asma. Dalam spirometry akan mendeteksi:

a) Penurunan forced expiratory volume (FEV)

b) Penurunan paek expiratory flow rate (PEFR)

c) Kehilangan forced vital capacity (FVC)

d) Kehilangan inspiratory capacity (IC) (Wahid & Suprapto, 2013)

2) Pemeriksaan Radiologi

Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflamasi paru yakni

radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diagfragma yang

menurun. Pada penderita dengan komplikasi terdapat gambaran sebagai berikut:

a) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah 16


b) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah

c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrase paru.

d) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru

e) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru.

3) Pemeriksaan Tes Kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergen yang dapat bereaksi positif pada asma secara

spesifik

4) Elektrokardiografi

a) Terjadi right axis deviation

b) Adanya hipertropo otot jantung Right Bundle Branch Bock

c) Tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES, atau terjadi depresi segmen

ST negatif

5) Scanning paru

Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak

menyeluruh pada paru-paru (Wahid & Suprapto, 2013)

6. Pencegahan Asma

Menurut Sundaru & Sukamto (2014), usaha-usaha pencegahan asma antara lain:

menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus

serangan asma dan menggunakan obatobat antiasma. Menghindari alergen pada bayi

dianjurkan dalam upaya menghindari sensitisasi atau pencegahan primer. Beberapa study

terakhir menyatakan jika kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing sedini mungkin

tidak dapat menghindari alergi, sebaliknya kontak sedini mungkin dengan kucing dan
anjing mampu mencegah terserang alergi lebih baik ketimbang menghindari hewan-

hewan tersebut. Berbagai studi menunjukkan bahwa ibu merokok selama kehamilan akan

mempengaruhi perkembangan paru anak, dan bayi dari ibu perokok, 4 kali lebih sering

mendapatkan mengi dalam tahun pertama kehidupannya. Ibu yang merokok selama

kehamilan akan dapat berefek pada sensitisasi alergen, walaupun hanya sedikit yang

terbukti. Sehingga disimpulkan merokok dalam kehamilan berdampak pada

perkembangan paru, meningkatkan frekuensi gangguan mengi pada bayi, tetapi

mempunyai peran kecil pada terjadinya asma alergi di kemudian hari. Sehingga jelas

bahwa pajanan asap rokok lingkungan baik periode prenatal maupun postnatal (perokok

pasif) mempengaruhi timbulnya gangguan atau penyakit dengan mengi.

7. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan karena penyakit asma menurut (Wahid &

Suprapto, 2013) yaitu:

a. Status Asmatikus: suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang

bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

b. Atelektasis: ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis

c. Hipoksemia

d. Pneumothoraks

e. Emfisema

f. Deformitas Thoraks

g. Gagal Jantung

8. Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk pasien asma yaitu:


a. Prinsip umum dalam pengobatan asma:

1) Menghilangkan obstruksi jalan napas.

2) Menghindari faktor yang bisa menimbulkan serangan asma.

3) Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma dan

pengobatannya.

b. Pengobatan pada asma

1) Pengobatan farmakologi

a) Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran napas. Terbagi menjadi dua golongan,

yaitu:

(1) Adrenergik (Adrenalin dan Efedrin), misalnya terbutalin/bricasama.

(2) Santin/teofilin (Aminofilin)

b) Kromalin Bukan bronkhodilator tetapi obat pencegah seranga asma pada penderita

anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti asma dan efeknya baru terlihat

setelah satu bulan.

c) Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam dosis dua

kali 1mg/hari. Keuntungannya adalah obat diberikan secara oral.

d) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon maka segera penderita

diberi steroid oral.

2) Pengobatan non farmakologi

a) Memberikan penyuluhan

b) Menghindari faktor pencetus

c) Pemberian cairan
d) Fisioterapi napas (senam asma)

e) Pemberian oksigen jika perlu (Wahid & Suprapto, 2013)

3) Pengobatan selama status asmathikus

a) Infus D5:RL = 1 : 3 tiap 24 jam

b) Pemberian oksigen nasal kanul 4 L permenit

c) Aminophilin bolus 5mg/ KgBB diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutkan

drip RL atau D5 mentenence (20 tpm) dengan dosis 20 mg/kg bb per 24 jam

d) Terbutalin 0.25 mg per 6 jam secara sub kutan 21

e) Dexametason 10-2- mg per 6 jam secara IV

f) Antibiotik spektrum luas (Padila, 2013)


BAB II
ASUHAN TEORITIS KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Pengkajian
Pengkajian atau tahap pengonsepan adalah mengidentifikasi masalah – masalah yang
terdapat dalam suatu wilayah dapat berupa wawancara, observasi dan penyebaran
kuesioner (Stanhope M dan Jeanette, 2007)
Pengkajian tersebut mencakup :
a. Individu
Adalah bagian dari keluarga yang mempunyai hubungan satu sama lainnya dan
mempunyai peran masing-masing individu mempunyai pola pertahanan dan koping
dalam menghadapi suatu masalah
b. Keluarga
Pengkajian yang perlu dilakukan adalah struktur dan karakteristik keluarga, sosial
budaya, lingkungan, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
c. Komunitas
Core = inti = komunitas
No Komponen Sumber Informasi

1. Riwayat/sejarah terjadinya Sejarah, perpustakaan


2. perkembangan Sensus penduduk/rumah
3. Demografi dan penduduk tangga
4. Karakteristik Lokal, kota, provinsi,
5. Umur dan jenis kelamin negara
6. Distribusi suku bangsa Kelurahan, kecamatan
7. Tipe keluarga Kontak langsung/pribadi
8. Status perkawinan Puskesmas
Vital statistik : angka kelahiran, Puskesmas
9. angka kematian dan penyebab Puskesmas
Nilai, kepercayaan dan agama Kontak langsung/pribadi
d. Lingkungan fisik
Perbedaan pengkajian individu dan komunitas :
KOMPONE SUMBER DATA
N Individu Komunitas
Inspeksi Semua indra Semua indra “Winshield
survey” berjalan melalui
komunitas
Auskultasi, tanda  Stetoskop  mendengarkan
vital  Termometer komunitas
 tensimeter  observasi iklim, batas,
sumber, tanda
kehidupan dan
kepadatan penduduk
Review sistem Dari kepala - kaki Observasi sistem sosial,
perumahan dan bisnis
Laboratorium Darah, rontgen, tes urine Pusat penelitian
dll

e. Pelayanan kesehatan masyarakat dan sosial / fasilitas pelayanan kesehatan


1) Fasilitas didalam komunitas
2) Fasilitas diluar komunitas
Data yang diperlukan :
1) Pelayanan kesehatan
- Pelayanan, bayaran, jam pelayanan
- Sumber daya
- Karakteristik pemakai
- Statistik ( jumlah kunjungan, hari, bulan, tahun )
2) Pelayanan sosial
- Sama dengan pelayanan kesehatan misalnya konseling, pusat belanja dan
lain-lain

Elemen – elemen winshield survey


No Elemen Deskripsi
1. Perumahan dan Bangunan ; tua, bahan, arsitek, bersatu
lingkungan daerah / berpisah
2 Lingkungan terbuka Halaman deoan, sa ping dan belakang
Luas / sempit
Kualitas : ada / tidak rumput,
keadaan : bersih / kotor
Pribadi / umum
3 Batas Ada batas daerah / jalan, sungai, atau
got.
Kondisinya : bersih / kotor
4 Kebiasaan Tempat berkumpul, dengan siapa, jam
berapa
5 Transportasi Cara datang dan pergi, situasi jalan,
jenis dan alat transportasi
6 Pusat pelayanan Klinik, praktek pelayanan kesehatan :
di kunjungi / tidak, jaraknya : jauh /
dekat
7 Toko / warung, pusat Siapa pemiliknya, jenis apa,
perbelanjaan bagaimana mencapainya
8 Orang di jalan Siapa yang ci jumpai di jalanan, ibu /
bayi, orang pengangguran, anak
sekolah, binatang liar dll
9 Tempat ibadah Mesjid, gereja, wihara, kuil
10 Kesehatan Ada yang sakit : akut / kronis, dekat
dengan tempat pelayanan kesehatan /
tidak
11 Politik Kampanye, poster dan dampaknya
terhadap kesehatan ada / tidak
12 Media TV, majalah, koran,bagaimana
mencapainya mudah / tidak
( Anderson E.T, McFarley J : 2000)
f. Ekonomi
Indikator ekonomi dan sumber informasi ( Anderson E.T, McFarley J : 2000)
No Indikator Sumber
1 A.Karakteristik Finansial
1. Rumah Tangga
a. Rata-rata pendapatan
- Presentasi RT dibawah miskin Sensus
- Presentasi RT yang menerima Camat
pelayanan Lurah
- Presentasi RT dikepalai wanita
b. Biaya perbulan masing-masing SDA
2. Individu : pendapatan per-orang, presentase
yang miskin
B. Karakteristik Pekerja
1. Kelompok Umum
a. Presentase bekerja Sensus
b. Presentase pengangguran Depnaker
c. Presentase pensiunan Camat / lurah
2. Kelompok Khusus
a. Presentase wanita dengan anak bekerja
b. Presentase pimpinan
c. Presentase tekhnik
d. Presentase petani
e. Presentasepekerja lain

g. Komponen keamanan dan transportasi


Komponen :
1) Kualitas : pelayanan perlindungan
a) Kebakaran
b) Polusi
c) Sanitasi limbah
Sumber :
- Tata kota
- Dinas kebakaran
- Kantor polisi
- Dinas PU
2) Kualitas air, sumber : PDAM, Sumur
3) Transportasi, sumber departemen perhubungan
4) Swasta / pemerintahan
a) Bus
b) Jalan tol
c) Udara
Laut/kereta api (Riyadi, 2007).
h. Politik dan pemerintahan
1) Pemerintahan : RT, RW, lurah dan camat dst
2) Kelompok pelayanan masyarakat : PKK, LPMK, karang taruna dll
3) Politik : peran serta parpol dalam pelayanan kesehatan
4) Kebijakan pemerintahan dalam pelayanan kesehatan (Mubarak,2009)
i. Komunikasi
1) Komunikasi formal : koran , TV, dan radio
2) Komunikasi informal : papan pengumuman di mesjid
3) Bahasa yang digunakan bahasa daerah (minang) dan bahasa Indonesia
(Mubarak, 2009)
j. Pendidikan
Komponen :
1) Status pendidikan :
a) Tingkat pendidikan
b) Tipe sekolah
c) Bahasa
Sumber :
- Sensus
- Lurah / camat
2) Pendidikan yang tersedia dalam dan diluar komunitas
a) Pelayanan
b) Sumber
c) Karakteristik pemakai
d) Keadekuatan dapat dicapai
Sumber :
- Dikbud
- Kanwil
- Kakandep
- Ka. Sekolah
k. Rekreasi
1) Macam
2) Tempat / lokasi
3) Bayaran
4) Yang menggunakan
2. Diagnosa keperawatan
Data dari hasil pengkajian dikumpulkan untuk dianalisa, dimana nantinya akan
ditemukanlah masalah keperawatan serta etiologi dari maslaah tersebut. Menurut,
diagnosa keperawatan dibagi atas :
a. Masalah : sehat sampai sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan : nyata, resiko dan potensial
d. Rumusan :
3. Resiko …………………………….. (masalah) ……………………… diantara
(populasi/komunitas) b.d (karakteristik komunitas dan lingkungan) yang
dimanifestasikan dengan ……………………………………… (indikator
kesehatan/analisa data). (Mubarak,2009)

4. Prioritas masalah
No Mas. kes a b c d E f g h i j k l jumlah
Keterangan : Keterangan pembobotan :
a. Resiko terjadi 1. Sangat rendah
b. Resiko permasalahan 2. Rendah
c. Potensial untuk pendidikan kesehatan 3. Cukup
d. Minat masyarakat 4. Tinggi
e. Mungkin diatasi 5. Sangat tinggi
f. Sesuai program
g. Tempat
h. Waktu
i. Fasilitas kesehatan
j. Dana
k. Sumber dana
l. Sesuai dengan peran perawat
(Mubarak, 2009)

Analisa Data

NO Analisa Data Masalah Etiologi


Kesehatan

DS :
1.  Para orang tua mengatakan Resiko infeksi Peningkatan
kalau anaknya sering paparan organisme
mengalami sesak nafas, gejala Patogen lingkungan
batuk, dan kadang demam
 Anak sering batuk kadang
disertai dengan sesak di dada
 Nafsu makan menurun
Do:
 Tampak udara tidak bersih
karna debu dan paparan asap
rokok
 Anak-anak tampak jajan di
sembarang tempat disekolah
DS :
2.  Para orang tua kadang hanya Defisit Hambatan akses ke
memberikan obat warung dan Kesehatan pemberi pelayanan
obat obat herbal untuk Komunitas kesehatan
meredakan batuk dan sesak
nafas
 Ibu mengatakan jarang
membawa anak ke puskesmas
karna agak jauh dari rumah
dan kadang puskesmas tutup
DO :
 Pencahayaan kurang terang
didalam ruangan
 Anak-anak jarang memakai
masker disekolah
 Warga sering membakar
Sampah dan d luar rumah
 Banyak paparan asap rokok
dan debu jalanan

5. Intervensi
Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan, mencakup :
a. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai
Kriteria rumusan tujuan berfokus kepada masyarakat, jelas dan singkat, dapat
diukur dan observasi, realistik, waktu relatif dibatasi, melibatkan peran serta
masyarakat. Formulasi rumusan tujuan keperawatan itu terdiri dari :
1) Satuan objek / masyarakat
2) Perilaku masyarakat yang dapat diamati
3) Satuan kondisi yang melengkapi perilaku masyarakat
4) Criteria untuk menentukan pencapaian tujuan
b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan. Langkah-langkah dalam
merencanakan keperawatan kesehatan masyarakat :
1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3) Libatkan peran serta masyarakat dan menyusun perencanaan
4) Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang
sangat dirasakan oleh masyarakat
6) Mengarah pada tujuan yang akan dicapai
7) Tindakan harus bersifat realistik
8) Disusun secara berurutan
c. Kriteia hasil untuk menilai pencapaian tujuan
1) Memakai kata kerja yang tepat
2) Dapat dimodifikasi
3) Bersifat : siapa yang akan melakukan, apa yang dilakukan, bagaimana,
dimana, kapan, dan dapat dilakukan serta frekuensi melakukannya
Ada 4 strategi intervensi :
a. KIM ( komunikasi Informasi Motivasi) keluarga binaan
b. Penyebaran informasi
1) Penyuluhan
2) Penyebaran leaflet
3) Penyebaran pamphlet
c. Pendidikan dan pelatihan
1) Pelatihan/ penyegaran kader
2) Supervise kader
d. Penggerakan masa
1) Kesling : kerja bakti
2) Kunjungan balita ke posyandu
3) Kunjungan lansia ke posyandu
4) Kampanye kesehatan
(Riyadi, 2007).

Intervensi Keperawatan

DX. Kep SLKI SIKI


Resiko Infeksi b.d
peningkatan paparan Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi :
organisme patogen lingkungan Kriteria Hasil : Observasi
 Kebersihan tangan 1. Monitor tanda dan
meningkat gejala infeksi lokal dan
 Kebersihan badan istemik
meningkat Edukasi
 Nafsu makan 1. Jelaskan tanda dan
meningkat gejala terinfeksi ISPA

 Demam menurun 2. Ajarkan cara mencuci

 Batuk menurun tangan dengan benar


3. Ajarkan etika batuk
 Sputum berwarna hijau
4. Anjurkan
menurun
meningkatkan asupan
nutrisi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
komunitas b.d hambatan akses Status Kesehatan Komunitas Management lingkungan
ke pemberi pelayanan Kriteria Hasil: komunitas
kesehatan.  Ketersediaan program Observasi
promosi kesehatan 1. Lakukan scrining
meningkat resiko gangguan
 Ketersediaan program kesehatan lingkungan
proteksi kesehatan 2. Identifikasi faktor
meningkat resiko kesehatan yang
 Kepatuhan terhadap diketahui
stndar kesehatan Terapeutik
lingkungan meningkat 1. Libatkan partisipasi

 Prevelensi penyakit masyarakat dalam

menurun memelihara keamanan


lingkungan
Edukasi
1. Promosikan kebijakan
pemerintah untuk
mengurangi resiko
penyakit
2. Berikan pendidikan
kesehatan untuk
kelompok resiko
3. Informasikan layanan
kesehatan ke individu,
keluarga, kelompok
berisiko dan
masyarakat
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim
kesehatan komunitas
lain dalam program
kesehatan komunitas
untuk menghadapi
resiko yang diketahui

6. Implementasi keperawatan
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Prinsip dalam pelaksanaan keperawatan yaitu :
a. Berdasarkan respon masyarakat
b. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia dimasyarakat
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta
lingkungannya
d. Bekerjasama dengan profesi lain
e. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan
penyakit
f. Memperhatikan perubahan masyarakat
g. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
keperawatan
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan keperawatan yaitu :
a. Keterlibatan petugas non keperawatan, kader, tokoh masyarakat dalam rangka
alih peran
b. Terselenggaranya rujukan medis dan rujukan keperawatan
Setiap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dicatat pada cacatan yang
telah disajikan (Riyadi, 2007).

7. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah
program kerja sesuai rencana atau apakah pelayanan kesehatan memenuhi kebutuhan
masyarakat (Posavac and Carey, 2014).
Kegiatan yang dilakukan pada penilaian ini adalah :
a. Membandingkan hasil tindakan yang akan diaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan tahap pelaksanaan
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi.
Kegunana penilaian :
a. Untuk menentukan perkembangan perawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan
b. Untuk menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan keperawatan yang
diberikan
c. Menilai pelaksaan asuhan keperawatan
d. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses
keperawatan
Langkah-langkah dalam mengevaluasi :
a. Membuat garis besar dalam masalah keperawatan komunitas
b. Merumuskan tujuan keperawatan khusus dalam bentuk hasil yang diharapkan
oleh masyarakat
c. Menentukan kriteria dan standar evaluasi serta sumber data
d. Mengidentifiksi hambatan yang di hadapi dan rencna untuk memperbaikinya
Tujuan umum evaluasi :
Untuk meningkatkan program dan memberikan arahan dan evaluator atau
meneger program.
Tujuan umum evaluasi :
a. Meningkatkan perencanaan program pelayanan dan hasilnya
b. Meningkatkan efesiensi dan efektifitas program
c. Menentukan apakah program dapat dimulai, ddimulai apakah dipilih alternatif
lain.
d. Mengkaji upaya organisasi efektifitas, efesiensi, edukasi kesesuaian dari
pekayanan kesehatan
e. Mencari informasi untuk keutusa pelaksanaan program
Tipe evaluasi :
a. Evaluasi proses
Keseusaian dalam membantu dalam melaksanakan kerja kelompok,
berkomunikasi yang telah disepakati dengan semua anggota atau berkomunikasi
secara efektif dengan target komunitas
b. Evaluasi hasil
Peran serta secara keseluruhan dalam kerja kelompok, melakukan tugas yang
telah disepakati, menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan
mendemonstrasikan proses belajar dari kelompok.
(Mubarak,2009)

Implementasi dan Evaluasi

DX Kep Implementasi Evaluasi


 Jelaskan tanda dan S:
gejala terinfeksi  orang tua mengatakan
ASMA kalau anaknya sering
mengalami sesak nafas
 Ajarkan cara mencuci dan batuk
tangan dengan benar  Anaknya sesak nafas
 Ajarkan cara dan batuk
memanajemen jalan  Nafsu makan menurun
nafas
 Ajarkan etika batuk O:
 Anjurkan  Anak-anak tampak
meningkatkan asupan jajan di sembarang
nutrisi tempat disekolah
 Anjurkan  Anak-anak tampak
meningkatkan asupan kurang memperhatikan
cairan kebersihan diri (tangan
dan badan)

A: masalah teratasi

P: intervensi dihentikan
 Lakukan scrining S:
resiko gangguan  Para orang tua hanya
kesehatan lingkungan memberikan obat
 Identifikasi faktor warung dan obat
resiko kesehatan yang herbal untuk
diketahui meredakan sesak nafas
 Promosikan kebijakan dan batuk pada anak
pemerintah untuk  Ibu mengatakan cuman
mengurangi resiko ada 1 puskesmas di RT
penyakit 01 dan kadang tidak
 Berikan pendidikan buka
kesehatan untuk
kelompok resiko O:
 Informasikan layanan  Pencahayaan kurang
kesehatan ke individu, terang didalam
keluarga, kelompok ruangan
berisiko dan  Anak-anak jarang
masyarakat memakai masker
disekolah
 Warga sering
membakar Sampah dan
d luar rumah
 Paparan asap rokok
dan debu jalanan

A: Masalah sudah teratasi


P : intervensi dihentikan
BAB III

PROGRAM KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH

Program kesehatan anak usia sekolah dengan masalah Asma antara lain melakukan penyuluhan
pendidikan kesehatan kepada orang tua supaya dapat memahami pencegahan penyakit Asma dan
status gizi pada anak usia sekolah.Upaya pencegahan penyakit Asma pada anak usia sekolah
antara lain :

1. Pengetahuan
a. Definisi Penyakit Asma
Asma adalah suatau keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hivesensivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradanagan,
penyempitan ini bersifat berulang dan di antara episode penyempitan bronkus tersebut
terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. (Irman Somarti,2012).Asma didefinisikan
sebagai suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem pernapasan yang
menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, dan sesak di
dada terutama ketika malam hari atau dini hari.
penyakit asma sulit disembuhkan, penyakit ini dapat dikontrol sehingga tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian asma dilakukan dengan menghindari
faktor pencetus, yaitu segala hal yang menyebabkan timbulnya gejala asma. Apabila
anak menderita serangan asma terus-menerus, maka akan mengalami gangguan proses
tumbuh kembang serta penurunan kualitas hidup. Faktor pencetus asma banyak dijumpai
di lingkungan baik di dalam maupun di luar rumah, tetapi anak dengan riwayat asma
pada keluarga memiliki risiko lebih besar terkena asma.Tiap penderita asma akan
memiliki faktor pencetus yang berbeda dengan penderita asma lainnya sehingga
orangtua perlu mengidentifikasi faktor yang dapat mencetus kejadian asma pada anak.
Faktor pencetus asma dibagi dalam dua kelompok, yaitu genetik, di antaranya
atopi/alergi bronkus, eksim; faktor pencetus di lingkungan, seperti asap kendaraan
bermotor, asap rokok, asap dapur, pembakaran sampah, kelembaban dalam rumah, serta
alergen seperti debu rumah, tungau, dan bulu binatang.
Peran orang tua dalam pencegahan Asma pada anak usia sekolah termasuk dalam
peran orang tua dalam perawatan anak.Peran orang tua dalam Pencegahan penyakit
Asma peran orang tua yang harus mengetahui cara - cara pencgahan Asma. Asma dapat
di cegah dengan mengetahui penyakit Asma, mengatur pola makan anak dan
menghindari faktor pencetus.

2. Klasifikasi Penyakit Asma


Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) asma dibagi menjadi 4 yaitu :
a) Asma intermitten, ditandai dengan :
1) gejala kurang dari 1 kali seminggu
2) eksaserbasi singkat
3) gejala malam tidak lebih dari 2 kali sebulan
4) bronkodilator diperlukan bila ada serangan
5) jika serangan agak berat mungkin memerlukan kortikosteroid; 6) APE atau
VEP1 ≥ 80% prediksi
6) variabiliti APE atau VEP1 < 20%

b) Asma persisten ringan, ditandai dengan :


1) gejala asma malam >2x/bulan
2) eksaserbasi >1x/minggu, tetapi 1x/minggu
3) eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur
4) membutuhkan steroid inhalasi dan bronkhodilator setiap hari
5) APE atau VEP1 60-80%
6) variabiliti APE atau VEP1 >30%

c) Asma persisten sedang, ditandai dengan :


1) gejala hampir tiap hari
2) gejala asma malam >1x/minggu
3) eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur
4) membutuhkan bronkodilator dan kortikosteroid
5) APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi
6) variabiliti APE atau VEP1 20-30%
d) Asma persisten berat, ditandai dengan :
1) APE atau VEP60%
2) Variabiliti APE atau VEP 30%
b. Penyebab asma pada anak
1. Memiliki orangtua yang memiliki asma
2. Memiliki orangtua yang memiliki riwayat alergi
3. Infeksi saluran pernapasan pada usia yang sangat muda
4. Terpapar faktor lingkungan seperti asap rokok dan polusi udara.
c. Pencegahan Asma
1. Hindari pemicu asma
2. Hindari merokok didepan anak
3. Ajak anak untuk aktif bergerak
4. Jaga berat badan anak
5. Hindari anak terkena asam lambung
d. Gejala asma pada anak
1. Sering batuk ketika tidur atau saat terpapar udara dingin. Batuknya bisa semakin
buruk jika anak terserang virus
2. Mengi atau suara seperti bersiul ketika bernapas
3. Napas pendek
4. Dada terasa kencang
5. Tidur sering terbangun karena batuk sehingga anak mudah lelah di siang hari.

3. Cara mencegah agar asma pada anak tidak kambuh

Pencegahan agar asma tidak kambuh. Berikut hal-hal yang harus dilakukan untuk menghindari
kekambuhan asma:

1. Hindari faktor pemicu


Jika anak menunjukan tanda-tanda asma, maka sebaiknya menghindari faktor pemicu
atau pencetus asma, seperti:
a) Tungau debu rumah
b) Lumut, yang biasanya ada di dapur atau kamar mandi
c) Binatang peliharaan terutama yang berbulu
d) Asap, baik itu asap rokok, asap pabrik, asap kendaraan bermotor
e) Kecoa atau serangga
f) Bahan kimia semprot
g) Tepung sari bunga
h) Infeksi virus
i) Makanan tertentu: coklat, es, jajanan anak dengan zat pengawet, pewarna
j) Jaga selalu kondisi anak dari stres dan faktor psikologis lainnya

2. Jangan lakukan olahraga atau aktivitas fisik berlebihan


Aktivitas fisik yang berlebihan dapat memicu anak asma kambuh sehingga ia
mengalami gejala seperti mengalami batuk hebat dan sesak nafas selama berlari-lari.
Anak bisa berolahraga dengan syarat diantaranya:
a) Asma pada anak sudah terkontrol baik
b) Melakukan pemanasan terlebih dahulu
c) Menggunakan obat pengendali
d) Menggunakan obat pereda
e) Pilih olahraga berenang daripada berlari. Karena berlari dapat menyebabkan
masuknya udara terutama yang dingin dan kering dalam jumlah besar
3. Jaga berat badan anak
Obesitas atau kelebihan berat badan dapat membuat gejala asma semakin buruk. Bahkan,
obesitas pada anak bisa memicu masalah kesehatan lainnya.
4. Pertahankan kebersihan dan udara di rumah
Asma pada anak dapat semakin buruk jika udara dingin dan kering.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor pencetus asma dibagi dalam dua kelompok, yaitu genetik, di antaranya
atopi/alergi bronkus, eksim; faktor pencetus di lingkungan, seperti asap kendaraan
bermotor, asap rokok, asap dapur, pembakaran sampah, kelembaban dalam rumah, serta
alergen seperti debu rumah, tungau, dan bulu binatang.
Peran orang tua dalam pencegahan Asma pada anak usia sekolah termasuk dalam
peran orang tua dalam perawatan anak.Peran orang tua dalam Pencegahan penyakit Asma
peran orang tua yang harus mengetahui cara - cara pencgahan Asma. Asma dapat di
cegah dengan mengetahui penyakit Asma, mengatur pola makan anak dan menghindari
faktor pencetus.
B. Saran
Agar mahasiswa dapat memahami tentang permasalah asma pada anak usia sekolah yang
sering terjadi. Dengan mengetahui berbagai faktor risiko terjadinya. Tanda dan gejala
asma,sehingga dapat meminimalisirkan angka terjadinya asma pada anak usia sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Sarayati Safirah, 2014. http://repository.unair.ac.id/29636/3/14.%20BAB%202%20.pdf. Konsep


Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Sekolah. (Online). Diakses Pada Tanggal 25 Maret 2022

https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/asma-pada-anak (online). Diakses pada


tanggal 25 maret 2022

http://eprints.undip.ac.id/43716/6/BAB_2_-burn.pdf (online). Diakses pada tanggal 25 maret


2022

https://hellosehat.com/pernapasan/asma/pengertian-asma (Online).Diakses pada tanggal 25 maret

2022

Anda mungkin juga menyukai