Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KESEHATAN SPIRITUAL
Dosen pembimbing : Erna Handayani., Ners.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :

1. Aldila Devita Niwa Cahyani (14201.13.21005 )


2. Fathurrozi (14201.13.21018)
3. Novita (14201.13.21044)
4. Nur Hasanah (14201.13.21045)
5. Rini Ayu Setia Ningrum (14201.13.21048)
6. Yuniar Martha Surya P (14201.13.21060)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
karunianya karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Pada makalah ini penulis membahas mengenai
“KESEHATAN SPIRITUAL”. Dalam menyusun makalah ini, penulis
menggunakan beberapa sumber sebagai referensi,penulis mengambil referensi
dari buku dan jurnal. Makalah ini di susun sedemikian rupa dengan tujuan dapat
diterima dan dipahami oleh pembimbing serta dapat dipakai sebagai usulan adik-
adik kelas yang nantinya juga akan melaksanakan penyusun laporan. Penulis
menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai pihak, baik, baik
secara lansung maupun tidak lansung. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Allahlah,SH,MM.selaku pengasuh


yayasan pondok pesantren zainul hasan genggong
2. Dr, Nur Hamim,S.Kep.,Ns.,M.Kes. selakudirektur sekolah tinggi ilmu
kesehatan hafshawaty hasan genggong
3. Ach.Kusyairi S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku wali kelas sarjana keperawatan
semester 1
4. Erna Handayani S.Kep.,Ns.,M.,Kep selaku dosen pengajar mata kuliah
psikososial
5. Nafolion Nur Rahmat S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku ka prodi sarjana
keperawatan

Penulis menyadari bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam


berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal
yang diselesaikan dengan sangat sempurna.begitu pula dengan kemampuan yang
penulis miliki. Dimana penulis juga memiliki keterbatasan kemampuan maka dari
itu penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca. Demikian yang
dapat penulis sampaikan kurang lebihnya penulis mohon maaf atas perhatiannya
penulis mohon maaf atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

2
Genggong , September 2022

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan saling


kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang
tertinggi. Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan
keseimbangan antara nilai,tujuan, dan system keyakinan mereka dengan
hubungan mereka didalam diri mereka sendiri dan dengan orang lain. Pada
saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan atau kehilangan, seseorang
mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam merespon atau menyesuaikan
dengan situasi salah satunya dengan meningkatkan aspek spiritualnya,lebih
mendekatkan diri dengan tuhannya.
Sepanjang hidup seorang individu mungkin tumbuh lebih spiritual,
menjadi lebih menyadari tentang makna,tujuan dan nilai hidup,maka dari itu
perlu diadakannya bimbingan spiritual bagi seorang yang menderita
stres,penyakit dan stres karena penyakit, disinilah peran Perawat sangat
dibutuhkan untuk menciptakan rasa keharmonisan antara diri dengan
kehidupan yang lebih tinggi. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar
yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit,
maka hubungan dengan Tuhan semakin dekat, mengingat seseorang dalam
kondisi sakit menjadi lemah dalamsegala hal, tidak ada yang mampu
membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali SangPencipta.
Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus
memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut
mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan dioperasi,
pasien kritis atau menjelang ajal.Perawat sebagai tenaga kesehatan yang
profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi
kebutuhan dasar yang holistic yang sangat diperlukan oleh pasien . Hal ini
didasarkan pada status pasien yang merupakan makhluk bio-
psikososiokultural dan spiritual yang dapat merespon secara holistik dan unik

4
terhadap perubahan kesehatan atau keadaan krisis. Bagi perawat pelayanan
atau asuhan keperawatan sangat berkaitan erat dengan aspek spiritual. Dalam
praktik keperawatan,perawat kurang memperhatikan kebutuhan spiritual
karena perawat kurang memahami tentang kebutuhan spiritual dan manfaatnya
terhadap kesehatan dan penyembuhan penyakit pasien. Hal pertama yang
harus diperhatikan perawat adalah peningkatan persepsi dan sikap tentang
perawatan spiritual dan manfaatnya sehingga dalam praktik pemberian asuhan
keperawatan spiritual pasien dapat terpenuhi .

1.2. RumusanMasalah

1. apa saja definisi kesehatan spiritual ?


2. apa saja hubungan spiritual, sehat dan sakit ?
3. apa saja hubungan keyakinan dan pelayanan kesehatan ?
4. apa saja perkembangan spiritual ?
5. apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual ?
6. apa saja orang yang mengalami kebutuhan spiritual ?
7. apa saja ASKEP spiritual ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kesehatan spiritual
2. Untuk mengetahui hubungan spiritual, sehat dan sakit
3. Untuk mengetahui keyakinan dan pelayanan kesehatan
4. Untuk mengetahui perkembangan spiritual
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan
spiritual
6. Untuk mengetahui orang yang mengalami kebutuhan
spiritual
7. Untuk mengetahui ASKEP spiritual

1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat makalah ini bagi Institusi adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam pemahaman dalam
mengetahui kesehatan spiritual.

2. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan terhadap mata kuliah kesehatan spiritual
dengan materi peran perawat indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 definisi kesehatan spiritual


Smith dan Rayment dalam Gibson et al (2009), mendefinisikan
spiritualitas sebagai kondisi atau pengalaman yang dapat menyediakan
individu-individu dengan arah dan makna, atau menyediakan perasaan
memahami, mendukung, keseluruhan dalam diri (inner wholeness), atau
keterhubungan. Keterhubungan dapat dengan diri sendiri, orang lain, alam
semesta, Tuhan, atau kekuatan supernatural yang lain. Gibson menjelaskan
lebih lanjut bahwa definisi ini melibatkan perasaan didalam diri (inner
feeling), terhubung dengan kerja dan koleganya.
Spiritualitas didefinisikan sebagai dimensi integral dari kesehatan
dan kesejahteraan setiap individu. Spiritual kesejahteraan merupakan
indikasi dari kualitas individu hidup di dimensi spiritual. Kesejahteraan
rohani memiliki dua komponen: dimensi vertikal yang melibatkan
hubungan dengan makhluk yang lebih tinggi atau Tuhan, dan dimensi
horizontal yang melibatkan rasa tujuan dan makna hidup. Makhluk
spiritual tidak identik dengan kepercayaan atau praktik dalam aspek-aspek
tertentu dari agama. Sebaliknya, merupakan penegasan hidup dalam
hubungan dengan Tuhan, diri, masyarakat, dan lingkungan, hal ini
memelihara suatu keutuhan. Spiritual kesejahteraan adalah tentang
kehidupan batin kita dan hubungannya dengan dunia yang lebih luas, hal
ini mencakup hubungan kita dengan lingkungan, spiritual kesejahteraan
tidak hanya mencerminkan keyakinan agama meskipun orang-orang dari
keyakinan agama. Hal ini dianggap primer mengatasi sumber daya dalam
perjalanan pemulihan dan penyembuhan. Hal ini dapat dilakukan dalam
berbagai cara 13 dengan tujuan utamanya adalah untuk menemukan tujuan
dan makna dalam kehidupan. Membaiknya praktek agama dan spiritualitas
akan memiliki efek positif pada kesehatan mental maupun kesehatan fisik.
Lansia percaya bahwa doa dapat menyembuhkan baik fisik dan penyakit

6
mental, dan hubungan dengan Tuhan membentuk dasar psikologis mereka
menjadi lebih baik (Bashir, 2016).
Secara fisik lanjut usia pasti mengalami penurunan fungsi kognitif,
tetapi pada aktivitas yang berkaitan dengan agama justru mengalami
peningkatan, artinya perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama
dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga
berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupan, menentramkan batinnya
(Padila, 2013).
Pada saat mengalami masalah, individu akan mencari dukungan
dari keyakinan agama atau spiritualnya. Dukungan ini sangat diperlukan
untuk dapat menerima keadaan yang dialaminya. Sembahyang atau berdoa
membaca kitab suci Al Quran dan praktik keagamaan lainnya sering
membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu
perlindungan terhadap tubuh.

2.2 Hubungan spiritual, sehat dan sakit


Hamid(2009), mengemukakan bahwa keyakinan spiritual sangat
penting bagi perawat karena karna dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
dan perilaku soffare klien.beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual yang
perlu dipahami adalah sebagai berikut :
1. Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien. Sebagai
contoh, ada agama yang menetapkan makanan diet yang boleh dan
tidak boleh di makan begitu pula. Metode keluarga berencana ada
agama yang melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan,
termasuk terapi medic atau pengobatan.
2. Sumber dukungan ketika mengalami stress, individu akan mencari
dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangad diperlukan
untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika
penyakit tersebut memerlukan proses penyebuhan yang lama dengan

7
hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa membaca kitab suci,
dan praktik keagamaan lainya sering membantu memenuhi kebutuhan
spiritual yang juga merupakan suatu perlidungan terhadap tubuh.
3. Sumber kekuatan dan penyembuhan nilai dari keyakinan agama tidak
dapat dengan mudah dievaluasi. Walaupun demikian, pengaruh
keyakinan tersebut dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan
mengetahui bahwa individu cenderung dapat memahami sistres fisik
yang luar biasa karena mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga
klien akan mengikuti semua proses penyembuhan yang memerlukan
upaya luar biasa karena kayakinan bahwa semua upaya tersebut akan
berhasil.
4. Sumber konflik pada situasi tertentu dapat terjadi konflik antara
keyakinan agama dengan praktik kesehatan, misalnya ada orang yang
memandang penyakit sebagai suatu bentuk hukuman karena pernah
berdosa. Ada agama tertentu yang menganggap manusia sebagai
makhluk yang tidak berdaya dalam mengendalikan lingkungannya
sehinga penyakit diterima sebagai takdir,bahkan sebagai suatu yang
harus di sembuhkan.

2.3 hubungan keyakinan spiritual dan pelayanan kesehatan


Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka
hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang
dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang
mampu membangkitkan dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta.
Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan
harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat
dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis
atau menjelang ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan
pelayanan  kesehatan,  di  mana  kebutuhan  dasar  manusia  yang
diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis,

8
tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu
membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.
2.4 perkembangan spiritual
hamid(2009), mengemukakan bahwa perkembangan spiritual terdiri dari
beberapa tahap diantaranya :
1. bayi(0-2 tahun )
tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya kepada
yang mengasuh yang sejalan dengan perkembangan rasa dan dalam
hubungan interpersonal, karena sejak awal kehidupan manusia
mengenal dunia melalui hubungan dengan lingkungan, khususnya
orang tua. Bayi dan toddler belum memiliki rasa salah dan benar
serta keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual
tanpa mengerti arti kegiatan tersebut serta ikut ke empat ibadah
yang mempengaruhi citra diri mereka.
2. Prasekolah
Sikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan kepada
anak tentang apa yang dianggap baik dan buruk. Anak prasekolah
meniru apa yang mereka lihat bukan yang dikatakan orang lain.
Permasalahan akan timbul apabila tidak tidak ada kesesuaian atau
bertolak belakang antara apa yang dilihat dan yang dikatakan
kepada mereka. Anak persekolah sering bertanya tentang moralis
dan agama, seperti perkataan atau tindakan tertentu diangap salah,
juga bertanya apa ‘apa itu surga’ ?mereka meyakini bahwa orang
tua mereka seperti tuhan. Usia prasekolah ini metode pendidikan
spiritual yang paling efektif adalah memberi indoktrinasi dan
memberi kesempatan kepada mereka untuk memilih caranya.
Agama merupakan bagian kehidupan sehari-hari. Mereka percaya
bahwa tuhan yang membuat hujan dianggap air mata tuhan.
3. Usia sekolah
Anak sekolah mengharapkan tuhan menjawab doanya, yang salah
akan dihukum dan yang baik akan dibeikan hadia. Pada masa
prapubertas, anak sering mengalami kekecewaan karena mulai

9
menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara
mereka dan mulai mencari alasan tanpa mau menerima keyakinan
begitu saja. Pada usia ini, anak mulai mengambil keputusan akan
melepaskan atau meneruskan agama yang dianutnya karna
ketergantungan kepada orang tua .pada masa remaja,mereka
membandingkan standar orang tua mereka dengan orang tua lain
dan menetapkan standar apa yang akan diintegrasikan dalam
perilakunya. Remaja juga membandingkan pandangan ilmiah
dengan pandangan agama serta mencoba untuk menyatukan. Masa
remaja mempunyai orang tua berbeda agama, akan memutuskan
pilihan agama yang akan di anutnya atau tidak memilihnya satupun
dari kedua agama orang tuanya.
4. Dewasa
Kelompok uisa dewasa muda yang diharapkan pada pertanyaan
bersifat keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang pernah
diajarkan kepdanya pada masa kanak-kanak masukan dari orang
tua tersebut dipakai untuk untuk mendidik anaknya.
5. Usia pertengahan
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak
waktu untuk kegiatan agama yang diyakini oleh generasi muda.
Perasaan kehilangan karena pension dan tidak aktif serta
menghadapi kematian orang lain saudara, sahabat menimbulkan
rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan fisiologis agama
yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk
menghadapi kenyataan berperan aktif dalam kehidupan dan merasa
berharga, serta menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak
dapat ditolak atau dihindari.

2.5 faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual


faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang
adalah pertimbangan tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik
dan budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis, terpisah dan ikatan

10
spiritual, isu moral terkait dengan terapi, serta asuhan keperawatan yang
kurang tepat. Untuk lebih jelas, faktor-faktor penting tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap perkembangan spiritual pada anak
a) Gambaran tentang tuhan melalui kejadian seperti kematian
keluarga.
b) Mempercayai bahwa tuhan terlibat dalam perubahan dan
pertumbuhan diriserta transformasi yang membuat dunia tetap
segar, penuh kehidupan, dan berarti.
c) Meyakini tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa
takut menghadapi kekuasaan tuhan.
d) Gambaran cahaya/sinar.
2. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan perkembangan spiritualitas anak,
yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya
tentang tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai tuhan,
kehidupan, dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka, karena
keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama
anak dalam mempersepsikan kehidupan didunia, pandangan anak pada
umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan
dengan orang tua dan saudaranya.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Pengalaman hidup, baik yang positif maupun pengalaman negatif
dapat keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan
sosial budaya. Seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama,
termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam
berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu diperhatikan apapun tradisi
agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja
pengalaman spiritual adalah hal unik bagi tiap individu.
4. Pengalaman hidup sebelumnya

11
Pengalaman hidup, baik yang positif maupun pengalaman negatif
dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya, juga
dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual
kejadian atau pengalaman tersebut.
5. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual
seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi
penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan
kematian, khususnya pada klien dengan penyakit terminal atau dengan
prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang
dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga
pengalaman yang besifat fisik dan emosional Krisis dapat berhubungan
dengan perubahan patofisiologi, terapi/pengobatan yang diperlukan,
atau situasi yang mempengaruhi seseorang MAD
6. Terpisah dan ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat
individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan
sistem dukungan sosial. Khen yang dirawat merasa terisolasi dalam
ruangan yang asing baginya dan merasa tidak aman. Kebiasaan hidup
sehari-hari juga berubah, antara lain, tidak dapat menghadiri acara
resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat menghadiri
acara resmi, mengikuti keagamaan resmi, mengikuti kegiatan
keagamaan atau tidak dapat berkumpul dalam keluarga atau teman
dekat yang bisa memberi dukungan setiap saat diinginkan.
Terpisahnya klien dari ikatan spiritual dapat beresiko terjadinya
perubahan fungsi spiritualnya.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara
tuhan untuk menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga yang
menolak intervensi pengobatan. Prosedur medik sering kali dapat
dipengaruhi oleh pengajaran agama, misalnya sirkumsisi, transplantasi
organ, pencegahan kehamilan, dan sterilisasi. misalnya sirkumsisi,

12
transplantasi organ, pencegahan kehamilan, dan sterilisasi.Konflik
antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien
dan tenaga kesehatan
8. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat
diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan
berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk
memberi asuhan spiritual. Alasan tersebut, antara lain karena perawat
merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang
menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapat pendidikan
tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa
pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya, tetapi
tanggung jawab pemuka agama.

2.6 orang yang mengalami kebutuhan spiritual


Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna. Tidak hanya
terdiri dari seonggok daging dan tulang, tetapi terdiri dari komponen
menyeluruh biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural.
Tuntutan keadaan, perkembangan, persaingan dalam berbagai aspek
kehidupan dapat menyebabkan kekecewaan, keputusasaan, ketidak
berdayaan pada manusia baik yang sehat maupun sakit. Selama dalam
kondisi sehat wal-afiat, dimana setiap komponen biologis, psikologis,
sosial, kultural dan spiritual dapat berfungsi dengan baik, sering
manusia menjadi lupa, seolah hidup memang seharusnya seperti itu.
Tetapi ketika salah satu fungsi komponen tubuh terganggu, maka
tejadilah stresor, menuntut setiap orang mampu beradaptasi, pulih
kembali dengan berbagai upaya, sehingga kehidupan dapat berlanjut
dengan baik.
2.7 ASKEP spiritual
diagnosa keperawatan distres spiritual dan resiko distres spiritual
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS

13
Biasanya gangguan disstres spiritual terjadi pada usia dewasa dan
pada usia remaja rentan mengalami diagnosa resiko distres
spiritual.
2. ALASAN MASUK
Merasakan gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan
dengan diri, orang lain, lingkungan atau tuhan.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
1) Klien pernah mengalami atau pernah menyaksikan
penganiayaan fisik, penolakan dari lingkungan,kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal
2) mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
baik bio, psiko, sosial, kultural, spiritual seperti (kegagalan,
perpisahan, kehilangan, kematian, trauma selama tumbuh
kembang) yang pernah dialami pada masa lalu
4. STATUS MENTAL
Agama :Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
Somatik / hipokondrik : Klien mempunyai keyakinan tentang
tubuhnya dan dikatakan secara
berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan
Kebersan :Klien mempunyal keyakinan yang berlebihan
terhadap kemampuannya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
Curiga : Klen mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau
kelompok yangberusaha merugikan atau mercederai
dirinya yang disampaikan secara berulang dan tidak
sesual dengan kenyataan

14
Nihilistik : Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia /
meninggal yangdinyatakan secara berulang yang tidak
sesuai dengan kenyataan
Kejaran : Yakin bahwa ada orang / kelompok yang mengganggu,
dimata-matalatau kejelekan sedang dibicarakan orang
banyak
Dosa : Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan
yang besar yang tidak bisa diampuni
Tidak mampu beribadah
5. AKTIFITAS SEHARI-HARI
1. Menolak berinteraksi dengan orang terdekat atau pemimpin
spiritual
2. Tidak mampu bearktifitas (mis menyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
3. Tidak berminat pada alam atau literatur spiritua

B. DIAGNOSA

Distres spiritual dan resiko distres spiritual

C. INTERVENSI
Menurun Cukup meningkat
1) Verbalisasi percaya
Pada orang lain 1 4
Meningkat Cukup menurun
2) Perilaku marah
Pada tuhan 1 4
3) Verbalisasi menyalahkan
Diri sendiri 1 4

D. IMPLEMENTASI
Melaksanakan tidakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah di susun sebelumnya

15
E. EVALUASI
Melakukan evaluasi mengenai hasil dari tindakan
keperawatan spiritual yang telah dilakukan baik secara subjektif
maupun objektif

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan saling


kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang
tertinggi.Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan
keseimbangan antaranilai,tujuan, dan system keyakinan mereka dengan hubungan
mereka didalam dirimereka sendiri dan dengan orang lain. Pada saat terjadi stress,
penyakit, penyembuhanatau kehilangan, seseorang mungkin berbalik ke cara-cara
lama dalam merespon atau menyesuaikan dengan situasi salah satunya dengan
meningkatkan aspek spiritualnya,lebih mendekatkan diri dengan tuhannya

3.2 Saran

Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus


memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut
mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan dioperasi,
pasien kritis atau menjelang ajal.Perawat sebagai tenaga kesehatan yang
profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar
yang holistic yang sangat diperlukan oleh pasien

17
DAFTAR PUSTAKA

Darwis, dkk.2022.Psikososial Dan Budaya Keperawatan.Banyumas:Wawasan


Ilmu
Hardianto, 2017.Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di Ruang ICU Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Makasar Skripsi

18

Anda mungkin juga menyukai