Anda di halaman 1dari 30

FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen Pengampuh : Susi Wahyuning Asih , S.Kep. Ners ., M.Kep.

Disusun Oleh :

1. Savira Nurfitasari ( 1911011003 )


2. Nadiatul Uzhma ( 1911011004 )
3. Nurdiyah Purnamasari ( 1911011007 )
4. Sofiana Jamilia ( 1911011017 )
5. Vyana Rysha Perdani ( 1911011025 )
6. Riskiah Arifi Putri ( 1911011027 )
7. Mohammad Zulkifli ( 1911011029 )
8. Dina Aulia Safira ( 1911011045 )

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah –Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar . tidak lupa juga sholawat serta
salam kami panjatkankepada junjungan kita Nabi Besar , Muhammad SWA yang menjadi
tauladan dalam menuntut ilmu .

Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tuga Mata Kuliah ‘’
Keperawatan Keluarga ‘’ yang kami susun dalam bentuk Makalah yang Berjudul ‘’ FUNGSI
PERAWATAN KESEHATAN ‘’ dan dengan selesainya penyusunan makalah ini , kami juga
tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Susi Wahyuning Asih , S.Kep. Ners ., M.Kep.
sebagai Dosen Pengampuh Keperawatan Keluarga Prodi S-1 Ilmu Keperawtan Universitas
Muhammadiyah Jember .

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini . Oleh karena
itu kami sangat senang dan terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk perbaikan makalah.

Jember , 10 April 2022

Penyusun

i
KATA PENGANTAR..............................................................................................I

DAFTAR ISI ............................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................5

A. Konsep Keluarga............................................................................................5
B. Konsep Dasar Penyakit .................................................................................14
C. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat yang dapat menimbulkan ,
mencegah , mengabaikan , memperbaiki dan memperngaruhi anggota keluarga untuk
meningkatkan kualitas kesehatan anggota keluarga ( Zaidin Ali , 2004 ) .
Fungsi keluarga merupakan fokus utama pengkajian keluarga di masyarakat
karena keluarga merupakan unit dasar yang melaksanakan perawatan kesehatan untuk
anggota keluarga (Friedman, Bowden, dan Jones, 2002). Keluarga mempunyai peran
utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga dan bukan individu
sendiri yang mengusahakan tercapainya tingkat kesehatan yang diinginkan (Zaidin Ali,
2004).
Fungsi dasar keluarga meliputi fungsi keluarga memberikan kenyamanan
emosional, mendidik, mengajarkan nilai, sikap, kepercayaan, membantu memecahkan
masalah, meneruskan keturunan, memenuhi kebutuhan material serta memberikan
perawatan kesehatan untuk anggota keluarganya (Susanto, 2012). Salah satu fungsi
keluarga yang berperan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga adalah
fungsi perawatan kesehatan keluarga.
Perawatan kesehatan keluarga berfungsi meningkatkan status kesehatan anggota
keluarga dengan cara mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan
kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan, memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan, praktek diet keluarga, praktek tidur, praktek latihan dan
rekreasi, praktek penggunaan obat terapeutik, alkohol, tembakau, serta praktek perawatan
diri keluarga (Suparijitno, 2004). Penelitian Mona (2010) tentang pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga suku Minangkabau di kelurahan Tegal Sari III kecamatan Medan
Area, menjelaskan bahwa secara umum pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku
minangkabau dalam kategori baik, dengan mengenal masalah kesehatan keluarga
(85,4%), mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat (87,7%),
memberikan perawatan pada anggota keluarga (85,4%), mempertahankan suasana rumah

1
yang menguntungkan kesehatan (65,9%), dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
(80,5%).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) menjelaskan masih banyak
keluarga di Indonesia yang belum melaksanakan fungsi perawatan kesehatan dengan
baik, dan perlahan-lahan telah terjadi penurunan pelaksanaan fungsi keluarga, sehingga
mengakibatkan angka masalah gizi, gangguan tumbuh kembang, mortalitas dan
morbiditas pada balita masih cukup tinggi. Kondisi ini dapat dilihat dengan masih
kurangnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (2006) sebanyak 16% balita Indonesia mengalami
gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan
pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Hal ini didukung oleh data
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) bahwa 50% anak balita yang dibawa
ke posyandu untuk ditimbang sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan
perkembangan kurang baik.
Perkembangan balita merupakan suatu perubahan fungsional pada balita yang
ditandai dengan berkembangnya fungsi alat tubuh untuk melakukan gerak kasar, gerak
halus, bicara, sosialisasi serta kemandirian (Whalley dan Wong, 2000 dalam Hidayat,
2004). Perkembangan pada balita lebih menitikberatkan pada perubahanperubahan yang
terjadi secara bertahap dari tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi melalui proses
maturasi dan pembelajaran yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia (Wong,
2000).
Tercapainya perkembangan balita secara optimal merupakan hal yang diinginkan
setiap orang tua. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan balita
adalah faktor lingkungan, yaitu faktor keluarga dan status kesehatan. Status kesehatan
dan lingkungan keluarga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian
pertumbuhan dan perkembangan anak. Kondisi ini dapat dilihat apabila anak dalam
kondisi tidak sehat, maka proses tumbuh kembang anak akan mengalami keterlambatan,
sehingga keluarga yang akan memberikan keamanan, kenyamanan, dan lingkungan yang
dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan pada balita (Hidayat,
2004). Gangguan perkembangan pada balita merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia. Pembentukan kualitas sumber

2
daya manusia yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung
dari proses tumbuh kembang anak pada usia dini (Wulandari, 2010).
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada 5 keluarga balita yang terdaftar
sebagai anggota di Bina Keluarga Balita (BKB) Glagahwero, didapatkan 2 keluarga
balita tidak dapat melaksanakan fungsi perawatan kesehatan dan tugas kesehatan dengan
baik, 2 keluarga hanya dapat melakukan fungsi perawatan kesehatan dan tugas kesehatan
sebagian, yang meliputi keluarga tidak dapat mengambil keputusan dengan baik, merawat
balita yang sakit, menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, melakukan, praktik
penggunaan obat terapeutik, praktik perawatan diri, parktik lingkungan, serta terapi
komplementer, dan 1 keluarga dapat melakukan fungsi perawatan kesehatan dan tugas
kesehatan dengan baik
1.2. Rumusan Masalah
Rumusalam masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan pelaksanaan
fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan pencapaian tugas perkembangan Balita di
Bina Keluarga Balita ( BKB ) ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan
pencaaian tugas perkembangan Balita di Bina Keluarga Balita ( BKB ) .
1.3.2. Tujuan Khusus
a. mengidentifikasi karakteristik keluarga (umur, pekerjaan, pendidikan, suku,
agama, penghasilan dan peran) pada keluarga yang memiliki balita
b. Mengidentifikasi pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga di Bina
Keluarga Balita (BKB)
c. Mengidentifikasi indikator-indikator fungsi perawatan kesehatan kesehatan
keluarga di Bina Keluarga Balita (BKB) .
d. Mengidentifikasi perkembangan Balita di Bina Keluarga Balita (BKB)
e. Menganalisis hubungan pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga
dengan pencapaian tugas perkembangan balita di Bina Keluarga Balita (BKB)
1.4. Manfaat Penelitian .
1.4.1. Bagi Penelitian

3
Menambah pengetahuan bagi penelitian tentang fungsi perawatan
kesehatan keluarga dalam pencapaian tugas perkembangan balita , sehingga
pelaksaanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga dapat dilaknakan secara
optimal dalam mendukung tugas perkembangan Balita di Bina Keluarga ( BKB ) .
1.4.2. Bagi Insttitusi Pendidikan .
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, dan literatur
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember sehingga dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya dan untuk menambah pengetahuan mahasiswa
tentang pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan pencapaian
tugas perkembangan Balita di Bina Keluarga Balita (BKB)
1.4.3. Bagi Profesi Keperawatan Keluarga dan Keperawatan Anak .
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi serta
memperkuat teori tentang fungsi perawatan kesehatan keluarga dan pencapaian
tugas perkembangan balita. Sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam
meningkatkan pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
yang memiliki balita dalam mencapai tugas perkembangan secara optimal.
1.4.4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan
kepada masyarakat khususnya keluarga dengan balita terkait fungsi perawatan
kesehatan keluarga dan pencapaian tugas perkembangan balita sehingga keluarga
mampu mengaplikasikan konsep perawatan kesehatan keluarga mengenai
kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga, mengambil
keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, melakukan praktek diet keluarga, praktik
tidur keluarga, praktik rekreasi, praktik penggunaan obat terapeutik dan penenang,
alkohol dan tembakau serta praktek perawatan diri sebagai upaya untuk
mendukung pencapaian perkembangan balita secara optimal.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri ataskepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat,
penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling
berhubungan dan menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko, 2012)
2. Ciri – Ciri Keluarga
Setiadi ( 2012 ) memaparkan ciri – ciri keluarga yaitu :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan .
b. Keluarga bentuk suatu kelembangaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja di bentuk atau dipelihara .
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama ( Nomen Clatur ) termasuk
perhitungan garis keturunan .
d. Keluarga mem punyai fungsi ekonomi yang di bentuk oleh anggota – anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyau keturunan dan membesarkan
anak .
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama , rumah atau rumah tangga .
3. Tipe Keluarga .
Mubarak ( 2011 ) membagi tipe Keluarga menjadi :
a. Secara tradisional
Secara tradisional keluarga di kelompokkan menjadi 2 yaitu :

5
1. Keluarga inti ( Nuclear Family ) adalah keuangan keluarga yang hanya
terdirinya , ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya .
2. Keluarga Besar ( Extended Family ) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek , nenek , paman
– bibi )
3.
b. Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan mningkatnnya rasa individualism
maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :
1. Tradisional Nuclear
Keluarga inti ( ayah , ibu , dan anak ) tinggal dalam satu rumah ditetapkan
oleh sanksi – sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan , satu atau keduanya
dapat bekerja diluar rumah .
2. Reconstituted Nuclear .
Pembetukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami / istri ,
tinggal dalam pembentukkan satu rumah dengan anak – anaknya , baik itu
bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru , satu
/keduanya dapat bekerja di luar rumah .
3. Niddle Age/Agin Couple .
Suami sebagai pencari uang , istri dirumah /kedua – duanya bekerja dirumah ,
anak – anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah / perkawinan / meniti
karier .
4. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satu bekerja diluar rumah .
5. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraianya atau kematian pasangannya dan
anak – anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah .
6. Dual Carrier .
Yaitu suami atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah dan tanpa anak .

6
7. Commuter Married .
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu
. keduanya saling mencari pada waktu – waktu tertentu .
8. Single Adult .
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk kawin .
9. Three Generation .
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah .
10. Institusional
Yaitu anak – anak atau orang – orang dewasa tinggal dalam suatu panti –
panti .
11. Communal
Yaitu satu perumahan terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogamy
dengan anak – anaknya dan bersama – sama dalam penyediaan fasilitas .
12. Group Marriage .
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunnya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan
semua dalah orang tua dari anak – anak .
13. Unmarried Parent and Child .
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki , anaknya diadopsi .
14. Cohibing Couple .
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin .
15. Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama .
4. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga enurut ( Friedman , 2010 ), yaitu :
a. Fungsi Efektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu
fungsi keluarga yang paling penting. Peran utama orang dewasa dalam keluarga

7
adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan
kepedulian terhadap kebutuhan sosio emosional semua anggota keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam
keluarga yang ditunjuk untuk mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi
dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah dan
istri-ibu. Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi.
Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga,
walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa
Amerika.
c. Fungsi Reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi keluarga dan masyarakat yaitu
menyediakan anggota baru untuk masyarakat .
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap
bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan
bagi perawat keluarga
e. Fungsi Ekonomi .
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup
finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan
keputusan
5. Fungsi Keluarga dalam Bidang Kesehatan Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang
kesehatan menurut Friedman (2010) adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga Keluarga perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadapmasalah.

8
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat Sebelum keluarga dapat membuat
keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat
harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga
dalam membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan
perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal
sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosisdanperawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota
keluargayangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial,
fasilitasfisik,psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika


merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-
hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.


2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

9
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
6. Struktur Keluarga
Menurut Mubarak ( 2011 ) , struktur keluarga terdiri dari :
a. Struktur kominukasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur , terbuka ,
melibatkan emosi , konflik selesai da nada hiraki kekuatan
b. Struktur Peran
Yang dimaksud dtruktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan . jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal .
c. Struktur Kekuatan
Yang dimaksu adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate power ( hak ) , referent
power ( ditiru ) , expert power ( keahlian ) , reward power ( hadiah ) , coercive
power ( paksa ) dan affective power .
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam
budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan sosil tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga
7. Tahap Perkembangan Keluarga .
Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi beberapa tahap ( Friedman , 2010 ) :
a. Tahap 1 : Keluarga Pasangan Baru ( beginning family )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga barudengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru.
Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga
tahap I adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,
berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan perencanaan
keluarga
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertaman ( Childbearing Family )

10
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus
kehidupan keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya
anak pertama, keluarga memiliki beberapatugas 11 perkembangan penting. Suami,
istri, dan anak harus memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti
mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab.
c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah ( Families With Preschool )
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½
tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari
tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-
saudara laki-laki, dan putrisaudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat
ini berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak
prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka,
dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat
menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah ( Families With Schoolchildren )
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktupenuh,
biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13
tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan
hubungan akhir tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan
prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau
tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau
20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah
melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan
remaja yanglebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa
mudah. Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah

11
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan
remaja dan semakin meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang
kedua adalah bagi orang tua untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan
mereka. Sedangkan tugas perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk
anggota keluarga,terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara
terbukasatu sama lain.
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launchingcenterfamilies)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir
juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama,
bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah
tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua
untuk terjun ke dunia luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu
membantu mereka menjadi mandiri.
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah
satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai
55 tahun dan berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18
tahun kemudian. Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita
memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam
kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk
lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat.
h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan
salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan,
dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap terakhir ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang
memuaskan dan kembali kerumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat
menjadi problematik.

12
8. Peran Perawat Keluarga Ada 7 peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012)
adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pendidik Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
pada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan kesehatan Perawat bertanggung jawab
memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayanan keperawatan
yang bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga
dan unit pelayanan kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan Pelayanan keperawatan dapat diberikan
kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang
memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit
dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan Perawat melakukan supervisi ataupun
pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik
terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut
dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat
mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
e. Sebagai pembela (advokat) Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk
melindungi hak-hak keluarga klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui
harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk
memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga
terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat
untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai
masalahmasalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan

13
yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang
dipraktikkan keluarga.
9. Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga Setiadi (2012) mengatakan ada beberapa
prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehatsebagai tujuan
utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapaipeningkatan
kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkanperan
aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhankeluarga dalam
mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif danpreventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga,
keluargamemanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin
untukkepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga
secarakeseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan
Keperawatankesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah
denganmenggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatankeluarga
adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatandasar atau
perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian

14
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan
memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh secara terus-menerus lebih dari
suatu periode (Irianto, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg (Aspiani, 2014).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut (Aspiani,
2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
1. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah
tinggi.
2. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki-laki
lebih tinggi dari pada perempuan.
3. Diet .
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan,
ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih
banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang
tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang

15
dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah
bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
4. Berat Badan .
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal . Obesitas ( >25% diatas BB ideal ) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi .
5. Gaya Hidup .
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari
dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering,
atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk
menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan
pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa
terjadi.
b. Hipertensi Sekunder .
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn
renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung
meningkatkan tekanan darah dan secara tidak langsung meningkatkan
sintesis andosteron dan reabsorbsi natrium. Apabila dapat dilakukan
perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan
darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014)
3. Faktor Predisposisi .
Menurut Sutanto ( 2010 ) , Faktor Predisposisi Hipertensi adalah sebagai berikut :

16
a. Keturunan ( Genetika )
Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar terhadap
munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa
hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari satu sel telur)
dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda). Jika seseorang
termasuk orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan
tidak melakukan penanganan atau pengobatan maka ada kemungkinan
lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam waktu
sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi
dengan berbagai komplikasinya.
b. Jenis Kelamin .
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan
wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang mendorong
terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman, terhadap
pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita akan
mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah masa menopause.
c. Umur .
Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang menderita
hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang
timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap timbulnya
hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang erterosklerosis serta pelebaran
pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua. Pada umumnya
hipertensi pada pria terjadi diatas usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi
setelah berumur 45 tahun.
4. Patofisiologi .
Menurut Triyanto (2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi
kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah

17
yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk
mengarut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya
darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi
jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat,
ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya
volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan darah
menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan
darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan
hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan
darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis
arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu
atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto, 2014).
Pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekwensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

18
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan meningkatkan tahanan perifer.

19
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga menurut teori aplikasi model pengkajian
Friedman (2013) dalam kasus keluarga dengan penyakit Hipertensi yaitu :
a. Data Umum
Data umum yang perlu dikaji adalah Nama kepala keluarga, Usia,
Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Daftar anggota keluarga.
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor
bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya penyakit
Hipertensi.
c. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi dapat dilihat dari pendapatan keluarga dan
kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga. Pada pengkajian
status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.
Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan
memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji adalah Riwayat masing-
masing kesehatan keluarga (apakah mempunyai penyakit keturunan),
Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
e. Karakteristik Lingkungan
Karakteristik lingkungan yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah,
tetangga dan komunitas, geografis keluarga, sistem pendukung
keluarga.
f. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Keperawatan
3) Fungsi Sosialisasi
4) Fungsi Reproduksi

20
5) Fungsi Ekonomi
g. Stres dan Koping Keluarga
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik meliputi:
1) Keadaan Umum
a) Kaji tingkat kesadaran (GCS)
b) Mengkaji tanda-tanda vital
2) Sistem Penginderaan (Penglihatan)
Pada kasus Hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti
penglihatan menurun, buta total, kehilangan daya lihat sebagian
(kebutaan monokuler), penglihatan ganda (diplopia)/gangguan yang
lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat objek,
warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik.
3) Sistem Penciuman
Terdapat gangguan pada sistem penciuman, terdapat hambatan jalan
nafas.
4) Sistem Pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki
(aspirasi sekresi).
5) Sistem Kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi
jantung atau kondisi jantung), perubahan EKG, adanya penyakit
jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung vaskuler.
6) Sistem Pencernaan
Ketidakmampuan menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi sendiri.
7) Sistem Urinaria
Terdapat perubahan sistem berkemih seperti inkontinensia.
8) Sistem Persarafan
9) Sistem Musculoskeletal

21
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien Hipertensi
didapatkanklien merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena
kelemahan, kesemutan atau kebas.
10) Sistem Integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.
i. Harapan Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu penyelesaian masalah kesehatan yang
terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan
potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan
mendapatkan lisensi untuk menangani berdasarkan pendidikan dan
pengalaman (Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah
sebagai berikut :
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual.
b. Diagnosa keperawatan keluarga resiko.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2012-2014) :
a. Penurunan curah jantung.
b. Intolerasi aktivitas.
c. Nyeri.
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan.
e. Defisiensi pengetahuan
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada
sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi
masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign). Sedangkan
etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

22
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga
Tabel 2.1 Skala Prioritas Masalah

Kriteria Skor Bobot


a. Sifat masalah
a) Aktual 3
b) Resiko 2 1
c) Potensial 1
b. Kemungkinan masalah untuk dipecahkan
a) Mudah 2
b) Sebagian 1 2
c) Tidak dapat 0
c. Potensi masalah untuk dicegah
a) Tinggi 3
b) Cukup 2 1
c) Rendah 1
d. Menonjolnya masalah
a) Segera diatasi 2
b) Tidak segera diatasi 1 1
c) Tidak dirasakan adanya masalah 0

Skoring :
a. Tentukan skor untuk tiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai bobot Skor
(Total Nilai Kriteria) x bobot = NILAI
Angka tertinggi dalam skor
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama dengan seluruh
bobot.

23
Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Penurunan curah jantung NOC NIC
Definisi : ketidakadekuatan darah - Cardiac pump effectiviness Cardiac care
yang dipompa oleh jantung untuk - Circulation status
- Vital sign status - Evaluasi adanya nyeri dada
memenuhi kebutuhan metabolic
Kriteria hasil : - Catat adanya disritia jantung
- Monitor status kardiovaskuler
- Tanda vital dalam rentang normal (TD, HR, - Monitor pernafasan
RR, S) - Monitor balance cairan
- Dapat mentoleransi aktivitas - Monitor perubahan tekanan darah
- Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak - Monitor toleransi aktivitas
asites - Anjurkan menurunkan sress
- Tidak ada penurunan kesadaran Vital sign monitoring

- Monitor TD, HR, RR, S


- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor adanya pulsus paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama jantung
NOC - Monitor bunyi jantung
2. Intoleransi aktivitas NIC
Definisi : ketidakcukupan energi - Energy conservation
fisiologis untuk melanjutkan atau - Activity tolerance Activiy therapy
menyelesaikan aktivitas sehari-hari - Self care
yang harus atau ingin dilakukan Kriteria hasil : - Kolaborasi dengan tenaga medis merencanakan
program terapi yang tepat
- Berpartisispasi dalam aktivitas fisik tanpa - Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu
disertai peningkatan TD, HR, RR dilakukan
- Mampu melakukan aktivitas secara mandiri - Bantu klien memilih aktivtas yang konsisten
- Tanda-tanda vital normal dilakukan
- Energy psikomotor - Bantu klien mendapatkan alat bantuan aktivitas
- Level kelemahan seperti kursi roda
- Monitor respon fisik, emosi, sosial, spiritual

24
- Bantu klien membuat jadwal latihan
aktivias

25
3. Nyeri akut NOC NIC
Definisi : pengalaman sensori dan
emosional yang tidak - Pain level Pain management
menyenangkan yang muncul akibat - Pain control
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
kerusakan jaringan yang aktual dan - Comfort level
Kriteria hasil : - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
potensial. - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Mampu mengontrol nyeri - Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Nyeri berkurang - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, itensitas, - Ajarkan teknik non farmakologi
frekuensi, tanda dan gejala) - Berikan obat analgesik untuk mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat
4. Resiko ketidakefektifan perfusi NIC
NOC
jaringan
Definisi : beresiko mengalami - Circulation status Periphareal sensation management (manajemen
penurunan sirkulasi jaringan otak - Tissue prefusion : cerebral sensasi perifer)
yang mengganggu kesehatan Kriteria hasil :
- Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
- Mendemontrasikan status sirkulasi yang terhadap panas dingin, tajam, tumpul
ditandai dengan : takanan sistolik, dan - Monitor adanya paretese
tekanan diastolik - Monitor trombo phlebitis
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan - Batasi gerakan kepala, leher, dan punggung
intracranial
- Menunjukan fungsi sensosi motorik yang
5. Defisiensi pengetahuan baik
Definisi : ketiadaan atau defisiensi NOC NIC
informasi kognitif yang berkaitan
- Knowledge : disease process Teaching : diasease proses
dengan topik tertentu
- Knoowledge : health behavior
Kriteri hasil : - Berikan penilaian tentang pengetahuan klien tentang
penyakitnya
- Klien paham tentang penyakitnya, kondisi, - Jelaskan patofisiologi dari penyakitnya
prognosis, dan program pengobatan - Jelaskan tanda-gejala penyakitnya
- Klien dan keluarga mampu melaksanakan - Jelaskan pada klien tentang pola hidup sehat
prosedur yang djelaskan dengan benar
- Klien dan keluarga mampu menjelaskan
kembali apa yang telah dijelaskan tenaga
kesehatan

26
4. Discharge Planning
a. Berhenti merokok
b. Pertahankan gaya hidup sehat
c. Belajar untuk rileks dan mengendali stress
d. Batasi konsumsi alcohol
e. Penjelasan mengenai hipertensi
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya
secara rutin.
g. Diet garam serta pengendalian berat badan.
h. Periksa tekanan darah secara teratur.
(Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015)

27

Anda mungkin juga menyukai