Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

HOMEOSTASIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan

Dosen Pengampu:

Desi Kartikasari, M.Si

Disusun oleh Kelompok 1

Anggota Kelompok:

1. Nur Asyikin (126208201010)


2. Sevira Roichanah (126208201012)
3. Edo Fanindra Andara Putra (126208202047)
4. Feri Irmawati (126208202048)

TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “HOMEOSTASIS” dalam mata
kuliah Fisiologi Hewan ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:

1. Ibu Dr. Eni Setyowati, S.Pd., M.M. selaku ketua jurusan Tadris Biologi di UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
2. Ibu Desi Kartikasari, M.Si. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Fisiologi Hewan
yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sehingga makalah ini dapat
selesai dengan baik.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan
makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.

Tulungagung, 24 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
2.1. Konsep Homeostasis ............................................................................................. 3
2.2. Hewan yang Melakukan Homeostasis ................................................................... 4
2.2.1. Ayam Petelur ................................................................................................ 4
2.2.2. Mamalia ........................................................................................................ 6
2.2.3. Bajing Tanah ................................................................................................ 7
2.3. Pentingnya Homeostasis Bagi Hewan ................................................................... 8
2.4. Prinsip Umpan Balik Positif dan Negatif .............................................................. 8
2.4.1. Umpan Balik Negatif .................................................................................... 9
2.4.2. Umpan Balik Positif ..................................................................................... 9
2.5. Contoh Umpan Balik Positif dan Negatif .............................................................. 9
2.6. Respon Hewan Terhadap Perubahan Lingkungan Dalam Bentuk Konformitas dan
Regulasi .............................................................................................................................11
2.6.1. Osmoregulasi pada Annelida ....................... ……………………………….13
2.6.2. Osmoregulasi pada Molusca ........................................................................14
2.6.3. Osmoregulasi pada Aves .............................................................................15
2.6.4. Osmoregulasi pada Mammalia ....................................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................................17
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................17
3.2. Saran ................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ayam Petelur .............................................................................................. 5

Gambar 2. Mamalia ...................................................................................................... 6

Gambar 3. Bajing Tanah ............................................................................................... 8

Gambar 4. Umpan Balik Negatif .................................................................................. 10

Gambar 5.Umpan Balik Positif ..................................................................................... 10

Gambar 6.Kelompok Hewan Konformer dan Regulator tehadap Perubahan

Suhu Eksternal .............................................................................................................. 12

Gambar 7. Asterias ........................................................................................................ 12

Gambar 8. Annelida ...................................................................................................... 13

Gambar 9. Molusca....................................................................................................... 14

Gambar 10. Aves .......................................................................................................... 15

Gambar 11. Kangguru .................................................................................................. 15

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap hewan harus menyelenggarakan fungsi kehidupan, anatara lain


makan, bernapas, bergerak dan berkembang biak. Sehingga mereka membutuhkan
lingkungan tertentu. Setiap jenis lingkungan memberikan tantangan yang berbeda
terhadap hewan. Setiap faktor lingkungan merupakan rangsang bagi hewan yang
akan ditanggapi dengan cara tertentu
Setiap fungsi hidup harus harus dikendalikan dengan cara tertentu agar
hewan tetap hidup. Mekanisme kerja fungsi kehidupan dan segala sesuatu yang
dilakukan hewan merupakan inti kajian dalam fisiologi hewan. Oleh karena itu,
fisiologi hewan merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan
berbagai gejala yang ada pada sistem hidup. Serta pengaturan atas segala fungsi
dalam sistem tersebut.
Dengan kata lain fisiologi hewan merupakan ilmu yang mepelajari tentang
bagaimana sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem sirkulasi, sistem ekskresi
serta fungsi-fungsi semua organ tubuh hewan lainnya. Ilmu ini dapat dikaji pada
berbagai level, mulai dari level seluler, fungsi organ, hingga totalitas keseluruhan
tubuh hewan. Pada tingkat seluler dapat dikaji bagaimana oksigen masuk ke dalam
sel, sehingga metabolisme berlangsung. Pada tingkat fungsi organ dapat dikaji dari
berbagai sistem yang ada dalam tubuh hewan seperti sistem pencernaan,
pernafasan, ekskresi dan lain-lain. Pada tingkat totalitas keseluruhan tubuh hewan
dapat dikaji bagaimana hewan menyesuaikan diri terhadap lingkungan eksternal
yang berubah-ubah, seperti bagaimana invertebrata laut menyesuaikan diri terhadap
perubahan salinitas, atau bagaimana hewan gurun menyesuaikan diri dari perbahan
suhu yang drastis.
Setiap hewan akan memilih tempat hidup yang sesuai dengan kondisi
fisiologisnya. Kondisi lingkungan luar tubuh hewan seringkali mengalami
perubahan. Dan hal ini dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan dalam
tubuhnya. Selain itu, perubahan aktifitas hewan tersebut juga dapat menyebabkan
perubahan pada lingkungan dalam tubuhnya. Apabila kondisi didalam lingkungan
tubuhnya berubah, hewan harus berupaya agar perubahan tersebut tidak berlanjut

1
dengan cara mempertahankan diri atau beradaptasi sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Setiap makhluk hidup memiliki suatu zona fisiologis yang disebut zona
homeostasis. Apabila terjadi stres, maka zona homeostasis ini akan terganggu dan
tubuh akan berusaha mengembalikan ke kondisi sebelum terjadi stres. Stres sendiri
dapat di definisikan sebagai respons biologis yang dapat menimbulkan ancaman
dan mengganggu homeostasis pada hewan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep homeostasis?


2. Apa saja contoh hewan yang melakukan homeostasis?
3. Apa pentingnya homeostasis bagi kelangsungan hidup hewan?
4. Apa prinsip umpan balik positif dan negatif?
5. Apa saja contoh umpan baik positif dan negatif?
6. Bagaimana respon hewan terhadap perubahan lingkungan dalam bentuk
konformitas dan regulasi?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui konsep homeostasis


2. Mengetahui contoh hewan yang melakukan homeostasis
3. Mengetahui pentingnya homeostasis bagi keberlangsungan hidup hewan
4. Mengetahui prinsip umpan balik positif dan negatif
5. Mengetahui contoh umpan baik positif dan negatif
6. Mengetahui respon hewan terhadap perubahan lingkungan dalam bentuk
konformitas dan regulasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

Homeostasis merupakan pemeliharaan kondisi lingkungan internal organisme dalam


keadaan stabil. Homeostasis adalah istilah untuk menjelaskan parameter fisik dan kimia
yang harus dijaga oleh organisme untuk menjaga stabilitas fungsi seluruh komponen seluler,
jaringan, organ dan sistem organ. Organisme tunggal memiliki lingkungan internal dan
eksternal. Kebanyakan organisme multiseluler memiliki sistem perlindungan terhadap
pengaruh tidak baik dari lingkungan eksternal.

Lingkungan internal ini harus dijaga dalam keadaan seimbang agar tubuh dapat
melakukan fungsi fisiologis secara maksimum dan efesien. Kontrol homesostatis terutama di
lakukan oleh sistem saraf. Organisme multiseluler memiliki rangkaian organ dan sistem
organ yang berfungsi dalam homeostatis. Perubahan di lingkungan eksternal dapat memicu
perubahan dalam lingkungan internal sebagai bentuk respons.

2.1. Konsep Homeostasis

Sel-sel di dalam tubuh akan tetap hidup dalam kondisi lingkungan yang
ideal baginya. Namun, kondisi lingkungan sel ini dapat terus berubah-ubah dengan
adanya suatu rangsangan dari luar ataupun gangguan fisiologis lainnya. Jika
lingkungan sel tesebut terus terganggu tanpa teratasi, maka dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan sel. Jika terjadi kerusakan sel , maka dapat terjadi gangguan
pada tingkat struktur organisasi yang lebih tinggi. Oleh karenanya, diperlukan
adanya suatu mekanisme untuk memelihara kondisi lingkungan yang ideal bagi
keberlangsungan hidup selsel penyusun tubuh kita.

Homeostasis adalah kondisi pemeliharaan lingkungan internal tubuh yang


dijaga dalam kisaran normal tertetu demi keberlangsungan hidup sel penyusun
tubuh. Jika suatu faktor mulai menggerakkan lingkungan internal menjauhi kondisi
optimal, maka system tubuh akan memulai reaksi tandingan yang sesuai untuk
memperkecil perubahan tsb sehingga lingkungan internal dapat kembali ke kondisi
awal yang optimal bagi keberlangsungan hidup sel.

Konsep homeostasis baru dikenal pada abad kesembilan belas (1857). Konsep ini
diperkenalkan oleh ahli fisiologi Prancis, Claude Bernard. Homeostasis adalah

3
tema sentral dalam fisiologi. Contoh dari homeostasis sangat banyak. Ketika hewan
menjadi semakin kompleks dan terspesialisasi sepanjang proses evolusinya, maka
homeostasis juga menjadi semakin penting bagi fisiologi tubuh. Hewan yang tidak
mampu mempertahankan kondisi lingkungan internalnya akibat perubahan
lingkungan eksternalnya disebut konformer. Atau dengan kata lain, kelompok
hewan konformer adalah kelompok hewan yang jika lingkungan internal tubuhnya
berubah mengikuti perubahan lingkungan eksternalnya. Akan tetapi, terdapat
batasan-batasan terhadap derajat perubahan yang terjadi yang dapat ditolerir oleh
hewan tersebut. Jika melewati batas toleransi akan menyebabkan kematian atau
setidaknya kerusakan yang signifikan.

Oleh sebab itu, sebagian besar hewan yang maju tetap mempertahankan
kondisi internalnya meskipun lingkungan eksternalnya berubah. Kelompok hewan
ini disebut regulator. Dengan kata lain, kelompok hewan regulator adalah
kelompok hewan yang mampu mempertahankan lingkungan internalnya meskipun
lingkungan eksternalnya berubah. Dalam kondisi ini, lingkungan internal diregulasi
melalui mekanismemekanisme kompleks yang tercakup dalam proses homeostasis
sehingga kondisi yang ada tetap berbeda dan perbedaan itu relatif konstan.

2.2. Hewan yang Melakukan Homeostasis

Homeostasis merupakan tema sentral dalam fisiologi. Ketika hewan


semakin kompleks dan terspesialisasi sepanjang proses evolusinya, maka
homeostasis juga semakin penting bagi fisiologi tubuh (Becker et al., 2015b).

Berikut merupakan beberapa contoh hewan yang melakukan homeostasis.

2.2.1. Ayam Petelur

Gambar 1. Ayam Petelur


Sumber : https://www.ekor9.com/cara-ternak-ayam-petelur

4
Ayam petelur melakukan serangkaian proses
homeostasis di dalam tubuhnya pada keadaan yang tidak nyaman
akibat cekaman panas. Proses homeostasis merupakan kegiatan
yang akan mempengaruhi reaksi biokimiawi di dalam tubuh.
Albumin dapat meningkat pada kondisi cekaman panas melalui
berbagai proses dalam tubuh.
Albumin adalah protein yang paling melimpah di dalam
plasma yang merupakan protein utama yang dihasilkan oleh hati.
Albumin merupakan salah satu protein darah yang penting dalam
tubuh yang berperan dalam proses homeostasis. Albumin juga
berperan penting didalam pengikatan dan transfor berbagai zat di
dalam darah, dan bertanggung jawab pada sekitar 80% dari
tekanan osmotik potensial dari plasma (A. Rahardian et al.,
2015).
Kondisi cekaman panas akan mengirimkan sinyal ke
hipotalamus untuk merangsang saraf simpatis untuk
membebaskan hormon efineprin dan menyebabkan aliran darah
meningkat. Ayam tidak memiliki kelenjar keringat sehingga pada
saat aliran darah meningkat akan dievaporasikan dengan cara
panting. Pada hal tersebut CO2 banyak dilepaskan dan ayam
banyak kehilangan air. Cekaman panas menyebabkan kehilangan
air akan berlanjut dengan meningkatnya tekanan osmotik
(hiperosmolaritas) dan menurunya volume darah. Adapun kondisi
lain yakni pengeluaran urin yang berlebihan guna mengurangi
panas tubuh, yang dapat memacu pengeluaran mineral- mineral
elektrolit (Na+ , K + , Cl). Hal ini menyebabkan resistensi
mineral di ginjal maka tekanan osmotik akan terganggu (A.
Rahardian et al., 2015).
Albumin berperan penting dalam menjaga tekanan
osmotik dalam tubuh, maka pada saat THI meningkat albumin
akan meningkat sebagai upaya untuk menjaga tekanan osmotik
dalam tubuh. Menurut Frandson (1992) albumin dapat menjaga
tekanan osmotik karena albumin dan protein- protein lain yang
berat molekulnya tinggi tidak dapat melintasi dinding pembuluh

5
atau dinding kapiler dan oleh karenanya akan membantu
mempertahankan cairan berada di dalam sistem vaskular (A.
Rahardian et al., 2015)
THI sendiri merupakan hubungan besaran suhu dan
kelembapan udara. Nilai THI ini dapat menenrukan zona stres
ternak, semakin tinggi nilai THI makan ternak semakin dalam
keadaan stres. Ayam petelur memerlukan kondisi lingkungan
yang nyaman (comfort zone) agar berproduksi secara optimal
dengan batasan suhu dan kelembaban lingkungan berada pada
thermoneutral zone. Pada keadaan thermoneutral zone suhu tubuh
bisa dipertahankan tetap karena adanya homeostasis (A.
Rahardian et al., 2015).

2.2.2. Mamalia

Gambar 2. Mamalia
Sumber : https://www.ekor9.com/karakteristik-hewan-
mamalia/

Untuk dapat bertahan hidup, hewan harus mengatur


kondisi lingkungan internalnya, antara lain keasaman atau pH,
suhu tubuh, kadar garam, kandungan air, dan kandungan nutrien
atau zat gizi. Mamalia (golongan hewan yang memiliki kelenjar
susu) memiliki kemampuan mengatur berbagai faktor tersebut
dengan sangat tepat. Oleh karena itu mamalia disebut sebagai
regulator (Becker et al., 2015a).
Peristiwa yang terjadi pada mamalia pada waktu
mempertahankan suhu tubuhnya supaya tetap konstan.
Peningkatan suhu tubuh sebesar 0,5 ºC akan mendorong
timbulnya tanggapan yang akan mengembalikan suhu tubuh ke

6
suhu awal, yaitu pada suhu yang seharusnya (Becker et al.,
2015a)
Pusat integrasi pada hewan biasanya berupa otak atau
korda spinalis. Peran pusat integrasi ialah membandingkan
informasi yang diterimanya dengan keadaan yang seharusnya
(keadaan yang diharapkan). Hipotalamus yang terletak di dasar
otak mamalia berfungsi sebagai pusat integrasi, antara lain dalam
proses pengendalian suhu tubuh yang terselenggara. Dalam
menyelenggarakan fungsi tersebut, hipotalamus bekerja dengan
menentukan jenis tanggapan yang sesuai, yaitu tanggapan yang
dapat membawa kepada suhu tubuh yang seharusnya (suhu
harapan atau suhu ideal, 37 ºC). Penentuan jenis tanggapan
dilakukan dengan membandingkan informasi suhu dari
termoreseptor dengan suhu harapan. Apabila informasi yang
diterima menggambarkan bahwa suhu tubuh lebih dari 37,5 ºC,
pusat integrasi akan memerintahkan efektor untuk memberikan
tanggapan yang dapat menurunkan suhu tubuh, misalnya dengan
cara berkeringat, melebarkan pembuluh darah di kulit, atau
kedua-duanya. Efektor ialah struktur dalam tubuh hewan yang
berfungsi sebagai organ penghasil tanggapan biologis, yang dapat
berupa sel otot atau kelenjar, dan bekerja atas perintah dari pusat
integrasi (Becker et al., 2015a).

2.2.3. Bajing Tanah

Gambar 3. Bajing Tanah


Sumber : https://naturewildlife.id/hcpsn/lariscus-insignis/

Bajing tanah (Spermophilus beldingi) melakukan


adaptasi dengan cara hibernasi. Hibernasi merupakan kondisi
yang ditandai dengan adanya penurunan aktivitas metabolisme

7
pada hewan. Hewan yang melakukan hibernasi berusaha
menghemat penggunaan energi, terutama selama musim dingin,
pada saat terjadi kelangkaan makanan. Untuk mencapai kondisi
hemat energi ini, proses-proses endotermis akan menurunkan
tingkat metabolisme, yang berdampak pada penurunan suhu
tubuh pada hewan tersebut. Bajing tanah menghabiskan 150 kkal
per hari untuk mempertahankan suhu tubuh dalam cuaca dingin.
Bajing yang berhibernasi hanya menghabiskan rata-rata 5-8 kkal
per hari (Becker et al., 2015a). Dengan demikian, menjadi jelas
bahwa hibernasi sangat bermanfaat bagi hewan untuk menghemat
penggunaan energi selama masa langka makanan sehingga hewan
tersebut dapat mempertahankan hidupnya.

2.3. Pentingnya Homeostasis Bagi Hewan

Homeostatis merupakan proses dan mekanisme otomatis yang dilakukan


makhluk hidup untuk mempertahankan kondisi konstan agar tubuhnya dapat
berfungsi dengan normal, meskipun terjadi perubahan lingkungan di dalam maupun
di luar tubuh.

Kondisi ini meliputi beberapa variabel, yakni suhu tubuh, keseimbangan


cairan tubuh yang sebelumnya telah dijaga dalam batas yang telah ditentukan oleh
tubuh (rentang homeostatis).

Homeostatis sangat diperlukan oleh hewan karena merupakan upaya


integratif hewan dalam mempertahankan kondisi fisiologisnya agar tetap konstan
atau berada dalam level perubahan yang masih dapat ditoleransi oleh hewan
tersebut, karena jika hewan tersebut tidak dapat mentolelir suatu perubahan maka
akan memicu kegagalan sistem pada tubuh mereka yang akan mengakibatkan
kematian

2.4. Prinsip Umpan Balik Positif dan Negatif


Perubahan kondisi lingkungan internal dapat timbul karena 2 hal, yaitu
adanya perubahan aktifitas sel tubuh dan perubahan lingkungan eksternal yang
berlangsung terus-menerus. Untuk menyelenggarakan seluruh aktifitas sel dalam
tubuhnya, hewan selalu memerlukan pasokan berbagai bahan dari lingkungan luar

8
secara konstan, misalnya oksigen, nutrient dan garam. Apabila aktifitas sel berubah
pengambilan zat dari lingkungan internal dan pengeluarran berbagai zat dari dalam
sel ke lingkungan internal juga berubah. Perubahan aktifitas sel semacam itu akan
mengubah keadaan lingkungan internal. Perubahan lingkungan internal yang
ditimbulkan oleh sebab manapun harus selalu dikendalikan agar kondisi
homeostasis selalu terjaga. Ketika sistem berfungsi dengan baik dan keadaan dapat
dipertahankan oleh sistem tubuh. Adapun proses homeostasis sendiri terbagi
menjadi dua yaitu umpan balik negatif dan umpan balik positif.

2.4.1. Umpan Balik Negatif

Dalam umpan balik negatif sistem pengendali senantiasa


membandingkan parameter yang dikendalikan misalnya: suhu tubuh dan
tekanan darah) dengan nilai set point atau nilai normalnya. Parameter yang
terus dipantau ini akan memberikan respon melawan terhadap parameter
yang tidak normal atau tidak sama sehingga mengembalikan keadaan suhu
tubuh.

2.4.2. Umpan Balik Positif

Umpan balik positif merupakan proses homeostatis yang


mendukung perubahan pada tubuh, dimana sistem ini berguna untuk
memperkuat suatu perubahan yang dialami tubuh sesuai dengan keadaan
yang tengah dialami. Biasanya umpan balik positif akan terus memperkuat
perintah sampai ada pengaruh external yang mengharuskannya berhenti.

2.5. Contoh Umpan Balik Positif dan Negatif

Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan berlangsung


melalui system umpan balik. Ada 2 macam system umpan balik, yaitu umpan balik
positif dan negative. Sistem umpan balik yang berfungsi dalam pengendalian
kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah system umpan balik negative.
Pengaturan umpan balik negatif (negative feedback) merupakan pengaturan penting
dalam homeostatis. Dalam pengaturan umpan balik negatif ini sistem pengendali
senantiasa membandingkan parameter yang dikendalikan (misalnya suhu tubuh,
atau tekanan darah) dengan nilai setpoint (misalnya kisaran nilai normalnya).
Perubahan-perubahan parameter yang dikendalikan akan mencetuskan respons
yang melawan perubahan sehingga mengembalikan parameter tersebut pada nilai
setpoint (Purnama et al., 2018).

9
Gambar 4. Umpan Balik Negatif
Sumber: https://encrypted-tbn0.

Gambar 5.Umpan Balik Positif


Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com
Selain itu, ada sistem umpan balik positif merupakan kebalikan dari sistem
umpan balik negatif, dimana perubahan awal pada suatu variabel akan
menghasilkan perubahan yang lebih lanjut pada arah yang sama.

Secara garis besar, sistem umpan balik positif hanya memiliki peran
sangat kecil dalam menjaga homeostasis. Salah satu contohnya adalah koagulasi
atau pembekuan darah. Proses koagulasi bekerja berdasarkan mekanisme umpan
balik positif dan dapat dianggap sebagai suatu proses yang terlibat dalam menjaga
volume sirkulasi darah agar tetap konstan. Dalam banyak hal, keterlibatan
mekanisme umpan balik positif dalam mengontrol fungsi-fungsi fisiologis normal
hewan akan dapat berubah menjadi suatu bencana (kerusakan). Misalnya, dalam

10
proses termoregulasi pada mamalia. Jika sistem tersebut bekerja berdasarkan
mekanisme umpan balik positif maka suhu tubuh yang tinggi akan semakin tinggi
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan resiko yang fatal. Contoh lain dari
sistem umpan balik positif adalah dalam fungsi sel-sel saraf. Dalam hal ini, influks
awal dari ion Na+ selama tahap awal potensial aksi akan menghasilkan depolarisasi
yang selanjutnya akan meningkatkan influks Na+. Proses ini akan diikuti oleh
depolarisasi yang semakin meningkat dan influks Na+ juga semakin aktif.

Contoh umpan balik negatif dapat dilihat pada burung dan mamalia yang
harus menjaga suhu tubuhnya agar tetap normal/konstan. Peningkatan suhu tubuh
akan menghasilkan respon-respon spesifik yang akan mengembalikan suhu tubuh
kembali ke keadaan normal. Dengan kata lain, umpan balik negatif berperan dalam
menjaga stabilitas fisiologis tubuh (Becker et al., 2015).

Sistem umpan balik negatif dapat didefinisikan sebagai perubahan suatu


variabel yang dilawan oleh tanggapan yang cenderung mengembalikan perubahan
tersebut ke keadaan semula. Contoh peristiwa yang terjadi pada burung dan
mamalia pada waktu mempertahan kan suhu tubuhnya supaya tetap konstan.
Peningkatan suhu tubuh sebesar 0.5°C akan mendorong timbulnya tanggapan yang
akan mengembalikan suhu tubuh ke suhu awal, yaitu suhu yang seharusnya 37°C.
Dengan demikian, sistem umpan balik negatif pada contoh akan selalu membawa
sistem fisiologis kepada suhu tubuh 37°C. (Purnama et al., 2018).

2.6. Respon Hewan Terhadap Perubahan Lingkungan Dalam Bentuk


Konformitas dan Regulasi

Hewan yang tidak mampu mempertahankan kondisi lingkungan


internalnya akibat perubahan lingkungan eksternalnya disebut konformer. Atau
dengan kata lain, kelompok hewan konformer adalah kelompok hewan yang jika
lingkungan internal tubuhnya berubah mengikuti perubahan lingkungan
eksternalnya. Akan tetapi, terdapat batasan-batasan terhadap derajat perubahan
yang terjadi yang dapat ditolerir oleh hewan tersebut. Jika melewati batas toleransi
akan menyebabkan kematian atau setidaknya kerusakan yang signifikan. Oleh
sebab itu, sebagian besar hewan yang tetap mempertahankan kondisi internalnya

11
meskipun lingkungan eksternalnya berubah. Kelompok hewan ini disebut
regulator. Dengan kata lain, kelompok hewan regulator adalah kelompok hewan
yang mampu mempertahankan lingkungan internalnya meskipun lingkungan
eksternalnya berubah. Dalam kondisi ini, lingkungan internal diregulasi melalui
mekanisme-mekanisme kompleks yang tercakup dalam proses homeostasis
sehingga kondisi yang ada tetap berbeda dan perbedaan itu relatif konstan.

Gambar 6.Kelompok Hewan Konformer dan Regulator tehadap


Perubahan Suhu Eksternal
Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com

Terhadap lingkungan hidupnya, ada hewan air yang membiarkan


konsentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah mengikuti perubahan mediumnya
(osmokonformer).

Gambar 7. Asterias

Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com

12
Bintang laut, Asterias adalah hewan osmoconformer yang cairan internal
tubuhnya dengan cepat mencapai kesetimbangan denganair laut yang
mengelilinginya. Hewan ini meningkatkan konsentrasi cairan tubuh jika berada
dalam air bersalinitas tinggi dan menurunkan cairan tubuhnya bilamana berada
dalam air bersalinitas rendah.

Gambar 8. Annelida

Sumber: https://1.bp.blogspot.com

Cacing Annelida yang bersifat oksikonformer (oxyconformer), yakni


hewan yang lajukonsumsi oksigennya menyesuaikan dengan ketersediaan O 2
terlarut di lingkungan eksternalnya. Jika Annelida berada dalam lingkungan
perairan yang kaya akan oksigen, maka konsumsioksigennya meningkat,
sebaliknya jika hewan tersebut berada dalam lingkungan yang kandungan oksigen
terlarutnya rendah, konsumsi oksigennya menurun.

Untuk mempertahankan cairan tubuh relatif konstan, maka hewan


melakukan regulasi osmotic (osmoregulasi), hewannya disebut regulator osmotic
atau osmoregulator. Ada dua macam regulasi osmotic yaitu regulasi hipoosmotik
dan regulasi hiperosmotik. Pada regulator hipoosmotik, misalnya ikan air laut,
hewan ini selalu mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya lebih tinggi
daripada mediumnya (air tawar) (Purnamasari & Santi, 2011).

Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk


mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya
melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan
karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya.
Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula
sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi

13
juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan
oleh sel atau organisme hidup.

2.6.1. Osmoregulasi pada Molusca

Gambar 9. Molusca
Sumber : https://ekosistem.co.id/mollusca/
Pada tubuh keong/siput memiliki permukaan tubuh berdaging yang sangat
permeabel terhadap air. bila dikeluarkan dari cangkangnya, maka air akan
hilang secepar penguapan air pada seluas permukaan tubuhnya. Semua
keoang atau siput bernapas terutama dengan paru-paru yang terbentuk dari
mantel tubuhnya dan terbuka keluar melalui lubang kecil. Toleransi terhadap
air sangat tinggi. Tekanan osmotik cairan internal bervariasi secara luas
tergantung kandungan air lingkungannya. Untuk menghindari kehilangan air
yang berlebih, keong atau siput lebih aktif dimalam hari dan bila kondisi
bertambah kering, keong akan berlindung dengan membenamkan diri
kedalam tanah serta menutup cangkangnya dengan semacam operculum yang
berasal dari lendir yang dikeluarkannya. Banyak keong darat yang secara
rutin mengeluarkan suatu zat yang mengandung nitrogen dalam bentuk asam
urat yang sulit larut dalam air, yang terbukti bahwa ternyata zat ini meningkat
pada beberapa spesies dalam masa kesulitan mendapatkan air. Selama masa
estivasi (tidur musim panas) asam urat ini disimpan dalam ginjal dengan
maksud mengurangi kehilangan air untuk mengekskresikan nitrogen tersebut.
Banyak spesies keong yang menyimpan air didalam rongga mantelnya yang
rupanya digunakan pada liungkungan kering.

14
2.6.2. Osmoregulasi pada Aves

Gambar 10. Aves


Sumber : https://materi.co.id/hewan-aves/

Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat


dengan proses mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah
pantai dan memperoleh makanan dari laut (burung laut) menghadapi masalah
berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung
tersebut harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya.
Burung mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui kelenjar garam, yang
terdapat pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah atas setiap
matanya, didekat hidung.

Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalm tubhnya,


hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung NaCl.
Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan oleh
garam.

2.6.3. Osmoregulasi pada Mamalia

Gambar 11. Kangguru


Sumber : https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6171890/

Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat.
Sementara, cara mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya,
yaitu dari air minum dan makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup

15
dipadang pasir memperoleh air denga cara minum merupakan hal yang
mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak minum air, tetapi dapat
bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi
glukosa.

Air memiliki kapasitas termal yang lebih tinggi dari pada udara. Air
merupakan peredam panas yang efektif, konsekuensinya bahwa hewan-
hewan akuatik memiliki masalah yang serius dengan termoregulasi dimana
panas tubuh yang dihasilkkannya akan dinetralisir oleh air. Hal tersebut juga
menyulitkan hewan-hewan akuatis untuk melawan efek temperatur air di
sekitarnya. Sedangkan udara memiliki kapasitas termal yang rendah sehingga
memungkinkan bagi hewan-hewan yang bernafas di udara untuk
memanfaatkan panas dari respirasi sebagai penyokong utama mekanisme
termoregulasi. Dengan demikian udara lebih baik sebagai media respirasi
daripada air. Hewan-hewan yang bernafas di udara cenderung memiliki laju
metabolisme yang tinggi dari pada hewan akuatik. Masalah yang mungkin
timbul adalah adanya kebutuhan kontinyu akan oksigen dalam jumlah besar
dan terjadinya overheating (Becker et al., 2015).

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Homeostasis merupakan pemeliharaan kondisi lingkungan internal
organisme dalam keadaan stabil. Homeostasis adalah istilah untuk menjelaskan
parameter fisik dan kimia yang harus dijaga oleh organisme untuk menjaga
stabilitas fungsi seluruh komponen seluler, jaringan, organ dan sistem organ.
1. Konsep homeostasis baru dikenal pada abad kesembilan belas
(1857). Konsep ini diperkenalkan oleh ahli fisiologi Prancis, Claude
Bernard. Homeostasis adalah tema sentral dalam fisiologi.
2. Salah satu contoh hewan yang melakukan homeostasis seperti ayam
petelur, ayam petelur melakukan serangkaian proses homeostasis di
dalam tubuhnya pada keadaan yang tidak nyaman akibat cekaman
panas.
3. Homeostatis sangat diperlukan oleh hewan karena merupakan upaya
integratif hewan dalam mempertahankan kondisi fisiologisnya agar
tetap konstan atau berada dalam level perubahan yang masih dapat
ditoleransi oleh hewan tersebut, karena jika hewan tersebut tidak
dapat mentolelir suatu perubahan maka akan memicu kegagalan
sistem pada tubuh mereka yang akan mengakibatkan kematian.
4. Di dalam homeostasis terdapat dua umpan balik, yakni umppan
balik negatif dan umpan balik positif, Dalam umpan balik negatif
sistem pengendali senantiasa membandingkan parameter yang
dikendalikan, sedangkan umpan balik positif merupakan proses
homeostatis yang mendukung perubahan pada tubuh, dimana sistem
ini berguna untuk memperkuat suatu perubahan yang dialami tubuh.
5. Contoh dari sistem umpan balik positif adalah dalam fungsi sel-sel
saraf. Sedangkan contoh umpan balik negatif dapat dilihat pada
burung dan mamalia yang harus menjaga suhu tubuhnya agar tetap
normal/konstan. Peningkatan suhu tubuh akan menghasilkan respon-
respon spesifik yang akan mengembalikan suhu tubuh kembali ke
keadaan normal.

17
6. Hewan yang tidak mampu mempertahankan kondisi lingkungan
internalnya akibat perubahan lingkungan eksternalnya disebut
konformer. Atau dengan kata lain, kelompok hewan konformer
adalah kelompok hewan yang jika lingkungan internal tubuhnya
berubah mengikuti perubahan lingkungan eksternalnya. Akan tetapi,
terdapat batasan-batasan terhadap derajat perubahan yang terjadi
yang dapat ditolerir oleh hewan tersebut. Jika melewati batas
toleransi akan menyebabkan kematian atau setidaknya kerusakan
yang signifikan.
3.2. Saran
Perlu adanya saran dan masukan dari teman-teman audience agar penulis
lebih tepat dan sesuai. Dan juga perlu kajian yang lebih lanjut terkait dengan
Homeostasis. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kajian-kajian, literature-
literature digital terkait. Homeostasis yang lebih detail agar nantinyaa bisa
digunakan sebagai acuan pembelajaran yang lengka

18
DAFTAR PUSTAKA

A. Rahardian, Mushawwir, A., & Latipudin, D. (2015). Profil Albumin Dan Globulin Darah
Ayam Petelur Fase Layer Pada Temperatur Humidity Index Yang Berbeda. E-
Jurnal Students, 4(1), 1–6.

Becker, F. G., Cleary, M., Team, R. M., Holtermann, H., The, D., Agenda, N., Science, P.,
Sk, S. K., Hinnebusch, R., Hinnebusch A, R., Rabinovich, I., Olmert, Y., Uld, D.
Q. G. L. Q., Ri, W. K. H. U., Lq, V., Frxqwu, W. K. H., Zklfk, E., Edvhg, L. V,
Wkh, R. Q., … ‫ ح‬,‫فاطمی‬. (2015a). Fisiologi Hewan edisi revisi. In Syria Studies
(Vol. 7, Issue 1).

Becker, F. G., Cleary, M., Team, R. M., Holtermann, H., The, D., Agenda, N., Science, P.,
Sk, S. K., Hinnebusch, R., Hinnebusch A, R., Rabinovich, I., Olmert, Y., Uld, D.
Q. G. L. Q., Ri, W. K. H. U., Lq, V., Frxqwu, W. K. H., Zklfk, E., Edvhg, L. V,
Wkh, R. Q., … ‫ ح‬,‫فاطمی‬. (2015b). Fisiologi Hewan jilid 1. Syria Studies, 7(1), 37–
72.

Delfita R. 2014. Fisiologi Hewan Jilid I. STAIN Batusangkar

G. Tortora and B. Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, 11th edition, John
Wiley and Sons, Inc. (2006).

Mitchell, Campbell reece.(2004).Biologi.Jakarta : Erlangga

Purnama, R., Santi, D. R., & Rachman, T. (2018). Fisiologi Hewan. In Program Studi
Arsitekstur Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (Vol. 113, Issue 1).

Purnamasari, R., & Santi, D. rukma. (2011). Fisiologi Hewan. In Program Studi Arsitektur
UIN Sunan Ampel (p. 121).

Tyas Putri Utami, S.Pd., M.Biomed. 2020. Modul Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Universitas Esa Unggas

19
20

Anda mungkin juga menyukai