HOMEOSTASIS
Dosen Pengampu:
Anggota Kelompok:
TADRIS BIOLOGI
TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “HOMEOSTASIS” dalam mata
kuliah Fisiologi Hewan ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Eni Setyowati, S.Pd., M.M. selaku ketua jurusan Tadris Biologi di UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
2. Ibu Desi Kartikasari, M.Si. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Fisiologi Hewan
yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sehingga makalah ini dapat
selesai dengan baik.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan
makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 9. Molusca....................................................................................................... 14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan cara mempertahankan diri atau beradaptasi sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Setiap makhluk hidup memiliki suatu zona fisiologis yang disebut zona
homeostasis. Apabila terjadi stres, maka zona homeostasis ini akan terganggu dan
tubuh akan berusaha mengembalikan ke kondisi sebelum terjadi stres. Stres sendiri
dapat di definisikan sebagai respons biologis yang dapat menimbulkan ancaman
dan mengganggu homeostasis pada hewan.
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Lingkungan internal ini harus dijaga dalam keadaan seimbang agar tubuh dapat
melakukan fungsi fisiologis secara maksimum dan efesien. Kontrol homesostatis terutama di
lakukan oleh sistem saraf. Organisme multiseluler memiliki rangkaian organ dan sistem
organ yang berfungsi dalam homeostatis. Perubahan di lingkungan eksternal dapat memicu
perubahan dalam lingkungan internal sebagai bentuk respons.
Sel-sel di dalam tubuh akan tetap hidup dalam kondisi lingkungan yang
ideal baginya. Namun, kondisi lingkungan sel ini dapat terus berubah-ubah dengan
adanya suatu rangsangan dari luar ataupun gangguan fisiologis lainnya. Jika
lingkungan sel tesebut terus terganggu tanpa teratasi, maka dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan sel. Jika terjadi kerusakan sel , maka dapat terjadi gangguan
pada tingkat struktur organisasi yang lebih tinggi. Oleh karenanya, diperlukan
adanya suatu mekanisme untuk memelihara kondisi lingkungan yang ideal bagi
keberlangsungan hidup selsel penyusun tubuh kita.
Konsep homeostasis baru dikenal pada abad kesembilan belas (1857). Konsep ini
diperkenalkan oleh ahli fisiologi Prancis, Claude Bernard. Homeostasis adalah
3
tema sentral dalam fisiologi. Contoh dari homeostasis sangat banyak. Ketika hewan
menjadi semakin kompleks dan terspesialisasi sepanjang proses evolusinya, maka
homeostasis juga menjadi semakin penting bagi fisiologi tubuh. Hewan yang tidak
mampu mempertahankan kondisi lingkungan internalnya akibat perubahan
lingkungan eksternalnya disebut konformer. Atau dengan kata lain, kelompok
hewan konformer adalah kelompok hewan yang jika lingkungan internal tubuhnya
berubah mengikuti perubahan lingkungan eksternalnya. Akan tetapi, terdapat
batasan-batasan terhadap derajat perubahan yang terjadi yang dapat ditolerir oleh
hewan tersebut. Jika melewati batas toleransi akan menyebabkan kematian atau
setidaknya kerusakan yang signifikan.
Oleh sebab itu, sebagian besar hewan yang maju tetap mempertahankan
kondisi internalnya meskipun lingkungan eksternalnya berubah. Kelompok hewan
ini disebut regulator. Dengan kata lain, kelompok hewan regulator adalah
kelompok hewan yang mampu mempertahankan lingkungan internalnya meskipun
lingkungan eksternalnya berubah. Dalam kondisi ini, lingkungan internal diregulasi
melalui mekanismemekanisme kompleks yang tercakup dalam proses homeostasis
sehingga kondisi yang ada tetap berbeda dan perbedaan itu relatif konstan.
4
Ayam petelur melakukan serangkaian proses
homeostasis di dalam tubuhnya pada keadaan yang tidak nyaman
akibat cekaman panas. Proses homeostasis merupakan kegiatan
yang akan mempengaruhi reaksi biokimiawi di dalam tubuh.
Albumin dapat meningkat pada kondisi cekaman panas melalui
berbagai proses dalam tubuh.
Albumin adalah protein yang paling melimpah di dalam
plasma yang merupakan protein utama yang dihasilkan oleh hati.
Albumin merupakan salah satu protein darah yang penting dalam
tubuh yang berperan dalam proses homeostasis. Albumin juga
berperan penting didalam pengikatan dan transfor berbagai zat di
dalam darah, dan bertanggung jawab pada sekitar 80% dari
tekanan osmotik potensial dari plasma (A. Rahardian et al.,
2015).
Kondisi cekaman panas akan mengirimkan sinyal ke
hipotalamus untuk merangsang saraf simpatis untuk
membebaskan hormon efineprin dan menyebabkan aliran darah
meningkat. Ayam tidak memiliki kelenjar keringat sehingga pada
saat aliran darah meningkat akan dievaporasikan dengan cara
panting. Pada hal tersebut CO2 banyak dilepaskan dan ayam
banyak kehilangan air. Cekaman panas menyebabkan kehilangan
air akan berlanjut dengan meningkatnya tekanan osmotik
(hiperosmolaritas) dan menurunya volume darah. Adapun kondisi
lain yakni pengeluaran urin yang berlebihan guna mengurangi
panas tubuh, yang dapat memacu pengeluaran mineral- mineral
elektrolit (Na+ , K + , Cl). Hal ini menyebabkan resistensi
mineral di ginjal maka tekanan osmotik akan terganggu (A.
Rahardian et al., 2015).
Albumin berperan penting dalam menjaga tekanan
osmotik dalam tubuh, maka pada saat THI meningkat albumin
akan meningkat sebagai upaya untuk menjaga tekanan osmotik
dalam tubuh. Menurut Frandson (1992) albumin dapat menjaga
tekanan osmotik karena albumin dan protein- protein lain yang
berat molekulnya tinggi tidak dapat melintasi dinding pembuluh
5
atau dinding kapiler dan oleh karenanya akan membantu
mempertahankan cairan berada di dalam sistem vaskular (A.
Rahardian et al., 2015)
THI sendiri merupakan hubungan besaran suhu dan
kelembapan udara. Nilai THI ini dapat menenrukan zona stres
ternak, semakin tinggi nilai THI makan ternak semakin dalam
keadaan stres. Ayam petelur memerlukan kondisi lingkungan
yang nyaman (comfort zone) agar berproduksi secara optimal
dengan batasan suhu dan kelembaban lingkungan berada pada
thermoneutral zone. Pada keadaan thermoneutral zone suhu tubuh
bisa dipertahankan tetap karena adanya homeostasis (A.
Rahardian et al., 2015).
2.2.2. Mamalia
Gambar 2. Mamalia
Sumber : https://www.ekor9.com/karakteristik-hewan-
mamalia/
6
suhu awal, yaitu pada suhu yang seharusnya (Becker et al.,
2015a)
Pusat integrasi pada hewan biasanya berupa otak atau
korda spinalis. Peran pusat integrasi ialah membandingkan
informasi yang diterimanya dengan keadaan yang seharusnya
(keadaan yang diharapkan). Hipotalamus yang terletak di dasar
otak mamalia berfungsi sebagai pusat integrasi, antara lain dalam
proses pengendalian suhu tubuh yang terselenggara. Dalam
menyelenggarakan fungsi tersebut, hipotalamus bekerja dengan
menentukan jenis tanggapan yang sesuai, yaitu tanggapan yang
dapat membawa kepada suhu tubuh yang seharusnya (suhu
harapan atau suhu ideal, 37 ºC). Penentuan jenis tanggapan
dilakukan dengan membandingkan informasi suhu dari
termoreseptor dengan suhu harapan. Apabila informasi yang
diterima menggambarkan bahwa suhu tubuh lebih dari 37,5 ºC,
pusat integrasi akan memerintahkan efektor untuk memberikan
tanggapan yang dapat menurunkan suhu tubuh, misalnya dengan
cara berkeringat, melebarkan pembuluh darah di kulit, atau
kedua-duanya. Efektor ialah struktur dalam tubuh hewan yang
berfungsi sebagai organ penghasil tanggapan biologis, yang dapat
berupa sel otot atau kelenjar, dan bekerja atas perintah dari pusat
integrasi (Becker et al., 2015a).
7
pada hewan. Hewan yang melakukan hibernasi berusaha
menghemat penggunaan energi, terutama selama musim dingin,
pada saat terjadi kelangkaan makanan. Untuk mencapai kondisi
hemat energi ini, proses-proses endotermis akan menurunkan
tingkat metabolisme, yang berdampak pada penurunan suhu
tubuh pada hewan tersebut. Bajing tanah menghabiskan 150 kkal
per hari untuk mempertahankan suhu tubuh dalam cuaca dingin.
Bajing yang berhibernasi hanya menghabiskan rata-rata 5-8 kkal
per hari (Becker et al., 2015a). Dengan demikian, menjadi jelas
bahwa hibernasi sangat bermanfaat bagi hewan untuk menghemat
penggunaan energi selama masa langka makanan sehingga hewan
tersebut dapat mempertahankan hidupnya.
8
secara konstan, misalnya oksigen, nutrient dan garam. Apabila aktifitas sel berubah
pengambilan zat dari lingkungan internal dan pengeluarran berbagai zat dari dalam
sel ke lingkungan internal juga berubah. Perubahan aktifitas sel semacam itu akan
mengubah keadaan lingkungan internal. Perubahan lingkungan internal yang
ditimbulkan oleh sebab manapun harus selalu dikendalikan agar kondisi
homeostasis selalu terjaga. Ketika sistem berfungsi dengan baik dan keadaan dapat
dipertahankan oleh sistem tubuh. Adapun proses homeostasis sendiri terbagi
menjadi dua yaitu umpan balik negatif dan umpan balik positif.
9
Gambar 4. Umpan Balik Negatif
Sumber: https://encrypted-tbn0.
Secara garis besar, sistem umpan balik positif hanya memiliki peran
sangat kecil dalam menjaga homeostasis. Salah satu contohnya adalah koagulasi
atau pembekuan darah. Proses koagulasi bekerja berdasarkan mekanisme umpan
balik positif dan dapat dianggap sebagai suatu proses yang terlibat dalam menjaga
volume sirkulasi darah agar tetap konstan. Dalam banyak hal, keterlibatan
mekanisme umpan balik positif dalam mengontrol fungsi-fungsi fisiologis normal
hewan akan dapat berubah menjadi suatu bencana (kerusakan). Misalnya, dalam
10
proses termoregulasi pada mamalia. Jika sistem tersebut bekerja berdasarkan
mekanisme umpan balik positif maka suhu tubuh yang tinggi akan semakin tinggi
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan resiko yang fatal. Contoh lain dari
sistem umpan balik positif adalah dalam fungsi sel-sel saraf. Dalam hal ini, influks
awal dari ion Na+ selama tahap awal potensial aksi akan menghasilkan depolarisasi
yang selanjutnya akan meningkatkan influks Na+. Proses ini akan diikuti oleh
depolarisasi yang semakin meningkat dan influks Na+ juga semakin aktif.
Contoh umpan balik negatif dapat dilihat pada burung dan mamalia yang
harus menjaga suhu tubuhnya agar tetap normal/konstan. Peningkatan suhu tubuh
akan menghasilkan respon-respon spesifik yang akan mengembalikan suhu tubuh
kembali ke keadaan normal. Dengan kata lain, umpan balik negatif berperan dalam
menjaga stabilitas fisiologis tubuh (Becker et al., 2015).
11
meskipun lingkungan eksternalnya berubah. Kelompok hewan ini disebut
regulator. Dengan kata lain, kelompok hewan regulator adalah kelompok hewan
yang mampu mempertahankan lingkungan internalnya meskipun lingkungan
eksternalnya berubah. Dalam kondisi ini, lingkungan internal diregulasi melalui
mekanisme-mekanisme kompleks yang tercakup dalam proses homeostasis
sehingga kondisi yang ada tetap berbeda dan perbedaan itu relatif konstan.
Gambar 7. Asterias
Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com
12
Bintang laut, Asterias adalah hewan osmoconformer yang cairan internal
tubuhnya dengan cepat mencapai kesetimbangan denganair laut yang
mengelilinginya. Hewan ini meningkatkan konsentrasi cairan tubuh jika berada
dalam air bersalinitas tinggi dan menurunkan cairan tubuhnya bilamana berada
dalam air bersalinitas rendah.
Gambar 8. Annelida
Sumber: https://1.bp.blogspot.com
13
juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan
oleh sel atau organisme hidup.
Gambar 9. Molusca
Sumber : https://ekosistem.co.id/mollusca/
Pada tubuh keong/siput memiliki permukaan tubuh berdaging yang sangat
permeabel terhadap air. bila dikeluarkan dari cangkangnya, maka air akan
hilang secepar penguapan air pada seluas permukaan tubuhnya. Semua
keoang atau siput bernapas terutama dengan paru-paru yang terbentuk dari
mantel tubuhnya dan terbuka keluar melalui lubang kecil. Toleransi terhadap
air sangat tinggi. Tekanan osmotik cairan internal bervariasi secara luas
tergantung kandungan air lingkungannya. Untuk menghindari kehilangan air
yang berlebih, keong atau siput lebih aktif dimalam hari dan bila kondisi
bertambah kering, keong akan berlindung dengan membenamkan diri
kedalam tanah serta menutup cangkangnya dengan semacam operculum yang
berasal dari lendir yang dikeluarkannya. Banyak keong darat yang secara
rutin mengeluarkan suatu zat yang mengandung nitrogen dalam bentuk asam
urat yang sulit larut dalam air, yang terbukti bahwa ternyata zat ini meningkat
pada beberapa spesies dalam masa kesulitan mendapatkan air. Selama masa
estivasi (tidur musim panas) asam urat ini disimpan dalam ginjal dengan
maksud mengurangi kehilangan air untuk mengekskresikan nitrogen tersebut.
Banyak spesies keong yang menyimpan air didalam rongga mantelnya yang
rupanya digunakan pada liungkungan kering.
14
2.6.2. Osmoregulasi pada Aves
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat.
Sementara, cara mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya,
yaitu dari air minum dan makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup
15
dipadang pasir memperoleh air denga cara minum merupakan hal yang
mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak minum air, tetapi dapat
bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi
glukosa.
Air memiliki kapasitas termal yang lebih tinggi dari pada udara. Air
merupakan peredam panas yang efektif, konsekuensinya bahwa hewan-
hewan akuatik memiliki masalah yang serius dengan termoregulasi dimana
panas tubuh yang dihasilkkannya akan dinetralisir oleh air. Hal tersebut juga
menyulitkan hewan-hewan akuatis untuk melawan efek temperatur air di
sekitarnya. Sedangkan udara memiliki kapasitas termal yang rendah sehingga
memungkinkan bagi hewan-hewan yang bernafas di udara untuk
memanfaatkan panas dari respirasi sebagai penyokong utama mekanisme
termoregulasi. Dengan demikian udara lebih baik sebagai media respirasi
daripada air. Hewan-hewan yang bernafas di udara cenderung memiliki laju
metabolisme yang tinggi dari pada hewan akuatik. Masalah yang mungkin
timbul adalah adanya kebutuhan kontinyu akan oksigen dalam jumlah besar
dan terjadinya overheating (Becker et al., 2015).
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Homeostasis merupakan pemeliharaan kondisi lingkungan internal
organisme dalam keadaan stabil. Homeostasis adalah istilah untuk menjelaskan
parameter fisik dan kimia yang harus dijaga oleh organisme untuk menjaga
stabilitas fungsi seluruh komponen seluler, jaringan, organ dan sistem organ.
1. Konsep homeostasis baru dikenal pada abad kesembilan belas
(1857). Konsep ini diperkenalkan oleh ahli fisiologi Prancis, Claude
Bernard. Homeostasis adalah tema sentral dalam fisiologi.
2. Salah satu contoh hewan yang melakukan homeostasis seperti ayam
petelur, ayam petelur melakukan serangkaian proses homeostasis di
dalam tubuhnya pada keadaan yang tidak nyaman akibat cekaman
panas.
3. Homeostatis sangat diperlukan oleh hewan karena merupakan upaya
integratif hewan dalam mempertahankan kondisi fisiologisnya agar
tetap konstan atau berada dalam level perubahan yang masih dapat
ditoleransi oleh hewan tersebut, karena jika hewan tersebut tidak
dapat mentolelir suatu perubahan maka akan memicu kegagalan
sistem pada tubuh mereka yang akan mengakibatkan kematian.
4. Di dalam homeostasis terdapat dua umpan balik, yakni umppan
balik negatif dan umpan balik positif, Dalam umpan balik negatif
sistem pengendali senantiasa membandingkan parameter yang
dikendalikan, sedangkan umpan balik positif merupakan proses
homeostatis yang mendukung perubahan pada tubuh, dimana sistem
ini berguna untuk memperkuat suatu perubahan yang dialami tubuh.
5. Contoh dari sistem umpan balik positif adalah dalam fungsi sel-sel
saraf. Sedangkan contoh umpan balik negatif dapat dilihat pada
burung dan mamalia yang harus menjaga suhu tubuhnya agar tetap
normal/konstan. Peningkatan suhu tubuh akan menghasilkan respon-
respon spesifik yang akan mengembalikan suhu tubuh kembali ke
keadaan normal.
17
6. Hewan yang tidak mampu mempertahankan kondisi lingkungan
internalnya akibat perubahan lingkungan eksternalnya disebut
konformer. Atau dengan kata lain, kelompok hewan konformer
adalah kelompok hewan yang jika lingkungan internal tubuhnya
berubah mengikuti perubahan lingkungan eksternalnya. Akan tetapi,
terdapat batasan-batasan terhadap derajat perubahan yang terjadi
yang dapat ditolerir oleh hewan tersebut. Jika melewati batas
toleransi akan menyebabkan kematian atau setidaknya kerusakan
yang signifikan.
3.2. Saran
Perlu adanya saran dan masukan dari teman-teman audience agar penulis
lebih tepat dan sesuai. Dan juga perlu kajian yang lebih lanjut terkait dengan
Homeostasis. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kajian-kajian, literature-
literature digital terkait. Homeostasis yang lebih detail agar nantinyaa bisa
digunakan sebagai acuan pembelajaran yang lengka
18
DAFTAR PUSTAKA
A. Rahardian, Mushawwir, A., & Latipudin, D. (2015). Profil Albumin Dan Globulin Darah
Ayam Petelur Fase Layer Pada Temperatur Humidity Index Yang Berbeda. E-
Jurnal Students, 4(1), 1–6.
Becker, F. G., Cleary, M., Team, R. M., Holtermann, H., The, D., Agenda, N., Science, P.,
Sk, S. K., Hinnebusch, R., Hinnebusch A, R., Rabinovich, I., Olmert, Y., Uld, D.
Q. G. L. Q., Ri, W. K. H. U., Lq, V., Frxqwu, W. K. H., Zklfk, E., Edvhg, L. V,
Wkh, R. Q., … ح,فاطمی. (2015a). Fisiologi Hewan edisi revisi. In Syria Studies
(Vol. 7, Issue 1).
Becker, F. G., Cleary, M., Team, R. M., Holtermann, H., The, D., Agenda, N., Science, P.,
Sk, S. K., Hinnebusch, R., Hinnebusch A, R., Rabinovich, I., Olmert, Y., Uld, D.
Q. G. L. Q., Ri, W. K. H. U., Lq, V., Frxqwu, W. K. H., Zklfk, E., Edvhg, L. V,
Wkh, R. Q., … ح,فاطمی. (2015b). Fisiologi Hewan jilid 1. Syria Studies, 7(1), 37–
72.
G. Tortora and B. Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, 11th edition, John
Wiley and Sons, Inc. (2006).
Purnama, R., Santi, D. R., & Rachman, T. (2018). Fisiologi Hewan. In Program Studi
Arsitekstur Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (Vol. 113, Issue 1).
Purnamasari, R., & Santi, D. rukma. (2011). Fisiologi Hewan. In Program Studi Arsitektur
UIN Sunan Ampel (p. 121).
Tyas Putri Utami, S.Pd., M.Biomed. 2020. Modul Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Universitas Esa Unggas
19
20