KESEHATAN SPIRITUAL
Dosen pembimbing : Erna Handayani., Ners.,M.Kep
DI SUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
karunianya karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Pada makalah ini penulis membahas mengenai
“KESEHATAN SPIRITUAL”. Dalam menyusun makalah ini, penulis
menggunakan beberapa sumber sebagai referensi,penulis mengambil referensi
dari buku dan jurnal. Makalah ini di susun sedemikian rupa dengan tujuan dapat
diterima dan dipahami oleh pembimbing serta dapat dipakai sebagai usulan adik-
adik kelas yang nantinya juga akan melaksanakan penyusun laporan. Penulis
menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai pihak, baik, baik
secara lansung maupun tidak lansung. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
2
Genggong , September 2022
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
terhadap perubahan kesehatan atau keadaan krisis. Bagi perawat pelayanan
atau asuhan keperawatan sangat berkaitan erat dengan aspek spiritual. Dalam
praktik keperawatan,perawat kurang memperhatikan kebutuhan spiritual
karena perawat kurang memahami tentang kebutuhan spiritual dan manfaatnya
terhadap kesehatan dan penyembuhan penyakit pasien. Hal pertama yang
harus diperhatikan perawat adalah peningkatan persepsi dan sikap tentang
perawatan spiritual dan manfaatnya sehingga dalam praktik pemberian asuhan
keperawatan spiritual pasien dapat terpenuhi .
1.2. RumusanMasalah
1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat makalah ini bagi Institusi adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam pemahaman dalam
mengetahui kesehatan spiritual.
2. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan terhadap mata kuliah kesehatan spiritual
dengan materi peran perawat indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
mental, dan hubungan dengan Tuhan membentuk dasar psikologis mereka
menjadi lebih baik (Bashir, 2016).
Secara fisik lanjut usia pasti mengalami penurunan fungsi kognitif,
tetapi pada aktivitas yang berkaitan dengan agama justru mengalami
peningkatan, artinya perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama
dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga
berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupan, menentramkan batinnya
(Padila, 2013).
Pada saat mengalami masalah, individu akan mencari dukungan
dari keyakinan agama atau spiritualnya. Dukungan ini sangat diperlukan
untuk dapat menerima keadaan yang dialaminya. Sembahyang atau berdoa
membaca kitab suci Al Quran dan praktik keagamaan lainnya sering
membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu
perlindungan terhadap tubuh.
7
hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa membaca kitab suci,
dan praktik keagamaan lainya sering membantu memenuhi kebutuhan
spiritual yang juga merupakan suatu perlidungan terhadap tubuh.
3. Sumber kekuatan dan penyembuhan nilai dari keyakinan agama tidak
dapat dengan mudah dievaluasi. Walaupun demikian, pengaruh
keyakinan tersebut dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan
mengetahui bahwa individu cenderung dapat memahami sistres fisik
yang luar biasa karena mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga
klien akan mengikuti semua proses penyembuhan yang memerlukan
upaya luar biasa karena kayakinan bahwa semua upaya tersebut akan
berhasil.
4. Sumber konflik pada situasi tertentu dapat terjadi konflik antara
keyakinan agama dengan praktik kesehatan, misalnya ada orang yang
memandang penyakit sebagai suatu bentuk hukuman karena pernah
berdosa. Ada agama tertentu yang menganggap manusia sebagai
makhluk yang tidak berdaya dalam mengendalikan lingkungannya
sehinga penyakit diterima sebagai takdir,bahkan sebagai suatu yang
harus di sembuhkan.
8
tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu
membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.
2.4 perkembangan spiritual
hamid(2009), mengemukakan bahwa perkembangan spiritual terdiri dari
beberapa tahap diantaranya :
1. bayi(0-2 tahun )
tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya kepada
yang mengasuh yang sejalan dengan perkembangan rasa dan dalam
hubungan interpersonal, karena sejak awal kehidupan manusia
mengenal dunia melalui hubungan dengan lingkungan, khususnya
orang tua. Bayi dan toddler belum memiliki rasa salah dan benar
serta keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual
tanpa mengerti arti kegiatan tersebut serta ikut ke empat ibadah
yang mempengaruhi citra diri mereka.
2. Prasekolah
Sikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan kepada
anak tentang apa yang dianggap baik dan buruk. Anak prasekolah
meniru apa yang mereka lihat bukan yang dikatakan orang lain.
Permasalahan akan timbul apabila tidak tidak ada kesesuaian atau
bertolak belakang antara apa yang dilihat dan yang dikatakan
kepada mereka. Anak persekolah sering bertanya tentang moralis
dan agama, seperti perkataan atau tindakan tertentu diangap salah,
juga bertanya apa ‘apa itu surga’ ?mereka meyakini bahwa orang
tua mereka seperti tuhan. Usia prasekolah ini metode pendidikan
spiritual yang paling efektif adalah memberi indoktrinasi dan
memberi kesempatan kepada mereka untuk memilih caranya.
Agama merupakan bagian kehidupan sehari-hari. Mereka percaya
bahwa tuhan yang membuat hujan dianggap air mata tuhan.
3. Usia sekolah
Anak sekolah mengharapkan tuhan menjawab doanya, yang salah
akan dihukum dan yang baik akan dibeikan hadia. Pada masa
prapubertas, anak sering mengalami kekecewaan karena mulai
9
menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara
mereka dan mulai mencari alasan tanpa mau menerima keyakinan
begitu saja. Pada usia ini, anak mulai mengambil keputusan akan
melepaskan atau meneruskan agama yang dianutnya karna
ketergantungan kepada orang tua .pada masa remaja,mereka
membandingkan standar orang tua mereka dengan orang tua lain
dan menetapkan standar apa yang akan diintegrasikan dalam
perilakunya. Remaja juga membandingkan pandangan ilmiah
dengan pandangan agama serta mencoba untuk menyatukan. Masa
remaja mempunyai orang tua berbeda agama, akan memutuskan
pilihan agama yang akan di anutnya atau tidak memilihnya satupun
dari kedua agama orang tuanya.
4. Dewasa
Kelompok uisa dewasa muda yang diharapkan pada pertanyaan
bersifat keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang pernah
diajarkan kepdanya pada masa kanak-kanak masukan dari orang
tua tersebut dipakai untuk untuk mendidik anaknya.
5. Usia pertengahan
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak
waktu untuk kegiatan agama yang diyakini oleh generasi muda.
Perasaan kehilangan karena pension dan tidak aktif serta
menghadapi kematian orang lain saudara, sahabat menimbulkan
rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan fisiologis agama
yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk
menghadapi kenyataan berperan aktif dalam kehidupan dan merasa
berharga, serta menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak
dapat ditolak atau dihindari.
10
spiritual, isu moral terkait dengan terapi, serta asuhan keperawatan yang
kurang tepat. Untuk lebih jelas, faktor-faktor penting tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap perkembangan spiritual pada anak
a) Gambaran tentang tuhan melalui kejadian seperti kematian
keluarga.
b) Mempercayai bahwa tuhan terlibat dalam perubahan dan
pertumbuhan diriserta transformasi yang membuat dunia tetap
segar, penuh kehidupan, dan berarti.
c) Meyakini tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa
takut menghadapi kekuasaan tuhan.
d) Gambaran cahaya/sinar.
2. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan perkembangan spiritualitas anak,
yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya
tentang tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai tuhan,
kehidupan, dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka, karena
keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama
anak dalam mempersepsikan kehidupan didunia, pandangan anak pada
umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan
dengan orang tua dan saudaranya.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Pengalaman hidup, baik yang positif maupun pengalaman negatif
dapat keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan
sosial budaya. Seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama,
termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam
berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu diperhatikan apapun tradisi
agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja
pengalaman spiritual adalah hal unik bagi tiap individu.
4. Pengalaman hidup sebelumnya
11
Pengalaman hidup, baik yang positif maupun pengalaman negatif
dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya, juga
dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual
kejadian atau pengalaman tersebut.
5. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual
seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi
penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan
kematian, khususnya pada klien dengan penyakit terminal atau dengan
prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang
dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga
pengalaman yang besifat fisik dan emosional Krisis dapat berhubungan
dengan perubahan patofisiologi, terapi/pengobatan yang diperlukan,
atau situasi yang mempengaruhi seseorang MAD
6. Terpisah dan ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat
individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan
sistem dukungan sosial. Khen yang dirawat merasa terisolasi dalam
ruangan yang asing baginya dan merasa tidak aman. Kebiasaan hidup
sehari-hari juga berubah, antara lain, tidak dapat menghadiri acara
resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat menghadiri
acara resmi, mengikuti keagamaan resmi, mengikuti kegiatan
keagamaan atau tidak dapat berkumpul dalam keluarga atau teman
dekat yang bisa memberi dukungan setiap saat diinginkan.
Terpisahnya klien dari ikatan spiritual dapat beresiko terjadinya
perubahan fungsi spiritualnya.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara
tuhan untuk menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga yang
menolak intervensi pengobatan. Prosedur medik sering kali dapat
dipengaruhi oleh pengajaran agama, misalnya sirkumsisi, transplantasi
organ, pencegahan kehamilan, dan sterilisasi. misalnya sirkumsisi,
12
transplantasi organ, pencegahan kehamilan, dan sterilisasi.Konflik
antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien
dan tenaga kesehatan
8. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat
diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan
berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk
memberi asuhan spiritual. Alasan tersebut, antara lain karena perawat
merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang
menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapat pendidikan
tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa
pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya, tetapi
tanggung jawab pemuka agama.
13
Biasanya gangguan disstres spiritual terjadi pada usia dewasa dan
pada usia remaja rentan mengalami diagnosa resiko distres
spiritual.
2. ALASAN MASUK
Merasakan gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan
dengan diri, orang lain, lingkungan atau tuhan.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
1) Klien pernah mengalami atau pernah menyaksikan
penganiayaan fisik, penolakan dari lingkungan,kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal
2) mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
baik bio, psiko, sosial, kultural, spiritual seperti (kegagalan,
perpisahan, kehilangan, kematian, trauma selama tumbuh
kembang) yang pernah dialami pada masa lalu
4. STATUS MENTAL
Agama :Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
Somatik / hipokondrik : Klien mempunyai keyakinan tentang
tubuhnya dan dikatakan secara
berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan
Kebersan :Klien mempunyal keyakinan yang berlebihan
terhadap kemampuannya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
Curiga : Klen mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau
kelompok yangberusaha merugikan atau mercederai
dirinya yang disampaikan secara berulang dan tidak
sesual dengan kenyataan
14
Nihilistik : Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia /
meninggal yangdinyatakan secara berulang yang tidak
sesuai dengan kenyataan
Kejaran : Yakin bahwa ada orang / kelompok yang mengganggu,
dimata-matalatau kejelekan sedang dibicarakan orang
banyak
Dosa : Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan
yang besar yang tidak bisa diampuni
Tidak mampu beribadah
5. AKTIFITAS SEHARI-HARI
1. Menolak berinteraksi dengan orang terdekat atau pemimpin
spiritual
2. Tidak mampu bearktifitas (mis menyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
3. Tidak berminat pada alam atau literatur spiritua
B. DIAGNOSA
C. INTERVENSI
Menurun Cukup meningkat
1) Verbalisasi percaya
Pada orang lain 1 4
Meningkat Cukup menurun
2) Perilaku marah
Pada tuhan 1 4
3) Verbalisasi menyalahkan
Diri sendiri 1 4
D. IMPLEMENTASI
Melaksanakan tidakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah di susun sebelumnya
15
E. EVALUASI
Melakukan evaluasi mengenai hasil dari tindakan
keperawatan spiritual yang telah dilakukan baik secara subjektif
maupun objektif
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18