Anda di halaman 1dari 52

Petunjuk Praktikum

ZOOLOGI VERTEBRATA

Disusun Oleh :
Miswandi Tendrita, S.Pd., M.Pd.
Ernawati, S.Pd., M.Pd.

LABORATORIUM IPA TERPADU


UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2023

i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ...................................................................................... iii
MODUL I PISCES .............................................................................................................1
MODUL II AMPHIBI .......................................................................................................8
MODUL III REPTIL .........................................................................................................17
MODUL IV AVES ............................................................................................................23
MODUL V MAMALIA ....................................................................................................36

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

Sebelum Praktikum
1. Praktikan datang 10 menit SEBELUM kegiatan praktikum dimulai, menunggu di pintu
Laboratorium sebelum dipersilahkan masuk.
2. Setiap kali praktikum, praktikan mengenakan jas praktikum dan membawa buku petunjuk
praktikum serta peralatan tulis (pensil, penggaris, ballpoint, penghapus)
3. Sebelum masuk laboratorium, praktikan sudah membaca dan memahami latar belakang,
permasalahan, tujuan dan metode topic praktikum pada hari tersebut.
4. Topi, tas, jaket, dan sebagainya diletakkan pada tempat yang telah disediakan di
laboratorium,

Selama dan Sesudah Praktikum

1. Setiap kegiatan praktikum akan dipimpin oleh seorang dosen dan didampingi oleh
beberapa asisten mahasiswa. Asisten membimbing praktikan dalam memahami materi,
metode penelitian, dan pelaporan praktikum. Perihal yang belum jelas dapat ditanyakan
pada Dosen/Asisten.
2. Setiap praktikan yang merusak atau memecahkan alat-alat laboratorium, wajib diganti.
3. Pre test diadakan sebelum kegiatan praktikum bertujuan untuk mengevaluasi pemahaman
praktikan terhadap materi praktikum.
4. Data kelompok hasil pengamatan praktikum disetujui (acc) asisten yang bertugas di tiap
kelompok
5. Setelah praktikum selesai setiap mahasiswa merapikan meja kursi dan peralatan lainnya.
6. Praktikan ikut bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan tempat praktikum.
7. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum harus membuat surat sebelumnya dan
diserahkan kepada dosen penanggungjawab praktikum.
8. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak diperkenankan makan/minum di dalam
Laboratorium
9. Mahasiswa dilarang mengaktifkan alat komunikasi (HP, Ipad, I-pod dll) selama
praktikum
10. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan ditetapkan kemudian

iii
Modul I

PISCES

https://wibblywobblyscience.weebly.com/chondrichthyes-and-osteichthyes.html

http://www.occc.edu/biologylabs/Documents/Chordates/Osteichthyes.htm

1
MODUL 1
PISCES

I. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui struktur morfologi dan anatomi Pisces
II. TEORI
Klasifikasi Pisces
Dalam perkembangannya, taksonomi ikan mengalami pergeseran terutama pada taksa
superkelas yang pada periode sebelumnya semua ikan dikelompokkan ke dalam taksa kelas:
Pisces. Perkembangan yang relatif terbaru adalah susunan urutan klasifikasi ikan atau pisces
menurut Nelson, 1994 (Hickman et.al., 1998, Pough et.al., 2002), yaitu dengan uraian sebagai
berikut ini.
Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata.
1. Superkelas: Agnatha yang berasal dari bahasa latin a artinya tidak, gnathos berarti rahang.
Semua ikan yang tidak mempunyai struktur rahang dikelompokkan ke dalam superkelas
agnatha. Superkelas ini mempunyai anggota, yaitu kelas Myxini dan kelas
Cephalaspidomorphi.
2. Superkelas: Gnathostomata (berasal dari kata gnathos = rahang, dan kata stoma = mulut).
Semua ikan yang mempunyai struktur rahang dikelompokkan ke dalam superkelas
gnathostomata. Superkelas ini mempunyai anggota, yaitu kelas Myxini dan kelas
Cephalaspidomorphi. Superkelas ini mempunyai anggota, yaitu kelas Chondrichthyes dan
kelas Osteichthyes.
Morfologi Pisces
Secara umum sistem rangka ikan tersusun dari eksoskeleton berupa sisik dan endoskeleton
berupa chorda dorsalis. Berbagai tipe sisik yang terdapat pada ikan yaitu: sisik plakoid (pada
ikan hiu), sisik ganoid (berbentuk belah ketupat), sikloid (pada sebagian besar ikan bertulang
keras), dan ctenoid (pada bagian belakang berbentuk seperti sisir). Skeleton dari ikan
Chondreichtyes tersusun atas kartilago (tulang rawan), sementara ikan Ostheichtyes tersusun
atas tulang sejati (tulang keras). Pisces memiliki apendages berupa sirip yang tersusun atas
tulang korakoid, dan scapula, dan ekor yang berfungsi sebagai kemudi.
Secara umum morfologi ikan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, tubuh, dan ekor.
Morfologi ikan Osteichthyes dapat dilihat pada Gambar 1. Kepala merupakan bagian dari
moncong mulut terdepan hingga ujung operculum paling belakang (PK). Pada bagian ini
terdapat mulut, rahang atas dan bawah, gigi, hidung, mata, insang dan alat tambahan lainnya.
2
Beberapa tipe utama posisi mulut ikan antara lain: terminal, sub terminal, inferior, superior,
retracted protractile dan protracled protractile (Sudarno. 1993).

Gambar 1. Morfologi ikan Osteichthyes


Sumber : https://www.slideshare.net/MurniHarahap1/pisces-66097749

Bentuk posisi mulut merupakan pola adaptasi ikan dalam bersaing untuk mendapatkan
makanan. Pada ikan inferior memungkinkan mencari makan di dasar sungai, misal ikan
Keluarga Claridae yang mampu mencari organisme kecil yang bersembunyi di dasar sungai.
Ikan tipe mulut protractile memungkinkan mendapatkan makanan di tepi sungai atau batuan
dasar sungai. Ciri ikan yang memiliki tipe mulut ini adalah Keluarga Cyprinidae. Tipe mulut
superior pada umumnya dimiliki oleh ikan kecil pemakan plankton atau ikan pelagic (Ansori,
2008).
Rahang bawah ikan terdapat berbagai tipe gigi pada ikan, yaitu incisor, canine, molar dan
villiform. Tipe – tipe gigi ikan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tipe - Tipe Gigi Rahang Bawah Ikan


Sumber: Febrian Achmad, 2013

Badan merupakan bagian yang berfungsi untuk melindungi organ dalam. Bentuk ikan
yang tipis dan kuat memudahkan dalam berenang. Bagian badan bermula dari belakang
operculum sampai belakang anus. Bagian anggota badan antara lain: sirip, baik yang tunggal

3
maupun yang berpasangan. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur disebut sirip tunggal.
Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan (Ansori, 2008).
Pada ikan yang memiliki dua sirip punggung, bagian depan terdiri dari duri dan yang
kedua terdiri dari duri dibagian depan diikuti oleh jari-jari yang lunak dan umumnya
bercabang. Pada ikan bersirip punggung tunggal, jari-jari bagian depan tidak bersekat dan
mungkin mengeras, sedangkan jari-jari di belakangnya lunak atau besekat dan umumnya
bercabang dan sirip punggung berpasangan maupun tunggal. Tipe sirip punggung ikan dapat
dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tipe Sirip Punggung Ikan


Keterangan: A: Bagian sirip punggung yang berpasangan; (a) Sirip punggung I yang
keras; (b) bagian sirip punggung II yang lunak. (B): Bagian sirip punggung yang
tunggal; (a) Sambungan antara duri; (b) gabungan antara jari-jari Sumber: Febrian
Achmad, 2013

Bagian anggota badan yang lain adalah sisik. Ada dua macam sisik, yaitu sisik sikloid dan
sisik stenoid. Tipe ctenoid (ctenos = sisir), Berbentuk sisir, tipis, tersusun dari suatu lamina
fibrosa yang tertutup oleh lapisan tulang yang mengalami modifikasi. Ada garis konsentris
dan radier, terdapat pada ikan Teleostei.
Ekor merupakan bagian tubuh yang terletak di permulaan sirip dubur hingga ujung sirip
ekor terbelakang. Pada bagian ini terdapat anus, sirip dubur dan sirip ekor. Adapun tipe-tipe
utama sirip ekor ikan antara lain bentuk membulat, bersegi, sabit, becagak dan meruncing.
Tipe utama sirip ekor dapat dilihat pada gambar 4

4
Gambar 4. Tipe-tipe utama sirip ekor.
Keterangan: (a) membulat; (b) bersegi; (c) sedikit cekung; (d) bentuk sabit; (e)
bercagak; (f) meruncing; (g) lanset. Sumber: Febrian Achmad, 2013

Anatomi Pisces

Insang merupakan ciri khas sistem pernapasan pada ikan. Secara embriologis, celah insang
tumbuh sebagai hasil dari serentetan evaginasi farink yang tumbuh ke luar dan bertemu
dengan invaginasi dari luar. Insang pada ikan tersusun atas archus branchialis, hemi
branchialis dan gill rakers. Lamella insang berupa lempengan tipis yang diselubungi epitel
pernapasam yang menutup jaringan vaskuler dan busur aorta sehingga karbondioksida darah
dapat bertukar dengan oksigen terlarut di dalam air.
Ikan memiliki jantung yang berkembang dengan baik. Sirkulasinya menyangkut aliran
seluruh darah dari jantung melalui insang lain ke seluruh bagian tubuh lain. Tipe ginjal pada
ikan adalah profonefros dan mesonefros (Kottelat et al, 1993).
Sistem pencernaan pada ikan terdiri atas dua bagian besar yaitu saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, farink, esofagus pendek,
lambung, usus dan anus. Kelenjar pencernaan berupa kelenjar mukosa, hati dan pankreas.
Ikan memiliki indera berupa kemoreseptor yang baik untuk mengindera rasa dan bau, serta
linea lateralis untuk mengetahui perubahan tekanan air dan arus, ikan memiliki mata yang
lensanya dapat digerakkan menjauhi atau mendekati retina untuk memfokuskan pandangan,
dan telinga yang berfungsi mendeteksi vibrasi di dalam air dan menjaga keseimbangan tubuh.
Anatomi ikan dapat dilihat pada gambar 5.

5
Gambar 5. Anatomi Pisces
Sumber : https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-ikan-pisces/

III. ALAT DAN BAHAN


1. Seekor ikan (kelas Osteichthyes)
2. Klorofoam
3. Scalpel ikan
4. Gunting bedah
5. Jarum pentul
6. Pinset
7. Baki dan papan Styrofoam

IV. CARA KERJA


1. Letakkan ikan pada bak bedah dengan posisi kepala di sebelah kiri. Gambar dan amati
ikan tersebut. Tentukan bentuk tubuh, tipe letak mulut, bentuk sisik, tipe sirip ekor,
bentuk garis sisi (lateral line), warna dan corak tubuh, bagian dan organ yang khas.
2. Ikan diposisikan di Styrofoam dengan bagian anterior terletak disebelah kiri dan posterior
di sebelah kanan. Kemudian, bagian ekor ikan dan dekat insang ditusuk dengan
menggunakan jarum pentul.
3. Ikan digunting mulai dari anus sampai bagian anterior dekat insang. Lalu, dilanjutkan
memotongnya ke bagian dorsal hingga sejajar dengan vertebra.
4. Ikan digunting lagi kearah posterior mengikuti batas rongga abdomen sampai kembali ke
anus. Terakhir, bagian otot yang terpotong dilepaskan sehingga bagian anatomi ikan
dapat diamati.
5. Gambar sturuktur anatomi tubuh ikan

6
V. TUGAS
1. Gambarkan struktur morfologi dan anatomi ikan yang kamu amati! Tuliskan bagian-
bagiannya!
2. Diskusi dan buatlah laporan!

FORMAT LAPORAN
HARI/TANGGAL :
JUDUL :
TUJUAN :
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
I. LATAR BELAKANG
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
C. Prosedur Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan pada Struktur Morfologi Ikan
2. Pengamatan pada Struktur Anatomi Ikan
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Kolaka, 2023
Asisten Pembimbing

(Nama Asisten)
7
Modul II

AMPHIBI

https://nature.mdc.mo.gov/discover-nature/field-guide/green-treefrog

https://www.idntimes.com/science/discovery/brahm-1/jenis-salamander-eksotis-c1c2

https://www.flickriver.com/search/gymnophiona/interesting/

8
MODUL II
AMHIBI
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui struktur morfologi dan anatomi Amphibi
II. TEORI
Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti hidup. Secara
harfiah amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam, yakni dunia darat dan air.
Amfibi dikenal sebagai hewan bertulang belakang yang suhu tubuhnya tergantung pada
lingkungan, mempunyai kulit licin dan berkelenjar serta tidak bersisik. Sebagian besar
mempunyai anggota gerak dengan jari (Liswanto,1998).
Klasifikasi Amphibi
Menurut Goin dan Goin (1971), klasifikasi dan sistematika amfibi adalah sebagai berikut:
Kingdom Animalia, Filum Chordata, Sub-filum Vertebrata, Kelas Amphibia, serta Ordo
Gymnophiona, Caudata dan Anura. Amfibi adalah satwa bertulang belakang yang memiliki
jumlah jenis terkecil, yaitu sekitar 4.000 jenis. Walaupun sedikit, amfibi merupakan satwa
bertulang belakang yang pertama berevolusi untuk kehidupan di darat dan merupakan nenek
moyang reptil (Halliday dan Adler, 2000).
Morfologi Amphibi
a. Ordo Caecilia
Ordo Caecilia ( Gymnophiona), Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah
tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen,
tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata
tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai
fotoreseptor. Anterior terdapat tentakel yangfungsinya sebagai organ sensor. Kelompok ini
menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas
dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di
dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal.
(Webb et.al, 1981). Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3
subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan
b. Ordo Urodela
Ordo Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang,
mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan
antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya

9
bernafas dengan paru-paru. Pada bagian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa
jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo
Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi
wilayahAmerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa (Pough et. al, 1998).
Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea.
Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo
Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo
Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade,
Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandri-dae ( Pough et. al., 1998).
c. Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini
mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak
mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada
tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa
famili terdapat selaput di antara jari jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan
kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat
digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal
dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal (Duellman dan Trueb, 1986).
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu: Ascaphidae, Leiopelmatidae, Bombinatoridae
Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae, Megophryidae, Pelodytidae,
Pelobatidae,Allophrynidae, Bufonidae, Branchycephalidae, Centrolenidae, Heleophrynidae,
Hylidae,Leptodactylidae, Myobatrachidae, Pseudidae, Rhinodermatidae, Sooglossidae,
Arthroleptidae, Dendrobatidae, Hemisotidae, Hyperoliidae, Microhylidae, Ranidae,
Rachoporidae (Pough et. al., 1998).
Ordo Anura terdiri dari katak dan kodok (Iskandar, 1998). Morfologi katak berbeda
tergantung pada habitatnya. Katak pohon seperti family Rhacophoridae memiliki piringan
(discs) pada ujung jarinya untuk membantu dalam memanjat. Katak akuatik atau semiakuatik
seperti famili Ranidae memiliki selaput di antara jari-jarinya untuk membantu dalam
berenang. Katak terrestrial tidak memiliki selaput ataupun piringan, tetapi cenderung
memiliiki warna yang menyerupai serasah atau lingkungan sekelilingnya, seperti pada genus
Bufonidae dan genus Megophrys (Kusrini et al. 2008).
Seluruh ordo Anura kehilangan ekornya pada masa dewasa, kepalanya langsung
bersambung dengan tubuhnya tanpa butuh leher yang bisa mengerut seperti penyudan
tungkainya suda cukup berkembang dengan kaki belakang lebih panjang. Menurut Iskandar
10
(1998), katak mudah dikenali dengan tubuhnya yang tampak seperti berjongkok dengan
empat kaki, dengan kaki belakang untuk melompat berukuran lebih panjang dari pada kaki
depan, leher tidak jelas dan tidak berekor. Morfologi katak dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Morfologi katak


Sumber : http://lawrence/edu

Matanya berukuran besar dengan pupil mata horizontal dan vertikal, ada pula yang
berbentuk berlian atau segitiga yang khas untuk jenis-jenis tertentu. Ujung-ujung jari anura
tidak berbentuk, hanay silindris atau berbentuk piringan yang pipih, kadang-kadang juga
mempunyai kulit lateral lebar, dan ada juga kelompok dengan ujung jari berbentuk ganda.
Kaki depannya memiliki empat jari, sedangkan kakinya belakang lima jari. Selaput kulit
tumbuh di antara jari-jari dan keberadaannya bervariasi pada tiap jenis.
Kulit tubuh anura bervariasi dari yang halus pada beberapa jenis katak, sampai kasar dan
tertutup oleh tonjolan-tonjolan pada jenis kodok. Pada beberapa jenis, ukuran katak terdapat
lipatan dorsolateral, lipatan supratimpanik yang berawal dari belakang mata yang memanjang
di atas pangkal paha, serta lipatan supratim panik yang berawal dari belakang mata yang
memanjang di atas gendang telinga dan berakhir didekat pangkal lengan.
Menurut Iskandar (1998), katak pohon hijau berukuran kecil sampai sedang, dengan
ukuran kepala yang besar. Punggung berwarna hijau pada bagian samping, tangan dan kaki
berwarna kuning atau oranye. Pada spesimen awetan dalam alkohol akan berubah warna
menjadi ungu. Jari tangan dan jari kaki berselaput sepenuhnya sampai kepinggiran kecuali
pada jari tangan yang pertama. Selaput berwarna hitam dengan garis-garis berwarna kuning
dan biru (Liem, 1971). Sebuah lipatan halus terdapat di atas tumit dan anus serta lipatan kulit

11
yang melebar di sepanjang lengan (Iskandar, 1998; Inger & Stuebing, 1997). Bentuk kaki
depan katak hijau dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Bentuk kaki depan Katak pohon hijau.


Keterangan: (a) Lipatan kulit yang melebar pada lengan tangan; (b) Jari tangan yang
berselaput penuh kecuali pada jari pertama. (Sumber: Berry, 1975)

Amfibi pada umumnya memiliki perbedaan bentuk morfologi dan corak warna yang
berbeda pada saat muda dan sudah dewasa, katak pohon hijau dewasa memiliki perbedaan
warna dengan katak pohon hijau setengah dewasa. Warna hijau sangat dominan pada katak
pohon hijau dewasa sedangkan abu-abu dengan bintik bintik hitam di sekujur punggung
sangat dominan pada katak yang masih setengah dewasa (baru menyelesaikan tahapan
larva/berudu).
Anatomi Amphibi

Gambar 3. Anatomi Katak


Sumber : (Barret, 2012)

12
Integumen atau biasa disebut sebagai kulit merupakan suatu organ yang melapisi
permukaan tubuh dan berfungsi untuk melindungi lapisan di bawahnya dari pengaruh luar
misalnya dari pathogen. Pada umumnya amfibi memiliki kulit yang tipis, banyak pembuluh
darah dan selalu basah. Kondisi kulit tersebut pada amfibi berperan sebagai alat respirasi.
Bahkan beberapa jenis amfibi paru-parunya mereduksi sehingga sistem respirasi hanya
menggunakan kulit saja atau disebut repirasi cutaneous (Hutchin et.al, 2003; Iskandar, 1978;
Cox, 1967 ). Selain itu di dalam kulit juga terdapat reseptor yang dapat mengenali perubahan
lingkungan (Junqueira, 1998; Pough etal., 1998).
Katak hanya memiliki sedikit kelenjar oral, dan lidah katak berfungsi untuk menangkap
mangsa. Ginjal katak bertipe mesonefros dengan korpuskel dan kandung kemih yang
berkembang dengan baik. Amphibia mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara
proporsional. Sebagian besar amphibi mempunyai dua pasang tungkai dengan 4 jari pada
tungkai depan dan 5 jari pada tungkai belakang. Sistem otot pada amphibi merupakan transisi
antara ikan dan reptil (Jasin:2002).
Organ perasa pada amphibi terbatas pada dinding mulut dan lidah memiliki apertura nasal
yang berfungsi untuk penciuman dan organ jacobson sebagai alat bantu merasakan makanan
dan berperanan dalam tingkah laku reproduksi. Kulit amphibi terjaga kelembabannya dengan
adanya kelenjar mukosa yang menghasilkan mukus.
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada
umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di
dalam perairan yang tenang dan dangkal. Musim kawin, pada anura ditemukan fenomena
unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel
di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut
bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa
dibuahi jantannya. Amplexus bias terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di
bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang
paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya. Amphibi
berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili
amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman & Trueb, 1986).
Jantung amphibi terdiri-dari 3 ruangan yaitu 2 atrium telah terbagi dengan sempurna oleh
septum inter-uariculum menjadi atrium kiri dan kanan dan 1 ventrikel (Nawangsari, 2010;
Tatang, 2014). Ruangan jantung katak yang terdiri dari 1 ventrikel akan berpengaruh
terhadap peredaran darahnya. Karena darah yang datang dari seluruh tubuh kaya akan CO2
akan tercampur kembali dengan darah yang datang dari paru-paru (pulmo) yang kaya akan
13
O2. Peredaran darah seperti ini tidaklah efektif dan efesien, karena selalu terjadi kombinasi
lagi di ventrikel darah yang kaya O2 dengan CO2. (Campbell dkk., 2004).
Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil. Ada 10
saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8, dan ke-9
membentuk pleksus iskiadikus. Mata dengan kelopak mata atas dan kelopak mata bawah, dan
ada lagi kelopak mata yang ketiga yang transparan (membran niktitans). Mata digerakkan
oleh 6 otot, yaitu oto-otot superior, inferior, rektus internal, rektus eksternal, oblikus interior,
dan oblikus superior.
Telinga dengan organ pendengar dan keseimbangan yang berupa vertikal anterior, vertikal
posterior, dan horizontal. Membran timpani (dalam telinga tengah, tetapi tidak ada telinga
luar), membawa implus-implus ke kolumella (tulang tipis dalam telinga tengah yang
memancarkan implus-implus melalui stapes ke koklea).
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paruparu. Kecuali
pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di
tempat itu. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga
dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak
mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler
darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga
gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus
yang pendek.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Seekor katak
2. Klorofoam
3. Scalpel
4. Gunting bedah
5. Jarum pentul
6. Pinset
7. Baki dan papan Styrofoam
IV. CARA KERJA
1. Katak yang akan diamati terlebih dahulu diletakkan di dalam bak bedah dan dihadapkan
ke arah kiri. Kemudian diamati ciri morfologi.
2. Gambar morfologi katak pada lembar pengamatan

14
3. Katak diposisikan pada styrofoam dengan bagian ventral menghadap ke atas. Bagian
kaki belakang dan kaki depannya ditusuk dengan menggunakan jarum pentul.
4. Untuk menarik kulit katak, gunakan pinset dan bagian kulitnya digunting dari arah
posterior menuju anterior sampai bagian thoraks. Setiap ujung digunting ke arah tangan
dan kaki sehingga dapat dibuka seperti dua daun jendela.
5. Untuk menarik daging perut katak, pinset digunakan lalu digunting bagian daging katak
dari arah posterior menuju anterior sampai bagian thoraks. Setiap ujungnya
digunting agar dapat dibuka seperti jendela.
6. Anatomi katak dapat diamati.
7. Setelah mengamati, gambarlah struktur anatomi tubuh katak.
TUGAS
1. Gambarkan struktur morfologi dan anatomi katak yang kamu amati! Tuliskan bagian-
bagiannya!
2. Diskusi dan buatlah laporan!

15
FORMAT LAPORAN
HARI/TANGGAL :
JUDUL :
TUJUAN :
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
I. LATAR BELAKANG
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
C. Prosedur Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan pada Struktur Morfologi Amphibi …
2. Pengamatan pada Struktur Anatomi Amphibi
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Kolaka, 2023
Asisten Pembimbing

(Nama Asisten)

16
Modul III

REPTIL

https://www.mentalfloss.com/article/588239/turtle-underpass-wisconsin

https://pixabay.com/id/photos/kadal-reptil-margasatwa-iguana-2263348/

https://www.generasibiologi.com/2018/12/jenis-ular-hijau-di-indonesia.html

https://www.thoughtco.com/prehistoric-crocodile-profile-4047616

17
MODUL III
REPTIL
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui struktur morfologi dan anatomi Reptil
II. TEORI
Reptil merupakan sekelompok vertebrata yang menyesuaikan diri di tempat yang kering.
Penandukan atau cornificatio kulit dan squama atau carpace untuk menjaga banyak hilangnya
cairan dari tubuh pada tempat yang kasar (Jasin, 1984). Reptil memiliki sejumlah ciri
khusus, misalnya: tubuh mereka yang tertutupi oleh struktur yang disebut ―sisik‖. Berbeda
dengan ikan, sisik reptil tidak saling terpisah. Sisik-sisik tersebut tersusun dari protein yang
disebut keratin. Keratin pada manusia merupakan protein penyusun kuku jari tangan dan kaki
(McLaren dan Rotundo, 1985), serta tidak terdapat rambut atau bulu pada reptil (Grzimek,
1975).
Menurut Savage (1998), reptil memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Sub Kelas : Eureptilia
Super Ordo : Lepidosauria, Testudines, Archosauria
Ordo : Testudines, yaitu kura-kura; Squamata, yaitu kadal, ular, dan
amphisbaenia; Rhynchocephalia, yaitu Tuatara dan Crocodylia, yaitu
buaya.
Obst (1998) menyebutkan bahwa reptil terdiri dari 64 famili, sekitar 987 genus dengan
7.427 spesies. Indonesia memiliki tiga ordo yaitu: Testudines, Squamata dan Crocodylia.
Tuatara (Ordo Rhynchocephalia) merupakan reptil primitif yang terdiri dari 1 jenis dan hanya
terdapat di Selandia Baru (O’Shea dan Halliday 2001).
a. Ordo Testudinae (Kura-kura)
Salah satu ordo dari reptil ini adalah testudines atau testudinata, yang dalam bahasa
lainnya adalah turtles dan tortoise, dalam bahasa Indonesia adalah kurakura (Obst 1998).
Kura-kura berbeda dengan reptil lainnya, yaitu memiliki organ pelindung seperti perisai yang
dinamakan karapas dan plastron. Karapas menempel menutupi punggung kura-kura dan
plastron yang menutupi perut kurakura. Perisai ini terdiri dari sisik yang merupakan lapisan
epidermis yang termodifikasi. Ukuran kura-kura berkisar dari 11-185 cm. Bentuk dan
18
struktur perisai terdiri dari dua macam yaitu perisai yang keras dan perisai yang lunak.
(Halliday dan Adler 2000).
Testudines mencakup jenis yang hidup di laut, perairan darat, maupun darat. Testudines
mewakili sekitar 4% dari seluruh jenis reptil di dunia (Halliday dan Adler 2000). Kura-kura
air tawar cenderung bersifat omnivora, dan kura-kura darat merupakan herbivora (O’Shea
dan Halliday 2001). Kura-kura terkadang melakukan pergantian sisiknya (McLaren dan
Rotundo 1985). Kura-kura dikenal sebagai hewan yang lambat, sedangkan penyu dapat
berenang hingga kecepatan 32 km/jam (Goin dan Goin 1971). Suhu inkubasi menentukan
laju perkembangan telur dan juga jenis kelamin kura-kura. Semakin tinggi suhu inkubasi
maka bayi yang menetas akan berkelamin betina, dan pada suhu yang lebih rendah akan
berkelamin jantan. Suhu inkubasi berbeda pada setiap jenis (Halliday dan Adler 2000).
Beberapa kura-kura telah teradaptasi dengan konidsi gurun, dan sebagian yang lain
menghabiskan hamper sebagian besar waktunya di kolam dan sungai. Kura-kura laut atau
penyu memiliki batok yang tereduksi dan tungkai yang membesar yang berfungsi sebagai
sirip (Campbel, 2008).
b. Squamata (Kadal dan Ular)
Menurut Bauer (1998), ordo Squamata dibagi lebih lanjut menjadi tiga subordo, yaitu:
Sauria/Lacertilia atau kadal; Amphisbaenia; dan Serpentes/Ophidia atau ular. Kadal
merupakan kelompok terbesar dalam reptil. Morfologi kadal dapat dlihat pada gambar 1.
Sedangkan anatomi kadal dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 1. Morfologi Kadal


Sumber : https://www.softilmu.com/2015/10/Pengertian-Ciri-Klasifikasi-Sistem-Organ-
Kingdom-Animalia-Adalah.html

19
Gambar 2. Anatomi kadal
Sumber : https://www.mikirbae.com/2016/02/struktur-dan-fungsi-tubuh-reptilia.html

Tidak banyak kadal yang total ukuran panjangnya melebihi 1 kaki (30 cm) dan lebih
sedikit lagi kadal yang ukurannya melebihi 1 meter (Bauer 1998). Sama halnya dengan jenis
reptil lain, kadal memiliki beragam bentuk, ukuran dan warna. Ukuran Snout-Vent Length
(SVL) kadal berkisar dari 1,5-145 cm, tetapi sebagian besar berkisar antara 6-20 cm
(Halliday dan Adler 2000).
Berbeda dengan reptil-reptil yang lain, ular tidak memiliki kaki, kelopak mata, atau telinga
eksternal. Seluruh tubuhnya tertutup oleh sisik (O’Shea dan Halliday 2001). Jumlah, bentuk
dan penataan sisik pada ular dapat digunakan untuk identifikasi jenis (Mattison 1992).
Panjang tubuh ular berkisar dari yang terpendek yaitu kurang dari 15 cm (famili
Anomalepididae) sampai yang terpanjang (10) m dengan berat 250 kg (Anakonda / Eunectes
murinus) (Shine et al. 1998). Sebagian besar ular berukuran antara 45-200 cm, dan 10-20%
dari panjang tersebut adalah panjang ekor (Mattison 1992).
Semua ular adalah karnivora. Mereka mencari mangsa menggunakan lidahnya yang dapat
mendeteksi partikel-partikel kimia di udara. Beberapa jenis memiliki sensor panas untuk
mendeteksi keberadaan mangsa. Sebagian besar jenis ular membunuh mangsa dengan
melilitnya, dan jenis lain dengan racun/bisanya. Ular berbisa memiliki taring untuk
mengeluarkan bisa pada mangsanya. Taring tersebut terletak pada bagian belakang rahang
atas atau pada bagian depan rahang (O’Shea dan Halliday 2001). Ular dan Kadal selalu
melakukan pergantian kulitnya secara berkala (Mattison 1992).
c. Ordo Crocodile
Crocodilia adalah merupakan kelompok reptilia tua yang masih ada atau hidup sampai
sekarang. Hewan ini umumnya mempunyai ekor atau cauda yang memipih ke arah lateral dan

20
mempunyai dua pasang anggota badan atau extremitas yang bentuknya pendek. Extremitas
anterior dilengkapi dengan 5 digiti atau jari-jari, sedangkan extremitas posterior hanya
mempunyai 4 digiti atau jari-jari dan di antara digiti terdapat selaput yang berfungsi untuk
berenang. Membran tympani bentuknya menonjol ke luar, tetapi diliputi oleh lapisan kulit,
sedangkan mata, lubang hidung dan telinga terdapat pada garis lurus di bagian ujung kepala.
Bentuk kulit tebal dengan dilengkapi lamina tulang yang letaknya di bawah lapisan tanduk
pada sebelah dorsal dan sebelah ventral tubuh.
Perbedaan Crocodilia dengan Alligator adalah bahwa gigi ke 4 pada hewan Alligator pada
setiap sisi pada rahang bawah akan masuk ke dalam suatu celah pada rahang atas, ini terjadi
apabila mulut menutup. Sedangkan pada Crocodilia gigi yang ke empat pada rahang bawah
akan masuk ke dalam suatu takik atau sela-sela pada sisi keluar dari bagian rahang atas dan
kelihatan agak menonjol apabila mulut dalam keadaan tertutup. Di samping itu kebanyakan
Crocodilia mempunyai moncong yang lebih sempit dari Alligator.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Seekor kadal
2. Klorofoam
3. Scalpel
4. Gunting bedah
5. Jarum pentul
6. Pinset
7. Baki dan papan Styrofoam

IV. PROSEDUR KERJA


1. Kadal yang akan diamati terlebih dahulu diletakkan di dalam bak bedah dan dihadapkan
ke arah kiri. Kemudian diamati ciri morfologi.
2. Gambar morfologi kadal pada lembar pengamatan
3. Kadal diposisikan pada styrofoam dengan bagian ventral menghadap keatas.
4. Kaki belakang dan kaki depannya ditusuk dengan menggunakan jarum pentul
5. Pinset digunakan lagi untuk menarik kulit, kemudian kulit tersebut digunting dari arah
posterior ke anterior sampai bagian thoraks. Setiap ujungnya digunting kearah
tangan dan kaki sehingga dapat dibuka seperti jendela. Pinset digunakan lagi
untuk menarik daging yang kemudian digunting dari bagian posterior menuju anterior
sampai bagian thoraks.
21
6. Bagian anatomi kadal dapat diamati

V. TUGAS
1. Gambarkan struktur morfologi dan anatomi kadal yang kamu amati! Tuliskan bagian-
bagiannya!
2. Diskusi dan buatlah laporan!

FORMAT LAPORAN
HARI/TANGGAL :
JUDUL :
TUJUAN :
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
I. LATAR BELAKANG
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
C. Prosedur Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan pada Struktur Morfologi Reptil
2. Pengamatan pada Struktur Anatomi Reptil
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kolaka, 2023
Asisten Pembimbing

(Nama Asisten)
22
Modul IV

AVES

23
MODUL IV
AVES
I. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui struktur morfologi dan anatomi Aves

II. TEORI
Aves memiliki nama lain yaitu Burung. Aves merupakan hewan vertebrata yang seluruh
tubuhnya ditutupi oleh bulu. Bulu tersebut berasal dari epidermis kulit dan merupakan
modifikasi dari sisik pada hewan reptil. Bulu pada burung dapat beradaptasi pada
lingkungannya membentuk sayap sehingga sebagian aves memiliki kemampuan untuk
terbang. Adapun burung yang memiliki sayap tetapi tidak dapat terbang seperti burung Onta,
ayam, kiwi, kalkun dan lain-lain. Selain itu, aves merupakan hewan homoiterm atau hewan
berdarah panas serta berkembangbiak dengan bertelur dan kemudian dierami sampai menetas
(ovivar). Ilmu yang mempelajari tentang burung yaitu Ortinology.

Klasifikasi pertama burung dikembangkan oleh Francis Willughby dan John Ray dalam
Ornithologiae Volume 1676. Carolus Linnaeus menyempurnakannya pada tahun 1758
dengan merancang sistem klasifikasi taksonomi yang digunakan saat ini. Burung secara
biologis dimasukkan dalam kelas Aves (dalam taksonomi Linnaean). Sedangkan Aves
berdasar penggolongan/taksonomi filogenetik masuk dalam clade dinosaurus Theropoda.
Aves dan kelompok yang masih bersaudara, clade Crocodilia, bersama-sama masuk dalam
clade reptil Archosauria. Secara phylogenetical, Aves secara umum didefinisikan sebagai
semua keturunan terbaru dari nenek moyang bangsa burung modern dan Archaeopteryx
lithographica.

A. Ciri-ciri Umum Aves


1. Memiliki ukuran tubuh beragam. Terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor
2. Mulut berparuh yang tersusun dari zat tanduk, tidak memiliki gigi dan lidah yang
tidak dijulurkan. Bentuk paruh disesuaikan dengan jenis makanannya
3. Memiliki mata yang berkembang baik dengan kelopak mata, membrannikitans, dan
kelenjar air mata. Umumnya mata aves terdapat dibagian sisi kepala.
4. Aves mempunyai sepasang kaki yang digunakan untuk berjalan, bertengger,
berenang, mencakar-cakar, memegang makanan, atau untuk mentangkap dan
mencengkram mangsa, kulit kaki bagian bawah dan jari-jarimya tersusun dari zat
tanduk yang keras.
5. Aves memiliki sayap untuk terbang. Kecepatan terbang sekitar 30-75 km/jam.

24
6. Aves bernapas dengan paru-paru yang berhubungan dengan pundi-pundi udara
sebagai alat pernapasan tambahan. Pundi-pundi udara berupa kantong selaput yang
ringan, yaitu sepasang di leher, sebuah di antara tulang selangka yang bercabang-
cabang membentuk kantong udara pada lengan atas, sepasang di dada depan,
sepasang di dada belakang, dan sepasang di perut. Cadangan udara di dalam pundi-
pundi udara berguna untuk pernapasan pada saat terbang. Pundi-pundi udara akan
terisi udara kembali pada saat burung melayang tanpa mengepakkan sayapnya.
7. Aves memiliki alat suara siring yang terdapat pada percabangan trakea.
8. Sistem pernapasan Aves lengkap, meliputi mulut, esofagus (kerongkongan),
tembolok, lambung kelenjar, empedal berdinding tebal (lambungotot), usus halus,
usus besar, dan kloaka. Pada mulut terdapat kelenjar ludah. Di antara usus halus dan
usus besar, terdapat usus buntu (sekum). Aves memiliki pankreas, hati, dan empedu.
9. Aves bersifat homoioterm karena mempertahankan suhu tubuhnya dengan bulu-bulu
(bulusebagai isolator panas). Suhu tubuh sekitar 40,5°C-42°C.
10. Alat memiliki peredaran darah ganda, artinya dalam satu kali peredaran darah
keseluruh tubuh, darah melewati jantung dua kali.
11. Alat ekskresi berupa ginjal metanefros dan tidak memiliki kandung kemih
12. Sistem saraf berupa otak, dengan serebrum dan lobus optikus yang berkembangbaik.
Aves memiliki 12 pasang saraf kranial.
13. Aves bersifat ovipar dan fertilisasi terjadi secara internal. Telur bercabang keras. Aves
betina memiliki satu ovarium (di sebelahkiritubuh) dan beberapa spesies mengerami
telurnya.
B. Sistem Pencernaan Makanan pada Aves
1. Sistem pencernaan Aves di bedakan menjadi 3 yaitu:
a) Sistem pencernaan secara mekanik
Sistem pencernaan secara mekanis pada burung terjadi di rongga mulut dengan
bantuan lidah yang membantu mendorong makanan menuju kerongkongan. Dari
kerongkongan kemudian ke tembolok dan menuju ke empedal, didalam empedal
makanan mengalami pengecilan partikel sehingga mudah cepat diserap.
b) Sistem pencernaan secara enzimatis
Sistem pencernaan secara enzimatis terjadi di mulut dengan bantuan enzim
ptialin, didalam lambung dengan bantuan HCl didalam usus halus dengan
bantuan enzim yang dihasilkan oleh pankreas.

25
c) Sistem pencernaan secara biologis
Sistem pencernaan secara biologis dibantu dengan bakteri sehingga disebut
pencernaan mikrobiologi. Proses pencernaan ini terjadi di dalam usus besar.
2. Urutan proses pencernaan pada Aves
a) Rongga mulut
b) Tembolok
c) Lambung
d) Ampela (Gizzarat)
e) Usus halus
f) Usus besar
g) Kloaka

C. Sistem Pernapasan pada Aves


1. Alat pernapasan pada Aves
a) Lubang hidung
b) Celah tekak
c) Trakea
d) Siring (alat suara)
e) Paru-paru
2. Proses pernapasan pada Aves
a) Pernapasan saat istirahat
 Proses inspirasi
Tulang rusuk mengembang keluar sehingga rongga dada membesar 
tekanan udara dalam paru-paru mengecil  udara luar masuk ke dalam paru-
paru dan sebagian ke kantong-kantong udara posterior melalui hidung, celah

26
tekak, trakea, siring dan paru-paru  udara akan masuk ke dalam
parabronkus  terjadi pertukaran pertukaran O2 dan CO2.
 Proses ekspirasi
Tulang rusuk mengempis ke dalam sehingga rongga dada mengecil 
tekanan udara dalam paru-paru meningkat  udara keluar dari paru-paru dan
kantong udara. Saat udara melewati paru-paru, akan terjadi difusi O2 dan
CO2 lagi.
b) Pernapasan saat terbang
 Proses inspirasi
Burung mengepakkan sayap (terangkat)  kantong udara yang berada di
antara tulang korakoid terjepit, tetapi kantong udara yang terletak di bawah
ketiak mengembang  udara masuk ke dalam kantong udara di bawah
ketiak -> terjadi difusi O2 dan CO2 di dalam paru-paru
 Proses ekspirasi Burung menurunkan sayap  kantong udara di bawah
ketiak menjadi terjepit sedangkan kantong udara di antara tulang korakoid
 mengembang  udara masuk ke kantong udara di antara tulang korakoid
terjadi difusi O2 dan CO2.

D. Sistem Peredaran darah pada Aves


Sistem peredaran darah pada kelas. Aves juga menggunakan peredaran darah ganda
dan sistem peredaran darah tertutup. Oleh karena itu, dalam satu kali darah mengalir, darah
melewati jantung sebanyak dua kali yaitu saat peredaran darah kecil ( jantung -- paru – paru -
- jantung ) dan pereradan darah besar ( jantung – seluruh tubuh – jantung ).
Bagian–bagian pada jantung( cardio ) kelas Aves mirip dengan jantung kelas Mamalia
yaitu jantung memiliki empat ruang seperti atrium kanan, atrium kiri, bilik kanan, dan bilik
kiri diantara ruang – ruang pada jantung juga terdapa sekat ( septum) yang bentuknya sudah

27
sempurna sehingga darah yang kaya akan oksigen ( O2 ) dan karbon dioksida ( CO2) tidak
akan tercampur. Proses peredaran darah padah kelas Aves adalah sebagai berikut:

 Darah yang kaya akan karbon dioksida (CO2) yang berasal dari seluruh tubuh mengalir
ke jantung, pada atrium kanan lalu ke ventrikel kanan .
 Dari ventrikel kanan darah dipompa menuju paru-paru melalui arteri pulmonalis
 Dari paru – paru darah yang kaya oksigen (O2 )mengalir menuju ke atrium kiri melalui
ventrium kiri untuk dipompa melalui Aorta
 Dari Aorta darah kaya oksigen (O2) akan diedarkan ke seluruh tubuh
 Darah mengandung karbon dioksida ( CO2)dari kapiler jaringan tubuh akan dialirkan
kembali ke atrium kanan jantung.

Peredaran darah kecil pada aves yaitu berawal dari darah mengalir yang berasal dari
seluruh tubuh ke ventrikel kanan. Kadungan karbon dioksida pada jantung dipompa menuju
paru–paru melalui arteri pulmonalis untuk melepaskan kandungan karbon dioksida (CO 2)
pada darah dan mengikat oksigen (O2). Darah tersebut akan mengalir dan masuk ke atrium
kiri,dan akhirnya darah ke ventrikel kiri.
Perdaran darah besar pada kelas Aves sama dengan peredaran darah kecil hanya saja
sitambah dengan proses selanjutnya yaitu darah kaya oksigen (O2) yang berasal dari ventrikel
kiri diedarkan menuju ke seluruh tubuh tepatnya sel–sel tubuh. Pada sel- sel tubuh ini
kandungan oksigen (O2) dalam darah akan dilepaskan dan karbondioksida (CO2) diikat
sebagai sisa metabolism sel tubuh. Kelmudian darah yang banyak mengandung karbon
dioksida (CO) akan dialirkan kembali menuju jantung tepatnya pada atrium kiri.

28
E. Sistem Reproduksi pada Aves
1) Sistem Genitalia Jantan.
a) Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin,
terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin
ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
b) Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan
epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-
burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk
sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari
duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka
sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang
kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya
dengan ureter ketika masuk kloaka.

2) Sistem Genitalia Betina.


a) Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang
kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b) Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya
panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi
menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian
terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh
fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan

29
albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan
luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.
3) Proses Festilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak
tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh
suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar
menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang
testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka. Fertilisasi akan
berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum
yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di
daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang
berupa zat kapur. Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh
induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung
menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung
yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri,
serta perlu dibesarkan dalam sarang.
4) Fungsi bagian-bagian telur aves :
1) Titik embrio --> bagian yang akan berkembang menjandi embrio
2) Kuning telur --> cadangan makanan embrio
3) Kalaza --> menjaga goncangan embrio
4) Putih telur --> menjaga embrio dari goncangan
5) Rongga udara --> cadangan oksigen bagi embrio
6) Amnion --> Amnion adalah semacam membran/selaput yang melindungi embrio
dalam telur. Yang memiliki amnion telur adalah reptilia, unggas, dan mamalia
sehingga ketiga kelas ini disebut ―amniota‖. Amnion telur tidak terdapat pada
ikan dan amphibia, sehingga dua kelas ini disebut ―anamniota‖.

30
F. Sistem Ekskresi pada Aves
1) Ginjal
Sepasang ginjal yang terdapat pada burung memiliki warna coklat serta bertipe
metanefors. Ginjal yang bertipe metanefros ini memiliki ciri khas yaitu tidak memiliki
segmen khusus, tidak terdapat inefrostoma serta memiliki glomerulus dalam jumlah yang
banyak. Hubungan antara ginjal satu dengan yang lainnya ini saling mempengaruhi fungsi
dan kinerjanya dalam tubuh burung. Adapun fungsi tugasnya adalah untuk mengambil zat
dari sisa yang berupa darah akan tetapi berbentuk urine.
Pada hewan aves tidak terdapat kandung kemih atau vesikaurinair, sehingga
saluran ureternya akan langsung menuju pada kloaka. Kloaka sendiri adalah ujung dari 3
saluran pada burung, yaitu saluran urine, saluran kotoran serta saluran reproduksi.
Dengan demikian, burung hanya memiliki satu lubang pembuangan dalam tubuhnya yang
disebut kloaka.

2) Paru-paru
Paru paru yang terdapat pada burung berjumlah sepasang dan dapat ditemukan pada
bagian rongga dadanya yang dilindungi tulang rusuk seperti halnya manusia. Fungsi
utama dari paru paru tersebut tidak lain adalah untuk mengeluarkan gas yang berupa
karbon dioksida yang dihasilkan dari metabolisme sel tubuhnya. Adapun jalur
pernafasan yang terjadi pada burung adalah:
 Pada mulanya udara akan masuk melalui lubang hidung yang terletak pada
paruhnya
 Udara akan masuk kedalam tubuh melalui trakea

31
 Trakea yang bentuknya menyerupai pipa tersebut nantinya akan membawa udara
masuk menuju paru-paru untuk melakukan metabolisme tubuh
 Udara yang telah diolah tersebut nantinya akan dikeluarkan lagi berupa senyawa
CO2
 burung pada saat terbang dengan cara menyimpan cadangan oksigen

Dalam tubuh burung juga terdapat 4 pasang pundi pundi udara atau sering disebut
sebagai kantung udara yang biasanya dapat menyebar hingga bagian perut, leher serta
sayapnya. Kantung udara ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan paru-
parunya, yaitu dapat membuat pernafasan burung menjadi lebih efisien. Adapun
fungsi tugas lain dari kantung udara tersebut diantaranya adalah:

 Dapat meringankan tubuh burung ketika burung tersebut terbang


 Dapat memperkeras suara burung dengan cara memperbesar bagian ruang
siringnya
 Dapat membantu burung untuk mempertahankan suhu badannya dan mencegah
suhu panas yang berlebihan pada kondisis tertentu Membantu pernafasan
burung pada saat terbang dengan cara menyimpan cadangan oksigen.
3) Kulit
Pada bagian ini terdapat kelenjar minyak. Kelenjar minyak tersebut memiliki fungsi
tugas untuk menghasilkan minyak yang akan disalurkan keseluruh bagian tubuh
burung agar bulunya tidak cepat basah ketika terkena air. Selain itu, kelenjar minyak
tersebut juga berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dalam bentuk lemak
agar kebutuhan burung tetap terpenuhi.

G. Sistem Gerak pada Aves


Aves atau burung merupakan vertebrata berdarah panas yang bergerak dengan cara
mengepakkan sayapnya sehingga dapat terbang di udara. Aves memiliki otot otot terbang
yang berguna untuk mengendalikan sayap pada saat terbang. Aves berbgerak dengan cara
mengepakkan sayap dari atas ke bawah sehingga tubuh aves akan terdorong ke atas.

32
H. Sistem Saraf pada Aves
Susunan saraf pada burung serupa dengan susunan saraf pada manusia dan hewan
menyusui. Segala kegiatan saraf di atur oleh susunan saraf pusat. Susunan saraf pusat terdiri
dari otak dan sumsum belakang.Otak burung juga terdiri atas empat bagian ,otak besar,otak
tengah,otak kecil dan sumsum lanjutan.Selain otak kecil maka otak besar pada burung juga
bisa tumbuh dengan baik. Otak besar burung berbeda dengan otak besar pada manusia.
Permukaan otak besar pada burung tidak berlipat-lipat,sehingga jumlah neuron pada burung
berkembang dengan membentuk dua gelembung. Perkembangan ini berhubungan dengan
fungsi penglihatanya.
Otak besar dan otak kecil burung berkembang sempurna karena burung memerlukan
aktivitas yang tinggi saat bergerak dengan cepat serta mempunyai penglihatan yang baik.
Permukaan otak besar burung tidak terlipat-lipat sehingga tidak banyak mengandung sel
saraf, tetapi permukaan otak kecil burung terdapat banyak lipatan yang mengandung banyak
sel saraf dan permukaannya menjadi semakin luas. Hal tersebut menyebabkan burung
memiliki keseimbangan yang cukup baik. Otak tengah burung berkembang baik dengan
membentuk dua gelembung yang berfungsi dalam penglihatan. Sementara itu, pusat pembau
pada burung berukuran kecil sehingga indra pembau pada burung kurang sempurna.

33
III. ALAT DAN BAHAN
1. Seekor burung
2. Klorofoam
3. Scalpel
4. Gunting bedah
5. Jarum pentul
6. Pinset Burung
7. Baki dan papan Styrofoam

IV. PROSEDUR KERJA


1. Burung dibius dengan menggunakan kloroform atau diethyl eter.
2. Burung yang akan diamati terlebih dahulu diletakkan di dalam bak bedah dan dihadapkan
ke arah kiri. Kemudian diamati ciri morfologi.
3. Gambar morfologi burung pada lembar pengamatan.
4. Kepala burung dimasukan kedalam plastic yang berisi kapas yang sudah diberi kloroform
atau diethyl eter.
5. Burung diposisikan pada Styrofoam dengan bagian ventral menghadap ke atas.
6. Untuk mempertahankan posisinya, bagian kaki ditusuk menggunakan jarum
pentul.
7. Bulu burung kemudian dibasahi agar tidak berantakan saat dibedah.
8. Sisi kanan dan sisi kiri otot dada dipotong ke arah anterior hingga tulang rusuk terputus.
Potongan otot tersebut diangkat sampai struktur anatominya dapat terlihat.
9. Kemudian, struktur dan anatomi burung dapat diamati

TUGAS
1. Gambarkan struktur morfologi dan anatomi burung yang kamu amati! Tuliskan bagian-
bagiannya!
2. Diskusi dan buatlah laporan!

34
FORMAT LAPORAN
HARI/TANGGAL :
JUDUL :
TUJUAN :
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
I. LATAR BELAKANG
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
C. Prosedur Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan pada Struktur Morfologi Aves
2. Pengamatan pada Struktur Anatomi Aves
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kolaka, 2023
Asisten Pembimbing

(Nama Asisten)

35
Modul V

MAMALIA

Sumber:https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiR3NLKi-
_mAhXsH7cAHTujAdUQjRx6BAgBEAQ&url=http%3A%2F%2Fkitacerdas.com%2Fhewa
n-mamalia%2F&psig=AOvVaw0PxudAtz33aw087Z1PDI49&ust=1578404087829375

36
MODUL V
MAMALIA
I. TUJUAN

Mahasiswa mengetahui struktur tubuh mamalia

II. TEORI
Mamalia (Binatang Menyusui) atau binatang menyusui ialah berada dalam kelas hewan
vertebrata yang secara utama dicirikan dengan adanya suatu kelenjar susu, yang berada pada
betina , mamalia tersebut menghasilkan susu ialah sebagai sumber makanan anaknya. Otak
pada mamalia tersebut mengatur suatu sistem peredaran darah.
Mamalia adalah hewan yang menyusui anaknya. Umumnya mamalia ini berkembang
biak dengan melahirkan, dan tubuhnya tertutupi oleh rambut. Mamalia merupakan kelas
tertinggi dalam taksa hewan, bayangkan saja, ia dapat hidup diberbagai tipe habitat dibelahan
bumi, mulai dari kutub khatulistiwa, dari dasar laut sampai hutan lebat dan gurun pasir.
Ada 5.488 spesies mamalia yang tersebar diseluruh dunia, 32% diantaranya merupakan
endemik di Indonesia. Berdasarkan ukuran dan berat tubuh, mamalia dibagi kedalam
mamalia besar dan kecil. Mamalia kecil berat tubuh individu dewasanya berkisar antara 2g-
5kg. Yang mana mamalia kecil ini mempunyai tingkat metabolisme dan juga reproduksi yang
tinggi, akan tetapi rentang usia hidupnya lebih pendek.
Mamalia memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Kelenjar susu
Kelenjar susu pada mamalia sama dengan manusia, yang mana ketika nipledihisap, akan
terjadi peransangan terhadap susu yang terletak didalam payudara mamalia yang mana
akan terjadi kontraksi sel epitel otot. Hormon yang berpengaruh terhadap proses ini
adalah oksitosin
 Rambut
Mamalia memiliki rambut yang menutupi tubuhnya
 Paru-paru
Mamalia bernafas dengan paru-paru. Oksigen yang dihirup akan sampai ke paru-paru
kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan sel di seluruh tubuh.
 Otot diafragma
Otot diafragma adalah otot yang terletak dibawah paru paru. Otot ini akan bergerak ketika
proses bernafas terjadi. Hal ini akan membantu paru paru untuk mengembang sehingga

37
oksigen masuk kedalam paru paru dalam jumlah yang cukup. Begitu juga dengan
pengeluaran karbondioksida.
 Jantung beruang empat
Jantung pada mamalia terdiri atas dua bilik dan dua serambi. Ke empat ruang jantung ini
bekerja secara bersamaan dan continue untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.
 Suhu tubuh tetap
Suhu tubuh pada mamalia umumnya diatur oleh hipotalamus. Sebuah bagian kecil pada
otak yang berfungsi untuk mengatur suhu. Contohnya pada beruang kutub, mereka tetap
dapat bertahan dalam keadaan dingin dikarenakan suhu tubuhnya yang disesuaikan secara
otomatis.
 Fertilisasi internal
Fertilisasi internal adalah pembuahan di dalam. Mamalia berkembang biak dengan cara
melahirkan.
 Rangka
Mamalia memiliki rangka pembentuk tubuh. Rangka tersebut terdiri dari otot dan tulang.
Tulang ini juga berfungsi sebagai pelindung organ-organ penting yang terdapat di dalam
tubuh mamalia.
Jenis hewan mamalia tersebut terbagi dari 2 (dua) golongan atau juga 2 (dua) kelompok
yakni hewan mamalia pemakan daging dan juga hewan mamalia pemakan tumbuhan, antara
lain sebagai berikut :
Contoh hewan mamalia pemakan tumbuhan antara lain, sebagai berikut :
 Banteng
 Jerapah
 Gajah
 Sapi
 Domba
 Kambing
 Antilop
 Kerbau
 Rusa
Contoh hewan mamalia pemakan daging antara lain , sebagai berikut:
1. Serigala
2. Anjing

38
3. Dubuk
4. Kucing
5. Harimau
6. Macan tutul
7. Cheetah
8. Cerpelai
9. Singa

Karakteristik Mamalia
Sebagian besar mamalia tersebut melahirkan dengan keturunannya,
namun terdapat beberapa jenis mamalia yang tergolong kedalam jenis monotremata yang
bertelur. Kelahiran tersebut juga terjadi kepada banyak spesies non-mamalia, seperti
contohnya pada ikan guppy dan juga hiu martil; dikarenakan melahirkan tersebut bukan
dianggap ialah sebagai ciri khusus mamalia. demikian juga dengan sifat endotermik yang
dipunyai oleh burung.
Monotremata tersebut tidak mempunyai puting susu, tetapi tetap mempunyai kelenjar
susu. Artinya ialah, monotremata itu memenuhi syarat untuk dapat masuk ke dalam kelas
Mamalia (Binatang Menyusi). Perlu untuk diketahui bersama bahwa taksonomi yang sering
digunakan tersebut belakangan ini sering sekali menekankan pada kesamaan pada nenek
moyang; diagnosa karakteristik tersebut sangat sekali berguna dalam suatu identifikasi asal
usul suatu makhluk. Apabila terdapat salah satu anggota Cetacea tersebut ternyata tidak
mempunyai karakteristik mamalia, maka dari itu ia akan tetap dianggap ialah sebagai
mamalia dikarenakan nenek moyangnya tersebut sama dengan mamalia lainnya.
Mamalia tersebut mempunyai 3 tulang pendengaran didalam tiap telinga dan juga 1
tulang (dentari) pada setiap sisi rahang bawah. Vertebrata lain yang juga memiliki telinga ini
namun hanya mempunyai 1 tulang pendengaran (yakni, stapes) didalam tiap-tiap telinga dan
juga paling tidak 3 tulang lain pada tiap sisi rahang.
Mamalia tersebut juga mempunyai integumen yang terdiri atas 3 lapisan yakni :
1. paling luar ialah epidermis,
2. yang tengah ialah dermis,
3. paling dalam ialah hipodermis.
Mamalia memliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan: paling luar adalah epidermis, yang
tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. Epidermis biasanya terdiri atas 30
lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini

39
sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering membelah dan sel anakannya
terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian tengah, dermis, memiliki ketebalan 15-40 kali
dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai komponen seperti pzembuluh darah dan
kelenjar. Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak,
penahan benturan, dan insulasi. Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies.
Epidermis tersebut biasanya terdiri dari 30 lapis sel yang berguna untuk menjadi lapisan
tahan air. Sel-sel terluar dari pada lapisan epidermis ini sering sekali terkelupas. epidermis
pada bagian paling dalam tersebut sering membelah dan juga sel anakannya terdorong keatas
(kearah luar). Bagian tengah, dermis, tersebut mempunyai ketebalan hingga 15-40 kali
dibanding dengan epidermis. Dermis tersebut terdiri atas berbagai komponen seperti
contohnya ialah :
 pembuluh darah
 kelenjar.
Hipodermis tersebut tersusun dari jaringan adiposa dan juga berguna untuk menyimpan
lemak, penahan pada benturan, dan juga insulasi. Ketebalan pada lapisan ini sangat
bervariasi pada tiap-tiap spesies.

Struktur Dan Anatomi Tubuh Mamalia


Mamalia adalah merupakan kelompok hewan yang paling tinggi derajatnya dalam
golongan hewan. Hal ini mengakibatkan segala proses yang dilakukan oleh mamalia lebih
tinggi daripada jenis animalia lainnya. Hewan kelompok mamalia mempunyai glandula
mammae yang menghasilkan air susu. Mamalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutup
rambut.
Anggota gerak depan pada mamalia dapat bermodifikasi untuk berlari, menggali
lubang, berenang, dan terbang. Pada jari-jarinya terdapat kuku, cakar, atau tracak. Pada kulit
terdapat banyak kelenjar minyak dan kelenjar keringat.
Kelompok hewan mamalia mempunyai struktur anatomi yang menarik untuk
dipelajari karena secara anatomis struktur tubuh hewan mamalia memiliki ciri-ciri khusus,
baik struktur, perkembangan dan susunannya lebih sempurna. Pada umumnya bagian-bagian
tubuh mamalia dapat dibedakan dengan nyata, seperti caput atau kepala, truncus atau badan
dan cauda atau bagian ekor.
Berikut adalah beberapa ciri morfologi dan anatomi pada mamalia:

40
1. Sistem Rangka
Sistem rangka pada mamalia banyak mengalami proses penulangan tetapi juga terjadi
pengurangan jumlah elemen rangka tubuh contohnya pada tulang tengkorak. Tulang
prefrontal, postfrontal, postorbital, dan quadrate juga mereduksi dan pada beberapa mamalia
empat tulang oksipital bergabung (Sukiya, 2001). Hubungan tulang rusuk dengan rongga
dada kurang fleksibel, jumlah pasangan rusuk bervariasi, sekitar 9-24 pasang. Di arah
posterior rongga dada ada tulang pinggul yang kuat dan cukup fleksibel. Tulang ekor sampai
pinggul merupakan tulang belakang yang sangat penting yang bergabung bersama
membentuk sacrum atau tulang selangkang. Tulang ekor jumlahnya bermacam-macam
menurut panjang ekor. Tulang rusuk minimal memiliki dua kondilus (kepala) yaitu capitulum
costa yang merupakan kondilus bagian ventral yang bersendi pada bagain sentrum vertebra
yang disebut parapofisis.
Kondilus yang satu disebut tuberculum costa yaitu kondilus bagian dorsal yang
bersendi pada bagain sentrum vertebra yang disebut diapofisis, sedangkan tulang iga atau
sering disebut true ribs bersambungan langsung dengan sternum (tulang dada) (Sukiya,
2001).

41
2. Sistem Otot
Otot pada mamalia berkembang meliputi otot wajah, otot kelopak mata, otot hidung
dan otot bibir yang mana otot tersebut mampu bergerak atau menggerakkan kulit ataupun

rambut (Sukiya, 2001).


3. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada mamalia lebih maju daripada vertebrata lainnya, pada mamalia
memiliki ruangan jantung yang terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel. Atrium kanan
dihubungkan dengan ventrikel kanan oleh katub triskuspidalis, sedangkan atrium kiri dan
ventrikel kiri dihubungkan oleh katub mitral atau bikuspidalis. Lebih jelasnya dapat dilihat
gambar perbandingan jantung vertebrata pada gambar dibawah.

4. Sistem Pencernaan
Menurut Kickman (2001), saluran pencernaan mamalia terdiri dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Perbedaan antara sistem
pencernaan hewan memamah biak dengan manusia terutama pada susunan dan fungsi gigi
42
serta lambung. Umumnya mamalia mempunyai gigi, bibir biasanya dapat digerakkan kecuali
pada Monotremata dan paus. Kelenjar oval (mulut) khususnya berhubungan dengan sekresi
atau pengeluaran lendir. Oleh karena umumnya mamalia hidup terestial maka kelenjar oral
ini untuk menjaga kelembaban mulut, tunas rasa/kecap di lidah dan membantu menelan
makanan
Lambung sangat kompleks ditemukan pada ruminansia (pemamah biak, paus dan
sirenian). Lambung hewan pemamah biak ada 4 bagian, yaitu pertama ruangan penyimpanan
temporer disebut rumen. Makanan dikunyah dan masuk dalam bagain ini dibasahi dan diaduk
sampai berkali-kali kemudian dari sini masuk ke perut kedua yang disebut reticulum.
Kunyahan ini kemudian dikeluarkan lagi (dimuntahkan kedalam mulut ketika binatang itu
sedang istirahat, dan vegetasi dikunyah lagi, ditelan keduakalinya dan masuk kedalam
lambung ketiga yaitu omasum atau pesalterium. Disini pengadukan dilanjutkan sebagai
akibat dari gerak peristaltic dan masuk ke ruangan keempat disebut abomasums. Selanjutnya
makanan yang sudah tercampur dengan sekresi dari kelenjar pencernaan pada dinding
abomasum, kemudian masuk kedalam duodenum atau bagian anterior usus kecil.
5. Sistem respirasi mamalia
Paru-paru pada mamalia lebar, namun tidak terdapat kantung udara seperti pada aves.
Di depan celah pada dasar faring terdapat katup tulang rawan yang dikenal sebagai epiglotis.
Udara masui melewati glotis ke laring dan kemudian masuk dalam trakea. Gerakan udara di
dalam trakea didorong masuk oleh cincin tulang rawan. Udara dari trakea melewati pasangan
bronkus utama kemudian ke dalam cabang bronkhus dan bronkeolus yang lebih kecil, dan
akhirnya berhenti dalam alveoli dimana terjadi pertukaran gas. Beberapa mamal yang hidup
di perairan terjadi modifikasi pada bagian tertentu pada sistem pernafasannya. Modifikasi ini
terjadi akibat adanya adaptasi dari sistem respirasinya dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan perairan, terutama berupa perkembangan katup untuk menutup lubang saluran
pernafasan di dinding luar tubuh. Ephiglotis pada paus berfungsi untuk menyalurkan udara ke
dalam nasofaring sehingga dapat ditutup rapat dengan jaringan otot penutup (Sukiya, 2001).

43
6. Organ Indera
Indera penciuman tidak hanya untuk mendeteksi sesama anggota spesies, melainkan
juga untuk mendeteksi musuh dan makanan (Gunderson, 1976). Mata mamalia pada dasarnya
mirip dengan vertebrata lain, walaupun tentu ada modifikasi sehubungan dengan tingkah
laku. Seperti pada bangsa burung, mamalia nokturnal memiliki sel bentu batang pada
retinanya lebh doimnan, sementara pada spesies diurnal sel kerucut pada betina tersebut lebih
banyak.
Indera pendengaran yang paling berkembang dengan baik adalah pada mamalia.
Hanya mamalia yang memiliki struktur eksternal (Gunderson, 1976). Telinga mamal
memiliki cupping dengan corong suara memancar ke kanal luar auditori. Di akhir kanal
tersebut gelombang suara menyentuh gendang pendengaran atau membran timpani kemudian
di transmisikan menyeberang ke telinga tengah atau ruang timpani yang dihubungkan oleh
tulang kecil ke kohlea atau telinga dalam. Selanjutnya impuls menuju ke otak melalui saraf
auditori. Bagian dorsal telinga dalam mamal terutama berisi tiga kanal semisirkular
merupakan organ sangat esensial untuk keseimbangan atau orientasi kedudukan.
Telinga bagian tengah berisi 3 osikula yang menstransmisikan vibrasi dari membran
timpani ke telinga bagian dalam. Alat auditori beberapa mamal menunjukkan spesialisasi.
Kelelawar, pausm dan pinniped mampu mendeteksi suara gema yang dihasilkan sendiri untuk
mendeteksi adanya obyek di lingkungannya saat hewan itu bergerak. Kelelawar
menghasilkan suara berfrekuensi tinggi saat terbang. Navigasi kelelawar menggunakan alat

44
echolocation. Suara tersebut direfleksikan kembali dari obyek di sekitar berdasar gema dan
refleksi yang diterima berupa keberadaan obyek

Macam dan Jenis Hewan Mamalia

Ada kurang lebih 5000 genus di dalam kelompok mamalia. Dari 5000 ini masih dibagi
lagi menjadi puluhan bahkan ratusan ribu spesies yang berbeda. Melelahkan bukan jika ingin
dibahas satu persatu. Namun secara ilmiah agar lebih ringkas, mamalia digolongkan ke dalam
sepuluh ordo yang berbeda. Di antaranya
1. Ordo Artiodactyla yang meliputi sapi, domba, kerbau, babi, kambing, jerapah, dll.
2. Ordo Proboscidea yang meliputi gajah.
3. Ordo Carnivora yang meliputi singa, harimau, anjing, kucing, beruang, musang, dll.
4. Ordo Rodentia yang meliputi tikus, hamster, marmut, dll.
5. Ordo Lagomorpha yang meliputi kelinci dll.
6. Ordo Cetacea yang meliputi paus dan lumba-lumba.
7. Ordo Sirenia yang meliputi dugong, sapi laut, dll.
8. Ordo Monotremata yang meliputi platipus, echidna.
9. Ordo Perissodactyla yang meliputi zebra, badak, kuda, tapir, dll.
10. Ordo Primata yang meliputi gorila, simpane, orangutan, dll.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Seekor mencit
2. Klorofoam
3. Scalpel
4. Gunting bedah
5. Jarum pentul
6. Pinset
7. Jarum jara Mencit
8. Baki dan papan Styrofoam

IV. PROSEDUR KERJA


1. Mencit dibunuh dengan cara dislokasi.
2. Mencit yang akan diamati terlebih dahulu diletakkan di dalam bak bedah dan dihadapkan
ke arah kiri. Kemudian diamati ciri morfologi.

45
3. Gambar morfologi Mencit pada lembar pengamatan
4. Kemudian, mencit diposisikan pada Styrofoam dengan bagian ventral
menghadap keatas.
5. Keempat kaki mencit ditusuk dengan jarum pentul agar tetap pada posisinya.
6. Kulit bagian perut ditarik secara perlahan dan bagian posteriornya digunting menuju
anterior. Bagian ujung juga ditarik secara horizontal agar membentuk seperti daun
jendela.
7. Kulit ditahan dengan menggunakan jarum pentul lagi.
8. Anatomi mencit siap diamati.
TUGAS
1. Gambarkan struktur morfologi dan anatomi mencit yang kamu amati! Tuliskan bagian-
bagiannya!
2. Diskusi dan buatlah laporan!

46
FORMAT LAPORAN
HARI/TANGGAL :
JUDUL :
TUJUAN :
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
I. LATAR BELAKANG
II. TINJAUAN PUSTAKA
III.METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
C. Prosedur Kerja
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan pada Struktur Morfologi Mamalia
2. Pengamatan pada Struktur Anatomi Mamalia
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kolaka, 2023
Asisten Pembimbing

(Nama Asisten)

47
DAFTAR PUSTAKA

Ansori A K. 2008. Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di PDAM Tirtanadi Instalasi
Pengelolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri (Skripsi). Medan : Universitas
Sumatra Utara.

Bauer AM . 1998. Di dalam: Cogger HG, Zweifel RG, editor. Encyclopedia of Reptiles and
Amphibians. San Fransisco: Fog City Press.

Berry, P. Y. 1975. The Amphibians Fauna of Peninsular Malaysia. Buku. Tropical Press.
Kuala Lumpur. 127p.

Campbell, N.A. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:Erlangga.

Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta: Erlangga

Duellman, W. E dan Trueb, L. 1986. Biology of Amphibians. Buku. McGraw-Hill. New


York. 670p

Grzimek, B. 1975. Animal Life Encyclopedia: Volume 6 Reptiles. Van Nostrand Reinhold
Company; 1st Edition edition

Goin CJ, Goin OB. 1971. Introduction to Herpetology. San Francisco: WH Freeman and
Company.

Halliday T, Adler K. 2000. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. New York: Facts
on File Inc.

Hutchins, M., Duellman , W. E dan Schlager, N. 2003. Grizimek’s Animals Life


Encyclopedia Second Edition Volume 6 Amphibians. Buku. Gale Group. Farmington
Hill. 288p.

Inger, R. F dan Stuebing, R. B. 1997. A Field Guide to the Frogs of Borneo. Buku. Natural
History Publicatios. Sabah. 250p.

Iskandar, D. T. 1998. Amfibi Jawa Bali – Seri Panduan Lapang. Buku. Puslitbang Lembaga
Ilmu Penelitian Indonesia. Bogor. 109p.

Jasin, M. 2002. Sistematika hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya: Sinar wijaya

Kottelat M , Anthony J. W, Sri Nurani K & Soetikno W. 1993. FreshwaterFishes of Western


Indonesia and Sulawesi.Jakarta : PeriplusEditios (HK)

Kusrini, M. D. 2003. Konservasi Amfibi dan Reptil di Indonesia. Skripsi. Intitut Pertanian
Bogor. Bogor. 79p.

Liem, D. S. S. 1971. The frogs and toads of Tjibodas Nasional Park, mt. Gede, Java,
Indonesia. Phillippine Journal of Science. 100 (4) : 131—160.

Liswanto, D. 1998. Survei Monitoring Herpetofauna. Buku. Yayasan Titian. Jakarta. 174p.

48
Mattison C. 1992. Snakes of The World. New York: Facts on File Inc.

McLaren JE, Rotundo L. 1985. Health Biology. Massachusetss: D.C Heath and Company.

Nawangsari, S. 2010. Zoologi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.

Obst FJ. 1998. Di dalam: Cogger HG, Zweifel RG, editor. Encyclopedia of Reptiles and
Amphibians. San Fransisco: Fog City Press

O’Shea M, Halliday T. 2001. Reptiles and Amphibians. London: Dorling Kindersley

Pough, F. H. 1998. Herpetology. Buku. Prentice Hall, Inc. New Jersey. 134p

Savage JM. 1998. Di dalam: Cogger HG, Zweifel RG, editor. Encyclopedia of Reptiles and
Amphibians. San Fransisco: Fog City Press

Shine R, Ambariyanto, Harlow PS, Mumpuni. 1998. Ecological traits of commercially


harvested water monitors, varanus salvator, in northern sumatra. Wildlife Research
25: 437-447. Shine

Sudarno. 1993. Pembuatan Alat Pengukuran Arus Secara Sederhana. Jurnal Oseana 18(1):
3544.

Tatang, D. 2014. Analisa Struktur Vertebrata, jilid 2 Penerbit Armico Bandung

49

Anda mungkin juga menyukai