Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH BIOLOGI PERIKANAN AKUAKULTUR

KEBIASAAN MAKANAN DAN CARA MEMAKAN

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Ir Arief Prajitno, M.S

Disusun oleh:

Wahyu Isna Ferdiansyah (225080501111014)


Safira Rahmatillah (225080501111016)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur atas rahmat dan ridho


Allah Swt., karena tanpa rahmat dan ridho-Nya kita tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Makalah
ini telah kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Perikanan
Akuakultur pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Kami sebagai penyusun makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Kebiasaan Makan
Pada Ikan bagi para pembaca maupun penulis.

Kami berterimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, M.S selaku
dosen pengampu mata kuliah Biologi Perikanan Akuakultur yang telah
memberikan ilmunya sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami guna menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami secara
langsung maupun secara tidak langsung sehingga kami dapat menyusun
makalah ini.

Kami menyadari makalah yang telah kami susun masih jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.

Malang, 13 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ..................................................................... 2

1.3 Tujuan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 3

2.1 Definisi Ikan .............................................................................. 3

2.1.3 Siklus Hidup Ikan .................................................................... 5

2.2 Kebiasaan Makanan Pada Ikan ................................................... 7

BAB III PENUTUP ........................................................................ 16

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 16

3.2 Saran ........................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 18

LAMPIRAN .................................................................................... 19

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Ikan ............................................................................... 5

Gambar 2. Rantai Makanan ............................................................................ 7

Gambar 3. Type Alat Pencernaan Ikan ............................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Biologi perikanan merupakan ilmu yang mengkaji pada sifat alami


ikan sebagai factor ekologi dan populasi, baik hayati maupun non-hayati,
untuk memberikan penjelasan akan aktivitas sehingga mendapatkan hasil
yang berkelanjutan, dapat dipertahankan, dan optimum. Biologi perikanan
adalah wawasan ilmu pengetahuan yang mengkaji keadaan biota laut ikan
dari pola daur hidup individu yang mempunyai tempat tinggal alamiah,
kemudian terjadi pertumbuhan (growth), bereproduksi (spawning),
mencarimakan (feeding), migrasi (ruayas), hingga akhirnya individu
mengalami kematian (mortalitas) (Anggoro et al., 2021).

Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas. Kurang lebih


70% wilayah Indonesia terdiridari wilayah perairan. Dengan wilayah
perairan yang sangat luas menyebabkan Indonesia memiliki sumberdaya
yang sangat kaya, salah satu sumberdaya yang tersedia yaitu ikan.
Diperkirakan ada 8.500 jenis ikan yang hidup di perairan Indonesia.

Ikan merupakan salah satu hewan air yang berdarah dingin,


mempunyai tulang belakang, insang, sirip dan terutama ikan sangat
bergantung pada air sebagai media untuk tempat mereka tinggal. Ikan
memiliki kemampuan gerak didalam air dengan menggunakan sirip untuk
menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus
atau gerakan air yang disebabkan oleh angin.

Untuk mempertahankan hidupnya ikan memerlukan makanan.


Jumlah populasi ikan ditentukan oleh makanan yang tersedia. Beberapa
faktor yang berhubungan dengan populasi tersebut antara lain jumlah dan
kualitas makanan, tersedianya makanan serta lama masa perolehan
makanan oleh ikan dalam populasi. Makanan ini mempengaruhi
tersedianya pasokan makanan selanjutnya serta sebaliknya akan

1
mempengaruhi pertumbuhan, kematangan bagi tiap individu ikan serta
keberhasilan hidup ikan itu sendiri (kemampuan survival). Tersedianya
makanan dipengaruhi oleh kondisi biotic serta abiotik lingkungan perairan
tempat mereka hidup.

Biasa cara ikan untuk makan yaitu dengan menggunakan indra


penglihatan (mata), penciuman/bau (hidung) dan perabaan/persentuhan
(sungut). Penggunaan indra tubuh ikan dalam mencari makan tergantung
pada habitat ikan itu sendiri. Menurut Bone dan Moore (2008) ada 3 cara
makan ikan, yaituram feeding (membuka), suction feeding (menghisap)
dan bitting (menggigit).

Terdapat istilah kebiasaan makan ikan (food habits) pada ikan.


Kebiasaan makan ikan (food habits) merupakan kuantitas dan kualitas
makanan yang dimakan oleh ikan. Selain itu terdapat pula istilah
kebiasaan cara memakan (feeding habits) pada ikan. Kebiasaan cara
memakan (feeding habits) merupakan waktu, tempat dan cara ikan
mendapatkan makanannya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan ikan?

2. Apa yang dimaksud kebiasaan makanan pada ikan?

3. Bagaimana spesialisasi kebiasaan makanan pada ikan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari disusunnya makalah ini antara lain:

1. Dapat menjelaskan definisi dan karakteristik dari ikan.

2. Dapat menjelaskan mengenai kebiasaan makanan pada ikan.

3. Dapat menjelaskan spesialisasi kebiasaan makanan pada ikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ikan

2.1.1 Teori Asal Usul Ikan

Berdasarkan anggapan evolusionis invertebrate laut yang


ditemukan pada lapisan kambrium berevolusi menjadi ikan dalam waktu
puluhan juta tahun. Namun tidak ditemukan mata rantai peralihan yang
membuktikan bahwa evolusi pernah terjadi pada invertebrate dan ikan.
Invertebrata memiliki jaringan keras diluar tubuh serta tidak memiliki
rangka dalam. Sebaliknya ikan memiliki tulang. Berdasarkan hal tersebut
evolusi invertebrate menjadi ikan merupakan sebuah perubahan sangat
besar yang seharusnya telah meninggalkan bentuk-bentuk mata rantai
peralihan yang menghubungkan kedua kelompok hewan ini.

Para ilmuwan menyelidiki fosil ikan berusia 375 juta tahun yang
dikenal sebagai Tiktaalik roseae yang ditemukan pada 2004 lalu di
Ellesmere Island di Utara Kanada. catatan fosil menggambarkan adanya
radiasi adaptif yang ekstensif dari ikan ini pada Zaman Devon. Sebagian
besar dari ikan-ikan ini kemudian punah, tetapi beberapa diantaranya
menghasilkan garis keturunan yang mengembangkan dua kelas besar ikan
masa kini yaitu ikan tulang rawan dan ikan tulang sejati (Osteichthyes).

Perkembangan berikutnya dari Ostracodermi berkembang menjadi


30.000 spesies ikan yang memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran,
habitat serta distribusi jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu
sehingga membutuhkan pengetahuan tentang pengelompokkan atau
pengklasifikasian ikan. pada kehidupan di bumi, ikan telah mulai berperan
sebagai suatu kelompok menjelang akhir Zaman Prekambrium, setidak-
tidaknya telah berusia 450 juta tahun.

3
Teori evolusi beranggapan bahwa Chordata pertama, seperti Pikaia,
berevolusi menjadi ikan. akan tetapi, sama halnya dengan yang dianggap
sebagai evolusi Chordata, teori evolusi ikan juga kekurangan bukti fisol
yang mendukungnya. Sebaliknya, semua kelas yang berbeda dari ikan
muncul dalam rekaman fosil secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang
sempurna. Terdapat jutaan fosil invertebrata dan jutaan fosil ikan, namun
tidak satu fosil pun yang merupakan peralihan antara mereka.

2.1.2 Pengertian Ikan

Menurut Adrim (2010) ikan merupakan hewan bertulang belakang


(vertebrata) yang hidupnya dalam air dengan insang yang berfungsi untuk
mengambil oksigen yang terlarut dari air dan sirip yang digunakan untuk
berenang. Sedangkan menurut ahli taksonomi, ikan adalah binatang
bertulang belakang (vertebrata) yang bersirip, bernafas dengan insang
dan hidup di air.

Ciri-ciri umum ikan yaitu memiliki rangka bertulang sejati dan


bertulang rawan, tubuh ditutupi oleh sisik dan berlendir, memiliki sirip
tunggal atau berpasangan dan mempunyai oprculum dan memiliki bagian
tubuh yang jelas antara kepala, badan dan ekor. Kebanyakan ikan
berbentuk torpedo pipih, namunada juga yang berbentuk tidak teratur
(againan, 2009).

Anatomi ikan sering dibentuk oleh karakteristik fisik air, medium di


mana ikan hidup. Tubuh ikan terbagi menjadi kepala, badan dan ekor,
meskipun ketiga pembagian tersebut tidak selalu terlihat secara eksternal.
Kerangka, yang membentuk struktur penyangga di dalam tubuh ikan,
tersusun dari tulang rawan pada ikan bertulang rawan atau tulang biasa
pada ikan bertulang. Elemen kerangka utama merupakan kolom vertebral
yang terdiri dari artikulasi vertebra yang ringan namun kuat.

4
Gambar 1.1

Adapun ciri-ciri yang membedakan ikan dengan hewan lainnya baik


hewan yang hidup di perairan dan didarat antara lain adanya tulang
belakang, sirip, insang dan habitatnya yang di air. Kata tulang belakang
(vertebrata) pada ikan berfungsi untuk membedakan ikan dengan
kelompok binatang invertebrata lainnya, seperti udang atau siput yang
sama-sama hidup di air. Kata sirip digunakan untuk membedakan ikan
dari binatang tidak bersirip, seperti katak atau buaya yang sebagian besar
hidupnya di air. Kata kunci bernafas dengan insang ialah juga kata kunci
yang sangat khas membedakan kelompok ini dengan binatang lainnya.
Sedangkan kata hidup di air digunakan untuk membedakannya dengan
binatang vertebrata yang hidup di darat.

Ikan merupakan binatang yang berdarah dingin. Ikan memiliki suhu


tubuh yang berubah-ubah sesuai dengan suhu air tempatnya hidup. Ikan
memiliki habitat di air tawar seperti danau dan sungai maupun di air asin
yaitu di laut dan samudera.

2.1.3 Siklus Hidup Ikan

Ikan mengalami 7 tahapan siklus dalam hidupnya. Siklus hidup ikan


di alam meliputi tahapan induk, telur, larva, benih, juvenil, remaja, dan
dewasa. induk adalah ikan yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Dalam stadia ini, gonad ikan betina sudah dapat memproduksi telur dan

5
gonad ikan jantan sudah dapat memproduksi sperma. Ikan dengan stadia
demikian sudah dapat melakukan aktivitas reproduksi (pemijahan). Induk
dalam melanjutkan keturunannya bisa bersifat parental care atau non-
parental care . Induk ikan budidaya yang bersifat parental care (aktif atau
pasif) merupakan induk yang menjagai keturunannya (telur, larva, atau
benih), sedangkan yang bersifat non parental care merupakan induk yang
tidak peduli terhadap keturunannya.

Tahapan telur, telur merupakan output dari aktivitas pemijahan.


Telur ikan setelah keluar dari tubuh induk bersifat melekat (adesif) dan
tidak melekat (non adesif). Tempat pelekatan (substrat) telur berupa
benda keras dan lunak. Telur yang bersifat tidak melekat dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe berdasarkan berat jenisnya terhadap air, yaitu
mengapung dipermukaan air, melayang di dalam kolam air, dan
menggelinding di dasar wadah. Telur yang dibuahi selanjutnya
berkembang menjadi embrio dan menetas menjadi larva, sedangkan telur
yang tidak dibuahi akan mati.

Tahapan larva, arva merupakan anakan ikan yang berukuran


sangat kecil dan belum memiliki bentuk morfologi yang definitif. Larva
masih dalam proses perkembangan menuju bentuk yang definitif. Pada
saat tersebut, larva belum memiliki organ tubuh yang lengkap, bahkan
organ yang sudah ada pun masih bersifat sederhana (primitif) sehingga
belum berfungsi maksimal. Larva merupakan anakan ikan yang memiliki
morfologi, anatomi, dan fisiologi yang masih sederhana dan terus
berkembang menuju kesempurnaan.

Tahapan benih, benih merupakan anakan ikan yang memiliki


bentuk tubuh definitif seperti induknya. Benih berbeda dengan induknya
dalam ukuran dan tingkah laku reproduksinya saja. Laju pertumbuhan
ikan stadia benih mulai meningkat dan akan melesat lebih cepat lagi pada
stadia juvenil. Juvenil merupakan ikan yang memiliki bentuk tubuh seperti
induknya, tetapi lebih kecil dan organ reproduksinya masih dalam

6
perkembangan sehingga belum berfungsi. Pada tahap juvenil, laju
pertumbuhan ikan berada dalam kecepatan yang maksimum sebelum
melambat ketika memasuki tahapan dewasa.

Pada tahapan dewasa reproduksi ikan dewasa dan ikan induk


sudah berfungsi secara maksimal sehingga berpotensi melakukan
reproduksi dalam rangka melanjutkan keturunan. Pada tahapan ini ini, laju
pertumbuhan daging (somatic) ikan mengalami perlambatan karena
sebagian energi yang diperoleh dari aktivitas feeding digunakan untuk
pertumbuhan reproduktif (generatif) seperti perkembangan, pertumbuhan
dan pematangan gonad serta aktivitas dan tingkah laku reproduktif
lainnya.

Gambar 1.2

2.2 Kebiasaan Makanan Pada Ikan

2.2.1 Kabiasaan Makanan Ikan

Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan


oleh makanan yang tersedia, hal ini dikarenakan faktor jumlah dan
kualitas makanan yang tersedia, mudahnya tersedia makanan dan lama
masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut. Makan
yang di gunakan tadi akan mempengaruhi kuantitas makanan yang
tersedia maupun sebaliknya makanan yang diambil akan mempengaruhi
ikan dari segi pertumbuhan, kematangan serta kemampuan survival pada

7
ikan. Tersedianya makanan bagi populasi ikan dipengaruhi oleh keadaan
biotik maupun abiotik seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan.

Dalam awal hidupnya sebagai larva, ikan biasanya memakan


plankton bersel tunggal yang berukuran kecil sama seperti ukuran
mulutnya. Hal ini bertujuan agar larva ikan dapat mendapat makanan
guna meneruskan hidupnya, namun apabila larva ikan tidak mendapat
makanan yang ukurannya sesuai dengan mulutnya akan terjadi kelaparan
dan habisnya tenaga yang menyebabkan kematian bagi larva-larva
tersebut. Inilah yang menjadi alasan mengapa ikan pada masa larva
memiliki mortalitas yang besar. Semakin bertambah dewasa ikan tersebut
maka ikut berubah juga ukuran dan kualitas makanannya. Ikan tersebut
akan mengikuti dan mencontoh kebiasaan induknya. Hal ini dapat terlihat
pada sisiknya. Nikolsky pada tahun 1963 mencetuskan teori cincin larva,
yaitu batas kedua macam keadaan dimana circuli dekat fokus lebih rapat
daripada susunan circuli yang jauh dari fokus pada ikan dewasa.

Banyak spesies ikan dapat menyesuaikan diri dengan ketersediaan


makanan dalam lingkungan perairannya. Dalam satu daerah perairan yang
luas untuk satu spesies ikan yang hidup terpisah dapat terjadi perbedaan
kebiasaan makanannya. Untuk ikan dengan spesies yang sama dan
ukuran yang sama namun hidup dalam lingkungan perairan yang beda
dapat berbeda kebiasaan makanannya. Jika di suatu perairan mengalami
perubahan kondisi lingkungannya yang menyebabkan terjadinya
perubahan ketersediaan makan bagi ikan maka hal tersebut akan turut
serta merubah kebiasaan makanannya. Seperti yang dikemukakan oleh
Haryadi (1983), bahwa kesamaan komposisi makanan ikan sangat
dipengaruhi oleh jenis ikan, jenis kelamin, kondisi perairan, ketersediaan
dan kemudahan mendapatkan makanan. Jenis-jenis makanan yang
dimakan suatu spesies biasanya juga bergantung pada kesukaan terhadap
jenis makanan tertentu, ukuran, umur, musim serta habitat hidupnya

8
Mengenai penyebaran organisme makanan ikan dalam suatu
lingkungan perairan pada umumnya akan didapatkan beberapa persen
spesies organisme mempunyai jumlah individu yang banyak dengan sisa
spesies lain berjumlah banyak namun dengan anggota individu yang
sedikit. Penyebaran organism yang dominan menyebabkan pengambilan
makanan itu akan bertambah sedangkan pengambilan organisme yang
lain oleh ikan tersebut akan menurun. Dari hal ini juga akan terlihat
apakah makanan yang dimakan itu dipilih atau tidak. Acuan kriteria
makanan yang dikemukakan oleh Nikolsky (1963) makanan ikan yang
memiliki nilai IP > 40%, maka organisme tersebut sebagai makanan
utama. Jika nilai IP 4–40 % maka organisme tersebut sebagai makanan
pelengkap. Jika nilai IP <40% maka organisme tersebut sebagai makanan
tambahan.

2.2.2 Kabiasaan Cara Memakan pada Ikan

Sebagian besar jenis ikan mencari mangsa dengan menggunakan


mata tetapi pada jenis ikan yang hidup di dasar perairan yang
kekurangan cahaya dan keruh mereka menggunakan peraba dan
penciumannya. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari
makanannya mereka akan mengukur apakah makanan tersebut
ukurannya sesuai dengan mulut mereka. Ikan yang menggunakan peraba
dan penciumannya akan langsung memasukkan makanan tersebut ke
dalam mulutnya dan menilainya apakah cocok atau tidak. Apabila tidak
cocok maka ikan akan langsung mengeluarkan makanan tersebut dari
dalam mulutnya.

Berdasar pada kehidupan lingkungannya ikan memiliki letak mulut


yang berbeda-beda. Letak mulut ikan ada yang inferior (dibawah kepala)
seperti pada ikan golongan Acipencer. Ada juga letak mulut ikan yang
letaknya terminal (diujung depan kepala), letak terminal ini dimiliki oleh
sebagian besar golongan ikan. Terakhir letak mulut ikan superior
(dibagian atas) seperti pada ikan Hyporhamphus. Variasi pada tiap spesies

9
ikan terjadi karena spesialisasi struktur dalam penyesuaian terhadap
fungsi ekologinya. Keadaan ini meminimalisir terjadinya persaingan
interspesifik dalam suatu lingkungan perairan yang khas.

Mata merupakan indra yang sangat penting terkhusus bagi larva


ikan dalam mencari makanannya. Larva ikan akan menggerakkan mata
matanya hingga posisinya simetris tertuju ke depan ketika mereka
menemukan makanannya. Kemudian larva-larva tersebut akan
menggerakkan tubuhnya dengan loncatan kecil. Ketika makanan sudah 1-
2mm di depan tubuhnya maka larva-larva tersebut akn mendorong
badannya kedepan dengan posisi badan membentuk huruf s dan langsung
memasukkan makanan tersebut ke dalam mulutnya. Persentase suksesnya
pengambilan mangsa oleh larva berkisar antara 3%-20%.

Terdapat jenis ikan yang memiliki mulut relatif kecil dan tidak
dapat ditonjolkan, yaitu jenis ikan pemakan plankton. Selain itu jenis ikan
pemakan plankton umumnya tidak memiliki gigi dalam mulut mereka.
Mereka mempunyai rongga mulut bagian dalam yang dilengkapi oleh jari-
jari tapis insang yang panjang serta lemas untuk menyaring plankton
sebagai makanan mereka. Mereka memiliki organ pencernaan berupa usus
yang panjang tetapi tidak memiliki lambung. Janis ikan pemakan plankton
biasanya akan makan dengan lebih intensif dan lebih cepat jikan
dibandingkan dengan ikan pemakan benthos dan ikan buas yang
makannya akan intensif jika mereka terisolir.

Pada ikan buas cara mencari makanannya dengan menggunakan


mata dan berenang kesana kemari kecuali pada ikan yang kurang aktif
mereka mencari makanannya dengan menunggu di tempat yang
terlindungi. Ikan buas lebih cepat dan intensif dalam mencari makanannya
apabila mereka berkoloni atau berkelompok dibanding dengan terisolir.
Namun hal ini tergantung pada distribusi dan konsentrasi makanannya.
Apabila mangsa mereka secara berkelompok mereka akan mengalami

10
kesulitan berbeda dengan mangsa yang hidup secara individu maka
mereka akan makan dengan lebih intensif.

Dalam bab ikan mencari makanannya terdapat istilah Feeding


Periodicity yaitu masa ikan aktif mengambil makanannya selama 24 jam.
Didasarkan pada ikannya Feeding Periodicity ada yang terjadi satu hingga
dua kali dengan durasi satu hingga dua jam bahkan ada yang dilakukan
terus menerus. Seperti pada ikan buas dengan mangsa yang relatif besar
bisa melakukan Feeding Periodicity lebih dari satu hari. Adapun pada jenis
ikan nokturnal dimulai sejak matahari terbenam sampai pagi hari dan
pada jenis ikan diurnal dimulai pada siang hari. Suply makanan dan musim
ikut serta mempengaruhi Feeding Perodicity. Feeding Periodicity bahkan
dapat terhenti apabila kondisi lingkungannya buruk.

2.2.3 Klasifikasi Ikan

Menurut Mujamin (1994), pembagian ikan didasarkan pada


jenis makanan dan cara makan, yaitu:

1.Ikan Berdasarkan Jenis Makanannya

a. Ikan Herbivora, yaitu ikan yang makanan pokoknya


terutama yang berasal daritumbuh-tumbuhan (nabati) seperti: ikan
tawes (Punctius javanicus), ikan nilem (Ostheochillus hasseltii), ikan
sepat (Trichogaster pectoralis).

b. Ikan Karnivora, yaitu ikan yang makanan pokoknya


terutama terdiri dari bahan asal hewan (hewani). Contohnya ikan gabus
(Ophiocephalus striatus), ikan kakap (Lates calcarifer), ikan lele (Clarias
batracus).

c. Ikan Omnivora, yaitu ikan yang makanan pokoknya terdiri dari


tumbuhan maupun hewan. Seperti ikan mas (Cyprinus carpio), ikan
mujahir (Tillaphia mossambica) dan ikan gurami (Osphronemus goramy).

11
d. Ikan Pemakan Plankton, yaitu ikan yang sepanjang
hidupnya makanan pokoknya terdiri dari plankton baik fitoplankton
maupun zooplankton. Ikan pemakan plankton hanya menyukai
bahan-bahan yang halus dan berbutir, sehingga tulang tapis
insangnya mengalami modifikasi wujud alat penyaring gas berupa
lembaran-lembaran halus yang panjang seperti ikan terbang
(Cysilurus sp.), ikan lemuru (Clupea iciogaster).

e. Ikan Pemakan Detritus, yaitu ikan yang makanan


pokoknya terdiri dari hancuran sisa-sisa bahan organik yang sudah
membusuk dalam air yang berasal dari hewan atau tumbuhan misalnya
ganggang, bakteri dan protozoa. Seperti ikan belanak (Mugil sp.).

2. Berdasarkan Cara Makannya

a. Ikan Predator. Ikan ini disebut juga dengan ikan buas


dimana dia menerkam mangsanya hidup-hidup. Ikan ini dilengkapi
dengan gigi rahangnya yang kuat. Seperti ikan tuna (Thunus
albaceros).

b. Ikan Gracier, yaitu ikan yang mengambil


makanannya dengan jalan menggerogotinya. Seperti ikan mujahir
(Tillaphia mossambica) dan ikan nilem (Ostheochillus hasseltii).

c. Ikan Stainer, yaitu ikan yang mengambil makanannya dengan


jalan menggesernya dengan mulut yang terbuka, biasanya
makanannya berupa plankton. Seperti ikan lemuru (Clupea longiceps).

d. Ikan Sucker, yaitu ikan yang mengambil makanannya


dengan jalan mengisap lumpur atau berpasir di dasar perairan. Seperti
ikan mas (Cyprinus carpio).

e. Ikan Parasit, yaitu ikan yang mendapat makanannya dari


tubuh hewan besar lainnya. Seperti ikan belut laut (Simenchelis
parasiticis).

12
2.3 Spesialisasi Kebiasaan Makanan

2.3.1 Rantai Makanan

Makanan ikan dimulai dari pembentukannnya hingga makanan


yang dimakan oleh ikan membentuk suatu mata rantai yang disebut rantai
makanan (Food Chains). Sebagian besar para ahli biologi berpendapat
bahwa bakteria dan algae merupakan dasar bagi rantai makanan yang
ada di perairan. Bakteria mengubah material sisa yang komplek menjadi
sederhana sedangkan algae mampu menggunakan garam anorganik (zat
asam arang) dan air untuk membentuk zat organic dengan bantuan
cahaya matahari. Rantai makanan dari bakteria ke ikan lebih tepat disebut
dengan jaring makanan (Food wab), hal ini dikarenakan proses yang
dilalui lebih komplek dengan beberapa rantai makanan yang saling
bertautan berbanding terbalik dengan algae yang hanya melalui satu
rantai makanan.

Salah satu organisme yang berperan penting dalam rantai makanan


yaitu zooplankton. Zooplankton merupakan konsumer I yang berperan
besar dalam menjembatani transfer energi dari produsen primer
(fitoplankton) ke jasad hidup yang berada pada trophic level lebih tinggi
(golongan ikan dan udang). Zooplankton terutama dimangsa hewan
karnivor yang lebih besar sebagai produsen tersier. Proses ini akan
berlangsung dari produsen tingkat IV, tingkat V, dan seterusnya, yang
dapat digambarkan dalam rantai makanan. Sedangkan dalam konsep
klasik rantai makanan yang dikemukakan oleh odum pada tahun 1970
zooplankton dianggap sebagai rantai pertama yang penting untuk
penghasil kedua.

2.3.2 Spesialisasi Kebiasaan Makanan pada Ikan

Kegiatan mencari makan merupakan kegiatan rutin sehari-hari yang


dilakukan oleh ikan untuk menunjang kemampuan hidupnya. Adapun ikan
melakukan kegiatan mencari makanannya dengan menggunakan

13
penglihatan, perabaan dan penciumannya. Secara garis besar ikan dapat
diklasifikasikan sebagai herbivor, ombivor dan karnivor. Jika dilihat secara
garis besar berdasar spesialisasinya ikan dapat diklasifikasikan sebagai
monophagus, stenophagus dan euryphagus. Monophagus merupakan
golongan ikan yang hanya mengkonsumsi satu jenis makanan saja.
Stenophagus merupakan golongan ikan yang mengkonsumsi berbagai
jenis makanan namun secara terbatas. Sedangkan euryphagus merupakan
golongan ikan yang pola makanannya bermacam-macam dan sebagian
besar jenis ikan termasuk dalam golongan ini.

Diantara jenis ikan herbivor dan karnivor memiliki panjang organ


pencernaan yang berbeda. Ikan herbivor memiliki usus yang panjang
sangat kontras dengan usus ikan karnivor yang pendek. Usus panjang
pada ikan herbivor berfungsi untuk mengekstraksi nutrien dengan
menahan makanan dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif
lama guna mendapat kesempatan untuk penggunaan secara penuh
material yang tadi dicerna oleh ikan. Panjang usus merupakan gambaran
dari spesialisasi penyesuaian di dalam ekologi kebiasaan makanan. Selain
itu, ukuran panjang usus relatif bertambah lebih cepat dibandingkan
dengan ukuran tubuhnya sendiri. Hal ini guna menyediakan permukaan
usus yang lebih luas untuk penyerapan makanan yang juga bertambah
banyak.

Gambar 2.3.2

14
Berbeda kebiasaan makanannya maka berbeda pula bentuk organ-
organ penunjang pencernaan ikan seperti bentuk mulut, geligi dan tapis
insang pada ikan.

1. Ikan herbivor tidak memiliki gigi namun mempunyai tapis insang


yang lembut guna menyaring air fitoplankton dari air. Ikan herbivor
tidak mempunyai struktur lambung yang benar dengan usus
panjang yang berliku serta dinding usus yang tipis.
2. Ikan karnivor mempunyai gigi yang berfungsi untuk menyergap,
menahan dan merobek mangsanya dengan tapis insangnya yang
menyesuaikan sebagai penahan, pemegang, pemarut serta
penggilas mangsa. Ikan karnivor memiliki struktur lambung yang
benar dengan ukuran usus yang pendek namun tebal dan elastis.
3. Ikan omnivor mempunyai sistem pencernaan gabungan antara
bentuk sistem pencernaan ikan herbivor dan ikan omnivor.

Spesialisasi memilih makanan pada ikan dapat berubah sesuai


keadaan. Seperti pada ikan predator, mereka terbiasa memangsa ikan
berukuran besar contohnya udang, decapoda, amfibia dsb. Namun apabila
makanan berukuran kecil jumlahnya lebih banyak dan lebih mudah
didapatkan , maka spesialisasi makanan akan berubah dan memilih
makanan yang tersedia dalam jumlah banyak serta cara perolehannya
yang lebih mudah. Terdapat hubungan antara spesialisasi fungsional
dengan makanan yang dimakan oleh ikan bahwa tingkah laku
makanannya itu luas dan fleksibel daripada struktur morfologi dan
anatomi beberapa organ untuk melayani kebutuhan makanannya serta
menunjukkan kepada sifat oportunistik daripada sifat memenjarakan diri
terhadap struktur morfologi dan anatomi organnya. Selain itu didapat juga
perubahan morfologi terjadi selama pertumbuhan dan perkembangannya
mempengaruhi makanan yang dicari dan dimakan dalam proses
mempertahankan dan melanjutkan hidupnya.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 ikan adalah binatang bertulang belakang (vertebrata) yang bersirip,
bernafas dengan insang dan hidup di air. Ciri-ciri umum ikan yaitu
memiliki rangka bertulang sejati dan bertulang rawan, tubuh ditutupi oleh
sisik dan berlendir, memiliki sirip tunggal atau berpasangan dan
mempunyai oprculum dan memiliki bagian tubuh yang jelas antara kepala,
badan dan ekor. Ikan mengalami 7 tahapan siklus dalam hidupnya. Siklus
hidup ikan di alam meliputi tahapan induk, telur, larva, benih, juvenil,
remaja, dan dewasa.
 Sebagian besar ikan menggunakan mata untuk mencari
makanannya namun adapula yang menggunakan perabaan dan
penciumannya. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain
ditentukan oleh makanan yang tersedia, hal ini dikarenakan faktor jumlah
dan kualitas makanan yang tersedia, mudahnya tersedia makanan dan
lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut.
Makan yang di gunakan tadi akan mempengaruhi kuantitas makanan yang
tersedia maupun sebaliknya makanan yang diambil akan mempengaruhi
ikan dari segi pertumbuhan, kematangan serta kemampuan survival pada
ikan. Tersedianya makanan bagi populasi ikan dipengaruhi oleh keadaan
biotik maupun abiotik seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan.
 Makanan ikan dimulai dari pembentukannnya hingga makanan
yang dimakan oleh ikan membentuk suatu mata rantai yang disebut rantai
makanan (Food Chains). Salah satu organisme yang berperan penting
dalam rantai makanan yaitu zooplankton. Secara garis besar ikan dapat
diklasifikasikan sebagai herbivor, ombivor dan karnivor. Jika dilihat secara
garis besar berdasar spesialisasinya ikan dapat diklasifikasikan sebagai
monophagus, stenophagus dan euryphagus.

16
3.2 Saran

Diharapkan melalui Makalah Biologi Perikanan Akuakultur ini

mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari Biologi Perikanan

Akuakultur. Dalam penulisan makalah yang kami tulis ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai

penulis mengharapkan kritik yang membangun dari dosen dan pembaca,

sehingga makalah yang kami tulis ini dapat menjadi lebih baik. Semoga

makalah ini dapat menambah pengetahuan kami sebagai mahasiswa

tentang biologi perikanan terkhusus tentang kebiasaan makanan dan cara


memakan ikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Effendie, Moch. Ichsan.(2002). BIOLOGI PERIKANAN. Yogyakarta:


Yayasan Pustaka Nusatama.

Romimohtarto, Kasijan. & Juwana, Sri. 2009. Biologi Laut. Jakarta :


Djambatan.

Burhanuddin, Andi Iqbal. 2018. Vertebrata Laut. Yogyakarta : Deepublish.


Steele, J.H. 1970. Marine Food Chains. Univ. Calif. Press.552.pp.
Runyan, S. 1961. Early Development of the Clingsfish, Gobiesox strumosus
Cope. Chesapeake Sci. 2(3-4): 113-141
Pertami. dkk. (2019). Makanan dan kebiasaan makan ikan lemuru,
Sardinella lemuru Bleeker, 1853 di perairan Selat Bali. Indonesian Journal
of Ichthyology. 19(1): 143-155.
Situmorang,dkk. (2013). STUDI KOMPARASI JENIS MAKANAN IKAN
KEPERAS (Puntius binotatus) DI SUNGAI AEK PAHU TOMBAK, AEK PAHU
HUTAMOSU DAN SUNGAI PARBOTIKAN KECAMATAN BATANG TORU
TAPANULI SELATAN. JURNAL PERIKANANAN DAN KELAUTAN, 18(2): 48-
58.
Elrifadah. (2015).ANALISIS FEEDING PERIODICITY IKAN BETOK (Anabas
testudineus Bloch) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN RAWA MALINTANG
BARU KECAMATAN GAMBUT KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN. ENVIROSCIENTEAE. 11 (1): 131-135
Yuliana. (2014). Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan
Fitoplankton dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera
Barat. Maspari Journal. 6 (1):25-31.

18
LAMPIRAN

Effendie, 2002

19
Runyan, 1961

20
Romimohtarto & Sri, 2009

21
Pertami. Dkk, 2019

22
Situmorang,dkk. (2013).

23
Elrifadah, 2015

24
Yuliana, 2014

25
Steele, 1970

26

Anda mungkin juga menyukai