Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................. 5
3.2. Bahan dan Alat........................................................................ 5
3.3. Metode Praktikum................................................................... 5
3.4. Prosedur Praktikum................................................................. 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil......................................................................................... 7
4.2. Pembahasan............................................................................. 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.............................................................................. 16
5.2. Saran........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 18
LAMPIRAN.............................................................................................. 20






DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Ikan Sardin (Sardinella sirin)...................................................................... 11
Ikan Pari (Trygon sephen)........................................................................... 11
Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)........................................................... 12













DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Alat-alat yang digunakan............................................................................ 21
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Ikan adalah hewan vertebrata (bertulang belakang) yang bernafas dengan insang,
bergerak dengan sirip, hewan berdarah dingin (poikiloterm), dan hidup di air baik di air tawar
maupun di air laut.
Ikan dapat ditemukan di semua genangan air yang berukuran besar baik air payau
maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di
bawah permukaan air. (www.google.com).
.
Ikan terdapat dua grup yaitu agnatha dan gnathostomata. Yang masing-masing memiliki
tiga kelas utama. Kelas pertama merupakan kelas cephalospidomophi, kelas kedua merupakan
kelas condrichthyes, kelas ketiga merupakan kelas osteichthyes. Bentuk ikan terbagi dua yaitu
bilateral simetris dan non bilateral simetris. Bentuk tubuh ikan bermacam-macam misalkan pipih
mendatar, torpedo, pipih (compressed), pipih (depressed), ular, bola, pipa, dan lain-lain
(Penuntun Praktikum ichthyology, 2011).

1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui jenis ikan yang bilateral simetris
dan non bilateral simetris. Adapun ikan yang bilateral simetris adalah ikan yang apabila
tubuhnya dibelah dua secara membujur/memanjang tubuh mulai dari pertengahan ujung kepala
sampai ke ujung ekor, maka akan menghasilkan dua belahan tubuh yang sama. Sedangkan non
bilateral simetris adalah ikan yang apabila tubuhnya dibelah menjadi dua secara membujur, maka
belahan sebelah kanan tidak merefleksikan belahan sebelah kiri.
Selain itu, tujuan dari diadakannya pratikum ini adalah agar dapat mendeskripsikan dan
mengidentifikasi ikan serta dapat dengan mudah menggolongkan jenis-jenis ikan yang masih
termasuk satu golongan ataupun dapat membedakan dengan mudah ikan-ikan yang berlainan
jenis.
Adapun manfaat dari hasil laporan praktikum ini diharapkan dapat digunakan sebagai
sarana untuk memberikan informasi dasar mengenai bidang dan arah dari jenis spesies ikan
sehingga dapat menghasilkan kelestarian speies ikan bagi pihak-pihak yang memerlukannya dan
dapat juga diterapkan dalam berbagai kepentingan yang berhubungan dengan praktikum ini
dimasa yang akan datang serta dapat menggolongkan berbagai jenis ikan sehingga mudah untuk
dikenal dan dipelajari.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Ikan
Bentuk tubuh ikan beradaptasi dengan cara, tingkah laku, dan kebiasaan hidup di dalam
suatu habitat hidup ikan. Dengan kata lain, habitat atau lingkungan dimana ikan itu hidup akan
berpengaruh terhadap bentuk tubuh; sedangkan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan
berbeda dari satu habitat ke habitat lainnya. Ikan akan menyesuaikan diri terhadap faktor-faktor
fisika, kimia, biologis dari habitat ikan yang bersangkutan, misalnya kedalaman air, suhu air,
arus air, pH, salinitas, dan makhluk-makhluk lainnya seperti plankton, jasad-jasad renik, benthos,
dan sebagainya (Saanin H,1968).
2.1.1. Sisik
Menurut Huisman (1992), Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis karena sisik
dibuat di dalam lapisan dermis. Disamping ikan yang bersisik, juga terdapat ikan yang sama
sekali tidak bersisik misalnya ikan yang termasuk dalam sub-ordo Siluroidea. Berdasarkan
bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis,
yaitu placoid, cosmoid, ganoid, cycloid, ctenoid.
Menurut Fujaya (2004), sisik merupakan salah satu bagian dari ikan di dalam lapisan
dermis. Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung sisik dapat dibedakan menjadi lima,
yaitu :
a. Placoid
Sisik placoid berbentuk seperti duri bunga mawar (duri halus) dan dasarnya membulat
atau bujur sangkar. Bagian yang menonjol keluar dari epidermis berbentuk seperti duri.
Susunannya hampir sama seperti gigi manusia. Sisik jenis ini hanya terdapat pada ikan bertulang
rawan.

b. Cosmoid
Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yang berturut-turut dari luar yaitu vitrodentine,
cosmine, dan isopedine. Pertumbuhannya hanya pada bagian bawah. Sedangkan pada bagian atas
tidak terdapat sel-sel hidup. Sisik jenis ini hanya terdapat pada ikan-ikan primitif dan fosil.
c. Ganoid
Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan, yaitu ganoine, cosmine, dan isopedine. Lapisan
terluar dinamakan ganoine materialnya terdiri dari garam-garam anorganik. Di bawahnya
terdapat lapisan seperti cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine.
d. Cycloid
Disebut juga sisik lingkaran, yaitu sisik yang mempunyai bentuk bulat, tipis transparan,
mempunyai lingkaran pada bagian belakang dan bergerigi. Sisik ini kepipihannya sudah
tereduksi menjadi sangat tipis fleksibel, transparan, dan tidak mengandung dentine ataupun
enamel. Pertumbuhan sisik terjadi pada bagian atas maupun bawah. Sisik ini terdapat pada ikan
Teleostei.
e. Ctenoid
Sisik ini pada dasarnya sama dengan sisik cycloid, kecuali pada bagian posterior sisik ini
dilengkapi dengan ctenii (semasam gerigi kecil). Fokus merupakan titik awal perkembangan
sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik. Sisik ctenoid disebut juga sisik sisir,
yaitu sisik yang mempunyai bentuk agak persegi.
2.1.2. Warna
Ikan mempunyai warna tubuh yang sederhana dan dapat dilihat dari habitatnya. Warna
ikan disebabkan oleh schemachrome dan biochrome. Sel khusus yang memberikan ikan warna
ada dua macam yaitu Iridocyte dan chromatophore (Sugiri,1992).
2.1.3. Tipe Sirip Ikan
Menurut Ridwan (1992), tipe sirip pada ikan ada dua yaitu:
1. Sirip tunggal, terdiri dari sirip punggung (dorsalis), sirip ekor (caudalis), dan sirip dubur
(analis).
2. Sirip berpasangan, terdiri dari sirip perut (ventralis) dan sirip dada (pectoralis).
2.1.4. Bentuk Tubuh
Menurut Nontji (1993), secara umum bentuk tubuh ikan dapat dibedakan menjadi:
1. Fusiform (torpedo), bentuk tubuh ramping, potongan melintang, berbentuk elips, ekornya
sempit. Ikan ini berenang cepat, dan hidup di perairan terbuka. Contohnya ikan tuna, ikan selar,
dan ikan kembung.
2. Compressed (pipih), tubuhnya pipih secara lateral dan pipih secara dorsoventral. Berenang
dengan kecepatan konstan, lambat pada kondisi biasa tetapi bila ada bahaya mampu berenang
dengan cepat. Contohnya famili Cyprinidae misalnya ikan mas (Cyprinus carpio).
3. Dipressed (pipih secara lateral), hidup di dasar perairan, contohnya ikan Pari Elang (Aeobatis
narinari)
4. Anguliform (seperti ular), bentuk tubuh sangat panjang dan penampang lintang membundar.
Contohnya belut (Monopterus albus) dan sidat (Anguilla anguilla).
5. Filiform (seperti benang), terdapat pada famili Nemichtyuae. Bentuk tubuh panjang seperti
benang dan sangat tipis.
6. Globiform (bentuk bola), bentuk bola akan tampak ketika ikan dalam keadaan bahaya karena
ikan akan mengembangkan tubuhnya semaksimal mungkin. Contohnya famili Tetraodontidae.
7. Taeniform (seperti pita), terdapat pada famili Trachypterydae dan Trichiuridae.
8. Sagitiform (bentuk pipih), contohnya pada ikan pike dari famili Esociadae dan famili
Lepisostidae. Bentuk tubuh ikan memanjang, sirip tunggalnya terletak jauh di belakang dekat
sirip ekor.
9. Bentuk kombinasi, contohnya pada famili Claridae dan Pengasiudae. Mempunyai kepala yang
picak, badan yang membundar dan lonjong serta bagian ekor yang pipih.
2.1.5. Bentuk ekor
Menurut Hadiwiyoto (1993), pada garis besarnya bentuk ekor ikan ada enam, yaitu :
a. Rounded, bentuk seperti huruf D (membulat)
b. Truncate, bentuk dengan lekukan agak datar.
c. Emerginate, bentuk dengan lekukan agak ke dalam.
d. Lunate, bentuk seperti bulan sabit, tipe ekor ikan perenang cepat.
e. Forked, bentuk dengan lekukan yang dalam dan tajam.
f. Cambuk, bentuk seperti cambuk.
2.1.6. Tipe Mulut
Menurut Huisman (1992), mulut ikan dibagi menjadi empat tipe yaitu:
1. Terminal, yaitu mulut ikan terletak di ujung kepala ikan.
2. Sub terminal, yaitu mulut ikan terletak di dekat ujung kepala ikan.
3. Superior, yaitu mulut ikan terletak di bagian atas kepala.
4. Inferior, yaitu mulut ikan terletak di bagian bawah kepala.

2.1.7. Letak sirip perut terhadap sirip dada
Menurut Afrianto (1996), berdasarkan letak sirip perut terhadap sirip dada terdapat empat tipe
antara lain :
1. Abdominal, letak sirip perut di belaka
2. Yugular, letak sirip perut di depan sirip dada.
3. Toracic, letak sirip perut di bawah sirip dada.
4. Subabdominal, letak sirip perut sedikit di belakang sirip dada

2.1.8. Tulang tambahan tutup insang
Menurut Ridwan (1992), Tulang tambahan tutup insang pada ikan ada empat jenis,
tetapi tidak semua jenis ikan mempunyai tulang tambahan pada tutup insang. Tulang ini hanya
terdapat pada beberapa jenis ikan saja. Keempat tulang tambahan tutup insang itu adalah
operculum, preoperculum, sub operculum, dan inter operculum.

2.2. Literatur
2.2.1. Ikan Biji Nangka(Upeneus mullocensin.)
Klasifikasi ikan biji nangka adalah termasuk kedalam ordo: Malacoptergii, famili:
Mugilidae, genus: Upeneus, spesies: Upeneus mullocensin.(Saanin, 1984)
Ikan biji nagka (Upeneus mullocensin) hidup dilaut hangat. Ikan ini sering disebut belanak
merah. Ikan Biji nagka bertubuh panjang dan bersisik besar, bermulut kecil. Matanya terletak di
sisi atas kepala. Dibawah dagunya terdapat dua sungut peraba panjang untuk mencari makanan
didasar laut. Sungut ini dapat dimasukkan kedalam alur tenggorakannya bila tidak digunakan.
biji nangka biasanya berwarna merah dan kuning, ada yang dapat berubah warna (Shaw, 1990)
Moncong kepalanya tumpul, bibir yang berbentuk V jika dilihat dari depan terletak pada
sudut oncong. sisik-sisiknya besar, sirip punggung pertama memiliki empat duri dan terpisah
dengan sirip kedua yang hanya memiliki satu duri (Ommanney, 1985)
Tulang preorbital bidang antara bibir dan mata, sirip dubur memiliki 3 duri dan 9 jari-
jari, 11 baris sisik melintang badan, 27-32 deret ssik sepanjang sisi badan. (Kottelat et al, 1993)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) memiliki bentuk tubuh pipih agak panjang.
Termasuk kedalam ikan yang memiliki tulang sejati. Warna tubuh keseluruhan berwarna merah,
memiliki jari-jari sirip keras, lemah mengeras dan lemah. Tipe sisik ctenoid, lengkung insang
berjumlah empat pasang, tidak memiliki alat pernafasan tambahan, termasuk kedalam golongan
physostome, bentuk gigi pada mulut canine, molar dan viliform. Rangka terdiri dari tulang
sejati.(Tim Iktiologi, 1989).
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) merupakan ikan yang tergolong sebagai ikan
yang berasal dari perairan laut. ikan ini bersisik dari operculum sampai pada batang ekor,
mempunyai sisik yang berbentuk ctenoid, ukuran mulut sedang, yaitu pada mulut dapat dimasuki
oleh jari kelingking tangan. Bentuk tubuh simetris bilateral yang apabila dibelah secara
membujur maka akan didapat kedua belah bagian tubuh sama dengan bagaakun yang lain.
mempunyai linnea lateralis yang sempurna dari pangkal eprculum sampai pada pangkal ekor.
Ikan ini mempunyai sirip yang sempurna yang terdiri dari siri punggung, sirip dada, sirip
perut,sirip anus, dan sirip ekor, pada sirip punggung panjangnya mulai dari pangkal sirip dada
sampai pada pertengahan sirip anus, sirip ekornya bercagak.(Lagler et al, 1977)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) tergolong kedalam keluarga mugilidae, bentuk
tubuhnya hampir sama dengan ikan merah,. Kedua macam keluarga ini mempunyai banyak sifat-
sifat yang sama, hanya ada sedikit perbedaan, yaitu pembagian sirip punggung bagian depan
dengan bagian belakang tidak jelas, mulutnya besar, dapat disembulkan ke muka, ujung belakang
dari rahang atas terletak dibawah sudut depan dari mata. Keping tulang lengkung insang depan
berlekuk. Sirip ekor berlekuk, sirip dada tidak lebih panjang dari kepala. Sirip dubur memiliki
tiga jari-jari keras, dan jumlah jari-jari keras ada antara 7-9. Sirip punggung mempunyai 10 jari-
jari keras dan 13 jari-jari lunak. Linnea lateralisnya berlekuk keatas dan pada bagian bawah
kepala didekat tenggorakan terdapat sepasang sungut (Djuhanda, 1981).
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin)mempunyai Ciri-ciri: Memiliki sirip punggung,
bentuk sirip punggung sempurna, jumlah sirip punggung dua, letak sirip punggung dibelakang
kepala bagian anterior badan, permulaan dasar sirip punggung didepan sirip perut, sirip dada
oblique, posisi sirip dada dibawah linea lateralis persis dibelakang tutup insang, posisi sirip perut
sub abdominal, sirip anus terpisah dengan sirip ekor, sirip anus tidak diliputi sisik, sirip ekor
berbentuk bercagak. (Alabaster and Lloyod, 1982)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) termasuk kedalam ordo: Malacoptergii, famili:
Mugilidae, genus: Upeneus, spesies: Upeneus mullocensin. Yang merupakan kelompok ikan
yang mempunyai ukuran tubuh yang cukup bervriasi, bentuk badan pipih compressed, mulut
terletak diujung depan kepala, moncong dapat ditonjolan kedepan. Tubuh ditutupi oleh sisik-
sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing, warna tubuh kemerah-merahan.(Weber
and Beuafort, 1921).


2.2.2. Ikan sardin(Sardinella sirin).
Menurut Saanin (1995) mengklasifikaikan ikan sardin berdasarkan sistem bleeker
yatu:phylum chordata, kelas piscas, sub kelas teleostei, ordo percomorfes, sub ordo combroidea,
famili serranidae, genus Sardinella, spesies Sardinella sirin.
Direktorat (1979).
Ikan Sardin (Sardinella sirin). Merupakan ikan yang tergolong pada keluarga Stromidae
yang berkerabat dengan keluarga Carangidae, bentuk badan panah dengan badan yang rendah.
Merupakan ikan herbivora yang cenderung bersifat omnivora, selain suka melahap tumbuhan air,
ia juga suka memakan udang atau ikan-ikan kecil dan hewan-hewan air lainnya. (Djuhanda,
1981).
Ikan Sarden memiliki bentuk mulut non protaktil dengan ukuran sedang , Posisi sudut
mulut satu garis lurus dengan sisi bawah bola mata, tubuh berbentuk torpedo, sirip punggung
berbentuk sempurna dan terletak dipertengahan dengan permulaan dasar didepan sirip perut, sirip
dada dibawah linea lateralis, sirip perut sub abdominal, sirip ekor berbentuk bulan sabit (Saanin
1986).
Bentuk badan memanjang, perut agak bulat dengan sisik duri (16-18) + (12-14). Awal sirip
punggung sedikit kemuka dari pertengahan badan, lebih dekat kearah moncong daripada
kebatang sirip ekor. Sirip punggung berjari-jari lemah 15-18, sedang sirip duburnya 18-20.
Terdapat sirip tambahan pada sirip perutnya. Tapisan insang halus berjumlah 36-42 pada bagian
bawah busur insang pertama. Hidup di perairan pantai, lepas pantai. Pemakan plankton halus,
dapat mencapai panjang 23 cm, umumnya 17-18 cm. Warna tubuh biru kehijauan, putih perak
bagian bawah, gelap bagian atas badan.
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum iktiologi ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 25 Maret 2013 yang
dimulai dari pukul 15.00 WIB 16.55 WIB. Praktikum ini diadakan di laboratorium Budidaya
perairan, Fakultas pertanian Universitas Malikussaleh.

3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan sebagai objek praktikum adalah beberapa jenis ikan air laut,
diantaranya adalah, Ikan Sardin (Sardinella sirin) , Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin).
Sedangkan alat yang dipakai pada saat melakukan praktikum adalah nampan sebagai
wadah meletakkan sampel, serbet, tisu gulung, buku, pena, penghapus, pensil untuk alat
menggambar objek yang dipraktikumkan.

3.3. Metode praktikum
Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan metode
pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu praktikum ini
berpedoman pada modul penuntun praktikum iktiologi yang berhubungan dengan hasil
pengamatan selama praktikum berlangsung.
Adapun objek yang dipraktikumkan adalah untuk mengetahui penggolongan, bentuk
tubuh dan bagian luar tubuh ikan, baik itu bagian kepala, mulut, sungut, lubang hidung, mata,
tutup insang (operculum), sisik (squama), gurat sisi (linea lateralis), sirip ikan, sirip lemak, finlet,
scute, keel, korselet, duri mata pisau, duri pelindung.

3.4. Prosedur praktikum
Adapun prosedur praktikum yaitu praktikan berbaris didepan laboraturim Biologi
Perikanan dengan sudah memakai jas lab. Sebelum praktikum dimulai asisten mengadakan
responsi tentang materi yang akan dipraktikumkan. Setelah selesai respon salah satu asisten
memeriksa ikan yang dibawa praktikan dan memeriksa nilai respon, apabila ikan kurang dari 50
maka praktikan tidak bisa mengikuti praktikum pada hari itu (tidur siang). Setelah selesai
diperiksa seluruh ikan dimasukkan kedalam masing-masing nampan yang telah disediakan,
kemudian mulailah praktikan mengamati pengolongan, bentuk tubuh ikan dan bagian luar tubuh
ikan. Setelah itu praktikan mulai menggambar ikan semirip mungkin dengan ikan aslinya,
kemudian memberi keterangan pada ikan. Setelah selesai praktikum, praktikan wajib
membersihkan nampan dan mengelap meja sebelum meninggalkan laboraturium.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil praktikum
Dari hasil pengamatan diperoleh bidang dan arah kedelapan ikan di atas sebagaimana
dijelaskan pada uraian di bawah ini:

4.1.1. Ikan biji nangka ( Upeneus moiluccensi ) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : percomorphi
Famili : mullidae
Genus : upeneus
Spesies : Upeneus moiluccensi






Gambar 1. Ikan biji nangka ( Upeneus moiluccensi )

Keterangan : 1. Sagital Plane 6. Caudal
2. Frontal Plane 7. Dorsal
3. Transversal Plane 8. Ventral
4. Cranial 9. Rostral
5. Medial


4.1.2. Ikan sardin (Sardinella sirin)
Ikan sardin (Sardinella sirin) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Percomorfes
Famili : Serrenidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella sirin










Gambar 6. Ikan Sardin (Sardinella sirin)

Keterangan : 1. Sagital Plane 6. Caudal
2. Frontal Plane 7. Dorsal
3. Transversal Plane 8. Ventral
4. Cranial 9. Rostral
5. Medial
4.2. Pembahasan

4.2.1. Ikan Biji Nangka(Upeneus mullocensin.)
Ikan Biji nagka bertubuh panjang dan bersisik besar, bermulut kecil. Matanya terletak di
sisi atas kepala. Dibawah dagunya terdapat dua sungut peraba panjang untuk mencari makanan
didasar laut. Sungut ini dapat dimasukkan kedalam alur tenggorakannya bila tidak digunakan.
biji nangka biasanya berwarna merah dan kuning. (Shaw, 1990)
Moncong kepalanya tumpul, bibir yang berbentuk V jika dilihat dari depan terletak pada
sudut oncong. sisik-sisiknya besar, sirip punggung pertama memiliki empat duri dan terpisah
dengan sirip kedua yang hanya memiliki satu duri (Ommanney, 1985)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) memiliki bentuk tubuh pipih agak panjang.
Termasuk kedalam ikan yang memiliki tulang sejati. Warna tubuh keseluruhan berwarna merah,
memiliki jari-jari sirip keras, lemah mengeras dan lemah. Tipe sisik ctenoid, lengkung insang
berjumlah empat pasang, tidak memiliki alat pernafasan tambahan, termasuk kedalam golongan
physostome, bentuk gigi pada mulut canine, molar dan viliform. Rangka terdiri dari tulang
sejati.(Tim Iktiologi, 1989).
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) merupakan ikan yang tergolong sebagai ikan
yang berasal dari perairan laut. ikan ini bersisik dari operculum sampai pada batang ekor,
mempunyai sisik yang berbentuk ctenoid, ukuran mulut sedang, yaitu pada mulut dapat dimasuki
oleh jari kelingking tangan. Mempunyai linnea lateralis yang sempurna dari pangkal eprculum
sampai pada pangkal ekor. Ikan ini mempunyai sirip yang sempurna yang terdiri dari siri
punggung, sirip dada, sirip perut,sirip anus, dan sirip ekor, pada sirip punggung panjangnya
mulai dari pangkal sirip dada sampai pada pertengahan sirip anus, sirip ekornya bercagak.(Lagler
et al, 1977)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) termasuk kedalam ordo: Malacoptergii, famili:
Mugilidae, genus: Upeneus, spesies: Upeneus mullocensin. Yang merupakan kelompok ikan
yang mempunyai ukuran tubuh yang cukup bervriasi, bentuk badan pipih compressed, mulut
terletak diujung depan kepala, moncong dapat ditonjolan kedepan. Tubuh ditutupi oleh sisik-
sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing, warna tubuh kemerah-merahan.(Weber
and Beuafort, 1921).
4.2.2. Ikan sardin (Sardinella sirin)
Ikan sardine merupakan ikan laut yang sangat digemari masyarakat Indonesia. Ikan Sarden
memiliki bentuk mulut non protaktil dengan ukuran sedang , Posisi sudut mulut satu garis lurus
dengan sisi bawah bola mata, tubuh berbentuk torpedo, sirip punggung berbentuk sempurna dan
terletak dipertengahan dengan permulaan dasar didepan sirip perut, sirip dada dibawah linea
lateralis, sirip perut sub abdominal, sirip ekor berbentuk bulan sabit (Saanin 1986).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pengamatan yang dilaksanakan dapat kita lihat bagian sagital, frontal, dan
transversal pada ikan serta terdapat keanekaragaman bentuk badan, bentuk kepala, ukuran dan
posisi yang saling bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkungan (habitat) dimana
ikan-ikan itu berada. Keanekaragaman jenis ikan itu bisa kita lihat dari bentuk morfologinya
maupun anatominya, ciri-cirinya dan klasifikasi dari pada ikan itu sendiri. Sebagian besar ikan di
alam ini memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, namun ada beberapa jenis ikan yang non simetri
bilateral seperti ikan sebelah (Psetodes erumei). Kesimetri bilateralan ikan ini dapat dilihat
dengan membuat bidang khayal pada tubuh ikan. Selain itu ikan juga memiliki variasi dalam
sirip, namun pada umumnya ikan memiliki lima sirip yaitu: sirip punggung atau dorsal (D), sirip
anal (A), sirip dada atau pectoral (P), sirip perut atau ventral (V), dan sirip ekor atau caudal (C).
Dari pengamatan mengenai Penggolongan, Bentuk Tubuh, dan Bagian Tubuh Ikan dapat
disimpulkan bahwa terdapat keanekaragaman bentuk badan, bentuk kepala, ukuran dan posisi
yang saling bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkungan dimana ikan-ikan itu
berada. Serta dapat menggolongkan ikan-ikan yang termasuk dalam satu golongan dan
membedakan ikan-ikan yang berlainan jenis.
Keanekaragaman jenis ikan itu bisa kita lihat dari bentuk morfologinya maupun
anatominya, ciri-cirinya dan klasifikasi dari pada ikan itu sendiri.
5.2. Saran
Agar pratikum iktiologi ini dapat berjalan dengan lancar dan baik maka kepada para
praktikan agar serius dalam praktikum yang sedang berlangsung agar dapat mendapatkan ilmu-
ilmu tentang ikan. Dan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era sekarang
ini diharapkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pratikum ini cukup memadai
sehingga memudahkan dalam objek yang akan kita teliti. Kemudian sebelum praktikum dimulai,
sebaiknya praktikan memahami terlebih dahulu prosedur kerja yang akan dilakukan sehingga
saat praktikum dapat berjalan dengan lancar dan dapat mengefesienkan waktu. Disamping itu
juga dituntut kehati-hatian dan ketelitian yang cermat di dalam melakukan kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Eka Mudi. 2009. Pertumbuhan Benih Ikan Tambakan (Helostoma temmincki C.V)
Dengan Pemberian Pakan Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan
universitas Riau. Pekanbaru.
Cahyono, Ruri. 2009. Pembesaran Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Dalam Keramba. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Emdany. 2000. Biologi Reproduksi Ikan Senangin Dari Perairan Muara Sungai Rokan. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Issadora Prima Cintya Ajie. Triploidisasi Kejutan Dingin Dengan Kejutan Berbeda Pada Ikan
Selais (Krytopterus limpok). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru.
Indonesia, redaksi ensiklopedi. 2003. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna. PT Ikrar Mandiri
Abadi. Jakarta.
Mudjiman, A. 2001. Makanan ikan. cetakan ke-15. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 190 hal.
Ridwan, Pulungan, Windarti dan Budjiono. 2005. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Roziandi. 2009. Produksi Benih Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Dengan Lama Kejutan
Panas Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru.
Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai