FARMAKODINAMIK
Dosen pembimbing:
Dodik Hartono, S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa dan Rahmat, serta
Nikmat sehat sehingga penyusunan laporan karya tulis ilmiah guna memenuhi tugas
kewarganegaraan dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Puji Syukur serta salam selalu
tercurahkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan semoga kita selalu berpegang teguh pada
ajarannya. Penyusunan karya tulis ilmiah ini tentunya jabatannya selalu mengiringi namun
atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua,dosen pembimbing dan teman teman
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,tidak lupa saya menggunakan banyak
terimakasih kepada
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku pembinaYayasan
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku ketua Stikes Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
3. Nafolion Nur Rahmat,S.Kep.Ns.,M.kes selaku Kepala Prodi Sarjana Keperawatan
Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
4. Dodik Hartono,S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep Dosen Pembimbing Mata Kuliah Farmakologi
Keperawatan
5. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
6. Rekan – rekan Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo Semester 3.
Karna tanpa dukungan dan bimbingan beliau karya ilmiah ini tidak akan terselesaikan.
Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada saya mendapatkan balasan
yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis, semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para pembaca untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa karya ilmiahh ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan karya ilmiah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum .....................................................................................................1
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Farmadinamik ...................................................................................................3
2.2 Macam Macam Reseptor Obat .......................................................................................3
2.3 Mekanisme Interaksi Reseptor dengan Obat ..................................................................3
2.4 Mekanisme Kerja Obata atau Efek Obat ........................................................................8
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi ..........................................................................................9
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap
pengobata n. Obat dapat berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat kimia atau
dengan obat lain. Dikatakan terjadi interaksi apabila makanan, minuman, zat kimia, dan
obat lain tersebut mengubah efek dari suatu obat yang diberikan bersamaan atau hampir
bersamaan (Ganiswara, 2000).
Beberapa obat sering diberikan secara bersamaan pada penulisan resep, maka mungkin
terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Obat pertama dapat memperkuat atau
memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua. Interaksi obat harus
lebih diperhatikan, karena interaksi obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang
parah dan tingkat kerusakan-kerusakan pada pasien, dengan demikian jumlah dan tingkat
keparahan kasus terjadinya interaksi obat dapat dikurangi (Mutschler, 1991).
Kejadian interaksi obat yang mungkin terjadi diperkirakan berkisar antara 2,2% sampai
30% dalam penelitian pasien rawat inap di rumah sakit, dan berkisar antara 9,2% sampai
70,3% pada pasien di masyarakat. Kemungkinan tersebut sampai 11,1% pasien yang
benar-benar mengalami gejala yang diakibatkan oleh interaksi obat (Fradgley, 2003).
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Definisi Farmakologi
b. Macam Macam Reseptor Obat
c. Mekanisme Interaksi Reseptor dengan Obat
d. Mekanisme Kerja Obata atau Efek Obat
e. Faktor Yang Mempengaruhi
3. Tujuan Penulisan
3.1 Tujuan Umum
Melatih peserta didik mampu memahami tentang Farmakodinamik
1
b. Memahami Macam Macam Reseptor Obat
c. Memahami Mekanisme Interaksi Reseptor dengan Obat
d. Memahami Mekanisme Kerja Obata atau Efek Obat
e. Memahami Faktor Yang Mempengaruhi
4. Manfaat Penulisan
4.1 Manfaat Penulis
Menambah wawasan terhadap mata kuliah Farmakodinamik
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Farmadinamik
Farmakodinamik adalah ilmu pengetahuan yang mem pelajari tentang interaksi antara
komponen kimia dari sis tem yang hidup dan zat kimia asing, termasuk obat, yang
memasuki sistem tersebut. Semua organisme hidup bekerja melalui serangkaian reaksi
kimia yang kontinu dan rumit. Ketika suatu zat kimia baru memasuki sistem, terjadi ber
bagai perubahan dan gangguan fungsi sel. Untuk meng hindari masalah semacam itu, obat
dikembangkan untuk menyediakan zat kimia yang paling efektif dengan toksisi tas terkecil
agar dapat digunakan secara terapeutik.
3
antara zat-zat kimia dan tempat reseptor memengaruhi sistem enzim yang ada dalam sel,
seperti peningkatan atau penurunan aktivitas selular, perubahan permeabilitas membran
sel, atau perubahan metabolisme selular.
Obat lain bereaksi dengan tempat reseptor spesifik pada sel, dan dengan bereaksi di
tempat tersebut, mencegah reaksi zat kimia lain pada tempat reseptor yang lain di sel
tersebut. Obat-obat semacam itu disebut antagonis non kompetitif (lihat Gambar 2-1).
4
5
Gambar 2-1. Teori reseptor mengenai kerja obat. (A) Interaksi agonis dengan tempat
reseptor di sel: molekul obat A bereaksi dengan tempat reseptor khusus pada sel organ
yang terpengaruh dan mengubah aktivitas sel tersebut. (B) Antagonisme kompetitif: Obat
A dan obat C memiliki daya tarik-menarik untuk tempat reseptor yang sama dan bersaing
untuk mendapatkan tempat reseptor tersebut; obat C memiliki daya tarik-menarik yang
lebih besar, menempati sebagian besar tempat tersebut dan menjadi antagonis obat A. (C)
Antagonisme nonkompetitif: Obat D bereaksi dengan tempat reseptor yang berbeda dari
tempat reseptor untuk obat A, tetapi sedemikian rupa masih mencegah obat A berikatan
dengan tempat reseptornya. Obat yang bekerja dengan menghambat enzim dapat
digambarkan serupa dengan antagonis tempat reseptor yang diilustrasikan pada bagian B
dan C. Inhibitor enzim menghambat pengikatan molekul-molekul substrat normal dengan
tempat aktif pada enzim.
Untuk beberapa obat lainnya, mekanisme kerja yang sebenarnya tidak diketahui.
Namun, terdapat beberapa spekulasi bahwa banyak obat menggunakan mekanisme tempat
reseptor obat untuk menimbulkan efeknya.
Interaksi Obat-Enzim
6
Obat-obatan dapat juga memengaruhi sistem enzim yang bertindak sebagai katalis
untuk berbagai reaksi kimia. Sistem enzim bekerja dengan efek berurutan, dengan satu
enzim mengaktivasi enzim lainnya dan akhirnya menyebab kan reaksi selular. Jika satu
tahap saja pada salah satu dari beberapa sistem enzim terhambat, fungsi normal sel terse
but akan terganggu. Asetazolamid (Diamox) adalah diure tik yang menghambat enzim
karbonik anhidrase, yang akhirnya menyebabkan perubahan pada ion hidrogen dan sistem
pertukaran air di ginjal dan juga di mata.
Kerja obat dapat digolongkan menjadi dua yaitu kerja obat yang diperantarai reseptor dan
kerja obat yang tidak diperantarai reseptor.
a. Kerja Obat yang Diperantarai Reseptor
Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu
organisme. Interaksi obat dengan reseptornya, mencetuskan perubahan biokimia dan
fisiologi yang merupakan respons biologis yang khas untuk obat tersebut. Interaksi
antara obat dengan enzim biotransformasi juga merupakan interaksi yang khas karena
mengakibatkan perubahan struktur makromolekul reseptor sehingga timbul
rangsangan perubahan fungsi fisiologis yang dapat diamati sebagai respons biologis.
Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional, yaitu tempat
terikatnya obat untuk menimbulkan respons. Sekelompok reseptor obat tertentu juga
berperan sebagai reseptor untuk ligan endogen (hormon dan neurotransmiter).
Komponen yang paling penting dalam reseptor obat adalah protein (misalnya
asetilkolinesterase, Na, K, -ATP-ase dan sebagainya). Asam nukleat juga dapat
merupakan reseptor obat, contohnya untuk obat sitostatika (pembunuh sel kanker).
Ikatan antara obat dengan reseptor, misalnya ikatan antara substrat dengan enzim,
biasanya merupakan ikatan lemah (ikatan ion, ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik,
ikatan van der Walls), dan jarang berupa ikatan kovalen. Umumnya merupakan
campuran berbagai ikatan tersebut di atas. Hubungannya dengan efek obat dapat
digambarkan sebagai berikut.
7
Struktur kimia suatu obat berhubungan erat dengan aktivitasnya terhadap reseptor dan
aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat (misal perubahan
stereoisomer) dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat farmakologinya.
Pengetahuan mengenai hubungan struktur dan aktivitas bermanfaat dalam strategi
pengembangan obat baru.
8
f. Masuk ke dalam komponen sel. Obat-obat analog purin atau pirimidin, dapat
bergabung dengan asam nukleat, sehingga mengganggu fungsinya (obat-obat
antimetabolit), contohnya 6-merkaptopurin, 5-fluorourasil, flusitosin yang merupakan
obat-obat antikanker.
9
semua fungsi tubuh, metabolisme obat bergantung pada nutrisi yang adekuat untuk
membentuk enzim dan protein. Kebanyakan obat berikatan dengan protein sebelum
didistribusi ke tempat kerja obat. Setiap penyakit yang merusak fungsi organ yang
bertanggung jawab untuk farmakokinetika normal juga dapat merusak kerja obat.
Perubahan integritas kulit, penurunan absorpsi atau motilitas saluran cerna, dan
kerusakan fungsi ginjal dan hati hanya beberapa kondisi penyakit yang berhubungan
dengan kondisi yang dapat mengurangi kemanjuran obat atau membuat klien berisiko
mengalami toksikasi obat.
c. Kondisi Lingkungan
Stres fisik dan emosi yang berat, radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan
mengubah kecepatan aktivitas enzim, panas, dan dingin. Pajanan pada panas dan
dingin dapat memengaruhi respons terhadap obat. Klien hipertensi diberi vasodilator
untuk mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca panas, dosis perlu dikurangi karena
suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. Cuaca dingin cenderung meningkatkan
vasokonstriksi, sehingga dosis perlu ditambah. Reaksi suatu obat bervariasi,
bergantung pada lingkungan obat itu digunakan. Klien yang dirawat diisolasi dan
diberikan analgesik memperoleh efek peredaan nyeri yang lebih kecil dibandingkan
klien yang dirawat di ruang tempat keluarga dapat mengunjungi klien. Contoh lain,
jika meminum alkohol sendirian, efek yang timbul hanya mengantuk. Namun, minum
bersama sekelompok teman membuat individu menjadi ceria dan mudah bergaul.
d. Faktor Psikologis
Sejumlah faktor psikologis memengaruhi penggunaan obat dan respons terhadap obat.
Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruh
keluarga, anak-anak yang sering melihat orang tuanya minum obat dapat membuat
anak menerima obat sebagai bagian dari kehidupan normalnya. Makna obat atau
signifikasi mengonsumsi obat memengaruhi reaksi terapi klien. Obat dapat digunakan
sebagai cara untuk mengatasi rasa tidak nyaman. Pada situasi ini klien bergantung
pada obat sebagai media koping dalam kehidupan. Sebaliknya jika klien kesal
terhadap kondisi fisik mereka, rasa marah, dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan
reaksi yang diinginkan terhadap obat. Obat sering kali memberikan rasa aman.
Penggunaan secara teratur obat tanpa resep atau obat yang dijual bebas misalnya
vitamin, laksatif, dan aspirin membuat beberapa orang merasa mereka dapat
mengontrol kesehatannya. Perilaku perawat saat memberikan obat sangat berdampak
secara signifikan pada respons klien terhadap pengobatan. Apabila perawat
10
memberikan kesan bahwa obat dapat membantu, pengobatan kemungkinan akan
memberikan efek yang positif. Apabila perawat terlihat kurang peduli saat pasien
kurang nyaman, obat yang diberikan terbukti relatif tidak efektif.
e. Diet
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau efek nutrien. Contoh
vitamin K (terkandung dalam sayuran hijau berdaun), merupakan nutrien yang
melawan efek warfarin natrium (coumadin), mengurangi efeknya pada mekanisme
pembekuan darah. Minyak mineral menurunkan absorpsi vitamin larut lemak. Klien
membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengonsumsi obat yang menurunkan efek
nutrisi. Menahan konsumsi nutrien tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat.
11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap
pengobatan. Obat dapat berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat kimia atau
dengan obat lain. Dikatakan terjadi interaksi apabila makanan, minuman, zat kimia, dan
obat lain tersebut mengubah efek dari suatu obat yang diberikan bersamaan atau hampir
bersamaan (Ganiswara, 2000).
2. Saran
Interaksi obat harus lebih diperhatikan, karena interaksi obat pada terapi obat dapa
menyebabkan kasus yang parah dan tingkat kerusakan-kerusakan pada pasien, dengan
demikian jumlah dan tingkat keparahan kasus terjadinya interaksi obat dapat dikurangi
12
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar 2, WAhit Iqbal Mubarak dkk, Jakarta, Salemba
Medika,2015
13