Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BUDIDAYA PAKAN ALAMI

BIOFLOK DAN BIOFLOQUA IKAN LELE (Clarias Batrachus).

BIOFLOK AND BIOFLOQUA CATFISH (Clarias Batrachus)

Disusun oleh :

Eka Widhiastuti
05051181924016

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-NYA kepada kita semua, serta juga yang telah menganugerahkan banyak
nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan Praktikum pengetahuan bahan pakan
ikan ini dengan baik.. sholawat Teriring salam tak lupa kita panjatkan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan syafaatnya diYaumul Qiyamah kelak.
Sehingga kita dapat menjadikan beliau suri tauladan yang baik.
Laporan ini saya kerjakan secara baik dan juga berusaha memberikan yang
terbaik dalam mengerjakan laporan ini, dengan bantuan dan dukungan berbagai
pihak, baik dari kakak asisten maupun teman teman yang sudah membantu saya.
Oleh karena itu saya sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang
telah diberikan untuk membantu saya dalam mengerjakan laporan ini. Dalam
penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil laporan praktikum ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari kakak koordinator asisten praktikum . Akhir kata
Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk saya khususnya,
dan masyarakat pada umumnya.

ii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar belakang ...........................................................................................1
1.2 Tujuan .........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................3
2.1. Klasifikasi dan Morfologi ikan Lele ..........................................................3
2.2. Klasifikasi Kangkung ................................................................................4
2.3. Bioflok ......................................................................................................5
2.4. Bioflokua ..................................................................................................6
2.5. Kualitas Air ................................................................................................6
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM ..............................................................7
3.1 Tempat dan Waktu .....................................................................................8
3.2 Bahan dan alat.............................................................................................9
3.3 Metode. .......................................................................................................9
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................10
4.1 Hasil ............................................................................................................11
4.2 Pembahasan ................................................................................................12
BAB 5 KESIMPULAN ...........................................................................................13
5.1 Kesimpulan ................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................14
LAMPIRAN GAMBAR ..........................................................................................15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
ikan lele merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang mengandung sumber
protein hewani dan bernilai ekonomis. Lele telah menjadi salah satu bahan pangan
komoditas perikanan yang menjadi menu makanan wajib di Indonesia. Kebutuhan
sumber protein hewani khususnya komoditas perikanan terus meningkat setiap
tahunnya sehingga perlu adanya inovasi agar produksi meningkat. Budidaya ikan lele
memiliki prospek yang sangat baik dikembangkan dalam bentuk pembenihan maupun
pembesaran. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan lele semakin meningkat.
Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang
memuaskan dan diminati konsumen. Dari suatu kenyataan bahwa ikan lele
merupakan makanan masyarakat yang sifatnya dimakan habis, maka permintaan akan
ikan jenis ini tidak akan pernah surut. Intensifikasi budidaya khususnya peningkatan
padat penebaran membawa dampak kurang baik terhadap kelestarian dan kesehatan
lingkungan yang berupa penurunan kualitas lingkungan budidaya. Penurunan kualitas
lingkungan disebabkan limbah organik dari sisa pakan dan kotoran, limbah tersebut
umumnya didominasi oleh senyawa nitrogen anorganik yang beracun.
Menurut Asaduzzaman et.al. (2008) dan De Schryver et.al. (2008) bahwa
tingginya penggunaan pakan buatan berprotein tinggi pada budidaya intensif
menyebabkan pencemaran lingkungan budidaya dan memberi peluang terjadinya
penyakit. Menurut Setiawan, dkk (2016) bahwa teknologi bioflokulasi merupakan
salah satu teknologi yang saat ini sedang dikembangkan dalam akuakultur yang
bertujuan untuk memperbaiki kualilas air dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan
nutrisi. Teknik bioflok dinilai efektif dan mampu mendongkrak produktivitas Selain
itu, budidaya sistem bioflok tidak berbau dan sangat baik untuk pupuk tanaman. Hal
itu terjadi karena adanya mikroorganisme seperi bakteri Bacillus sp yang mampu
mengurai limbah budidaya dan terbukti meningkatkan produktifitas hasil panen lele 2
kali lipat. Purnomo (2012) menyatakan bahwa penambahan sumber karbohidrat

1
mampu meningkatkan kelimpahan bakteri pada media budidaya dan berpengaruh
terhadap hasil produksi.
jenis tanaman yang dapat dipelihara pada bioflok ini adalah tanaman kangkung,
pemilihan tanaman kangkung dalam sistem bioflok karena merupakan tanaman
dengan akar yang tidak terlalu kuat dan dalam pemeliharaannya memerlukan air
secara terus menerus. Penggunaan tanaman Kangkung dalam budidaya teknik bioflok
juga diperkuat oleh penelitian Damanik dkk. (2018) yang mengungkapkan bahwa
kangkung darat memberikan hasil reduksi nitrogen anorganik tertinggi untuk amonia
bebas (NH3) dan nitrat (NO3) pada sistem bioflok budidaya ikan lele sangkuriang.
Penggunaan kangkung dalam sistem bioflok mampu mengurangi limbah nitrogen
budidaya ikan hingga 58% (Setijaningsih, 2012).
1.2 Tujuan
Berdasarkan dari praktikum yang sudah dilakukan, tujuan dari praktikum ini
adalah untuk dapat mengetahui dan memahami budidaya ikan lele dengan sistem
bioflok.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Lele


Klasifikasi ikan lele berdasarkan Saanin (1984) dalam Hilwa (2004) yaitu
sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias batrachus

Gambar 2.1. ikan lele (Clarias batrachus).


Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam ordo
Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Jenis ikan lele jawa
(Clarias Batrachus) juga dalam tingkatan produktifitasnya sangat tinggi yang sudah
dibudidayakan secara luas di negara Indonesia ini. Teknologi yang digunakan juga
sudah pada tingkatan cukup tinggi. Secara anatomi ikan lele memiliki alat pernafasan
tambahan (arborescent organ) yang terletak di bagian dapan rongga insang, yang
memungkinkan ikan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Alat pernapasan
ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh
kapiler-kapiler darah. Oleh karena itu, ikan lele dapat hidup dalam kondisi perairan
yang mengandung sedikit kadar oksigen (Suyanto, 2000). Sebagai alat bantu renang,
lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur.

3
Lele juga memiliki sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada
dilengkapi dengan sirip yang keras dan runcing yang disebut dengan patil. Patil ini
berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak (Khairuman dan Amri, 2002
dalam Fitriah 2004).
Menurut dari Puspowardoyo dan Djarijah, 2002 mengatakan bahwa ikan lele
lokal (Clarias Batrachus) ini memiliki morfologi yang sangat mirip dengan ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus). Bentuk tubuh yang memanjang, bulat, kepala yang agak
melebar, tidak memiliki sisik, memiliki kulit yang licin, warna kulit terdapat bercak –
bercak berwarna keputihan hingga kecoklatan abu – abu. Tengah badanya
mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed),
sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi
lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih
kesamping. Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik mempunyai pigmen
hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua Daun lubang
penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur memanjang
sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang maksimum
mencapai 400 mm.

2.2. Klasifikasi Kangkung


klasifikasi Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir) sebagai berikut
(Sunarjono, 2003) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea reptans Poi

4
Gambar 2.2. kangkung (Ipomoea reptans Poi).
Morfologi tanaman kangkung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah,
biji. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang
akarnya menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100
cm dan melebar secara mendatar pada radius ±150 cm, terutama pada jenis kangkung
air (Rukmana, 2007). Menurut Mangoting, (1994) bahwa batang kangkung bulat dan
berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air, dari buku-bukunya mudah sekali
keluar akar. Daun kangkung memiliki tangkai daun yang melekat pada buku-buku
batang dan di ketiak daunnnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi
percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing, permukaan daun bagian atas
berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
2.3. Bioflok
Bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae,
protozoa, cacing dll), yang tergabung dalam gumpalan (floc) (Suprapto dan Legian,
2013). Bioflok dapat terbentuk jika ada 4 komponen yaitu sumber karbon, bahan
organik dari sisa pakan dan kotoran ikan, bakteri pengurai dan ketersediaan oksigen.
Terbentuknya bioflok terjadi melalui pengadukan bahan organik oleh aerasi supaya
terlarut dalam kolom air untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof aerobik
(kondisi cukup oksigen) menempel pada partikel organik, menguraikan bahan
organik (mengambil C-organik), selanjutnya menyerap mineral seperti ammonia,
fosfat dan nutrient lain dalam air. Sehingga bakteri yang menguntungkan akan
berkembang biak dengan baik.

5
Teknologi bioflok merupakan teknologi budidaya yang didasarkan pada
prinsip asimilasi nitrogen anorganik (amonia, nitrit dan nitrat) oleh komunita mikroba
(bakteri heterotrof) dalam media budidaya yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh
organisme budidaya sebagai sumber makanan (DeSchryve dkk., 2008). Budidaya
ikan membutuhkan pakan sebagai penunjang pertumbuhan ikan. Pakan yang
diberikan tidak semua termakan sebagian pakan yang berikan hanya 25% yang
dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainnya terbuang sebagai limbah (62%
berupa bahan terlarut dan 13% berupa partikel terendap) (Suryaningrum, 2014).
2.4. Bioflokua
Teknologi bioflok adalah suatu system budidaya bakteri heterotrof dan alga
alam suatu gumpalan “flocs” secara terkontrol dalam suatu wadah budidaya atau
merupakan suatu sistem yang memanipulasi kepadatan dan aktivitas mikroba sebagai
suatu cara megontrol kualitas air dengan mentransformasikan amonium menjadi
protein mikrobial agar mampu mengurangi residu dari sisa pakan, agregat diatom,
makro alga, sisa pelet, bakteri, protista dan invertebrate yang berdiameter 0,1-2 mm.
Teknologi bioflok mampu mengolah limbah sehingga teknologi ini memungkinkan
kita meminimalisir limbah sekaligus mendaur ulang limbah menjadi pakan yang
merupakan kuncipermasalahan dalam menciptakan budidaya ikan yang ramah
lingkungan, berkelanjutan, efisien dalam penggunaan air maupun pakan.
Pengontrolan kualitas air terjadi dalam wadah kultur itu sendiri, oleh sistem bioflok
yang sudah berjalan dalam wadah kultur. Sistem ini sangat murah, sederhana, ramah
lingkungan dan memiliki produktifitas yang sangat tinggi (Taw, 2014).
2.5. Kualitas Air
Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan
air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/ irigasi,
industri, rekreasi dan sebagainya. kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk
menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat
diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang
biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (I-CLEAN,
2007).

6
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia,
fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah
upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.

7
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di ponpes raudhatul ulum Sakatiga, Indralaya,
Kabupaten Ogan Ilir, dilaksanakan pada tanggal Tanggal 16 Oktober 2021 pukul
07.30–Selesai, dan juga sebagian dilakukan melalu room meeting.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini terletak pada tabel 3.2.1 :

No. Alat Jumlah


1 Pisau 1
2 Kolam terpal 1
3 Cangkul 1
4 Aerator 1
5 Pipa paralon 3
6 Kabel 1
7. Nampan 1

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini, terletak pada Tabel 3.2.2. yaitu:
No. Alat Jumlah
1 Ikan lele Secukupnya
2 Tanaman kangkung Secukupnya

3.3. Metode
Metode kerja pada praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan juga bahan bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini.
2. Lalu bersihkan kolam terpal yang akan digunakan agar terhindar dari bakteri
dan juga kotoran.
3. Kemudian langkah selanjutnya yaitu pengisian air pada kolam terpal. Jangan
lupa untuk memasang aerator.
4. Setelah itu lakukan pemotongan pipa yang berfungsi sebagai outlet pada
kolam terpal.

8
5. Lalu siapkan busa yang sudah dipotong persegi empat, busa ini berfungsi
untuk penanaman kangkung.
6. Kemudian masukkan bibit tanaman kangkung kedalam nampan dan
masukkan ikan lele kedalam kolam tersebut
7. Lalu terakhir diamkan dan jangan lupa diamati.

9
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil pada praktikum bioflok pada kali ini ialah sebagai berikut:
Tabel 4.1.1 Kangkung
Kangkung
No Panjang (cm) Berat (g)
1 74, 5 cm 15 g
2 56 cm 8g
3 50 cm 7g
4 65 cm 19 g
5 52,5 cm 8g
6 63,5 cm 9g
7 60 cm 16 g
8 59 cm 9g
9 51 cm 6g

Tabel 4.1.2 Sampling ikan lele selama masa pemeliharaan:


Kolam Bioflok Kolam Biasa
No Panjang (cm) Berat (g) Panjang (cm) Berat (g)
1 11 cm 11, 1 g 13 cm 16 g
2 11 cm 9g 13,3 cm 13 g
3 14,5 cm 23,6 g 13,3 cm 20 g
4 13,5 cm 18,7 g 13,5 cm 15,8 g
5 12,2 cm 13 g 12,5 cm 13,4 g
6 13 cm 20,5 g 13 cm 15,4 g
7 14,2 cm 21,2 g 15,5 cm 27,3 g
8 13,1 cm 15,4 g 17 cm 32,4 g
9 11,9 cm 12,1 g 15,5 cm 23,4 g
10 11,3 cm 11,1 g 14 cm 17 g
11 12,6 cm 13,7 g 13,5 cm 17,1 g
12 14, 9 cm 18,8 g 12,5 cm 15 g
13 12,1 cm 12,3 g 12 cm 11,3 g
14 14,6 cm 18,7 g 14 cm 22,1 g
15 13 cm 15,4 g 14 cm 21,9 g
16 16,6 cm 26,3 g 10,5 cm 12,2 g
17 13,3 cm 19,5 g 15 cm 21,6 g
18 13,7 cm 16,3 g 15 cm 22,1 g
19 12,8 cm 15,3 g 12 cm 12,9 g
20 14,7 cm 20,7 g 13,5 cm 18 g

10
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan selama 21 hari yang dimulai
dari persiapan hingga akhir pemanenan, didapatkan hasil bahwa pertumbuhan bobot
ikan lele yang ada pada kolam bioflok lebih cepat dibandingkan pada kolam biasa,
pada kolam bioflok berat tubuh ikan lele mencapai 20,7 gram, berbanding terbalik
dengan ikan lele yang ada dikolam biasa yang hanya hanya mencapai 18 gram.
Begitupun pada pertumbuhan panjang tubuh ikan lele pada kolam bioflok mencapai
14,7 sedangkan pada kolam biasa panjang tubuh ikan lele 13,5 gram. Selain
pertumbuhan ikan lele, begitupun juga ada pertumbuhan tanaman kangkung. Pada
pertumbuhan kangkung didapatkan hasil panjang tanaman kangkung yaitu 51 cm dan
berat tanaman kangkung yaitu 6 gram. Perbedaan hasil tersebut dikarenakan ada
kelebihan dan kekurangan pada setiap kolam yang digunakan. Kelebihan pada kolam
bundar adalah yaitu Dengan kontruksi berbentuk bundar sisi kolam lebih kuat
menahan beban air dari pada bentuk kotak Jangkauan pemberian aerasi lebih merata
ke segala arah karena tidak ada sudut terjauh, jika pipa aerasi terletak pada satu titik
di tengah. Sehingga kolam bundar ini lebih cocok untuk budidaya ikan lele dengan
sistem bioflok yang menerapkan tebar padat. Pembuangan limbah dan pemanenan
lele dapat di lakukan dengan mudah karena dasar kolam dapat di buat kerucut.
Terlihat lebih muthakir dari pada kolam berbentuk kotak. selain itu kekurangan
kolam bundar adalah Volume air lebih sedikit, Memakan tempat karena membuat
kolam bundar tidak dapat berdempetan sehingga lebih banyak lahan kosong yang
tidak dapat terpakai, Biaya pembuatan lebih mahal jika di bandingkan kolam bentuk
kotak. Karena setiap sisi tidak kolam tidak bisa di pakai untuk dua kolam.
Sedangkan kelebihan pada kolam bioflok yaitu Kelebihan kolam Bioflok pH
air menjadi relatif stabil. Kestabilan pH ini juga menurunkan kandungan amonia pada
air. Tidak memerlukan pergantian air, karena pergantian air akan mengakibatkan
biosecurity mati. Limbah yang ada pada kolam budidaya akan didaur ulang menjadi
pakan berprotein tinggi, sehingga biaya pembelian pakan dapat diminimalisir.
Sedangkan kekurangan kolam bioflok adalah Kekurangan Sistem Bioflok Tidak
dapat diterapkan pada kolam atau tambak yang bocor atau rembes, karena dapat

11
mengancam biosecurity yang ada. Memerlukan aerator yang dapat bekerja terus-
menerus sebagai penyuplai oksigen. Pengamatan air harus dilakukan lebih sering dan
teliti demi mencegah timbulnya nitrit dan amonia. Apabila aerasi berhenti, maka akan
terjadi pengendapan bahan organik di dasar kolam yang mengakibatkan pH air
menurun atau menjadi asam. Apabila flok terlalu pekat dapat menyebabkan kematian
bertahap, karena oksigen menjadi rendah.

12
BAB 5
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum budidaya pakan alami kali ini adalah:
1. Penambahan sumber karbohidrat mampu meningkatkan kelimpahan bakteri
pada media budidaya dan berpengaruh terhadap hasil produksi.
2. Teknologi bioflok mampu mengolah limbah sehingga teknologi ini
memungkinkan kita meminimalisir limbah sekaligus mendaur ulang limbah
menjadi pakan.
3. Pengontrolan kualitas air terjadi dalam wadah kultur itu sendiri, oleh sistem
bioflok yang sudah berjalan dalam wadah kultur.
4. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air
tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau
uji kenampakan.
5. pertumbuhan ikan lele dan juga tanaman kangkung memiliki perbedaan antara
pada kolam bioflok dengan kolam bundar.
5.2. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum juga menggunakan room metting agar yang
online bisa juga ikut praktikum, kemudian pada saat praktikum juga diberi penjelasan
agar praktikan memahami materi yang dipraktikumkan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.
Agromedia. Jakarta.
Asaduzzaman, M., M.A. Wahab, M.C.J. Verdegem, S. Huque, M.A. Salam, and M.E.
Azim. 2008. C/N Ratio Control and Substrate Addition for Periphyton
Development Jointly Enhance Freshwater Prawn Macrobrachium rosenbergii
Production in Ponds. Aquaculture, 280: 117–123.
Damanik, B. H., Hamdani, H., Riyantini, I., & Herawati, H. (2018). Uji Efektivitas
Bio Filter dengan Tanaman Air untuk Memperbaiki Kualitas Air pada Sistem
Akuaponik Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Perikanan Dan
Kelautan, IX(1), 134–142.
De Schryver, P., R. Crab, T. Defoirdt, N. Boon, and W. Verstraete. 2008. The Basics
of Bio-Flocs Technology: The Added Value for Aquaculture. Aquaculture,
277: 125–137.
Purnomo, P.D. 2012. Pengaruh Penambahan Karbohidrat pada Media Pemeliharaan
Melalui Teknologi Bioflok Terhadap Produksi Budidaya Intensif Nila
(Oreochromis niloticus). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro. Semarang. 89 hlm.
Setiawan, Rizky Ariqoh, Pratiwi Tivani, Laras Pipih dan Isti Pudjiastuti. Bioflokulasi
Sistem Teknologi Budidaya Lele Tebar Padat Tinggi Dengan Kapasitas
1M3/750 Ekor Dengan Flock Forming Bacteria. Inovasi Teknik Kimia, Vol.
1, No. 1, April 2016, Hal. 45-49 ISSN 2527- 6140.
Setijaningsih, L. (2012). Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) dengan
Perbedaan Jarak Tanam Tanaman Kangkung (Ipomoea aquatic) pada Sistem
Akuaponik. Prosiding Indoaqua, 197–204.
Suprapto, Samtafsir SL. 2013. Biofloc-165 Rahasia Sukses Teknologi Budidaya Lele.
Depok (ID): AGRO 165.

14
LAMPIRAN

15
16

Anda mungkin juga menyukai