Disusun oleh :
Kelompok 18/Perikanan A
Fahrunnisa Wintani Putri 230110160007
Deriza Aditya Putra 230110160034
Ayu Nurwulandari 230110160057
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR............................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................. ii
DAFTAR TABEL...................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................. iv
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................... 1
1.3 Manfaat................................................................................. 1
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila............................................................................... 2
2.2 Sistem Pernafasan Ikan Nila................................................. 3
2.3 Suhu....................................................................................... 4
2.4 Hubungan Suhu Dengan Sistem Pernafasan Ikan Nila......... 4
III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat................................................................ 6
3.2 Alat dan Bahan...................................................................... 6
3.2.1 Alat................................................................................ 6
3.2.2 Bahan............................................................................. 6
3.3 Prosedur Pengerjaan.............................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................ 15
LAMPIRAN............................................................................... 16
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nila memiliki bagian tubuh yang memanjang ramping dan relatif
pipih. Sisinya besar dan kasar, bentuknya ctenoid, linea lateralis terputus-putus di
bagian tengah badan ikan. Warna sisik abu-abu kecoklatan (Nila hitam) dan putih
2
3
atau merah (Nila merah). Posisi mulut terletak di ujung mulut dan terminal. Pada
sirip punggung terdapat jari-jari sirip punggung yang keras dan garis-garis vertikal
yang bulat dan berwarna kemerahan.
2.3 Suhu
Perubahan suhu berpengaruh pada banyak proses biokimia dan fisiologis
ikan. Perubahan suhu mempengaruhi proses, antara lain konsumsi makanan,
kebutuhan pemeliharaan, tingkat metabolik, proses enzim, difusi molekul kecil,
fungsi selaput dan sintesis protein (Hawkins et al. 2007).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Data kelompok 18
140
120
100
80
60
40
20
0
Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin
8
9
ikan yang hampir sama menghasilkan nilai yang tidak jauh berbeda. Selisih nilai
terkecil yaitu pada ikan pertama 106 dengan nilai terbesar ikan ketiga sebanyak
123 yaitu sekitar >10 dengan demikian ini merupakan faktor lain selain suhu yang
berpengaruh pada praktikum ini.
Faktor lain yang mengakibatkan perbedaan nilai tersebut adalah perlakuan
praktikan terhadap ikan uji. Ikan uji bisa saja terkena stress akibat perlakuan
praktikan yang asal – asalan dalam pelaksanaan praktikum. Salah satu contoh
praktikan memasukan ikan tidak dengan hati – hati pada toples yang digunakan
untuk melihat banyaknya bukaan operculum atau ketika ikan baru dimasukan
perhitungan langsung dimulai. Padahal hal tersebut akan berpengaruh terhadap
keadaan ikan. Ikan cenderung menjadi lebih gesit dan aktif bergerak karena
merasa takut atau terancam yang mengakibatkan aktivitas gerakan ikan meningkat
sehingga bukaan operculum pun meningkat dari yang seharusnya normal (karena
ada pada suhu kamar) .Sebaiknya ketika memasukkan ikan pada toples harus hati
– hati dan secara perlahan, kemudian tunggu beberapa saat sampai ikan benar –
benar menstabilkan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan.
berada pada suhu 29°C yaitu sebanyak 94,7 bukaan. Ini bisa dikatakan sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa jika suhu meningkat maka metabolism
meningkat begitupun sebaliknya. Atau teori yang menyebutkan bahwa jika suhu
meningkat maka kandungan DO ( Dissolved Oxygen ) menurun memang terbukti.
Inilah yang mengakibatkan mengapa larva ikan umumnya lebih baik dipelihara
dalam air yang bersuhu lebih hangat dibanding suhu kamar agar pertumbuhan
larva ikan menjadi semakin cepat karena metabolism tubuh yang meningkat juga.
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8
150
100
50
0
17 18 19 20 21 22 23
suhu sebesar 3°C dari suhu kamar atau 6°C dari suhu panas juga berpengaruh
terhadap metabolism tubuh. Semakin rendah suhu maka proses metabolism tubuh
akan berkurang, yang disebabkan ikan merupakan hewan akuatik yang
mendapatkan energy atau panas dari lingkungannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum diatas tersebut dapat kami simpulkan bahwa perubahan
suhu lingkungan pada ikan itu sangat mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada
ikan tersebut, dalam suhu kamar kebutuhan oksigen lebih optimal sehingga
gerakan membuka serta menutupnya operculum stabil. Kenaikan suhu pada suatu
peraiaran menyebabkan kelarutan oksigen (DO) Dissolve Oksigen di peraiaran
tersebut akan menurun, sehingga kebutuhan organisme air terhadap oksigen
semakin bertambah dengan pergerakan operculum yang semakin cepat, penurunan
suhu pada suatu perairan dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam perairan itu
meningkat sehingga kebutuhan organisme dalam air terhadap oksigen semakin
berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya frekuensi membuka serta menutupnya
operculum pada ikan tersebut. Terdapat hubungan antara peningkatan temperature
dengan laju metabolisme biasanya 2 – 3 kali lebih cepat pada setiap peningkatan
suhu 10° C, aklinilemi pada ikan dilakukan agar ikan tidak mengalami stress pada
saat berlangsungnya pengamatan tersebut.
5.2 Saran
Adanya beberapa kesalahan yang terjadi dapat dikarenakan ikan yang uji
pada saat praktikum mengalami stress setelah dipindah kan dari wadah 1 ke
wadah lainnya sehingga ikan tersebut menjadi tidak tenang dan bergerak ke segala
arah dan menjadikan gerakan operkulum tidak terlihat dan menyebabkan kurang
teliti dalam sehingga terjadi human error pada data yang diperoleh. Maka dari itu
untuk praktikum selanjutnya, diharapkan praktikan dapat lebih teliti, sigap dan
dapat menyesuaikan dengan kondisi apapun selama praktikum agar praktikum
berjalan lebih baik dan data yang diperoleh juga memuaskan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
Beaker Glass
Counting chamber
Therometer
16
17
Es batu
Pengukuran suhu kamar atau suhu air Pengukuran suhu setelah di tambahkan
biasa pada ikan nila air panas
18
Kelompo
k Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin
8 90,42 113,73 94,63
9 101,63 180,72 71,57
10 126,22 168,5 73,33
11 126,93 157,73 123,07
12 124,44 151,67 114,1
13 112,23 160,1 102,77
14 126,07 136,73 119,4
15 161,11 213,11 233,3
16 167,11 205,77 178,2
17 128 160,22 115,89
18 115,13 94,77 119
19 118,97 148,2 96,53
20 117,67 116 90,3
21 122,1 149,63 109,63
22 156,87 179 84,53
23 114,57 139,33 101,5
Rata-rata 126,94 155,12 114,57