PENATALAKSANAAN PENDIDIKAN
KESEHATAN KELUARGA
Dosen Pengampu :
Indra Febriani, S.Pd, M.Kes
Tingkat IIIA
Kelompok 2
1. Egi Diah Safitri
2. ElenVilana 13. Fitria Oktaviani
3. Elva Noverina Putri 14.Herawati
4. Eria Julita Sari 15. Hesty Wulandari
5. Erika Sherly Damayanti 16. Iin Aryani
6. Erina Rahmadiyah 17. Imanuel Lorenzia
7. Famela 18. Indah Wahyuni
8. Fanisa Amalia Safitri 19. Indri Wahyuni
9. Farha Diba Panerli 20. Intan Novi Wulandari
10. Febriani Suci Priadi 21. Jenny Amelia
11. Fenni Octa Labina 22. Jihan Salsabila Nur Alifah
12. Fholsen Frohansen 23. Karantina
24. Karina
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Definisi Pendidikan Kesehatan........................................................................3
2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan.........................................................................3
2.3 Sasaran Pendidikan Kesehatan........................................................................4
2.4 Tahapan Pendidikan Kesehatan.......................................................................4
2.5 Definisi Pendidikan Kesehatan Keluarga........................................................5
2.6 Tingkat Pencegahan dalam Keluarga..............................................................6
2.7 Tujuan Keperawatan Keluarga........................................................................7
2.8 Peran Perawat Keluarga..................................................................................7
2.9 Penatalaksanaan Pendidikan Kesehatan Keluarga..........................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................13
3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantungan. Keluarga
memiliki pengaruh yang penting tehadap pembentukan identitas individu,
status kesehatan dan perasaan harga diri individu. Sistem pendukung yang vital
bagi individu adalah keluarga, dimana keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dengan menjalankan fungsi biologi,
fungsi pendidikan, fungsi psikis, fungsi sosiokultural, serta fungsi kesehatan.
Aktivitas-aktivitas keluarga dalam menjalankan fungsi kesehatan dan
kesimbangan antara anggota keluarga tidak terlepas dari lima tugas dalam
perawatan kesehatan keluarga yaitu; mampu mengenal masalah kesehatannya,
mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi kesehatannya,
mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota keluarga yang
memerlukan bantuan keperawatan, mampu memodifikasi lingkungan sehingga
menunjang upaya peningkatan kesehatan, mampu memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
Keluarga menjadi point penting dalam upaya mencapai kesehatan
masyarakat secara optimal karena memiliki keterkaitan dengan masalah
kesehatan, memiliki fungsi utama dalam masyarakat dan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat. Peran keluarga sebagai kelompok dapat
melakukan aktivitas pencegahan, memelihara, menimbulkan, memperbaiki
ataupun mengabaikan masalah kesehatan yang ada di dalam kelompok
/keluarga. Keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggota keluarganya, yang berarti keluarga menjadi faktor penentu
sehat-sakitnya anggota keluarga, yang akan berdampak pada munculnya
berbagai masalah kesehatan anggota keluarga.
Oleh karena itu, pada makalah ini kita akan mempelajari tentang
“Penatalaksanaan Pendidikan Kesehatan Pada Keluarga”
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Kesehatan?
2. Apa Tujuan Pendidikan Kesehatan?
3. Siapa saja sasaran Pendidikan Kesehatan?
4. Bagaimana tahapan Pendidikan Kesehatan?
5. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Kesehatan Keluarga?
6. Bagaimana Tingkat Pencegahan dalam Keluarga?
7. Apa Tujuan Keperawatan Keluarga?
8. Apa Peran Perawat Keluarga?
9. Bagaimana Penatalaksanaan Pendidikan Kesehatan Keluarga?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang Pendidikan
Kesehatan Keluarga.
2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang Tujuan Keperawatan
Keluarga.
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang Tingkat Pencegahan
dalam keluarga.
4. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang Peran Perawat
Keluarga.
5. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang Penatalaksanaan
Pendidikan Kesehatan Keluarga.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut
dari tenaga keperawatan karena merupakan salah satu peranan yang harus
dilaksanakan dalam setiap memberikan asuhan keperawatan di mana saja ia
bertugas, apakah itu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
(Effendy, 1998). Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan
untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmodjo,
1993 [seperti] dikutip oleh Digilib USU, 2010). Pendidikan kesehatan erat
kaitannya dengan penyuluhan penyuluhan kesehatan kesehatan dan
berorientasi berorientasi pada perubahan perubahan perilaku perilaku
seseorang. seseorang. Pendidikan Pendidikan kesehatan tidak hanya
bertujuan untuk membangun atau mengembangkan kesadaran diri dengan
berdasarkan pengetahuan kesehatan. Lebih dari itu, pendidikan kesehatan
bertujuan untuk membangun perilaku kesehatan individu dan masyarakat
( yarakat (Asmadi, 2008). Asmadi, 2008).
Pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah
dan menguatkan faktor perilaku (predisposisi, pendukung, dan pendorong)
sehingga menimbulkan perilaku positif positif dari masyarakat. masyarakat.
Hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa perilaku, perilaku, pendidikan
pendidikan kesehatan, kesehatan, dan status kesehatan memiliki pola
hubungan yang saling berpengaruh satu sama lain (Green, 1980 [seperti]
dikutip oleh Heri, 2007).
2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan menurut (Susilo, 2011 : 2) yaitu ada 2 di antaranya:
a) Tujuan kaitannya dengan batasan sehat
Menurut WHO (1954) pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah
perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku
3
sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip
kesehatan maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap
kesehatan. Masalah ini harus benarbenar dikuasai oleh semua kader
kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat, bukan sekedar
apa yang terlihat oleh mata yakni tampak badannya besar dan kekar.
Mungkin saja sebenarnya ia menderita batin atau menderita gangguan jiwa
yang menyebabkan ia tidak stabil, tingkah laku dan sikapnya. Untuk
menapai sehat seperti definisi diatas, maka orang harus mengikuti berbagai
latihan atau mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar orang benar-
benar menjadi sehat.
b) Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan, adat
istiadat, tata nilai atau norma, adalah kebudayaan. Mengubah kebiasaan,
apalagi adat kepercayaan yang telah menjadi norma atau nilai di suatu
kelompok masyarakat, tidak segampang itu untuk mengubahnya. Hal itu
melalui proses yang sangat panjang karena kebudayaan adalah suatu sikap
dan perilaku serta cara berpikir orang yang terjadinya melalui proses
belajar.
2.3 Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada program
pembangunan Indonesia, adalah :
a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja.
Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga
pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama swata
maupun negeri.
c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan. (Susilo,.R.2011 : 5)
4
sistematis. Langkah yang dapat ditempuh dalam suatu pedidikan kesehatan
antara lain:
a. Tahap Sensitisasi
Tahap pertama berisi pemberian informasi mengenai masalah kesehatan,
pengetahuan kesehatan, serta fasilitas kesehatan yang ada. Namun
demikian pada tahap ini belum merujuk pada perubahan perilaku.
b. Tahap Publisistas
Melanjutkan tahap yang pertama dengan fokus pada publikasi layanan
kesehatan.
c. Tahap Edukasi
Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap
menjadi apa yang diinginkan, metode yang sesuai dengan proses belajar
dan mengajar.
d. Tahap Motivasi
Diharapkan pada tahap ini masyarakat dapat merubah perilaku dan
melanjutkan hal tersebut.
2.5 Pendidikan Kesehatan Keluarga
Pendidikan Kesehatan keluarga berfokus pada fungsi keluarga yang sehat
dalam perspektif sistem keluarga dan memberikan pendekatan terutama
pencegahan . Keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk berfungsi
secara sehat secara luas dikenal: keterampilan komunikasi yang kuat,
pengetahuan tentang perkembangan khas manusia, keterampilan membuat
keputusan yang baik, positif harga diri ,dan hubungan interpersonal yang
sehat. Tujuan pendidikan kehidupan keluarga adalah untuk mengajar dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan ini untuk memungkinkan
individu dan keluarga untuk berfungsi optimal .
Pendidikan kesehatan keluarga mempertimbangkan isu-isu sosial termasuk
ekonomi, pendidikan, masalah kerja keluarga, orangtua, seksualitas, gender
dan lainnya dalam konteks keluarga. Mereka percaya bahwa masalah sosial
seperti penyalahgunaan zat, kekerasan dalam rumah tangga, pengangguran,
hutang, dan kekerasan terhadap anak dapat lebih efektif ditangani dari
5
perspektif yang menganggap individu dan keluarga sebagai bagian dari sistem
yang lebih besar. Pengetahuan tentang fungsi keluarga yang sehat dapat
diterapkan untuk mencegah atau meminimalkan banyak masalah ini.
2.6 Tingkat Pencegahan dalam Keluarga
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah
penyakit, ketidakmampuan dan cedera. Pencegahan primer melibatkan
peningkatan kesehatan melalui penyuluhan kesehatan dengan penekanan
pada pembentukan gaya hidup sehat guna meningkatkan tingkat fungsional
optimal (seperti nutrisi, latihan, tiur, rekreasi, relaksasi, tidak menggunakan
alkohol, tembakau, dan obat-obatan), pembentukan kepribadian yang sehat,
konseling, dan pembentukan lingkungan sosial yang sehat (Hitchcook,
Stubert & Thomas, 1999). Pencegahan primer meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan keluarga. Pencegahan primer berdampak
dalam peningkatan promosi kesehatan di keluarga, peningkatan kesehatan
keluarga menyeluruh untuk setiap anggota keluarga. Promosi kesehatan di
desain agar dapat berkontribusi dalam pertumbuhan, perluasan atau
menghasilkan yang terbaik bagi kesehatan. promosi kesehatan hal yang
positif, proses dinamis berfokus pada peningkatan kualitas hidup dan
perbaikan, bukan semata-mata menghindar dari penyakit (Pender, Carolyn
& Mary, 2002).
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah aktivitas yang berhubungan dengan deteksi
dini dan treatmen. Fokus pencegahan ini adalah dengan melakukan
skrining untuk mendeteksi penyakit pada fase awal.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah
penyakit tidak bertambah parah (kronis) dan tidak menimbulkan
ketidakmampuan pada individu. Pencegahan tersier dapat dilakukan
dengan melakukan rehabilitasi kepada individu yang meliputi rehabilitasi
fisik, psikis, dan spiritual (Hitchcook, Stubert & Thomas).
6
2.7 Tujuan Keperawatan Keluarga
Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran,
keinginan, dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah,
memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang optimal dan mampu
melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif. Tujuan khususnya adalah
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan keluarga dalam hal :
1) Mengidentifikasi masalah yang mereka hadapi
2) Mengambil keputusan tentang siapa/kemana dan bagaiman pemecahan
masalah
3) Meningkatkan mutu kesehatan keluarga
4) Mencegah terjadinya penyakit
5) Melaksanakan usaha penyembuhan
6) Melaksanakan usaha rehabilitasi penderita melalui asuhan keperawatan
7) Membantu tenaga profesional dalam menanggulangi masalah
7
6) Penasehat Dengan komunikasi yang baik, keluarga akan berani meminta
nasehat perawat dan perawat akan memberi nasehat yang benar.
8
(a) mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;
(b)mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga;
(c) mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara:
(a) mendemonstrasikan cara perawatan;
(b) menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah;
(c) mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:
(a) menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;
(b) melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara:
(a) mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga;
(b) membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Selama melakukan tindakan, Anda diharapkan tetap mengumpulkan
data baru, seperti respon klien terhadap tindakan atau situasi yang berganti,
dan perubahan-perubahan situasi. Yang harus menjadi perhatian adalah
pada keadaan ini, perawat harus fleksibel dalam menerapkan tindakan.
Beberapa kendala yang sering terjadi dalam implementasi adalah ide yang
tidak mungkin, pandangan negatif terhadap keluarga, kurang perhatian
terhadap kekuatan dan sumber-sumber yang dimiliki keluarga, serta
penyalahgunaan budaya atau gender.
b) Tahap Tindakan Keperawatan Keluarga
Dalam pelaksanaannya, ada tiga tahapan dalam tindakan keperawatan
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Pada tahap awal ini, sebagai perawat harus
menyiapkan segala sesuatu yang akan diperlukan dalam tindakan.
Persiapan meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut ini :
9
(a) Review tindakan keperawatan diidentifikasi pada tahap
perencanaan. Perlu dipahami bahwa pada dasarnya prinsip dari
tindakan keperawatan disusun untuk melakukan upaya promosi,
mempertahankan, dan memulihkan kesehatan klien/keluarga. Ada
beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan keluarga, antara lain:
1. konsisten sesuai dengan rencana tindakan;
2. berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah;
3. ditujukan kepada individu sesuai dengan kondisi klien;
4. digunakan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dan
aman;
5. memberikan penyuluhan dan pendidikan kepada klien;
6. penggunaan sarana dan prasarana yang memadai.
(b) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan. Perawat harus mengidentifikasi tingkat pengetahuan
dan tipe keterampilan yang diperlukan untuk tindakan
keperawatan.
(c) Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin
timbul. Prosedur tindakan keperawatan mungkin berakibat
terjadinya resiko tinggi kepada klien. Perawat harus menyadari
kemungkinan timbulnya komplikasi sehubungan dengan tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan. Keadaan yang demikian ini
memungkinkan perawat untuk melakukan pencegahan dan
mengurangi resiko yang timbul.
(d) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, harus
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Waktu. Perawat harus dapat menentukan waktu secara selektif.
2. Tenaga. Perawat harus memperhatikan kuantitas dan kualitas
tenaga yang ada dalam melakukan tindakan keperawatan.
3. Alat. Perawat harus mengidentifikasi peralatan yang diperlukan
pada tindakan.
10
(e) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif. Keberhasilan suatu
tindakan keperawatan sangat ditentukan oleh perasaan klien yang
aman dan nyaman. Lingkungan yang nyaman mencakup komponen
fisik dan psikologis.
(f) Mengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dari
potensial tindakan. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus
memperhatikan unsur-unsur hak dan kewajiban klien, hak dan
kewajiban perawat atau dokter, kode etik perawatan, dan hukum
keperawatan.
2. Tahap Perencanaan
Fokus pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Tindakan keperawatan dibedakan
berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktik keperawatan.
Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Tipe dari aktivitas yang dilaksanakan
perawat secara independen didefinisikan berdasarkan diagnosa
keperawatan. Tindakan tersebut merupakan suatu respon, karena
perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan
keperawatan secara pasti berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.
Lingkup tindakan independen keperawatan adalah:
(a) mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien;
(b) merumuskan diagnosa keperawatan sesuai respon klien yang
memerlukan intervensi keperawatan;
(c) mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan
atau memulihkan kesehatan;
11
(d) melaksanakan rencana pengukuran untuk memotivasi,
menunjukkan, mendukung, dan mengajarkan kepada klien atau
keluarga;
(e) merujuk kepada tenaga kesehatan lain, ada indikasi dan diijinkan
oleh tenaga keperawatan klien;
(f) mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan dan
medis;
(g) partisipasi dengan konsumer atau tenaga kesehatan lain dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut
dari tenaga keperawatan karena merupakan salah satu peranan yang harus
dilaksanakan dalam setiap memberikan asuhan keperawatan di mana saja ia
bertugas, apakah itu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
(Effendy, 1998).
Pendidikan Kesehatan keluarga berfokus pada fungsi keluarga yang sehat
dalam perspektif sistem keluarga dan memberikan pendekatan terutama
pencegahan . Keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk berfungsi
secara sehat secara luas dikenal: keterampilan komunikasi yang kuat,
pengetahuan tentang perkembangan khas manusia, keterampilan membuat
keputusan yang baik, positif harga diri ,dan hubungan interpersonal yang
sehat.
Tujuan pendidikan kehidupan keluarga adalah untuk mengajar dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan ini untuk memungkinkan
individu dan keluarga untuk berfungsi optimal.
Perawat dapat berperan dalam keperawatan keluarga sebagai: Pemantau
kesehatan (health monitor), Pemberi asuhan keperawatan pada anggota
keluarga yang sakit, Koordinator perawatan kesehatan keluarga, Fasilitator
Perawat dapat meningkirkan rintangan yang menghambat perawatan
kesehatan keluarga, Pendidilk Perawat harus mampu memberi pendidikan
pada klien agar mampu mengatasi masalahnya sendiri, dan Penasehat Dengan
komunikasi yang baik, keluarga akan berani meminta nasehat perawat dan
perawat akan memberi nasehat yang benar.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut:
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah,
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
13
menjadi sehat, dan Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.
3.2 Saran
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasannya kembali
dengan membaca sumber-sumber lainnya. Penulis mengharapkan kritik atau
saran yang membangun.
14
DAFTAR PUSTAKA
Siti Nur Kholifah, Ns. Wahyu Widago. (2016). “Keperawatan Keluarga dan
Komunitas.” Kementerian Kesehatan Republik Kesehatan Pusdik SDM
Kesehatan. Jakarta Selatan. Available on :
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Keluarga-dan-Komunitas-
Komprehensif.pdf di akses pada 23 September 2021.
“Pendidikan Kesehatan Keluarga.” Available On :
https://pdfcoffee.com/pendidikan-kesehatan-pada-keluarga-pdf-free.html di akses
pada 23 September 2021.
“Pendidikan Kesehatan.” Available on :
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/163/jtptunimus-gdl-sugiartohu-8101-2-
babiik-o.pdf di akses pada 23 September 2021.
15