Anda di halaman 1dari 22

TUGAS AKHIR BIOLOGI

“ SISTEM PENCERNAAN PISCES ”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ir. Mairizal, M.Si.

DI SUSUN OLEH :

Anggota Kelompok 4 :
Gilang Try Nugraha ( E1E023034 )
Khaira Yauma Amalia ( E1E023039 )
Farid Ramadanil ( E1E023039 )
Fathjri Ramadhan ( E1E023042 )
Rafly Setiawan ( E1E023043 )
Kamalla Hasanah ( E1E023046 )

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dankarunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyusun tugas atau makalah ini,sebagai tugas yang diberikan kepada kami.
Selawat beserta salam kita sampaikan kepada penghulu alam Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohankepada alam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Hormat kami kepada Bapak Bapak Dr. Ir. Mairizal, M.Si. selaku
Dosen mata kuliah Biologi yang telah membimbing kami sehingga tugas ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh lebih dari kesempurnaan yang
penulis harapakan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
penulis harapakan demi kesempurnaan dimasa mendatang. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk penulis sendiri dan untuk para pembaca.

Jambi, November, 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah....................................................................... 3
1.3 Tujuan........................................................................................ 3
1.4 Manfaat...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN........................................................................ 7
3.1 Pengertian pisces........................................................................ 7
3.2 Pencernaan pada pisces.............................................................. 8
3.3 Kelenjar pada pisces................................................................... 14
BAB IV PENUTUP.................................................................................. 16
5.1 Kesimpulan................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 bentuk mulut ikan...................................................................................... 9


2 bentuk dan jenis gigi ikan......................................................................... 10
3 bentuk insang ikan.................................................................................... 11
4 bentuk usus ikan........................................................................................ 13
5 bentuk kantung empedu ikan.................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan (Pisces) termasuk golongan hewan bertulang belakang tertua dan


pertama yang pernah muncul di bumi. Ikan tertua tersebut ditemukan dalam
bentuk fosil dari ordovisium yang diperkirakan hidup 5.000 juta tahun yang lalu.
Contohnya, ikan purba Ostracodermi yang dicirikan dengan tidak memiliki
rahang. Satu-satunya ikan yang tidak memiliki rahang (agnatha) yang sekarang
masih hidup adalah Lamprey dan ikan Hag (hagfish). Hewan-hewan ini masih
merupakan ikan primitif yang dicirikan dengan tubuh yang tidak dilengkapi
rahang dan tidak memiliki sirip berpasangan. Notokord dipertahankanselama
hidupnya dan tidak pernah diganti secara sempurna dengan kerangka yang terdiri
atas tulang rawan dan pada tubuhnya tidak terdapat sisik. Berbeda secara
mendasar dengan moyang agnatha, kelompok ikan primitif lain yaitu Plakodermi
mempunyai rahang dan sirip yang berpasangan yang membantu dalam memangsa
hewan yang lebih kecil secara aktif dan membantu lokomosi dengan menstabilkan
ikan tersebut di dalam air. Ilmu tentang ikan dan segala aspek kehidupannya
berawal dari tulisan-tulisan Aristoteles (384-322 SM) yang membuat observasi
yang memungkinkannya membedakan ikan dari ikan paus dan mengenali sekitar
115 spesies ikan. kajian mengenai fauna ikan di Indonesia pertama kali dilakukan
oleh Pieter Bleeker (1819-1878), seorang dokter medis berkebangsaan Belanda
yang bekerja untuk tentara Hindia Belanda antara tahun 1842 hingga 1860.
Kontribusinya antara lain adalah menghasilkan lebih dari 400 tulisan mengenai
ikan di Indonesia dan mendeskripsikannya lebih dari 1.100 ikan jenis baru serta
menerbitkan Atlas Ichthyologique des Indes Orientales Neerlandaises (sebanyak
36 volume antara tahun 1862 hingga 1878). Lebih dari 12.000 spesimen ikan yang
dikoleksi oleh Bleeker disimpan pada museum Natural History di Leiden,
Belanda. Ikan merupakan suatu kelompok terbesar hewan vertebrata yang berhasil
mengembangkan diri secara besar-besaran. Dengan taksiran 25.000 hingga 35.000
jenis ikan pada jaman sekarang maka ikan mempunyai jumlah spesies terbanyak

1
diantara hewan vertebrata lainnya yaitu : dua kali lipat dari jumlah spesies burung,
melebihi tiga kali lipat dari reptil bersama amfibi, dan tidak kurang dari tujuh kali
lipat dari mamalia.
Ikan membutuhkan nutrisi dan energi dalam tubuhnya untuk dapat melakukan
aktivitas. Nutrisi yang dibutuhkan berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral yang cukup. Sebagai organisme heterotrof, ikan membutuhkan nutrisi-
nutrisi tersebut dari makanannya. Mencari makanan bagi ikan merupakan kegiatan
rutin, bahkan kebanyakan ikan menghabiskan banyak waktu untuk mencari
makan. Sistem organ yang disebut sistem pencernaan (digestive system) meliputi
saluran pencernaan dan organ-organ lain yang membantu proses pemecahan dan
penyerapan makanan. Makanan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami
proses pencernaan di dalam sistem pencernaan sebelum nutrisi makanan
dimanfaatkan untuk keperluan biologis ikan. Proses pencernaan dalam sistem
pencernaan akan melibatkan peran enzim-enzim pencernaan. Laju pencernaan
makanan umumnya berkolerasi dengan laju metabolisme ikan. Tingkat
metabolisme ikan akan meningkat ketika suhu air berada pada keadaan optimal.
Percepatan metabolisme ikan ini harus diimbangi dengan makanan yang diperoleh
dari lingkungan. Peningkatan laju metabolisme ikan yang dipengaruhi oleh
peningkatan suhu media pada batas tertentu juga dapat meningkatkan laju
konsumsi makanan sehingga mempercepat pertumbuhan ikan.
Berdasarkan fungsinya, organ-organ pencernaan pada ikan dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran
pencernaan merupakan kumpulan dari organ pencernaan yang bekerja langsung
dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan. Sedangkan kelenjar
pencernaan adalah organorgan yang berperan dalam menghasilkan enzim-enzim
yang digunaan dalam proses pencernaan makanan. Selai berfungsi dalam
pencernaan dan penyerapan makanan, organ pencernaan pada beberapa ikan
tertentu juga berperan dalam proses osmoregulasi, pernapasan dan
penggelembungan tubuh.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pisces ?.


2. Bagaiaman sistem pencernaan pada pisces ?.
3. kelenjar apa saja yang terdapadat pada sistem pencernaan pada pisces ?.

1.3 Tujuan

1. Mencari tahu tentang pisces secara umum


2. Memahami tentang pencernaan pada pisces
3. Memahami fungsi dan pengertian dari setiap kelenjar pencernaan pada
pisces.

1.4 Manfaat

1. sebagai salah satu sumber makanan yang mempunyai kadar protein.


2. menganalisis jalur pencernaan pada pisces
3. memahami kelenjar pencernaan pada pisces

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata berdarah dingin atau
hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya
(poikilotermis), hidup di lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan badannya
terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan menggunakan
insang. Dengan jumlah jenis yang besar, ikan bervariasi dalam bentuk dan ukuran.
Namun, ada satu pola dasar yang sama, yaitu "kepala-badan-ekor" dan secara
umum bentuknya simetris bilateral. Artinya, bila dibelah dari punggung ke arah
perut, sepanjang dari kepala ke arah ekor, maka belahan bagian kiri dan belahan
bagian kanan merupakan bagian yang sama (Latuconsina, 2021).
Istilah "pisces" berasal dari bahasa Latin dan digunakan untuk merujuk pada
sekelompok besar vertebrata, khususnya ikan. Nama "pisces" berasal dari kata
Latin untuk "ikan" dan telah digunakan secara historis untuk mengkategorikan
dan mendeskripsikan beragam kelompok organisme akuatik. (Paputungan F.
2023.)
Sistem pencernaan pada ikan terdiri dari mulut, faring, esofagus, lambung,
usus halus, usus besar, dan anus. Sistem pencernaan pada ikan memiliki peran
penting dalam mencerna makanan dan menyerap nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Proses pencernaan pada ikan juga dapat
mempengaruhi akumulasi mikroplastik di dalam tubuhnya.(yona dkk, 2020)
Mulut adalah bagian tubuh pertama yang berhubungan langsung dengan
makanan. Makanan yang biasanya ditelan utuh dapat dicerna menggunakan mulut
tanpa modifikasi apapun. Makanan akan bergabung dengan mukus yang
dihasilkan oleh sel kelenjar pada epitel rongga mulut sehingga lebih mudah
ditelan yang didukung oleh kontraksi otot pada dinding mulut (Nurhaida dkk,
2022). Pada mulut juga terdapat makanan yang harus diolah terlebih dahulu
dironnga mulut menggunakan gigi. Beberapa gigi pada ikan menyesuaikan
makanan yang di konsumsi oleh jenis ikan dimana pada karnivora giginya
cenderung runcing untuk merobek mangsanya.
Gigi pada ikan diantaraya adalah gigi jenis canine, viliform, mofariform,
incisor, comb-like teeth. Gigi canine sering menyerupai bentuk gigi taring,
4
berbentuk panjang dan berbentuk kerucut, lurus atau melengkung, dan beradaptasi
untuk mencengkeram. Hiu memiliki gigi yang menyerupai jenis canine. Misalnya
pada Blennius sp., pemotongan dilakukan dengan bantuan ujung gigi seri yang
tajam. Jenis gigi molariform yang ada pada ikan anggota dari famili Raja,
Holocephalii, dan Sciaenidae, digunakan untuk pengunyahan dan penghancur
makanan (Edwards 2021).
Selanjutnya setelah dari rongga mulut makanan akan berlanjut ke
kerongkongan yang letaknya tepat di bawah faring, memanjang ke belakang dan
membesar bersama lambung. Kerongkongan memiliki penampang melingkar
danmerupakan saluran. Kerongkongan bisa mengembang karena sangat elastis.
Ikan predator yang bisa menelan makanan berukuran agak besar jelas mampu
menggembungkan kerongkongannya. Ikan yang memakan tubuh kecil tidak dapat
berkembang sebanyak ikan yang memburu ikan yang lebih besar (R. Pratama,
2019).
Makanan yang melalui kerongkongan akan dihantarkan ke lambung yang
merupakan bagian paling besar pada saluran pencernaan, terletak diantara
esofagus dan usus. Lambung yang diamati berbentuk J yang terdiri dari bagian
kardia, fundus, dan pilorus.(Irvandi, 2019). Namun tidak semua ikan memiliki
lambung dan pada ikan yang tidak memiliki lambung umumnya memiliki usus
yang panjang.
Selanjutnya makanan akan disalurkan ke usus yang merupakan saluran
pencernaan paling panjang pada ikan. Bentuk dan diameter usus ikan relatif
homogen, maka usus hanya dapat dibedakan menjadi usus depan dan usus
belakang. Panjang usus bervariasi dan berhubungan erat dengan kebiasaan
makannya. (Rasdi et al 2022).
Ikan karnivora memiliki usus yang lebih pendek dibandingkan jenis ikan
lainnya karena sumber makanan utamanya adalah hewan. Makanan untuk hewan
yang dipecah dengan cepat dan mudah oleh sistem pencernaan mereka. Karena
adanya HCL di lambung, usus yang panjang tidak diperlukan untuk pencernaan.
Sebaliknya, ikan herbivora memiliki saluran pencernaan 5,54 kali lebih panjang
dari tubuhnya karena sebagian besar makanannya terdiri dari tumbuhan. Semua

5
perlakuan menghasilkan panjang usus yang relatif sama; hal ini disebabkan oleh
bahan dasar pakan tersebut. (Salam 2023).
Sebenarnya, luas permukaan interior mukosa usus adalah yang terpenting.
Karena ikan karnivora memiliki vili yang tinggi, makanannya diserap di wilayah
yang luas. Permukaan sel utama tercakup dalam mikrovili (enterositas mengacu
pada perluasan area penyerapan). Meskipun memiliki usus pendek,
elasmobranchii telah meningkatkan penyerapan dacral karena usus berubah
bentuk menjadi spiral ( Akmal dkk, 2021). Perubahan bentuk usus menjadi spiral
menyebabkan luas usus menjadi bertambah dengan semakin panjangnya usus.
Diantara rektum dan pilorus terdapat usus. Usus terdiri dari beberapa
lapisan, termasuk lapisan mukosa, submukosa, otot, dan serosa, seperti
kerongkongan dan lambung. Sel goblet (mucocytes) dengan mikrovili pada
permukaannya ditemukan pada lapisan mukosa (I. Zidni dkk, 2019).
Pada penyerapan sari-sari makanan di usus dibutuhkan enzim untuk
memecah makanan yang dikonsumsi ikan. Aktivitas enzim pencernaan (protease,
amilase dan lipase) ikan nila yang dipelihara di lingkungan air payau lebih tinggi
dibandingkan ikan nila yang dipelihara pada lingkungan air tawar dan berkorelasi
positif dengan salinitas, namun secara statistik tidak signifikan (P>0,05).(Nursidi,
2020) .
Tetapi tingginya aktivitas enzim amilase di perairan payau juga diduga
berkaitan dengan peningkatan tekanan osmotik perairan pada media salinitas
payau. Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi
tekanan osmotik cairan tubuh ikan nila, maka tekanan osmotik media akan
menjadi beban bagi ikan nila sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar yang
berasal dari hasil pencernaan (Boyd 1990) dalam Syahrir (2019).
Cairan empedu mengandung pigmen empedu (biliverdin dan bilirubin) yang
dihasilkan dari perombakan sel darah. Selain itu, empedu juga mengandung garam
empedu yang membantu kestabilan emulsi lemak sehingga mempermudah proses
pembuatan keasaman lambung menjadi netral di dalam usus. Setelah itu, empedu
akan berpindah ke usus di dasar pilorik (R. A. Megawati dkk, 2019).

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pisces

Dalam bahasa Indonesia, Pisces disebut sebagai "ikan", yang mencakup


semua jenis ikan, baik yang tidak berahang (termasuk dalam kelas super:
Agnatha) maupun ikan berahang (termasuk dalam kelas super: Gnathostomata)
yang terdiri dari ikan bertulang rawan (kelas chondrichthyes) dan ikan bertulang
sejati (kelas osteichthyes). Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang
berdarah dingin (poikiloterm). Ikan memiliki kemampuan bergerak didalam air
menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga
pergerakannya tidak tergantung pada arus air. Dari keseluruhan vertebrata yang
ada dibumi, ikan menempati urutan pertama terbanyak yaitu sekitar 25.988 jenis
(terdiri dari 483 famili dan 57 ordo) dari 50.000 jenis vertebrata.
Menurut ahli taksonomi, ikan adalah binatang bertulang belakang (vertebrata)
yang bersirip, bernafas dengan insang dan hidup di air. Definisi ini digunakan
untuk mempermudah dalam membuat klasifikasi atau membedakan antara ikan
dengan kelompok organisme lainnya.5 Kata tulang belakang (vertebrata)
digunakan untuk membedakan ikan dengan kelompok binatang invertebrata
lainnya, seperti udang atau siput yang sama-sama hidup di air. Kata sirip
digunakan untuk membedakan ikan dari binatang tidak bersirip, seperti katak atau
buaya yang sebagian besar hidupnya di air. Kata kunci bernafas dengan insang
ialah juga kata kunci yang sangat khas membedakan kelompok ini dengan
binatang lainnya. Sedangkan kata hidup di air digunakan untuk membedakannya
dengan binatang vertebrata yang hidup di darat. Ikan dapat ditemukan di air tawar
(danau dan sungai) maupun air asin (laut dan samudra). Ikan binatang berdarah
dingin, artinya suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan suhu air tempatnya
hidup.

7
3.2 Pencernaan pada pisces
Pencernaan adalah proses pemecahan makanan melalui mekanisme fisik dan
kimia sehingga dapat lebih mudah didistribusikan dan diserap oleh tubuh. Sistem
pencernaan atau sistem gastrointestin adalah sistem organ multisel yang menerima
makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa
proses tersebut. Mekenisme pembentukan sistem pencernaan pada ikan dimulai
ketika Larva ikan H-0 belum memiliki saluran cerna, mulut, dan mata belum
terbuka. Pada H-1 saluran cerna mulai terbentuk, tetapi masih dalam bentuk
tabung lurus. Mulut larva mulai terbuka pada H-2 (45 jam setelah menetas pada
suhu pemeliharaan air 28°C). Kuning telur sudah diserap sepenuhnya pada H-3,
saluran dan organ pencernaan seperti mulut, esofagus, lambung, ginjal, hati,
pankreas, usus, rektum, dan anus sudah terbentuk. Pada H-5 mulai muncul
mikrophilli pada usus untuk menyerap nutrisi. Sel-sel penyusun hati, jantung,
pencernaan saluran sudah tumbuh dan berkembang menyerupai organ ikan
dewasa, ditandai adanya pakan dalam usus. Saluran dan sistem pencernaan telah
berdiferensiasi menjadi organ dalam seperti pada ikan dewasa pada hari ke-6 (H-
6) dan akan sempurna pada H-20.Pada dasarnya sistem pencernaan makanan
dalam tubuh dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang
terjadi dalam mulut hingga lambung. Langkah selanjutnya dalam proses ini adalah
kemampuan usus untuk menyerap sari-sari makanan. setelah itu sisa makanan
akan dikeluarkan melalui anus . Seperti kebanyakan hewan lainnya, ikan memiliki
sistem pencernaan. Tetapi ada banyak jenis ikan yang berbeda, terutama berbeda
dalam hal apa yang mereka makan. Bagian mulut, rongga mulut, tenggorokan,
kerongkongan, lambung, pilorus, usus, rektum, dan anus merupakan bagian utama
saluran pencernaan ikan. Sedangkan, pankreas, hati, dan kantung empedu
termasuk kelenjar pencernaan.
Adapun struktur dan fungsi saluran pencernaan pada ikan dapat dilihat
sebagai berikut:

a. Mulut
Mulut adalah bagian tubuh pertama yang berhubungan langsung dengan
makanan. Makanan yang biasanya ditelan utuh dapat dicerna menggunakan
mulut tanpa modifikasi apapun. Makanan akan bergabung dengan mukus
8
yang dihasilkan oleh sel kelenjar pada epitel rongga mulut sehingga lebih
mudah ditelan yang didukung oleh kontraksi otot pada dinding mulut.
(Nurhaida dkk, 2022).
Mulut ikan biasanya ditemukan pada tipe terminal, yaitu ujung depan
kepala. Pada ikan lain, mulut dapat ditemukan di dekat ujung kepala (tipe
subterminal), di bagian bawah kepala (tipe inferior), atau di bagian atas (tipe
superior). Seiring dengan berbagai variasi letak, bentuk mulut pada ikan juga
berbeda. Lokasi dan bentuk mulut terkait langsung dengan preferensi makan
ikan. Jenis mulut yang lebih maju makan dari atas atau menunggu di dasar air
untuk menangkap apa pun yang lewat di atas kepala.

Gambar 1. bentuk mulut ikan.


Ikan yang menelan sepotong kecil makanan biasanya mempunyai bibir
yang relative kecil tanpa modifikasi. Pada ikan yang mendapatkan makanan
dengan cara mengisap, mereka mempunyai mulut tipe inferior dan bibir yang
berdaging tebal. Bibir pengisap ikan perenang bebas berfungsi sebagai organ
pencekram batu atau benda-benda lain pada sungai berarus deras
misalnya, Glyptosternus, Gyrinocheilus, dan beberapa anggota
family Loricariidae.
Terdapat tiga jenis gigi berdasarkan tempat tumbuhnya: rahang, rongga
mulut, dan pharyngeal. Di daerah rahang gigi tumbuh
pada premaxilla, maxilla, dan dentary. Pada langit-langit rongga mulut, gigi
terdapat pada vover, palatine, pterygoid, dan parasphenoid.
Gigi pharyngeal terdapat pada elemen lengkung insang pada banyak species
ikan. Gigi pharyngeal family Cyprinidae dibedakan menjadi beberapa bentuk
yaitu: Cardiform, villiform, canine, incisor, comb-like teeth, dan molariform.

9
Gambar 2 bentuk dan jenis gigi ikan.
Gigi canine sering menyerupai bentuk gigi taring, berbentuk panjang dan
berbentuk kerucut, lurus atau melengkung, dan beradaptasi untuk
mencengkeram. Hiu memiliki gigi yang menyerupai jenis canine. Misalnya
pada Blennius sp., pemotongan dilakukan dengan bantuan ujung gigi seri
yang tajam. Jenis gigi molariform yang ada pada ikan anggota dari famili
Raja, Holocephalii, dan Sciaenidae, digunakan untuk pengunyahan dan
penghancur makanan (Edwards 2021).

b. Faring (Tekak)
Pangkal leher, atau dikenal dengan sebutan faring, terletak diantara insang
dan bagian belakang mulut. Faring memiliki insang di sisi kiri dan kanannya.
Biasanya, gigi faring hadir di sisi atas dan bawah faring. Berdasarkan jenis
makanan yang dikonsumsi, bentuk gigi faring dapat berubah. Gigi faring pada
ikan dari famili Labridae berbentuk geraham, dan berfungsi untuk
menghancurkan cangkang moluska yang mereka konsumsi. Meskipun
anggota famili Cyprinidae tidak memiliki gigi di rahang, ikan ini memiliki
gigi berbentuk geraham pada faring yang digunakan untuk menggiling
makanan.

c. Insang
Tepat di belakang rongga mulut terdapat insang. Ikan bertulang sejati
biasanya memiliki empat pasang lengkungan insang, sedangkan ikan
bertulang rawan biasanya memiliki lima hingga tujuh pasang. Layar insang
dan filamen insang masing-masing terletak di bagian depan dan belakang
lengkungan insang. Layar insang melindungi filamen insang yang rapuh agar
tidak tergores oleh benda luar dan mencegah makanan melewati insang
setelah dikonsumsi. Ikan seperti Epinephelus areolatus dan Lethrinus

10
malisena, yang makan dalam jumlah besar, memiliki penyapu insang yang
banyak dan masif.

Gambar 3 bentuk insang ikan.


Terlihat dari gambar bahwa bentuk dan jumlah jari saringan insang sangat
dipengaruhi oleh jenis pakan ikan. Variasi jumlah tapis insang sangat
dipengaruhi oleh jenis makanan ikan. Ikan-ikan yang memakan mangsa besar,
memiliki tapis insang yang berukuran besar dengan jumlah yang sedikit.
Namun sebaliknya, ikan-ikan yang makanannya mengsa yang kecil, memiliki
tapis insang yang berukuran kecil tetapi dengan jumlah yang banyak.
memperkirakan secara kasar pengelompokan ikan berdasarkan jenis
makanannya.

d. Kerongkongan (Esophagus)
Kerongkongan terletak tepat di bawah faring, memanjang ke belakang dan
membesar bersama lambung. Kerongkongan memiliki penampang melingkar
dan merupakan saluran. Kerongkongan bisa mengembang karena sangat
elastis. Ikan predator yang bisa menelan makanan berukuran agak besar jelas
mampu menggembungkan kerongkongannya. Ikan yang memakan tubuh
kecil tidak dapat berkembang sebanyak ikan yang memburu ikan yang lebih
besar. (R. Pratama, 2019).

e. Lambung ( Ventrukulus )
Pada ikan yang tidak berlambung, fungsi penampung makanan digantikan
oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantung yang membesar atau
sering disebut lambung palsu. Seluruh Permukaan lambung ditutupi oleh sel
mucus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam dan berfungsi
sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida. Pada lambung

11
juga mempunyai sel-sel penghasil cairan gastrik yang terletak dibagian bawah
dari lapisan epithelium yang berfungsi untuk mensekresikan peptin dan asam
klorida.
Sedangkan pada ikan yang tidak mempunyai lambung, pencernaan protein
dilakukan pada usus depan oleh enzim protease. Dari lambung (Zona
Progresif), makanan masuk ke usus (Zona Degresif) yang berupa pipa
panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus (Zona
Egresif). Bagian ini merupakan segmen terpanjang dari saluran pencernaan
atau tractus digesti. Pada bagian depan usus ini ada yang terdapat dua saluran
dan ada yang satu saluran. Dua saluran tersebut yaitu saluran yang berasal
dari kantong empedu (ductus choledochus) dan saluran yang berasal dari
pancreas.
Sedangkan yang hanya mempunyai satu saluran pada depan lambung
ini, karena pancreas pada ikan tertentu tersebut menyebar pada organ
hati. Jadi hanya terdapat satu saluran yaitu ductus choledochus. Lapisan
mukosa usus tersusun oleh selapis sel epithelium dengan bentuk prismatic.
Pada lapisan ini terdapat tonjolan-tonjolan atau prisma atau villi yang
membentuk seperti sarang tawon pada usus bagian depan dan akan lebih
beraturan pada usus bagian belakang. Bentuk sel yang umum ditemukan di
epithelium usus adalah sel enterosit dan sel mukosit.
Proses pencernaan di lambung dilakukan ada yang kimiawi dan ada pula
pencernaan secara mekanik juga dilkukan di lambung. Pada ikan hebivora
contohnya ikan ini menggerus makanan pada lambung, lambung tersebut
sering disebut gizard atau lambung khusus. Lambung pada umum-nya
membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat
tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Bentuknya
bervariasi, ada yang berbentuk lurus, atau huruf J. Pylorus jauh lebih kecil dari
pada cardianya. Didalam lambung ini akan terjadi proses pencernaan protein,
lemak, dan karbohidrat. Pencernaan protein di lambung akan Mengalamim
denaturasi ole kerja HCl dan dihidrolisis oleh enzim pepsin, sehingga protein
menjadi peptid. Pencernaan protein, lemak dan karbohidrat di lambung
merupakan tahap awal, tetapi secara intensif dilakukan di usus.

12
f. Usus
Usus Usus tengah dan usus akhir biasa disebut Intestinum, suatu bagian
dari saluran pencernaan mulai dari pylorus sampai di kloaka atau anus. Usus
mempunyai banyak variasi pula, umumnya berbentuk seperti pipa panjang
berkelok-kelok dan sama besarnya, berakhir dan bermuara keluar, sebagai
lubang anus. Usus diikat (difixer) oleh suatu alat penggantung, mesentrum
yang merupakan derivat dari pembungkus rongga perut (peritonium). Pada
ikan carnivor ususnya pendek, mungkin karena makanan berdaging dapat
dicerna dengan lebih muda dari pada tanaman. Sebaliknya usus ikan
herbivore panjang dan teratur di dalam satu lipatan atau kumparan. Pada
beberapa jenis ikan, seperti Lamprey, elasmobranchii dan beberapa
Osteichtyes yang ususnya pendek untuk memperluas permukaan absorpsi di
dalam ususnya terdapat serangkaian klep spiral yang disebut tyflosol. Pada
usus sebagian besar ikan bertulang sejati, bagian depan usus yang langsung
berbatasan dengan pylorus disebut duodenum yang memiliki satu atau lebih
kantung buntu yang dinamakan pyloric caeca. Struktur ini tidak terdapat pada
family Ictaluridae dan Cyprinodontidae. Perca flavescense mempunyai tiga
buah, sedangkan pada family salmonidae biasa mencapai jumlah 200 atau
lebih. Fungsi alat pyloric caeca mungkin berkaitan dengan pencernaan dan
penyerap.

Gambar 4 bentuk usus ikan.


g. Rectum dan Anus
Rectum merupakan segmen saluran pencernaan terujung. Segmen rectum
berfungsi dalam. penyerapan air dan ion. Adanya penyerapan air ini dapat
dilihat dari kondisi feces yang umumnya berbentuk kompak, berbeda dengan

13
keadaannya ketika masih terdapat dalam usus bagian belakang. Pada larva
ikan selain fungsi tersebut rectum juga berfungsi untuk penyerapan protein.
Daerah antara anus dan rektum dikenal sebagai rektum. Katup rektal,
penyempitan sistem pencernaan yang disebabkan oleh penebalan otot polos
melingkar, mengontrol pergerakan makanan yang tidak tercerna dari usus ke
rektum. Rektum berbagi struktur histologis dengan usus kecil, tetapi lapisan
otot di bawah anus terutama terdiri dari otot lurik dan lapisan lendir padat
dengan sel lendir. Pekerjaan utama rektum adalah untuk menyerap air dan
mineral dan menghasilkan lendir untuk memudahkan makanan yang tidak
tercerna (feses) melewatinya. Selain tujuan tersebut, rektum pada larva
berfungsi untuk menyerapprotein makromolekul. Anus, bagian terakhir dari
sistem pencernaan, memiliki tugas membuang limbah. Area ini terletak tepat
didepan sirip dubur dan di belakang sirip perut.

3.3 Kelenjar Pencernaan pada pisces


a. Hati
Salah satu kelenjar pencernaan adalah hati. Letak hati ada di bagian depan
lambung, di bawah kerongkongan, dan memanjang hingga ke bagian
belakang usus depan. Area di sekitarnya yang tidak ditempati oleh organ lain
memiliki kaitan langsung dengan bentuknya yang bervariasi. Bahkan pada
beberapa jenis ikan hati bisa mencapai 20% dari berat badan. Jumlah lobus
bervariasi antara satu buah (Anguilla sp.), dua buah (Teleostei pada
umumnya), dan tiga buah (Euthystus sp.). Peran hati termasuk sekresi
empedu dan penyimpanan glikogen.

14
b. Kantung Empedu
Cairan empedu ditampung di dalam kantung khusus empedu. Kantung ini
terletak di bagian bawah hati dan memiliki berbagai bentuk diataranya
berbentuk (bulat, lonjong, memanjang, dan bentuk lainnya). Cairan empedu
mengandung pigmen empedu (biliverdin dan bilirubin) yang dihasilkan dari
perombakan sel darah. Selain itu, empedu juga mengandung garam empedu
yang membantu kestabilan emulsi lemak sehingga mempermudah proses
pembuatan keasaman lambung menjadi netral di dalam usus. Setelah itu,
empedu akan berpindah ke usus di dasar pilorik.

Gambar 5 bentuk kantung empedu ikan.


c. Pankreas
Pankreas merupakan organ penting dalam sistem pencernaan. Protease
(tripsin), serta karbohidrase (amilase dan lipase), adalah contoh enzim yang
dihasilkan oleh pankreas. Pada umumnya, ikan pemakan serangga akan
menghasilkan enzim kitinase di dalam pancreas. Ikan bertulang sejati
memiliki kelenjar pancreas, kecuali Scaridae (parrotfishes). Ikan hiu dan pari
sama-sama memiliki pankreas yang biasanya memiliki dua lobus sebagai
targetnya. Pankreas adalah organ alami dengan fungsi ganda yaitu sebagai
organ eksokrin dan endokrin. Sebagai organ endokrin, pankreas memiliki
kelompok sel yang mengeluarkan hormon insulin, sedangkan pancreas
sebagai organ eksokrin akan menghasilkan menghasilkan enzim pencernaan.

15
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah sistem pencernaan pada ikan adalah Ikan
memiliki mulut yang dilengkapi dengan gigi atau struktur penggigit yang
membantu mereka mengunyah dan merobek makanan. Setelah dimasukkan
melalui mulut, makanan melewati faring, yang berfungsi sebagai saluran
penghubung antara mulut dan kerongkongan. Makanan kemudian melewati
kerongkongan, yang merupakan saluran yang menghubungkan faring dengan
perut. Kerongkongan pada ikan biasanya pendek dan lurus. Di dalam lambung,
makanan dicerna lebih lanjut oleh enzim pencernaan dan asam lambung. Perut
ikan memiliki bentuk yang bervariasi tergantung pada jenis makanan yang mereka
konsumsi. Setelah melewati lambung, makanan masuk ke dalam usus, di mana
penyerapan nutrisi terjadi. Usus ikan biasanya panjang dan dilengkapi dengan
lipatan-lipatan yang meningkatkan luas permukaan penyerapan. Hati dan pankreas
ikan berperan penting dalam produksi enzim pencernaan yang membantu
memecah makanan menjadi nutrisi yang lebih kecil dan mudah diserap. Usus
Besar dan Anus: Setelah penyerapan nutrisi selesai, sisa-sisa makanan yang tidak
dicerna akan melewati usus besar dan dikeluarkan melalui anus sebagai limbah.

16
DAFTAR PUSTAKA

A. J. Edwards, A. C. Gill, and P. O. Abohweyere 2021, “A revision of Irvine’


marine fishes of tropical West Africa,” Darwin Initiat. Proj., no. March, p.
178, 2001.Walters, B.D. & Stegemann, J.P. (2014). Review: Strategies for
directing the structure and function of three-dimensional collagen
biomaterials across length scales. Acta Biomaterialia, 10, 1488-1501.
Afifah Safira,Syarif Hidayat A, Astriya (2023). Sistem reproduksi, pertumbuhan
dan perkembangan ikan. Laboratorium Zoologi, Program Studi Biologi,
Fakultas Sains Dan Teknologi,Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
Aliman Irfandi, Cut Dahlia Iskandar dkk. 2019.Histological of Tractus Digestivus
of Domestical Catfish (Clarias batracus). Jurnal Medika Veterinaria
Agustus 2019, 13 (2):219-227P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600
doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1. 3535
Hakim, L. N., Irawan, H., & Wulandari, R. (2019). Identifikasi Intensitas dan
Prevalensi Endoparasit pada Ikan Bawal Bintang Trachinotus blochii di
Lokasi Budidaya Kota Tanjungpinang. Intek Akuakultur, 3(1), 45-55.
I. Zidni, E. Afrianto, I. Mahdiana, H. Herawati, and I. Bangkit, “Laju
Pengosongan Lambung Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila
(Oreochromisniloticus),” J. Perikan. dan Kelaut., vol. 9, no. 2, pp. 147–
151, 2019.
Latuconsina, H. 2021. Ekologi Ikan Perairan Tropis: Biodiversitas Adaptasi
Ancaman dan Pengelolaannya. Yogyakarta: UGM Press.
Nur Insana Salam, Andi Chadijah, Rahmi. 2023. Pengaruh Konsentrasi Tepung
Kacang Merah Terhadap Kondisi Morfometrik Usus Ikan Bandeng
Chanos chanos Forskal, 1755).JURNAL SAINS dan INOVASI
PERIKANAN / Journal of Fishery Science and Innovation Vol. 7, No. 2.
116-120, Juli 2023.
Nurhaida,Rahayu Minasa, Syarif Hidayat Amrullah (2022). Makanan dan sistem
pencernaan ikan, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Nursidi, Ratnasari dkk. 2020. Aktivitas Enzim Amilase, Lipase dan Protease Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara Pada Air Tawar dan Payau.
https://ppnp.e-journal.id/lutjanus_PPNP.
Paputungan F. 2023.STUDI TENTANG BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR DI
TELAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO.Jurnal Ilmu Manajemen
dan Bisnis.11(3)
R. A. Megawati, M. Arief, and A. M. Amin, “Pemberian Pakan Dengan Kadar
Serat Kasar Yang Berbeda Terhadap Daya Cerna Pakan Pada Ikan
Berlambung Dan Ikan Tidak Berlambung,” J. Ilm. Perikan. dan Kelaut.,
vol. 4, no. 2, pp. 187–192, 2019, [Online]. Available:
www.journal.uta45jakarta.ac.id
R. Pratama, “Bab v sistem pencernaan,” J. Pendidik., vol. 2, no. 1, pp. 46–63,
2019.
Rasdi, 2022. EFEKTIVITAS DOSIS ENZIM PAPAIN UNTUK PREDIGEST
PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN
LARVA IKAN KAKAP PUTIH, Tesis Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Syahrir. 2019. Kinerja Enzim Pencernaan yang dipelihara Pada Lingkungan Laut,
Payau dan Tawar. Thesis. Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa.
Makassar. Hal 74
Y. Akmal, C. Mutia Sena Devi, R. Humairani, and I. Zulfahmi, “Morfometrik
Sistem Pencernaan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipapar
Limbah Cair Kelapa SawitDigestive System Morphometrics of Tilapia
(Oreochromis niloticus) Exposed to Palm Oil Mill Effluent,” J. Galung
Trop., vol. 10, no. 1, pp. 68–81,2021.
Yona, D., Maharani, M. D., Cordova, M. R., & Elvania, Y. (2020). Analisis
Mikroplastik di Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Karang di Tiga Pulau
Kecil dan Terluar Papua, Indonesia: Kajian Awal. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 12(2), 495-505.

Anda mungkin juga menyukai