Anda di halaman 1dari 16

1

TOPIK I
PRAKTIKUM SISTEM RANGKA, SISTEM INDRA, SISTEM INTEGUMEN, SISTEM
KARDIOVASKULAR, SISTEM SARAF, SISTEM PERNAFASAN, SISTEM
PENCERNAAN, SISTEM URINARIA

A. Latar Belakang
Ilmu biologi mempelajari semua hal tentang makhluk hidup, interaksi antara makhluk hidup
yang satu dengan yang lain, serta interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Salah satu
makhluk hidup yang dikaji dalam biologi adalah manusia. Ada salah satu cabang ilmu biologi yang
mempelajari sisi anatomi dan fisiologi tubuh manusia dan dijadikan matakuliah tersendiri yaitu
matakuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Anatomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari ‘ana’ yang artinya memisah-misahkan
atau mengurai, dan ‘tomos’ yang artinya memotong-motong, sehingga anatomi berarti mengurai
dan memotong. Jadi anatomi manusia adalah ilmu yang mempelajari struktur dan susunan tubuh
yang diperoleh dengan cara mengurai badan melalui potongan bagian-bagian dari badan dan
hubungan alat tubuh satu dengan yang lainnya. Sedangkan fisiologi manusia adalah ilmu yang
mempelajari fungsi-fungsi tubuh manusia, yaitu mempelajari bagaimana tubuh manusia bekerja.
Para ahli fisiologi memandang tubuh sebagai suatu mesin yang mekanisme kerjanya dapat
dijelaskan dengan menggunakan prinsip-prinsip kimia dan fisika. Fisiologi merupakan ilmu yang
sangat dekat dengan anatomi. Belajar fisiologi diperlukan pemahaman tentang anatomi, artinya
kalau kita mempelajari bagaimana tubuh bekerja akan sangat terbantu apabila kita mengetahui
strukturnya. Oleh karena itu, prasyarat untuk mempelajari fisiologi manusia adalah memahami
anatomi tubuh manusia.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai kejadian dalam tubuh
manusia, yaitu pendekatan mekanistik dan pendekatan teleologikal. Pendekatan mekanistik
menekankan mekanisme kerja dari suatu organ atau sistem, sedangkan pendekatan teleologikal
menjelaskan bahwa fenomena yang terjadi dalam tubuh berhubungan dengan tujuan tertentu untuk
memenuhi kebutuhan tubuh tanpa penjelasan mengapa hal itu diperlukan. Suatu contoh sederhana
dapat digunakan untuk memahami kedua pendekatan tersebut, misalnya mengapa kita menggigil
jika tubuh kita kedinginan? Jawaban pertanyaan tersebut dengan pendekatan teleologikal adalah
untuk menjaga agar tubuh kita tetap panas, sebab menggigil akan menghasilkan panas. Penjelasan
dengan pendekatan mekanistik adalah sebagai berikut: bila reseptor panas mendeteksi suatu
penurunan suhu tubuh, maka serabut saraf akan menyampaikan sinyal ini ke hipothalamus sebagai
pusat regulasi suhu, hipothalamus melalui sistem saraf tidak sadar mengaktifkan jaringan otot
untuk berkontraksi, sehingga terjadilah menggigil.

1
Tubuh manusia terdiri dari empat tingkat organisasi, yaitu organisasi tingkat sel, jaringan,
organ, dan sistem organ. Sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama diorganisasi menjadi
jaringan. Terdapat empat jenis jaringan utama, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot,
dan jaringan saraf. Jaringan-jaringan akan diorganisasi menjadi organ, dan organ-organ akan
diorganisasi menjadi sistem organ. Di dalam tubuh, setiap sel memerlukan homeostasis untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selanjutnya setiap sel melalui aktivitas yang khusus
sebagai bagian dari sistem tubuh menyumbang terhadap pemeliharaan homeostasis bersama-sama
semua sel yang lain.
Jika ingin mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh orang sakit, maka harus terlebih
dahulu mengetahui struktur dan fungsi tiap alat-alat dari susunan tubuh manusia yang sehat dalam
kehidupan sehari-hari. Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-
masing memiliki tugas dan fungsi khusus. Misalnya tubuh manusia disusun oleh rangka, dimana
rangka ini diliputi oleh otot-otot yang juga menyusun tubuh dan melindungi organ lain dalam
tubuh mahluk hidup. Selain itu, ada alat-alat indra seperti mata, telinga, hidung, lidah, kulit, dan
sebagainya yang membentuk satu kesatuan sistem dengan sel saraf, sehingga disebut sistem indra
dan sistem saraf. Ada masih banyak lagi sistem-sistem dalam tubuh yang akan terus bekerja untuk
menjaga homeostasis tubuh yang akan diamati dalam praktikum ini.
Adapun darah termasuk cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup yang dapat mengikat
oksigen dalam molekul protein disebut hemoglobin. Oksigen saturasi (SpO2) adalah salah satu
indikator yang penting dalam supply oksigen di dalam tubuh. Saturasi oksigen berfungsi untuk
menunjukkan hemoglobin dapat mengikat oksigen atau tidak dalam menanggulangi kerusakan
organ-organ penting dalam tubuh dan resiko kematian dikarenakan kekurangan oksigen.
Membandingkan jumlah total hemoglobin yang ada di dalam tubuh dengan hemoglobin yang
mengikat oksigen merupakan persentase dari oksigen saturasi. Salah satu instrumen pengukuran
parameter vital adalah pulse oximeter, yang digunakan untuk mengukur kadar saturasi oksigen
dalam darah yang dijadikan sebagai indikator penyebaran oksigen dalam tubuh manusia dan
mengindikasikan jumlahnya mencukupi atau tidak untuk seluruh tubuh, terutama paru-paru.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain:
1. Mendeskripsikan bagian-bagian dari rangka atas dan rangka bawah.
2. Mendeskripsikan bagian-bagian telinga yang ada pada manusia.
3. Mendeskripsikan bagian-bagian dari mata yang ada pada manusia.
4. Menceritakan fungsi dari bagian-bagian mata tersebut.
5. Mendeskripsikan bagaimana proses kita dapat melihat benda.

2
6. Mendeskripsikan bagian-bagian yang terdapat pada kulit baik lapisan di luar dan di lapisan
dalam.
7. Menceritakan fungsi dari bagian-bagian kulit tersebut.
8. Mendeskripsikan bagian-bagian dari lidah dan gigi manusia beserta fungsinya.
9. Mendeskripsikan bagian-bagian dari jantung manusia beserta fungsinya.
10. Mendeskripsikan bagian-bagian dari otak manusia beserta fungsinya.
11. Mendeskripsikan bagian-bagian dari paru-paru manusia beserta fungsinya.
12. Mendeskripsikan bagian-bagian dari hati manusia beserta fungsinya.
13. Mendeskripsikan bagian-bagian dari ginjal manusia beserta fungsinya.
14. Mendeskripsikan nama-nama dan letak organ yang terdapat pada manusia baik laki- laki
maupun perempuan.
15. Mendeskripsikan struktur anatomi bagian-bagian tubuh melalui berbagai preparat awetan
histologi.
16. Menjelaskan jenis-jenis penyakit yang sering terjadi pada rangka, telinga, mata, kulit, lidah
dan gigi, jantung, otak paru-paru, hati dn ginjal pada manusia.
17. Untuk mengetahui suhu badan.

C. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
1. Model rangka manusia.
2. Model torso manusia
3. Model telinga manusia.
4. Model mata manusia.
5. Model lidah dan gigi manusia
6. Model kulit manusia.
7. Model jantung manusia
8. Model otak manusia
9. Model paru-paru manusia
10. Model hati manusia
11. Model ginjal manusia
12. Oximeter

3
D. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah seperangkat preparat awetan histologi yang
terdiri atas:
1. Preparat glandula alveolus 13. Preparat otot polos
2. Preparat glandula thyroid 14. Preparat neuron astrosit (serebrum)
3. Preparat testis epididimis 15. Preparat trakhea
4. Preparat hipofisis 16. Preparat hati
5. Preparat cerebellum 17. Preparat paru-paru dengan pleura
6. Preparat ovarium 18. Preparat pankreas
7. Preparat otot lurik 19. Preparat esofagus
8. Preparat tulang rawan hialin 20. Preparat pleksus koroid (otak)
9. Preparat ginjal 21. Preparat duodenum
10. Preparat vena 22. Preparat jejunum
11. Preparat arteri 23. Preparat illium
12. Preparat darah 24. Preparat colon

E. Prosedur kerja
Cara kerja dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Membagi mahasiswa menjadi 5 kelompok.
2. Setiap kelompok mengamati semua model peraga dan preparat awetan secara bergantian.
3. Setiap kelompok menunjukkan bagian-bagian dari alat peraga dengan benar beserta
fungsinya.
4. Setiap kelompok menjelaskan struktur anatomi masing-masing preparat awetan dengan benar.
5. Setiap kelompok menyebutkan berbagai penyakit yang mampu menyerang organ serta
menunjukkan bagian mana yang diinfeksi.
6. Jika sudah selesai, berikan kesimpulan praktikum yang dilakukan hari ini.

F. Prosedur kerja Oximeter


1. Pastikan posisi jari pas berada di capit oximeter
2. Jari perlu diposisikan secara tepat agar sinar atau cahaya oximeter dapat bekerja dengan benar
dan oximeter dapat mengukur kadar oxigen secara maksimal.
3. Baca dan catat hasil pengukuran.

4
TOPIK II
URINALISIS

A. Dasar Teori
Untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh maka banyaknya air yang masuk ke tubuh
harus sesuai dengan banyaknya air yang dikeluarkan dari tubuh. Air yang masuk lewat makanan
dan minuman setelah digunakan dalam berbagai proses metabolisme akan dikeluarkan lagi lewat
ginjal (1-1,5 liter/hari), kulit (450-1.000 ml/hari) paru-paru (250-300 ml/hari), feses (50-200
ml/hari) dan lewat cara lainnya seperti misalnya air susu dan sebagainya.
Dalam kegiatan ini akan menentukan beberapa sifat urine. Kumpulkan contoh urine baik
pria maupun wanita dalam sebuah tabung reaksi. Buang keluaran pertama, ambil keluaran
berikutnya untuk mencegah kontaminasi dari organ genetalia eksterna, dan adanya nanah maupun
bakteri yang secara normal dijumpai dalam urethra. Urine normal berwarna kuning atau kuning
daging, transparan, pH berkisar dari 4,6-8,0 atau rata-rata 6, berat jenis 1,001-1,035, bila agak
lama berbau seperti amoniak.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kandungan zat dalam urine
2. Untuk mengetahui kadar glukosa urine
3. Pemeriksaan warna urine
4. Pemeriksaan kejernihan urine
5. Pemeriksaan PH urine
C. Alat dan Bahan
a. Alat: tabung reaksi, pipet panjang, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, beaker
glas, lab flannel, lampu spiritus (bunzen), korek api,
b. Bahan: sampel urine (urine yang pertama kali dileluarkan dipagi hari setelah bangun tidur),
larutan bennedict, larutan biuret, larutan Fehling A dan larutan Fehling B
D. Cara Kerja I
1. Mengamati warna urine
Urine normal berwarna kuning jernih sampai kuning gading, atau kuning kecoklatan karena
mengandung zat warna urochrom. Warna urine dapat bervariasi seperti (kuning gading-
mengindikasikan pigmen urine normal; tak berwarna-mengindikasikan konsentrasi tereduksi;
perak atau warna susu-mengindikasikan terdapatnya nanah, bakteri dan sel epitel; coklat
berkabut-mengindikasikan terdapatnya darah dalam urine; kuning berbuih-mengindikasikan
naiknya pigmen melanin). Perubahan warna urine dapat digunakan sebagai indikasi bahwa
terdapat gangguan ginjal atau fungsi organ lain.

5
Cara kerja:
- Masukkan urine ke dalam tabung reaksi, kemudian cari arah datangnya cahaya (sumber cahaya)
dan amatilah dengan agak memiringkan tabung reaksi tersebut. Nyatakan warna urine dengan
tidak berwarna, kuning muda atau kuning gading, kuning tua, kuning bercampur merah, merah,
coklat kehijauan, atau putih seperti susu.
2. Mengamati kejernihan urine
Urine normal berwarna kuning jernih, kecuali pada kuda urine nya berkabut karena
mengandung kristal CaCO3 dan lendir.
Cara kerja:
- Lakukan seperti menguji warna urine. Nyatakan kejernihan urine sebagai berikut: jernih, agak
keruh, keruh atau sangat keruh.
3. Pemeriksaan PH urine
Adanya gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh dapat diketahui dengan
pemeriksaan pH urine, juga kelainan yang terdapat pada ginjal dan saluran kencing. Pada
infeksi oleh bakteri tertentu misalnya E. coli urine akan bersifat asam. Demikian juga makanan
dapat berpengaruh terhadap pH urine, misalnya pada hewan karnivora urinenya bersifat asam,
sedang pada herbivora umumnya bersifat basa (alkalis). Pada manusia normal pH berkisar
antara 5-7,5.
Cara kerja:
-Ambil kertas pH universal, kemudian celupkan pada urine yang akan diperiksa dan perhatikan
reaksinya atau perubahan warna pada kertas pH yang mengindikasikan (apakah asam atau basa)
dan memiliki nilai pH berkisar berapa.
4. Pigmen empedu
Dalam urine normal tidak ada pigmen empedu (biliverdin dan bilirubin). Adanya sejumlah
besar pigmen dalam cairan ekstraseluler berakibat jaundice, yaitu warna kuning pada kulit.
Cara kerja:
-Isilah sebagian/setengah tabung reaksi dengan urine, kemudian kocoklah tabung reaksi dengan
baik dan benar. Adanya buih berwarna kuning menunjukkan keberadaan pigmen empedu.
5. Pemerikasaan glukosa dalam urine
Adanya glukosa dalam urine normal dapat saja terjadi, tetapi untuk melihatnya dalam jumlah
yang kecil memerlukan cara-cara khusus. Larutan Bennedict biasa digunakan untuk melihat
gula reduksi dalam urin, tidak khusus untuk glukosa. Dapat juga diketahui berdasarkan sifat
mereduksi glukosa itu sendiri terhadap sesuatu zat, sehingga terbentuk endapan. Oleh karena
itu urine yang akan diuji harus disaring terlebih dahulu. Diantara reagen yang banyak digunakan
untuk uji glukosa salah satunya dengan uji Fehling.

6
Cara kerja:
Larutan Bennedict
-Dalam sebuah tabung reaksi, campurkan 10 tetes urine dengan 5ml larutan bennedict. Letakkan
tabung reaksi tersebut dalam air mendidih selama 5 menit. Pindahkan dari pemanas dan baca
hasilnya sesuai dengan daftar di bawah ini. Bandingkan warna yang dihasilkan dengan warna
normal.
Warna Hasil
Biru Negatif
Biru kehijauan Ada gula
Kuning kehijauan 1+
Coklat kehijauan 2+
Jingga-kuning 3+
Merah bata (dengan endapan) 4+
Konsentrasi tinggi posfat dalam urin menghasilkan endapan putih, sedangkan
endapan kuprooksida dalam uji bennedict positif adalah merah.

Cara kerja:
Reagen Fehling A dan B
- Campurlah reagen Fehling A dan Fehling B masing-masing 5 ml. Tambahkan dalam tabung
reaksi tersebut 2,5 ml urine, kemudian bagi ke dalam dua tabung reaksi sama banyak. Panaskan
satu tabung reaksi sampai mendidih dan yang lain untuk pembanding. Apabila dalam urine
terdapat glukosa maka akan terbentuk endapan berwarna kuning atau kuning kemerahan. Lakukan
juga terhadap urine tanpa campuran reagen, bandingkan hasilnya.
TABEL DATA HASIL UJI PENGAMATAN:
Data: Hasil pemeriksaan warna urine, kejernihan urine, pH urine, pigmen empedu
Kejernihan Pigmen
Nama Siswa Warna Urine pH Urine
Urine Empedu
1. 1.
2. 3.
3. 4.
Pembahasan : membahas data warna, kejerniah, pH urine dan pigmen empedu
Diskusi: mendiskusikan hal-hal yang berpengaruh pada warna, kejernihan, pH urine dan pigmen
empedu serta kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada mahasiswa mencoba.
Data: Pemeriksaan glukosa dalam urine
Nama Siswa Protein Glukosa Keterangan
Urine (+/-) Urine
1.
2.
3.

7
Pembahasan: dibahas data kelompok tentang hasil pemeriksaan glukosa dalam urine.
Diskusi: bila terjadi hasil positif (+) terhadap glukosa urine maka dicari kemungkinan-
kemungkinannya.

Daftar Pustaka
Ganong, W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa Petrus Andrianto. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Heru Nurcahyo. 1989. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. FPMIPA IKIP Yogyakarta.
Junqueira, L.C dan Carneiro J. 1980. Histologi Dasar. Alih bahasa Aji Darma. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

E. Cara Kerja II (KEDUA)


Adapun langkah kerjanya seperti berikut:
1. Pertama siapkan reagen Biuret dan Benedict.
2. Selanjutnya lakukan pengujian berikut ini:
a) Sifat fisik urine:
Amatilah dan bandingkan beberapa sampel urine yang dibawa dari rumah, dalam hal sifat-sifat
fisiknya (misalnya, warna, tingkat kekruhan, dan pH). Analisis dengan menggunakan tabel acuan
berikut.
Warna Keterangan
Kuning Normal
Hitam Mengonsumsi tablet yang mengandung zat besi (ferri
sulfat), minum obat parkinson
Biru Mengonsumsi obat anti depresi atau antibiotik, infeksi
bakteri Pseudomonas pada saluran kemih
Cokelat Gangguan fungsi ginjal, mengonsumsi antibiotik

Kuning gelap (seperti teh) Hepatitis fase akut, kelebihan vitamin B2, mengonsumsi
antibiotik
Oranye – merah Dehidrasi, demam, mengonsumsi obat

Hijau Infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, mengonsumsi


vitamin
Bening (tidak berwarna) Terlalu banyak minum, diabetes insipidus, minum
alkohol
Putih seperti susu Tumor jaringan limfat, filariasis

Keterangan:
Tingkat kekeruhan: tidak keruh (-), sedikit keruh (+), keruh (++), dan sangat keruh (+++) pH
normal urine = 4,7 – 8.

8
b) Uji protein
Lakukan langkah-langkah berikut ini:
1) Masukkan 2 mL sampel urine ke dalam tabung reaksi.
2) Tambah 5 tetes larutan Biuret. Amati perubahan warnanya dan berikan hasil analisinya.
Warna setelah diteteskan larutan Keterangan
Biuret
Ungu Mengandung protein
Biru atau selain ungu Tidak mengandung protein

c) Uji Glukosa
Lakukan langkah-langkah berikut ini:
1) Tuangkan sampel urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, tempelkan kertas label agar
tidak tertukar.
2) Teteskan larutan Benedict sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi urine,
kemudian kocok sebentar agar bercampur merata. Amati warnanya.
Warna Hasil Uji Glukos Hasil Reaksi Keterangan/Kandungan Glukosa
Biru - Normal
Hijau kekuningan keruh + 0,5 – 1%
Kuning keruh ++ 1 – 1,5%
Coklat, jingga +++ 2% - 3,5%
Merah bata ++++ > 3,5%

9
TOPIK III DAN IV
SENSASI INDERA DAN REFLEKS

A. Dasar Teori
Sensasi dapat dikelompokkan menurut sederhana atau kompleksnya reseptor dan jalur saraf
yang terlibat. Sensasi umum melibatkan reseptor dan jalur saraf sederhana misalnya sensasi taktil
(sentuhan), sensasi termoreseptif (panas dan dingin), sensasi sakit, sensasi proprioseptik
(kesadaran akan aktivitas otot). Sensasi khusus melibatkan reseptor dan jalur saraf kompleks,
misalnya sensasi olfaktori, sensasi gustatori, sensasi visual, sensasi auditori, dan sensasi
ekuilibrium. Reseptor pada kulit tersebar tidak merata dipermukaan tubuh, beberapa bagian kulit
populasi reseptornya padat dan di bagian lain hanya sedikit. Permukaan tubuh yang mempunyai
sedikit reseptor pada kulitnya secara relatif tidak peka, sedangkan permukaan yang berisi sejumlah
besar reseptor kulit sangat peka. Agar terjadi sensasi diperlukan empat syarat: 1. Harus ada
rangsang; 2. Organ pengindera harus menerima rangsang dan mengubahnya kedalam implus saraf;
3. Implus harus dihantarkan melalui sistem saraf dari sensori hingga ke otak atau sumsum tulang
belakang; 4. Bagian otak yang menerima harus menerjemahkan implus menjadi sensasi.
Sebuah reseptor sensori (indera) mempunyai struktur sederhana yang berupa badan sel yaitu
bagian sel saraf yang membesar dan mengandung inti, satu atau lebih tonjolan (cabang) yang
keluar dari badan sel yang dibedakan menjadi dendrit (tonjolan yang membawa implus ke badan
sel) dan akson (tonjolan yang membawa implus dari badan sel). Berdasarkan fungsinya sel saraf
yang membawa implus dari reseptor disebut sel saraf sensori; yang membawa implus ke efektor
disebut sel saraf motorik; dan sel saraf yang menghubungkan sel saraf sensori dan sel saraf motorik
disebut sel saraf interneuron. Semua reseptor sensori berisi dendrit dari neuron sensori,
menampilkan derajad eksitabilitas tinggi, dan memiliki stimulus rendah. Sebagian besar implus
sensori dihantarkan menuju area sensori dari korteks serebral, disinilah suatu stimulus
menghasilkan sensasi. Kita melihat, mendengar, mencium bau adalah akibat korteks serebral yang
menerjemahkan implus sensori yang dirangsang.
Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari terhadap
perubahan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Terdapat dua macam refleks: 1.
Refleks sederhana atau refleks dasar yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya refleks menutup
mata bila ada benda yang menuju ke mata, 2. Refleks yang dipelajari, atau refleks yang
dikondisikan (conditioned reflex), yang dihasilkan dari belajar. Rangkaian jalur saraf yang terlibat
dalam aktivitas refleks disebut lengkung refleks, yang terdiri atas 5 komponen dasar: 1. Reseptor,
2. Saraf aferen, 3. Pusat saraf (otak atau sumsum tulang belakang), 4. Saraf aferen, 5. Efektor.
Sebagian besar refleks merupakan refleks yang rumit, melibatkan beberapa neuron penghubung

10
antara neuron sensorik dan neuron motorik (refleks polisinap) sebagai contohnya refleks menarik
tangan yang kena benda panas (withdrawal reflex). Hanya ada satu refleks yang lebih sederhana
daripada withdrawal reflex, yaitu refleks regangan (stretch reflex).
Refleks sederhana hanya melibatkan dua neuron, tanpa neuron penghubung (refleks
monosinap), misalnya refleks patella. Karena penundaan atau penghambatan refleks dapat terjadi
pada sinap-sinap, maka makin banyak sinap yang terlibat pada lengkung refleks makin banyak
pula waktu yang diperlukan untuk menghasil- kan suatu refleks. Berdasarkan atas system
pengendaliannya, refleks digolongkan atas refleks somatic (yang dikendalikan oleh system saraf
somatic) dan refleks otonom (yang dikendalikan oleh system saraf otonom). Kedua macam refleks
tersebut dapat berupa refleks kranial atau refleks spinal. Refleks spinal dapat terjadi tanpa melihat
otak, misalnya refleks fleksor. Meskipun demikian otak seringkali memberikan “pertimbangan”
pada aktivitas refleks spinal, sehingga dapat menguatkan atau menghambat refleks tersebut.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya berbagai macam sensasi indera umum dan khusus serta kerja indera
atau reseptor

2. Untuk mengetahui beberapa refelks pada manusia


C. Alat dan Bahan
a. Alat: kapas, pemukul dari karet/pemukul, kertas, ijuk, penggaris, jarum/jarum pentul yang
steril.
b. Bahan: air mineral, es batu

D. Cara Kerja
Sensasi Indera
1. Menentukan reseptor sentuh
Buatlah petak ukuran 2,5 cm pada punggung lengan dan dibagi menjadi 16 petak kecil. Subjek
menutup mata, pengamat: menekankan ijuk pada kulit yang sudah dipetak sampai ijuk bengkok.
Sekali setiap petak kecil. Tekanan harus diberikan sama untuk setiap waktu. Subjek harus
memberi tahu bila ia mengalami sensasi sentuhan dan pengamat harus mencatatnya.
2. Menentukan reseptor sakit
Buatlah petak ukuran 2,5 cm pada lengan bawah dan dibagi 16 petak kecil. Kompres lengan
dengan kapas (kapas direndam air selama 5 menit), Subjek menutup mata, pengamat:
menusukkan jarum pada permukaan kulit yang sudah dipetak. Sekali setiap petak kecil.
Tekanan harus diberikan sama untuk setiap waktu. Subjek harus memberi tahu bila ia
mengalami sensasi sakit dan pengamat harus mencatatnya.

11
3. Pentingnya penglihatan binokuler
Pelaku menutup satu mata sambil memegang pensil. Pengamat memegang tabung reaksi
vertikal dengan mulut tabung reaksi menghadap keatas. Pelaku memasukkan pensil ke dalam
mulut tabung reaksi, bagaimana hasilnya? Ulangi dengan memindahkan letak tabung reaksi,
berhasilkah? Ulangi lagi sampai 10 kali.
4. Kesetimbangan
 Berdirilah tegak dengan mata terbuka, angkat salah satu kaki. Perhatikan kemampuan anda
dalam mempertahankan posisi sedemikian selama 2 menit. Setelah cukup istirahat, ulangi
kegiatan diatas dengan mata tertutup. Bandingkan hasilnya?
 Tes Romberg. Pelaku berdiri tegak dengan kedua kaki merapat dan kedua tangan disisi
badan. Pengamat memperhatikan goyangan tubuh pelaku. Sekarang pelaku menutup mata,
mengulangi perlakuan tadi. Bagaimana hasilnya?
5. Refleks kornea
Dekatkan tetapi jangan disentuh, kornea mata pelaku sedekat mungkin dengan menggunakan
kertas. Apa yang terjadi? Apa maksud refleks ini?
6. Refleks cahaya
Mintalah pelaku menutup mata selama kira-kira dua menit sambil menatap ke cahaya terang.
Setelah itu mintalah pelaku membuka mata, perhatikan ukuran pupil matanya? Bagaimana
responya? Saraf dan otot mana yang bekerja? Apa tujuan refleks ini?
7. Refleks konvergen
Amati posisi bola mata pelaku sementara pelaku melihat benda jauh. Kemudian minta pelaku
melihat benda dekat. Apakah perubahan yang anda amati bola mata? Apa tujuan refleks ini?
8. Refleks menelan
Telanlah saliva dalam mulut, dan telah lagi segera berulang-ulang selama 20 detik. Telan lagi
seperti tadi untuk 20 detik berikutnya tetapi setiap kali yang ditelan adalah sejumlah air.
Bandingkan hasil kedua kegiatan ini? Apakah rangsang untuk reseptor yang mengawali
penelanan? Otot apakah yang terlibat di sini?
9. Refleks patella
Mintalah pelaku duduk di atas meja dengan kaki tergantung bebas. Pukullah ligamentum
patellaris tepat di bawah lutut dengan pemukul. Apa responnya? Uji refleks patella sementara
pelaku menghitung sejumlah bilangan. Uji refleks patella lagi sementara pelaku merangkapkan
jari kedua tangan dan serempak menarik masing-masing tangan. Bandingkan hasil kedua
percobaan ini. Apa tujuan refleks patella ini?

12
10. Reaksi terhadap dorongan
Pelaku berdiri tegak dengan kedua kaki rapat. Doronglah pelaku ke depan perlahan-lahan, apa
yang terjadi? Ulangi dengan mendorong ke belakang, dank e samping. Refleks apa yang
berlangsung disini?

TABEL DATA HASIL UJI PENGAMATAN


1. Menentukan reseptor sentuh

2. Menentukan reseptor sakit

3. Pentingnya penglihatan binokuler


No Pelaku Pensil masuk Pensil tidak masuk

4. Kesetimbangan
No Kondisi Keadaan subyek

5. Refleks patella dll


No Kegiatan subyek saat dipukul Respon subyek
Percobaan ke Hasil

13
A. Pertanyaan
1. Jelaskan mekanisme manusia dapat merasakan adanya rasa tekanan/sentuhan dan rasa sakit!
2. Jelaskan kenapa penglihatan binokuler penting untuk manusia serta uraikan bagaimana
mekanismenya sehingga kita dapat melihat obyek dengan jelas!
3. Gambar dan jelaskan mekanisme manusia dapat mendengar suara dan faktor- faktornya!
4. Pada setiap refleks yang saudara amati:
a. Jelaskan lintasan refleks yang meliputi reseptor, saraf sensorik, motorik, dan efektornya!
b. Termasuk refleks somatik, otonom, spinal, atau kranial?
5. Apabila untuk satu macam refleks diberikan lebih dari satu macam perlakuan, bandingkan
hasilnya dan jelaskan!

Daftar Pustaka
Soewolo. 1999. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Susilowati, M.S, dkk. 2003. Petunjuk Praktikum Biologi Untuk Fisika. Malang : Universitas Negeri
Malang

14
15

Anda mungkin juga menyukai