Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESEHATAN SPRITUAL

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Tugas Mata Kuliah Psikososial


dan Budaya dalam Keperawatan

Di Susun Oleh Kelompok 3 :


Ainun Faliza Nahdah 211211769 Latthifa Quratul Aini 211211796
Befi Failatari 211211775 Muhammad Fikrul Anwar 211211801
Della Donita 211211781 Nurrahmah Syamzam 211211806
Dwi Hafizah Musdi 211211782 Wulan Sani Efendi 211211826
Ifra Zewita Putri 211211791 Selvia Lovita Sari 211211816
Jelvia Lestari 211211793 Tiara Yulianda 211211821
Putri Audira Najmi 211211808 Pitra Aries Handayani 211211807
Rebi Nur Haqqi 211211811 Muhammad Fikrul Anwar 211211801

Kelas 2A

Dosen Pengampu :
Ns. Yola Yolanda, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya,Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kesehatan Spritual
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Psikososil dan Budaya dalam Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain
berkat dorongan bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Ns Yola Yolanda, M.Kep selaku dosen mata kuliah Psikososial dan Budaya
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
3. Rekan-rekan seperjuangan dengan program studi S1 Keperawatan yang saling
mengingatkan dan memotivasi penulis dalam penyusunan makalah ini
Harapan dan tujuan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat bermanfaat untuk semua pihak termasuk penulis, dan semoga apa yang telah penulis
pelajari diberkahi oleh Allah SWT, Aamiin allahhuma aamiin.

Padang, 09 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah.........................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Kesehatan Spritual.........................................................................................3
2.2 Aspek-Aspek Spritual....................................................................................................4
2.3 Karakteristik Spritual.....................................................................................................5
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Spritual Pasien.................................................................6
2.5 Hubungan Spritual, Sehat dan Sakit..............................................................................8
2.6 Masalah Spritual............................................................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2 Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan
saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan
yang tertinggi. Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan
keseimbangan antara nilai,tujuan, dan system keyakinan mereka dengan
hubungan mereka didalam diri mereka sendiri dan dengan orang lain. Pada
saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan atau kehilangan, seseorang
mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam merespon atau menyesuaikan
dengan situasi salah satunya dengan meningkatkan aspek spiritualnya, lebih
mendekatkan diri dengan tuhannya. Sepanjang hidup seorang individu
mungkin tumbuh lebih spiritual, menjadi lebih menyadari tentang
makna,tujuan dan nilai hidup, maka dari itu perlu diadakannya bimbingan
spiritual bagi seorang yang menderita stres, penyakit dan stres karena
penyakit, disinilah peran Perawat Rohani Islam sangat dibutuhkan untuk
menciptakan rasa keharmonisan antara diri dengan kehidupan yang lebih
tinggi.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang
holistic yang sangat diperlukan oleh pasien . Hal ini didasarkan pada status
pasien yang merupakan makhluk bio-psiko- sosiokultural dan spiritual yang
dapat merespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau
keadaan krisis. Bagi perawat pelayanan atau asuhan keperawatan sangat
berkaitan erat dengan aspek spiritual. Hal pertama yang harus diperhatikan
perawat adalah peningkatan persepsi dan sikap tentang perawatan spiritual dan
manfaatnya sehingga dalam praktik pemberian asuhan keperawatan spiritual
pasien dapat terpenuhi ( Hamid 2008 ).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kesehatan spiritual ?
2. Apa saja aspek-aspek yang terdapat dalam kesehatan spiritual?
3. Apa saja karakteristik dari kesehatan spiritual?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual?
5. Apa hubungan Spiritual, Sehat dan Sakit ?
6. Apa saja masalah Kesehatan Spiritual?
7. Bagaimana tanda-tanda dari Kesehatan Spiritual?

1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami definisi dari kesehatan spiritual
2. Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek yang terdapat dalam
kesehatan spiritual
3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dari kesehatan spiritual
4. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
spiritual
5. Untuk menegetahui hubungan dari Spiritual, Sehat dan Sakit
6. Untuk mengetahui masalah kesehatan spiritual
7. Untuk mengetahui tanda-tanda dari kesehatan spritual
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Kesehatan Spiritual


Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah “rasa keharmonisan
saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan
yang tertinggi” (Hungelmann et al, 1985). Rasa keharmonisan ini dicapai
ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan, dan system
keyakinan mereka dengan hubungan mereka di dalam diri mereka sendiri dan
dengan orang lain. Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan, atau
kehilangan, seseorang mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam merespons
atau menyesuaikan dengan situasi.
Sering kali gaya koping ini terdapat dalam keyakinan atau nilai dasar
orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar dalam spiritualitas orang
tersebut. Sepanjang hidup seorang individu mungkin tumbuh lebih spiritual,
menjadi lebih menyadari tentang makna, tujuan, dan nilai hidup. Spiritualitas
dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan hubungan mereka
dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami pertumbuhan spiritual
ketika memasuki hubungan yang langgeng. Kemampuan untuk mengasihi
orang lain dan diri sendiri secara bermakna adalah bukti dari kesehatan
spiritualitas. Menetapkan hubungan dengan yang maha agung, kehidupan,
atau nilai adalah salah satu cara mengembangkan spiritualitas. Kesehatan
spiritualitas yang sehat adalah sesuatu yang memberikan kedamaian dan
penerimaan tentang diri dan hal tersebut sering didasarkan pada hubungan
yang langgeng dengan yang Maha Agung. Penyakit dan kehilangan dapat
mengancam dan menantang proses perkembangan spiritual.Kesehatan
spiritual tercapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai
hidup, tujuan hidup, sistem keyakinan, dan hubungan seseorang dengan diri
sendiri atau orang lain.

2.2. Aspek-aspek Spiritual


Spiritual adalah Keyakinan. dalam hubungan Yang Maha..Kuasa dan
Maha Pencipta. Sebagai contoh seorang yang percaya terhadap yang Maha
Kuasa dan Pencipta. Menurut Achir Yani (2009), aspek spiritual..sebagai
berikut;
1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui..atau tidak pasti
dalam kehidupan.
2) Menemukan..arti dan..tujuan hidup.
3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan..sumber dan kekuatan
dalam diri sendiri.
4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang
Maha tinggi

2.3. Karakteristik Spiritual


Dalam..memudahkan pemberian asuhan keperawatan dengan
memperhatikan spiritual untuk pelayanan..keperawatan, perawat muntlak
perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik
spiritual sebagai berikut, menurut Achir Yani (2009),
1) Hubungan dengan diri sendiri,yaitu pengetahuan dengan diri sendiri
dan sikap diri sendiri.
2) Hubungan..dengan alam harmonis, yaitu mengetahui tentang tanaman
dan berkomunikasi dengan alam.
3) Hubungan..dengan orang lain harmonis/suportif, yaitu berbagi waktu,
mengasuh..anak, orang tua dan menyakini kehidupan dan kematian.
4) Hubungan..dengan..ketuhanan, yaitu sembayang, berdoa,
perlengkapan keagamaan,dan bersatu dengan alam.
2.4. Faktor yang mempengaruhi spiritual pasien
Menurut Hendrawan (2009), faktor..terpenting..yang dapat mempengaruhi
spiritualitas seseorang adalah;
1. Tahap perkembangan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat agama
yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang
Tuhan dan bentuk.sembahyang yang berbeda menurut usia, seks,agama
dan kepribadian anak.
2. Keluarga.
Peran orang tau sangatlah menentukan perkembangan spiritualitas anak.
Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya
tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari tentang Tuhan, kehidupan,
dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka.
3. Latar belakang etik dan budaya
Sikap, keyakinan,dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etik dan sosail
budaya. Anak belajar pentingnya menjalankan dan peran serta dalam
berbagai bentuk kegiatan agama, pengalaman spiritual adalah hal unik
bagi tiap individu.
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup, baik yang positif maupun pengalama negative dapat
mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya, juga dipengaruhi oleh
bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau
pengalaman tersebut.
5. Krisis dan perubahan.
Krisis dan perubaha dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang.
Krisis sering dialami..ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan,
proses penuaan,kehilangan, dan bahkan kematian, khususnya pada
klien..dengan penyakit..terminal atau dengan prognosis yang buruk.
6. Isu moral Terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan diangga sebagai cara
Tuhan untuk..menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga
yang..menolak intervensi pengobatan. Prosedur medic sering kali dapat
diperngaruhi oleh pengajaran agama, misalnya sirkumsisi, transplantasi
organ,pencegahan kehamilan, dan sterilisasi.
7. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada..klien, perawat
diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan
berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk
memberi asuhan spiritual

2.5. Hubungan spiritual, sehat, dan sakit


Agama merupakan petunjuk prilaku karena di dalam agama terdapat
ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan
kesehatan seseorang, contohnya minuman beralkohol sesuatu yang dilarang
agama dan akan berdampak pada kesehatan bila dikonsumsi manusia. Agama
sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami kelemahan dalam
keadaan sakit untuk membangkitkan semangat untuk sehat, atau juga dapat
mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai contoh,
orang sakit dapat memperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri atau
memohon pertolongan dari Tuhannya.

2.6. Masalah spiritual


Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna. Tidak
hanya berupa fisik, namun juga dilengkapi oleh komponen biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. Komponenkomponen tersebut menuntut untuk
selalu dipenuhi kebutuhannya. Jika pada saat kondisi sehat, kebutuhan-
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan baik, lantas, bagaimana jika
seseorang dalam kondisi sakit, khususnya pasien-pasien yang memiliki
penyakit yang serius dan dirawat di Ruang Perawatan Intensif?
Pasien yang berada di ruang rawat intensif umumnya terintubasi dan
tidak sadarkan diri. Kondisi ini berdampak secara psikologis, sosial, dan
spiritual. Seringkali kondisi tersebut menimbulkan ketidakberdayaan dan
keputusasaan pada pasien dan pada akhirnya jatuh dalam kondisi distres
spiritual dimana pasien sudah tidak lagi percaya pada Tuhan, tidak lagi
melakukan ibadah, dan hilang pengharapan terhadap Tuhan. Proses
penyembuhan dan mekanisme koping tentunya akan terhambat jika pasien
mengalami distres spiritual.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling lama berada di dekat
pasien memiliki kewajiban untuk membantu terpenuhinya kebutuhan dasar
pasien, khususnya kebutuhan spiritual pasien disamping memenuhi kebutuhan
dasar yang lain. Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa peran perawat
dalam pemenuhan kebutuhan spiritual masih belum optimal. Perawat di ruang
rawat intensif lebih banyak menekankan pada kebutuhan fisik saja, seperti
menstabilkan tanda vital pasien dan mengatasi nyeri, namun mereka jarang
memberikan perhatian pada kebutuhan spiritual. Asuhan keperawatan spiritual
telah banyak dibahas dan diteliti. Namun pada praktiknya perawat kesulitan
untuk menerapkannya kepada pasien khususnya pasien dengan perawatan
intensif. Kondisi ini disebabkan karena perawat kurang mengetahui
bagaimana cara memberikan perawatan spiritual kepada pasien dengan
perawatan intensif yang kondisinya terintubasi dan tidak berdaya.
Walaupun dalam kondisi terintubasi, tidak sadar, dan tidak berdaya,
pasien tetaplah manusia yang memiliki rasa dan harus tetap diperlakukan
dengan baik. Telaah sistematis yang telah dilakukan menemukan bahwa
pemenuhan kebutuhan spiritual tidak hanya terbatas pada ritual peribadatan
saja. Komunikasi adalah komponen yang penting untuk dilakukan. Intervensi
sederhana seperti komunikasi bersama pasien, mendengarkan keluh kesah
pasien, dan melakukan tanya jawab seputar keyakinan pasien dapat dilakukan.
Bersama dengan pasien, perawat dapat mengetahui pasien dalam
mengekspresikan pengalaman rasa sakit, ketidaknyamanan, dan
mendengarkan ekspresi emosi dan kecemasan, seperti depresi, kesedihan,
ketakutan atau kesepian, yang bisa menghambat kesehatan mereka secara
fisik, emosional dan spiritual. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman
perawat tentang kebutuhan spiritual pasien.
Perawat juga dapat memfasilitasi pasien untuk melakukan doa atau
membacakan kitab. Doa adalah metode utama dimana pasien dapat
berhubungan dengan kondisi spiritualnya. Doa memiliki efek positif pada
psikologis dan kesejahteraan fisik. Identifikasi kebaikan pasien,
menghormati, berbicara dan mendengarkan, dan berdoa adalah aspek-aspek
penting dari perawatan spiritual mereka. Berdoa bersama atau berdoa untuk
pasien, menghabiskan waktu bersama pasien dan meyakinkan pasien,
mendengarkan pasien secara verbal tentang ketakutan dan kecemasan mereka,
menunjukkan rasa hormat terhadap martabat dan keyakinan spiritual agama
mereka, menunjukkan kebaikan dan peduli, mengatur kunjungan pemimpin
spiritual/agama dan menawarkan harapan adalah hal-hal yang penting dan
sederhana yang dapat dilakukan untuk pasien.
Perawat juga dapat melakukan kolaborasi dengan pemuka agama dan
keluarga untuk melakukan pembimbingan kepada pasien dan memnuhi
kebutuhan spiritual pasien. Keluarga memiliki peran penting dalam
mendukung dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien. Perawat dapat
berkolaborasi pemimpin agama untuk memberikan perawatan spiritual bagi
Pasien dan keluarga mereka. Kolaborasi yang efektif diperlukan (terutama
mengingat perubahan saat ini dalam sistem perawatan kesehatan) untuk
menyediakan perawatan spiritual yang memadai.
Keperawatan spritual tidak hanya terbatas pada ritual peribadatan saja.
Intervensi sederhana seperti komunikasi terbuka, membantu pasien untuk
berdoa dan berkolaborasi dengan keluarga dan pemimpin agama dapat
diimplementasikan dalam perawatan kepada pasien untuk memenuhi
kebutuhan spiritual mereka khususnya pasien yang dilakukan perawatan
intensif. Dengan demikian, perawat dapat dengan mudah untuk melakukan
intervensi keperawatan spiritual sehingga pasien tidak mengalami distres
spiritual, memiliki motivasi dan keyakinan Untuk sembuh atau meningkatkan
kondisi kesehatannya. Perawatan spiritual juga dapat membuat pasien
menerima kondisinya, merasa nyaman, dan dapat menjadi fasilitas untuk
mengantarkan pasien pada kematian yang damai.

2.7. Tanda-tanda kesehatan spiritual


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hupcey (2000) bahwa 45
pasien Intensive care Unit yang dirawat selama tiga hari di Intensive Care
Unit mengalami distress spiritual.Disstres spiritual merupakan suatu keadaan
ketika pasien mengalami gangguan dalam Kepercayaan atau sistem nilai yang
memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan, yang ditandai dengan
pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan yang
berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih
pada kematian,menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda–tanda seperti
1) menangis,
2) diri, cemas
3) Cemas
4) Marah
Kemudian didukung dengan tanda–tanda fisik seperti
1) nafsu makan terganggu,
2) kesulitan tidur
3) tekanan darah meningkat
Pengaruh kekuatan spiritualitas tidak hanya berpengaruh pada saat
sakit, namun juga berpengaruh pada kesuksesan, kinerja, dan kualitas hidup
manusia. Spiritualitas terbukti mampu membawa manusia menuju kesuksesan
dan menjadikan seseorang menjadi powerful leader.pemenuhan kebutuhan
spiritualitas adalah hal yang tidak bisa diabaikan. Kebutuhan spiritualitas ,
telah terbukti dapat memberikan kekuatan pada pasien saat menghadapi
penyakitnya .
Mengacu pada peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual maka pelaksanaan
pemberian bimbingan spiritual pada pasien dengan kondisi sakit teramatlah
penting. Mengingat kondisi sakit dapat mengakibatkan pasien Mengalami
distress spiritual, sementara kegiatan spiritual seperti berdo’a terbukti mampu
menenangkan klien dalam menghadapi kenyataan tentang penyakitnya.
Kondisi distress spiritual Pada penderita penyakit baik akut maupun terminal
jutsru akan mempersulit kondisi sakitnya,Karena kebanyakan penderita
tersebut akan merasa frustasi dan menyerah pada kondisinya Sehingga terapi
yang diperoleh dari luar seperti obat-obatan tak mampu menyembuhkan oleh
Karena itu keyakinan dan kepercayaan sangat mempengaruhi keberhasilan
penatalaksanaan Penyakit. Distress spiritual juga memberikan dampak yang
buruk bagi keluarga pasien dengan Penyakit kronis. Distress spiritual dapat
menurunkan dukungan keluarga, sehingga memengaruhi Kualitas hidup
pasien dengan penyakit kronis
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Spiritual adalah suatu perasaan terhadap keberadaan dan arti dari
zat yang lebihtinggi dari manusia yang menjadi faktor intrinsik alamiah
dan merupakan sumber penting dalam penyembuhan. Dimana dikatakan
pula sebagai keyakinan (faith) bersumber pada kekuatan yang lebih tinggi
akan membuat hidup menjadi lebih hidupdapat mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan.
Setiap interaksi dan perilaku individu sangat dipengaruhi oleh
spiritualisme yang dialami dalam kehidupan yangsangat erat
hubungannya dengan kebudayaan yang ada. Kesehatan spiritual
merupakan kebutuhan yang harus dimiliki oleh setiap manusia yang
berkaitan dengan hubungan secara vertikal maupun horizontal. Spiritual
well being merupakan bagian dari kualitas hidup spiritual seseorang.
Spiritual well being merupakan afirmasi kehidupan dalam
memposisikan diri dengan Tuhan, diri sendiri, komunitas, dan lingkungan
secara keseluruhan yang dikembangkan menjadi empat domain yang
saling berhubungan dari eksistensi manusia terkait spiritual yaitu
personal, komunal, lingkungan, dan transendental.

3.2. Saran
1. Saran bagi Penelitian Lanjutan Penelitian lanjutan diharapkan dapat
melakukan penelitian secara langsung untuk mendapatkan data kasus
seseungguhnya di Indonesia. Selain itu perlu untuk melakukan
penelitian lanjutan untuk melihat faktor-faktor yang berkaitan dengan
kondisi kesehatan spiritual termasuk dengan dukungan perawat dan
keluarga pada saat proses pengobatan.
2. Saran bagi Pihak pada Bidang Perawatan, Keperawatan telah
berkembang pada beberapa waktu terakhir untuk mengembangkan
manajemen keperawatan dalam bidang spiritual. Pentingnya kebutuhan
spiritual pasien harus mendapat perhatian bagi perawat maupun
pengelola fasilitas kesehatan untuk dapat menciptakan kondisi yang
mendukung terciptanya kondisi spiritual yang baik pada pasien
kangker.
DAFTAR PUSTAKA

Website.https://www.google.co.id/search?
q=askep+dan+karakteristik+spiritual&ie=UTF- . Diakses pada 09 November 2022
Website. 8&oe=UTF-8&hl=id-id&client=safari . Di akses pada 09 November
2022
Website. https://eprints.umm.ac.id/71411/3/BAB%20II.pdf Diakses pada 09
November 2022
Website. https://zahra-sanjaya.blogspot.com/2012/02/makalah-konsep-
kesehatanspiritual.html?m=1 Diakses pada 09 November 2022

Anda mungkin juga menyukai