Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

RESPON DAN ADAPTASI HEWAN


PENGATURAN FISIOLOGIS, ADAPTASI STRUKTURAL, POLA TINGKAH
LAKU, MEKANISME DAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI HEWAN

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kapita Selekta Zoologi yang Diampu Oleh
Dr. Hening Widowati, M.Si., dan Dr. Handoko Santoso, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3

1. Nurmalina (21230006)
2. Susiani (21230007)
3. Nina Parina (21230008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT.Karena berkat


rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Adapun tugas ini
adalah untuk salah satu syarat matakuliah Kapita Selekta Zoologi dengan Materi
“Respon dan Adaptasi Hewan”.
Penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan,
sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu
penyusun mengucapkan terimakasih:
1. Ibu oleh Dr. Hening Widowati, M.Pd.dan bapak Dr. Handoko Santoso, M.Pd
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas, petunjuk kepada
penyusun sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua dan keluarga yang telah turut membantu, membimbing, dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tugas selanjutnya. Kami berharap
makalah ini berguna khususnya untuk kami dan semua pembaca pada
umumnya.

Metro, September 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Analisis Kritis Artikel...................................................................................... 3
B. Struktur Fungsi dan Sistem Proteksi pada Hewan....................................... 5
C. Deskripsi Konsep Respon dan Adaptasi Hewan......................................... 6
D. Mekanisme dan Alat Perlindungan diri pada hewan..................................... 12
E. Hubungan Respon dan Adaptasi dengan Kandungan Al-Qur'an ................ 17
BAB III PENUTUP............................................................................................... 19
A. Kesimpulan................................................................................................... 19
B. Saran............................................................................................................ 19
DAFTAR LITERATUR......................................................................................... 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Cicak memutuskan ekornya (Autotomi)................................................... 12
2. Kerbau berkubang untuk membantu termoregulasi tubuh....................... 13
3. Belut Listrik mengeluarkan sengatan listrik.............................................. 14
4. Bunglon megubah warna tubuhnya......................................................... 15
5. Cumi menyemprotkan tinta utuk melindungi diri dari predator................. 15
6. Trenggiling menggulung tubuhnya ketika terancam oleh
adanya pemangsa.................................................................................... 16
7. Sigung mengelurakan aroma busuk........................................................ 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep adaptasi datang dari dunia biologi, dimana ada 2 poin penting
yaitu evolusi genetik, dimana berfokus pada umpan balik dari interaksi
lingkungan dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari
organisme selama masa hidupnya, dimana organisme tersebut berusaha
menguasai faktor lingkungan, tidak hanya faktor umpan balik lingkungan,
tetapi juga proses kognitif dan level gerak yang terus-menerus. Asumsi dasar
adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang
senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya.
Suatu adaptasi biologis adalah setiap karakteristik (morfologi atau
anatomi), fisiologis, atau perilaku struktural dari suatu organisme atau kelompok
organisme (seperti spesies) yang membuatnya lebih cocok dalam lingkungannya
dan akibatnya meningkatkan peluangnya untuk bertahan hidup dan keberhasilan
reproduksi. Karena variabilitas individu proses adaptasi ini akan lebih atau
kurang berhasil. Beberapa adaptasi dapat meningkatkan keberhasilan reproduksi
dari populasi, tetapi tidak untuk individu tertentu. Pengertian adaptasi adalah
cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup dimana
mereka tinggal.
Salah satu penyebab kepunahan makhluk hidup adalah ketidakmampuan
makhluk hidup untuk beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, ketika
memindahkan seekor ikan yang diambil dari habitat aslinya ke dalam kolam ikan
buatan sendiri. Beberapa hari kemudian ikan yang dipelihara mati. Kematian ikan
ini disebabkan ikan tersebut tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan
barunya. Maka jelaslah makhluk hidup yang tidak dapat beradaptasi akan
mengalami kepunahan. Setiap jenis organisme yang mempunyai dan
memerlukan lingkungan untuk hidup ditempat tertentu, lingkungan atau tempat
suatu makhluk hidup disebut dengan habitat
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Bagi makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya, ia dapat hidup lebih lama dan individu sejenisnya
(populasi) cenderung bertambah banyak. Tetapi bagi makhluk hidup yang tidak

1
dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan akan punah. Ada bermacam-
macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi
morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah analisis kritis salah satu jurnal terkait dengan respon dan
adaptasi hewan?
2. Bagaimanakah struktur fungsi dan proteksi hewan secara umum?
3. Bagaimanakah respons dan adaptasi pada hewan?
4. Bagaimanakah mekanisme dan alat perlindungan diri hewan?
5. Bagaimana hubungan tentang respon dan adaptasi hewan dengan
kandungan Al-Qur'an?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui analisis kritis salah satu jurnal terkait dengan respon dan
adaptasi hewan
2. Menjelaskan struktur fungsi dan sistem proteksi hewan secara umum
3. Mengidentifikasi respon dan adaptasi hewan melalui mekanisme pengaturan
fisiologis, adaptasi struktural, dan pola tingkah laku.
4. Mengidentifikasi mekanisme dan alat perlindungan diri hewan.
5. Mengetahui hubungan tentang respon dan adaptasi dengan kandungan Al-
Qur'an.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Kritis Jurnal


Tabel 1. Analisis Jurnal

NO ITEM ISI
1 Edisi jurnal Nectar: Jurnal Pendidikan Biologi Vol. 1, No. 2, 2020,
pp: 14-20
2 Judul jurnal Strategi Adaptasi Retina Mata Hewan Nokturnal
Terhadap Kemampuannya Melihat dalam Gelap
3 Tujuan penulisan Untuk mengamati strategi adaptasi retina mata
hewan nokturnal terhadap kemampuannya melihat
dalam gelap
4 Objek penelitian Burung, Kucing, Serangga nokturnal, Mencit, Kukang
5 Author Afitah1, Alifia Rizka Fitriani2, Eliva Dewi Widayati3,
Icha Pamira4, Muasaroh5, Tri Uji Lestari6
5 Metode penelitian Jenis penelitian kualitatif dengan tekhnik analisis
yang Digunakan deskriptif dengan kajian pustaka
6 Kesimpulan yang 1. Hewan nokturnal adalah istilah untuk jenis dari
disampaikan hewan yang beraktivitas lebih banyak pada malam
Author hari.
2. Hewan nocturnal mempunyai strategi adaptasi
retina mata terhadap kemampuan melihat dalam
gelap.
3. Ada berbagai macam hewan nocturnal
diantaranya kelalawar, tikus, burung hantu,
kukang, kucing, ikan dll. Pada masing-masing
spesies hewan mempunyai kecenderungan
adaptasi retina mata yang berbeda-beda, karena
perbedaan dari habitat maupun anatomi dari mata
hewan tersebut.

3
Analisis Mahasiswa
1. Adaptasi adalah proses penyesuaian secara bertahap yang dilakukan oleh
suatu organisme terhadap kondisi lingkungan yang baru
2. Hewan nokturnal adalah istilah untuk jenis hewan yang lebih banyak
beraktifitas pada malam hari, seperti mencari makan, melakukan kegiatan
reproduksi, serta berperan sebagai mekanisme yang membantu dalam
mempertahankan diri terhadap lingkungan bersuhu rendah, sedangkan saat
siang hari hewan nocturnal tidur.
3. Di Indonesia spesies hewan nokturnal banyak ditemukan diberbagai daerah,
contohnya kelelawar tikus, burung hantu, lemur, trenggiling, kucing, serangga
nokturnal dll.
4. Tingkah laku hewan yang berhubungan dengan proses fisiologis seringkali
berirama (rhytmic).
5. Keberadaan serangga nokturnal dalam alam dipengaruhi oleh keberadaan
faktor abiotik atau unsur iklim sebagai komponen suatu ekosistem, seperti
suhu, intensitas cahaya, kelembapan udara dan curah hujan. Sedangkan
karakteristik biologis dari serangga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan
relatif, serta intensitas cahaya.
6. Organ penglihatan serangga dipengaruhi oleh keberadaan intensitas cahaya
disekitar, kemudian cahaya tersebut masuk dalam mata faset yang dimiliki
oleh suatu serangga dan diterima oleh reseptor.
7. Hewan nokturnal mempunyai kemampuan beradaptasi secara khusus
terhadap lingkungannya seperti, ekolokasi pada kelelawar yang mampu
mengeluarkan suara tinggi, kelinci yang mempunyai pendengaran cukup
unggul.
8. Hewan nokturnal mempunyai kemampuan penglihatan yang baik meskipun
dalam kondisi gelap, proses adaptasinya dipengaruhi oleh sinar matahari,
serta hewan ini melakukan adaptasi penglihatan pada retina mata yang
berperan dalam melihat warna
9. Pada retina mata terdapat sel kerucut (cones) dan sel batang (rods). Sel
batang tersebar pada bagian tepisamping dari retina dan dirangsang oleh
cahaya redup, sel batang berisi pigmen ungu yang disebut Rodopsin, yang
merupakan suatu senyawa protein dan vitamin A yang akan terurai jika
terkena sinar.

4
10. Pada hewan vertebrata sel batang lebih berfungsi untuk membedakan
terang dan gelap dibanding untuk membedakan warna
11. Sel kerucut berisi pigmen lembayung (senyawa Iodopsin merupakan
gabungan dari retinin dan opsin) yang akan terurai bila terkena sinar. Sel
kerucut berperan dalam melihat saat terang dan untuk melihat warna
12. Pada hewan nocturnal seperti burung hantu, kucing dan anjing tidak dpat
mempersepsikan warna karena pada retina matanya didominasi oleh sel-
sel batang, sehingga pada hewan nocturnal periode gelap menjadi sinyal
untuk beraktifitas
13. Mata mencit dan tikus akan membuka pada usia ke 14 hari setelah lahir,
mempunyai penglihatan kurang baik karena pada retinanya terdapat
banyak rods dan sedikit cones.
14. Kukang mempunyai Tapetum lucidum pada bagian belakang retina yang
akan terlihat bersinar ketika terkena cahaya saat malam hari
15. Retina mata burung hantu memiliki banyak rod sel dan peka terhadap
cahaya, sehingga akan mengganggu penglihatan saat siang hari atau
banyak cahaya.
16. Ikan laut dalam mempunyai mata yang besar dan pupil yang besar serta
didukung reseptor rod yang sangat panjang serta adanya pergerakan
photomekanik dari elemen-elemen retina. Selain itu beberapa ikan juga
mempunyai tapetum lucidum yang berfungsi untuk memperbesar intensitas
cahaya yang diterima oleh reseptor.

B. Struktur Fungsi dan Sistem Proteksi Hewan Secara Umum

Makhluk hidup memerlukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya


untuk bertahan hidup, demikian juga hewan memilki cara untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Dengan menyesuaikan diri hewan juga bisa
mempertahankan kelestarian hidupnya. Hewan juga melakukan penyesuaian
bentuk tubuh, melalui perubahan bentuk tubuh yang berlangsung lama untuk
kelangsungan hidupnya. Penyesuaian bentuk tubuh ini, mudah dikenali dan
mudah diamati karena tampak dari luar. Sebagai contoh hewan yang memiliki
bentuk kaki, bentuk paruh, atau berbagai tipe mulut serangga. Struktur bentuk
tubuh hewan digunakan untuk mempertahankan diri/proteksi baik untuk

5
mengahadapi predator ataupun juga sistem proteksi untuk mencari makan
sebagai usaha mempertahankan hidup dan kehidupan keturunannya.
Tipe mulut pada serangga bermacam-macam sesuai dengan
makanannya, ada tipe penggigit dan pengunyah, penusuk, penjilat dan
penghisap. Kupu-kupu mempunyai tipe mulut penghisap, nyamuk mempunyai
tipe mulut penusuk dan penghisap, lalat mempunyai tipe penjilat. Tipe mulut
penusuk dan penghisap pada nyamuk mempunyai struktur berbentuk tabung dan
tajam/runcing. Sedangkan belalang dan jangkrik mempunyai tipe mulut penggigit
dan pengunyah. Tipe mulut penggigit dan pengunyah mempunyai rahang atas
dan rahang bawah yang kuat sehingga memungkinkan serangga untuk mengigit
makanannya.
Beberapa hewan tertentu mengalami adaptasi pada fungsi tubuhnya,
sehingga membantunya bertahan hidup, misalnya untuk mencari makan atau
mendeteksi pemangsa. Seperti harimau memiliki kuku tajam serta taring kuat dan
runcing, kuku yang tajam dan taring yang kuat berguna untuk mencari makan.
Selain itu ayam mempunyai kaki berbeda dengan bebek, ini berkaitan dengan
tempat hidup bebek yang bisa diair dan didarat. Kaki bebek lebar dan berselaput
dimaksudnya agar bebek dapat berenang di air dan ketika berada ditempat yang
berlumpur tidak mudah terperosok dalam lumpur. Sedangkan ayam kakinya tidak
berselaput karena kaki ayam berfungsi untuk mencari makanan dengan cara
mengorek tanah.
Kerbau dan badak adalah hewan yang tidak tahan dengan cuaca panas,
dikarenakan kerbau memiliki suhu sekitar 38,2-38,4 derajat celcius, sehingga
saat cuaca terlalu panas atau saat matahari sedang terik kerbau akan berkubang
di sungai atau lumpur untuk menetralkan panas ditubuhnya. Pada hewan tertentu
misalnya kalajengking mempunyai alat sengat pada bagian tubuhnya yang
berfungsi sebagai lat pertahanan tubuhnya. Selain kalajengking ubur-ubur juga
mempunyai alat sengat yang akan menyerang otot dan saraf.

C. Definisi Konsep Respon dan Adaptasi Hewan


Reaksi hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkungan dinyatakan
sebagai respon hewan terhadap lingkungannya. Respon hewan terhadap
lingkungan dapat berupa perubahan fisik, fisiologis dan tingkah laku. Respon
hewan terhadap kondisi dan perubahan ada yang bersifat reaktif, artinya respon

6
itu terbentuk dan berlaku pada saat pengaruh kondisi dan perubahan lingkungan
berlaku.
Apabila kondisi lingkungan menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi
adalah pertama, hewan meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan
kondisi yang lebih baik. Kedua hewan memberikan respon tertentu yang mampu
mengatasi efek negatif perubahan tersebut. Ketiga, hewan itu akan mati.

1. Respon Dasar Hewan


Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan.
Tujuan akhir dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Respon
hewan terhadap lingkungannya bervariasi tergantung dari jenis dan intensitas
stimulus, jenis spesies, stadium perkembangan, umur, kondisi fisiologis dan
kisaran toleransi terhadap lingkungannya. Apabila kondisi lingkungan menjadi
sangat tidak baik, maka yang terjadi adalah, pertama, hewan meninggalkan
tempat itu dan mencari tempat dengan kondisi yang lebih baik. Kedua, hewan
memberikan respon tertentu yang mampu mengatasi efek negatif perubahan
tersebut. Ketiga, hewan itu akan mati.
Periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar yaitu
respon pengaturan, respon penyesuaian, dan respon perkembangan.
Mekanisme ketiga respon itu berdasarkan sistem umpan balik negatif. Agar
mekanisme itu berhasil maka respon yang dihasilkan harus sesuai besarnya,
waktu tepat dan berlangsung cukup cepat.
a. Respon Reversibel
Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah
respon pengaturan (regulatori). Respon fisiologi terjadi sangat cepat (refleks).
Contoh: perubahan pupil mata terhadap intensitas cahaya. Tipe respon lain yang
bersifat reversible adalah respon penyesuaian (aklimatori), berlangsung lebih
lama dari respon regulatori karena proses yang fisiologi yang melandasinya
melibatkan perubahan struktur dan morfologi hewan. Contoh: di lingkungan
bertekanan parsial oksigen rendah, terjadi proliferasi dan pengingkatkan jumlah
eritrosit, tubuh terdedah pada kondisi kemarau terik, kulit mengalami peningkatan
pigmentasi. Respon aklimatori umum terdapat pada hewan berumur panjang,
yang menghadapi perubahan kondisi musiman. Reversibilitas respon penting
sekali karena tiap tahun kondisi khas musimana selalu berulang.

7
b. Respon Tak-reversibel
Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny (sejarah pertumbuhan
makhluk hidup ) adalah respon perkembangan. Respon berlangsung lama
karena melibatkan banyak proses yang menghasilkan perkembangan beraneka
ragam macam struktur tubuh. Hasilnya bersifat permanen dan tak reversible.
Contoh : perubahan jumlah mata facet pada Drosophila yang dipelihara pada
suhu tinggi, atau terbentuknya keturunan cacat akibat respon perkembangan
embrio terhadap senyawa teratogenik dalam lingkungannya.

2. Adaptasi Hewan
Adaptasi merupakan proses penyusuaian diri makhluk hidup dengan
keadaan lingkungan sekitarnya. Masing-masing individu mempunyai cara yang
berbeda dalam menyusuaikan diri dengan lingkungannya, ada yang mengalami
perubahan bentuk tubuh (adaptasi morfologi), ada yang mengalimi perubahan
proses metabolisme tubuh (adaptasi fisiologi) dan ada juga yang mengalami
perubahan sikap dan tingkah laku (adaptasi tingkah laku). Adaptasi akan
dilakukan oleh makhluk hidup bila keadaan sekitarnya membahayakan atau tidak
menguntungkan bagi dirinya, sehingga perlu untuk menyelamatkan atau
mempertahankan kehidupannya.
Ada bermacam-macam bentuk adaptasi makhluk hidup tehadap
lingkungannya, yaitu : adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, adaptasi tingkah
laku.
a. Adaptasi Morfologi
Morfologi ini mempunyai arti bentuk. Adaptasi morfologi merupakan
penyesuaian bentuk tubuh makhluk hidup atau bagian-bagian tubuh makhluk
hidup terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Setiap hewan mempunyai bentuk
bagian tubuh atau alat-alat tubuh tertentu yang khas dan terkadang menjadi ciri
dari hewan tersebut. Setiap bagian bagian tubuh hewan yang menjadi ciri khas
ini tidak hanya sebagai suatu keunikan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi
hewan tersebut. Namun bentuk yang khas ini juga mempunyai fungsi tertentu
yang mana memudahkan si hewan untuk mendapatkan mangsanya atau
makanannya, melindungi diri dari gangguan predator, dan mempertahankan diri
dari perubahan cuaca yang sering mengganggu hewan.
Adaptasi morfologi merupakan penyusuaian bentuk tubuh untuk
kelangsugan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut.

8
Merupakan proses penyusuaian diri makhluk hidup yang memperlihatkan
perubahan bentuk dan struktur tubuh, misalnya pada hewan.
1) Ciri adaptasi hewan darat :
(a) Kulit tebal dengan lapisan zat tanduk.
(b) Anggota gerak tubuh di sesuaikan dengan habitat.
(c) Pada daerah tertentu seperti gurun pasir, mempunyai kantung air seperti
pada unta.
2) Ciri adaptasi hewan air :
(a) Tubuhnya berbentuk torpedo (stream line).
(b) Permukaan tubuh licin karena berlendir.
(c) Anggota gerak tubuh berupa sirip.
3) Contoh Adaptasi Morfologi
(a) Gigi
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat
gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa serta gigi rahang dengan
ujung pemotong untuk memotong untuk mencabik-cabik mangsanya. Perubahan
gigi hewan biasanya berdasarkan pada makanannya, seperti : gigi taring (dens
caninus) besar dan runcing pada hewan carmivora untuk menangkap dan
mengoyak daging, gigi gerahang depan (dens premolare) dan gerahang
belakang (dens molare) berbentuk lebar dan datar, di jumpai pada hewan
memamah biak (hewan ruminansia) untuk mengunyah, menggilas dan
menghaluskan rumput/daun-daunan.
(b) Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba
amerika tengah dan selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan
serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan
ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk
mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan
bergetah yang dapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.
(c) Paruh
Elang mempunyai paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung
dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya. Perubahan
bentuk paruh burung biasanya pada makanannya, seperti :
Paruh bentuk sisir, bagian atas agak melengkung pada pelican, flamingo untuk
menyaring makanan yang berupa algae, udang kecil dan rumput laut. Paruh

9
bentuk kecil, runcing dan tajam pada kolibri untuk menghisap madu. Paruh
bentuk pendek dan kuat pada nuri, pipit, kaka tua, gelatik untuk memakan biji-
bijian. Paruh bentuk pendek, besar, kuku dan kuat pada elang, raja wali untuk
mengoyak manggsanya. Paruh bentuk pipih pada iti, bebek untuk mengambil
makanan yang di perairan (ikan atau udand kecil, algae). Paruh bentuk pahat,
pada platuk untuk memahat batang pohon yang telah lapuk.
(d) Kaki
Perubahan bentuk kaki/cakar burung, biasanya berdasarkan pada habitat
dan cara hidupnya, seperti :
Kaki pencengkeram dengan cakar bentuk yang kuat, tajam dan pendek pada
elang, raja wali, burung hantu untuk mengcekram manggsanya). Kaki perenang
dengan selaput renang pada iti, bebek, angsa,pelican untuk mendayung saat
berenang di air. Kaki yang kuat pada kaswari untuk berlari atau berjalan. Kaki
pemancar denagn dua jari kea rah depan dan dua jari kea rah belakang pada
pelatuk untuk memanjat pohon. Kaki burung potengger dengan jari yang
panjang dan semua jati terlelak pada satu bidang di atas. Di jumpai pada
kutilang, kenari poksai, vinch, wambi untuk hinggap di ranting-ranting pohon.

c. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi ini mengarah pada fungsi, yaitu fungsi alat-alat tubuh.
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi alat tubuh tertentu pada makhluk
hidup dengan keadaan atau kondisi lingkungannya. Contohnya adalah sebagai
berikut:
1) Osmoregulasi pada ikan air tawar dengan menghasilkan urine yang banyak
dan encer dibanding ikan air laut yang menghasilkan sedikit urine dan
pekat.
2) Detak jantung hewan yang melemah saat hewan hibernasi untuk
menghadapi cuaca ekstrem
3) Hewan-hewan herbivora memunyai enzim selulase untuk mencerna serat-
serat tumbuhan dengan baik.
4) Burung hantu mempunyai penglihatan yang tajam untuk melihat pada malam
hari
5) Kelelawar menggunakan ekolokasi untuk mengenali lingkungan sekitar
menggunkan bantuan suara

10
6) Lumba-lumba menggunakan ekolokasi didalam laut dengan kemampuan
ultrasonik untuk menemukan ikan buruannya
7) Hewan berdarah panas mampu menjaga suhu tubuh tetap sama meskipun
suhu di luar tubuhnya berubah-ubah.
8) Anjing dan serigala bernapas sambil mengeluarkan lidah untuk
mendinginkan tubuhnya. Yaitu masa istirahat dan menghemat energy pada
musim kemarau. Terjadi pada katak/Rana sp.
d. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku merupakan tingkah laku makhluk hidup untuk
menyesuaikan diri denganlingkungannya agar tetap bertahan hidup. Beberapa
jenis hewan ada yang menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
mengubah tingkah laku. Cara ini selain untuk mendapatkan makanan juga untuk
melindungi diri dari musuh atau pemangsa. Contohnya sebagai berikut :
1) Bunglon melakukan mimikri, yaitu menyesuaikan warna tubuh dengan
lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengelabuhi musuhnya dan
mengelabuhi mangsanya.
2) Cicak melakukan autotomi, yaitu pelepasan ekor cicak saat keadaan
bahaya.
3) Pinguin selalu hidup bergerombol atau berkelompok karena pinguin hidup di
daerah yang bersuhu dingin.
4) Kerbau menyukai mandi di lumpur atau di sungai dengan tujuan untuk
mengurangi panas yang ada di tubuhnya.
5) Burung- burung jenis tertentu akan berpindah ke daerah yang lebih hangat
saat memasuki musim dingin. Dan mencari daerah yang mudah untuk
mendapatkan makanan. Apabila musim dingin daerah asalnya sudah selesai
maka burung tersebut akan kembali ke daerah asal.
6) Rayap memiliki adaptasi tingkah laku yang unik yang tidak dilakukan oleh
hewan lain. Rayap akan memakan kembali kulitnya yang terkelupas saat
melakukan pergantian kulit. Hal ini dilakukan agar rayap memperoleh enzim
pencerna selulosa pada kayu, yang mana enzim ini dihasilkan oleh
Flagellata yang hidup di pencernaan rayap. Maka dari itu rayap memakan
kembali bagian kulit dan ususnya yang telah terkelupas. Selain itu, bayi
rayap yang baru menetas akan menjilati dubur induknya untuk mendapatkan
Flagellata dari saluran pencernaan induknya agar masuk ke dalam saluran
pencernaannya.

11
D. Mekanisme dan Alat Perlindungan Diri pada Hewan
Setiap makhluk hidup pasti akan mempertahankan dirinya dari gangguan
atau datangnya bahaya. Metode atau mekanisme perlindungan diri sudah
tertanam secara genetik pada tiap-tiap organisme yang hidup dibumi. Dalam
dunia hewan perlindungan diri adalah sebauah naluri alami yang mereka lakukan
dari generasi ke generasi. Pada beberapa spesies hewan perlindungan diri
sudah sampai pada tahap yang mematikan. Adaptasi atau penyesuaian diri
makhluk hidup terhadap lingkungannya tidak hanya berkaitan bagaimana cara
untuk mencari sumber makanan, tetapi juga berkaitan bagaimana
mengembangkan teknik perlindungan diri yang efektif. Setiap spesies hewan
akan berupaya memanfaatkan segala potensi dalam dirinya untuk melindungi diri
dari serangan musuh. Berikut alat perlindungan diri pada hewan dan
mekanismenya.
a. Memutus Ekor
Cicak memutuskan bagian ekornya untuk mempertahankan hidupnya.
Saat ada musuh yang mengancam dirinya, cicak akan segera memutuskan
ekornya. Saat diputuskan, ekor cicak akan tetap bergerak. Gerakan pada ekor
cicak itu akan menarik perhatian musuhnya. Saat musuh lari menghampiri ekor
cicak yang bergerak, si cicak akan pergi dan membiarkan sang musuh
memangsa ekornya. Cicak memiliki medulla spinalis (bagian utama dari sistem
saraf pusat) yang memanjang dari kepala hingga ekor. Saat ekor terputus dari
tubuh cicak, maka medulla spinalis itu hanya rusak sedikit dan bisa
menggerakkan ekor hingga beberapa menit.

Gambar1. Cicak memutuskan ekornya (autotomi)


(sumber. id.quora.com)

12
b. Berkubang
Kerbau mempunyai termoregulasi/pengeluaran panas yang buruk.
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan
suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Kerbau memiliki
kulit yang tebal, warna kulit dan rambut hitam keabu-abuan, sehingga mudah
menyerap panas. Selain itu kelenjar keringat kerbau sedikit, sehingga kurang
tahan terhadap cuaca panas. Untuk membantu termoregulasi tubuh agar fungsi
fisiologi tubuh dapat berjalan normal terutama dalam mengatasi cekaman panas,
kerbau dengan jalan berendam dalam air/lumpur atau melumuri tubuhnya
dengan lumpur.

Gambar2. Kerbau berkubang untuk membantu termoregulasi tubuh


(Sumber. indozone.id)

c. Sengatan Listrik
Hewan yang mempunyai kemampuan mengeluarkan sengatan listrik
adalah belut listrik Electrophorus electricus, Electric catfish, pari listrik dan ikan
belalai gajah. Kekuatan listrik ini akan dikeluarkan saat terdesak atau saat
berburu mencari mangsa. Belut listrik merupakan predator air tawar yang memiliki
muatan listrik yang sangat besar. Muatan listrik tersebut dihasilkan untuk
mengejutkan mangsa dan menghalangi predator. Tubuh belut listrik mengandung
organ listrik dengan sekitar 6.000 sel khusus yang disebut elektrosit, yang
menyimpan daya seperti baterai kecil. Saat merasa terancam atau menyerang
mangsanya, sel-sel elektrosit akan keluar secara bersamaan. Elektrosit pada belut
listrik memiliki dua sisi, yakni sisi posterior yang dilengkapi dengan motor neuron
dan sisi anterior yang bergelombang dan sedikit kusut. Membrannya memiliki
banyak saluran protein kecil yang secara selektif memungkinkan ion natrium dan
kalium mengalir masuk dan keluar dari sel. Elektrosit mempertahankan

13
lingkungan positif di luar dan lingkungan negatif di dalam dengan memompa
keluar ion natrium dan kalium. Setelah mendapat instruksi oleh sistem saraf,
elektrosit membuat dipol (muatan elektrik yang sama, tetapi berbeda tanda
dengan jarak yang cukup dekat).Sinyal dari motor neuron menyebabkan kanal
ion di sisi posterior memompa natrium dan kalium ke dalam sel, sedangkan sisi
anterior terus memompa ionpositif keluar sel. Ini memberikan sisi posterior sel
muatan yang relatif positif (di bagian dalam sel) dan sisi anterior muatan negatif
(di bagian dalam sel). Hasilnya, dipol telah dibuat dan belut memiliki listrik untuk
menyergap mangsa atau menghindari predatornya. Satu sel elektrosit tidak
dapat bekerja sendiri, tetapi secara kolektif, mereka dapat memberikan
sengatan.

Gambar 3. Belut listrik mengeluarakan sengatan listrik


(Sumber unsplsah.com/Lance anderson)

d. Mengubah Warna Tubuhnya


Bunglon, katak pohon, dan gurita melindungi diri dengan mengubah
warnna tubuhnya sesuai dengan tempat yang diinjaknya. Bunglon dapat
merubah warna kulitnya untuk kamuflase atau yang dikenal dengan mimikri.
Namun ternyata tidak hanya untuk mengelabuhi musuhnya saja, tetapi bunglon
merubah warna kulitnya untuk menjaga suhu tubuhnya dan juga menunjukan
emosinya. Ketika bunglon mengalami perubahan suhu tubuh dan suasana
hatinya, sistem sarafnya akan memberitahu kromatofora yang bertugas untuk
mengatur sel warna. Seperti saat bunglon merasa tubuhnya terlalu panas, ia
akan mengubah warna kulitnya menjadi lebih cerah, yang bertujuan untuk
memantulkan panas matahari, begitu pula saat bunglon merasa tubuhnya terlalu
dingin, ia akan merubah warna kulitnya menjadi lebih gelap agar menyerap
panas. Selain itu, bunglon menunjukan suasana hatinya dengan mengganti

14
warnanya, seperti bunglon jantan yang merubah warna kulitnya menjadi lebih
terang, untuk menunjukan sifat agresif, serta saat merasa tidak nyaman, bunglon
akan merubah warna kulitnya menjadi lebih gelap.

Gambar 4. Bunglon mengubah warna tubuhnya


(Sumber.Catatanharianspinoza.blogspot.com)

e. Menyemprotkan Tinta
Cumi–cumi adalah sejenis ikan yang hidup di laut. Cumi–cumi dalam
melindungi diri dari musuhnya dengan menyemprotkan cairan hitam dan
berwarna seperti tinta. cumi-cumi mengeluarkan tinta berwarna hitam agar
lingkungan sekitarnya menjadi gelap dan ia bisa melarikan diri dari predator.
Begitu cumi-cumi mengeluarkan tinta, ia akan langsung menyedot air dan
mendoronya dirinya untuk menjauh dari predator. Selain mengeluarkan tinta
hitam, beberapa cumi-cumi juga memiliki kemampuan untuk mengubah warna
sehingga ia bisa tampak transparan dan sulit dilihat oleh predator.
Cara kamuflase ini bisa berguna, terutama jika cumi-cumi dikelilingi oleh benda-
benda yang membantunya mudah berbaur karena warna atau bentuknya.

Gambar 5. Cumi menyemprotkan tinta untuk melindungi diri dari predator


(Sumber id.quora.com)

15
f. Menggulung Tubuhnya
Trenggiling memiliki sistem pertahanan tubuh dengan menggulung
tubuhnya saat terancam. Trenggiling memiliki lapisan kulit di bagian punggung
yang keras, dengan bentuk bersisik yang kuat dan tumpang tindih. Sisik ini
terbuat dari keratin, protein yang sama yang membentuk rambut dan kuku
manusia. Bagian bawah trenggiling tidak memiliki sisik, dan ditutupi oleh bulu
biasa. Trenggiling mampu dengan cepat menggulung diri menjadi bola yang
ketat ketika mereka merasa terancam oleh adanya pemangsa

Gambar 6. Trenggiling menggulung tubuhnya ketika terancam


(Sumber catatanharianspinoza. bloqspot.com)

g. Aroma Busuk
Untuk mempertahankan diri dari serangan musuh sigung mengeluarkan
bau busuk. Mamalia kecil ini akan menyemprotkan cairan berminyak dengan bau
menyengat saat terancam. Sigung bisa mengeluarkan cairan berbau busuk ini
hingga radius 3 meter. Cairan yang tak sedap ini adalah hasil dari dua kelenjar
seukuran kacang pada bagian bawah ekornya. Dengan menyemprotkan bau
busuk, sigung dapat menjauhkan predator yang lebih besar seperti beruang.
Sebenarmya, bau busuk ini tidak langsung keluar saat sigung terancam,
melainkan ia akan menggeram, menggembungkan bulunya dan menggoyangkan
ekornya terlebih dahulu. Namun, ketika ancaman terus berlanjut, barulah
mekanisme pertahanan ini ia keluarkan. Cairan sigung sama sekali tidak
berbahaya, tetapi benar-benar membuat siapapun yang ada dekatnya merasa
tidak nyaman dengan aroma tersebut

16
Gambar 7. Sigung mengeluarkan aroma busuk
(Sumber.dictio.id)

E. Hubungan Respon dan Adaptasi Hewan dengan Kandungan Al-Qur’an


Respon dan adaptasi menurut kajian Al-qur’an Al-A’laa (87:2-3)

Artinya:
“Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-nya), dan yang
menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk”.

Kajian Al-Qur’an surat Al- Ankabuut (29:19)

Artinya:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimanakah Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginnya (kembali)
sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

Dari kedua surat tersebut dapat kita pahami bahwa Allah menciptakan
makhluknya dengan menyempurnakan berdasarkan kemampuannya, serta
memberikan petunjuk berupa kemampuan untuk bertahan hidup
dilingkungannya. Allah dapat menciptakan berbagai makhluknya dengan
kemampuan yang berbeda-beda itu lah kebesaran Allah yang tidak satu pun
dapat menandinginya.

17
Kajian surat Al-Baqarah (2:29) yaitu:

٢٩ ‫م‬ٞ‫ُه َو ٱَّلِذي َخ َلَق َلُك م َّما ِفي ٱَأۡلۡر ِض َج ِم يٗع ا ُثَّم ٱۡس َت َو ٰٓى ِإَلى ٱلَّسَم ٓاِء َفَس َّو ٰى ُهَّن َس ۡب َع َس َٰم َٰو ٖۚت َو ُه َو ِبُك ِّل َشۡي ٍء َع ِلي‬

Artinya:
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS.Al-Baqarah 2:29)”.

Kajian surat Faathir (35:28)

Artinya:
“Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada ada yang bermacam-macam warnannya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-
Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha
pengampun”.

Bisa kita pahami bahwa Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi
ini dan menciptakan berbagai macam binatang baik melata maupun ternak yang
berbeda-beda warna, jenis serta alat untuk perlindungan dirinya agar dapat
bertahan hidup di lingkungannya.

Kajian Surat Al-Isra’ ayat 36

Artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggung jawabannya”.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Setiap makhluk hidup diciptakan dengan struktur tubuh yang mempunyai
fungsi salah satunya untuk proteksi atau pertahanan tubuhnya.
2. Respon dan Adaptasi Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa
respon terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu
perilaku melibatkan peranan reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan
hormon.
3. Masing-masing individu mempunyai cara yang berbeda dalam
menyusuaikan diri dengan lingkungannya, ada yang mengalami perubahan
bentuk tubuh (adaptasi morfologi), ada yang mengalimi perubahan proses
metabolism tubuh (adaptasi fisiologi) dan ada juga yang mengalami
perubahan sikap dan tingkah laku (adaptasi tingkah laku).
4. Adaptasi atau penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungannya tidak
hanya berkaitan bagaimana cara untuk mencari sumber makanan, tetapi
juga berkaitan bagaimana mengembangkan teknik perlindungan diri yang
efektif. Setiap spesies hewan akan berupaya memanfaatkan segala potensi
dalam dirinya untuk melindungi diri dari serangan musuh.
5. Respon dan adaptasi terdapat pada kajian Al-qur’an Al-A’laa (87:2-3), surat
Al- Ankabuut (29:19), surat Al-Baqarah (2:29), surat Faathir (35:28). Dimana
beberapa ayat ini menjelaskan tentang berbagai macam hewan berperilaku
untuk beradaptasi dengan lingkungannya guna untuk mempertahankan
kehidupannya.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa terdapat
kekurangan, oleh sebab itu kami membutuhkan saran, masukan yang sifatnya
memotivasi untuk perbaikan makalah ini.

19
DAFTAR LITERATUR

Afitah (dkk). 2020. Strategi Adaptasi Retina Mata Hewan Nokturnal terhadap
Kemampuannya Melihat dalam Gelap. Jurnal Penidikan Biologi. Vol.1
no.2, 2020. Universitas Tidar

Hernawati. 2008. Bahan Kuliah Struktur Hewan. FMIPA: UPI

Ilham. 2015. Respon dan adaptasi hewan. (online)


http://mynewblogsspota.blogspot.com/2015/10/respon-dan-adaptasi-
hewan.html. Diakses pada Oktober 2020.

Maslina. 2017. 22 Cara Hewan Melindungi Diri dari Serangan Musuhnya.


(Online) https://materiipa.com/cara-hewan-melindungi-diri. Diakses pada
Oktober 2020.

Ojak. 2012. Cara-cara Hewan Melindungi Diri dari Musuhnya. (online)


http://mynewblogsspota.blogspot.com/2015/10/respon-dan-adaptasi-
hewan.html. Diakses pada Oktober 2020.

Purnayudha, Tegar Putra. 2014. Pengaruh Substrat Dasar yang Berbeda pada
Sistem Resirkulasi terhadap Fisiologis Teripang Lokal (Phyllophorus Sp.)
Selama Masa Adaptasi. Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan. Vol.6 no.2.
November 2014. Universitas Airlangga. Surabaya

Sari, Maya. 2019. Cara Hewan Beradaptasi dengan Lingkungannya. (Online)


https://dosenbiologi.com/hewan/cara-hewan-beradaptasi-dengan-
lingkungannya. Diakses pada Oktober 2020.

Wahyu. 2014. Respon dan Adaptasi Hewan. (Online)


http://wahyunimayasarididy.blogspot.com/2014/11/respon-dan-adaptasi-
hewan.html. Diakses pada Oktober 2020.

20

Anda mungkin juga menyukai