i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi petunjuk dan karunia-Nya, sehingga tim penyusun dapat mengerjakan
dan menyelesaikan penulisan buku kerja Manajemen Budidaya Air Tawar,
Payau dan Laut. Buku kerja praktikum ini disusun sebagai materi pembelajaran
praktikum Manajemen Budidaya Air Tawar, Payau dan Laut dan untuk
membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Manajemen Budidaya
Air Tawar, Payau baik di lapang maupun di laboratorium.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih belum sempurna, maka
dari itu diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya. Semoga buku panduan ini dapat
bermanfaat dan dapat dimanfaatkan pada praktikum Manajemen Budidaya Air
Tawar, Payau dan Laut
dalam wadah terkontrol baik secara intensif maupun semi intensif untuk
mendapatkan keuntungan. Biota air yang diproduksi terdiri dari kelompok ikan
tanaman air (alga, makrofita), baik untuk dikonsumsi, bahan baku industri
maupun ikan hias. Berdasarkan pada habitat biota air atau sumber air yang
digunakan dikenal perikanan budidaya air tawar (danau, waduk, situ, sungai
saluran irigasi, rawa air tawar, mata air), budidaya air payau (muara sungai,
perairan pantai, rawa air payau, paluh) dan budidaya laut atau marikultur
(perairan terlindung berupa teluk, selat dan laguna serta perairan terbuka
berupa laut lepas pantai atau laut dalam) (Effendi, 2019). Secara umum
manajemen hama dan penyakit, manajemen reproduksi, tingkah laku dan lain
sebagainya.
dikelola secara semi intensif dan intensif mempunyai permasalahan yang cukup
density) dan input pakan yang tinggi menyebabkan tingginya limbah yang
1
management) yang berakibat tingginya nilai rasio konversi pakan (Feed
penyakit di lingkungan budidaya. Penyakit pada ikan akan muncul jika terjadi
Manajemen pakan yang buruk akan mempengaruhi kualitas air, begitu juga
yang tepat untuk mencegah penurunan kualitas air. Kualitas air mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang secara secara ekonomi akan
(Supono, 2015).
pentingnya ikan sebagai sumber protein pada makanan serta potensi perairan
Indonesia yang cukup besar. Luas area akuakultur Indonesia berupa marikultur,
tambak, kolam, keramba, jaring apung, jaring tancap dan sawah mina padi
diperkirakan baru mencapai 1.321.874 ha. Area akuakultur yang paling luas
berupa tambak mencapai 715,9 ribu ha, diikuti oleh marikultur 285,6 ribu ha dan
mencapai 16,1 juta ton dengan nilai hampir Rp 187,2 trilyun pada 2017.
Kontribusi terbesar berasal dari rumput laut, diikuti oleh kolam air tenang dan
tambak. Produksi kolam air tenang umumnya berupa ikan nila, ikan lele dan
2
ikan patin, sedangkan tambak berupa ikan bandeng dan udang vaname
(Effendi, 2019).
dan Laut ini adalah mengenalkan kepada mahasiswa tentang aplikasi konsep-
tawar, payau dan laut dalam upaya mencapai produksi yang optimal,
dan Laut adalah mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan prinsip sistem
ikan yang produktif dan sehat. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
proses utama yang terjadi pada sistem produksi akuakultur seperti pengelolaan
menjaga lingkungan hidup yang sehat bagi budidaya ikan dan lingkungan.
Praktikum Manajemen Budidaya Air Tawar, Payau dan Laut tahun 2023
3
BAB II. PEMBAHASAN
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar. Ikan lele memiliki
nama latin Clarias sp. Menurut Khairuman dan Amri (2008), klasifikasi ikan lele
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygi
Ordo : Siluriformes
Subordo : Siluroidae
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Ciri morfologi pada ikan lele menurut Khairuman dan Amri (2008), yaitu
memiliki tubuh bulat memanjang, licin, dan tidak bersisik. Lele memiliki dua buah
kumis yang dekat dengan sungut hidungnya. Kumis tersebut berfungsi sebagai
alat pemciuman dan juga sebagai alat mencari makan dan alat peraba ketika
berenang. Ciri yang lebih spesifik yaitu memiliki warna tubuh yang bervariasi.
4
Ada yang berwarna cokelat gelap, cokelat terang, dan berwarna hitam. Lele
memiliki patil yang sangat kuat. Ciri morfologi ikan lele disajikan pada Gambar 1.
Ikan lele (Clarias sp.) menurut Warseno (2018), memiliki tubuh yang
memanjang dengan kulit licin. Ikan lele tidak memiliki sisik dengan sirip
punggung dan sirip anus yang panjang. Sirip tersebut biasanya menyatu dengan
sirip ekor. Lele memiliki kepala yang keras di bagias atas dan memiliki mata yanh
kecil dengan mulit lebar yang terletak di ujung. Ikan lele memiliki empat pasang
sungut peraba (barbells) yang berfungsi untuk bergerak di air yang gelap. Alat
sepasang patil. Patil merupakan duri tulang yang tajam pada sirip dadanya.
2.1.2 Habitat
Habitat ikan lele menurut Warseno, et al. (2018), merupakan air yang
tenang atau mengalir perlahan. Ikan lele dapat ditenukan di rawa, telaga, waduk,
dan sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat nokturnal yaitu bergerak
mencari makan ketika malam hari. Ikan lele akan berlindung di tempat yang
gelap ketika siang hari. Penyebaran ikan lele terdapat sekitar 55-60 spesies
marga Clarias yang tersebar luas di dunia. Di Asia Tenggara telah diketahui dan
Ikan lele menurut Sitio, et al. (2017), merupakan salah satu komoditas
perikanan budidaya air tawar yang unggul. Ikan lele memiliki keunggulan karena
ikan lele yaitu di perairan tawar dengan kadar salinitas 1 ppt. Ikan lele dapat
hidup di perairan pasang surut seperti rawa yang memiliki salinitas 3-4 ppt. Hal
ini didukung oleh pernyataan Anis dan Hariani (2019), bahwa ikan lele memiliki
pertumbuhan yang cepat dan toleran terhadap kualitas air yang kurang baik.
5
Selain itu, ikan lele tahan terhadap penyakit dan dapat dipelihara hampir di
2.1.3 Reproduksi
menghasilkan keturunan. Perbedaan jantan dan betina ikan lele dapat dilihat dari
organ seksnya, dimana ikan lele jantan memiliki bentuk yang runcing dan
memanjang dengan kantong sperma (testis) berjumlah dua buah berbentuk pipih
memanjang berwarna putih. Sedangkan ciri-ciri alat reproduksi induk lele betina
yaitu alat kelaminnya berbentuk bulat (oval) dan mempunyai kantong telur
(ovarium) sebanyak dua buah. Ikan lele berkembang biak secara ovipar
Penentuan induk lele jantan dan betina menurut Gunawan (2009), perlu
jenis kelamin lele lebih mudah dibedakan ketika sudah matang gonad. Ikan lele
kemerahan. Batok kepala lebih kecil dan lebih pipih daripada betina. Perutnya
ramping dan bila diurut pelan-pelan akan keluar cairan putih atau sperma.
Gerakan ikan lele jantan lebih gesit dengan warna tubuhnya yang terang.
Sedangkan pada ikan lele betina bentuk alat kelaminnya bulat, kemerahan dan
memiliki lubang yang agak besar dengan batok kepala agak cembung dan lebih
besar dibandingkan indukan jantan. Ikan lele betina memiliki perut gendut dan
jika diurut akan keluar cairan kuning, memiliki gerakan yang lamban dan warna
gelap.
6
A B
(induce spawning) dan pemijahan secara intensif atau buatan (induce breeding).
Pemijahan secara tradisional pada ikan lele dilakukan dengan alat dan cara yang
sederhana, serta campur tangan manusia yang terbatas. Proses ini tidak
membutuhkan biaya yang besar, tetapi produksi benih lele nantinya akan kurang
hampir sama dengan pemijahan secara alami, hanya saja pada pemijahan ini
proses pematangan dan ovulasi sel telur. Proses pemijahan secara intensif
dengan bantuan tangan manusia. Setelah induk lele disuntik, telur dan sperma
dikeluarkan dari induk dengan cara diurut. Kemudian telur dan sperma
menjadi 3 aspek yaitu aspek teknis, aspek ekonomis, dan aspek sosial yang
7
a. Aspek Teknis
1. Topografi
tanah yang optimal digunakan untuk budidaya lele yaitu berkisar antara 1 – 700
mdpl dengan curah hujan sedang. Lokasi budidaya ikan lele diatas 700 mdpl
dinilai kurang baik untuk pertumbuhan ikan lele karena semakin tinggi lokasi
ikan lele lambat, waktu panen mundur, dan otomatis akan membutuhkan lebih
banyak pakan. Pada suhu dingin telur ikan lele akan menetas tidak maksimal
dan membutuhkan waktu lebih lama bisa mundur antara 3-8 jam.
2. Kondisi Tanah
Kondisi tanah sebagai lokasi budidaya ikan lele juga harus diperhatikan.
Tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lokasi budidaya. Syarat tanah yang
dapat dijadikan kolam budidaya yaitu tanah yang tidak mudah rembes, longsor,
dan pecah. Jenis tanah yang baik untuk kolam budidaya ikan lele adalah tanah
3. Sumber Air
Air dalam budidaya ikan dijadikan sebagai media hidup organisme akuatik
maka, kualitas dan kuantitas air menjadi salah satu faktor terpenting dalam
budidaya ikan lele. Air harus selalu tersedia dan cukup untuk seluruh rangkaian
kegiatan budidaya. Syarat sumber air pada lokasi kegiatan budidaya sumber air
harus dekat dengan lokasi budidaya, tidak banjir, tersedia sepanjang tahun,
jumlah mencukupi, dan air tidak tercemar. Selain syarat tersebut dalam budidaya
ikan lele juga membutuhkan air yang memenuhi kriteria dan sesuai dengan
habitat asli ikan lele. Ikan lele menurut Sitio, et al. (2017), dapat tumbuh dengan
8
baik pada perairan dengan salinitas antara 3,79-4,17 ppt. Suhu air berkisar
antara 20-30ºC. pH antara 6,5-9. Nilai alkalinitas yang baik pada suatu perairan
berkisar antara 30-500 mg/L. Kadar oksigen yang baik untuk menunjang
pertumbuhan ikan lele secara optimum harus lebih dari 3 mg/L. Ikan lele mampu
b. Aspek Ekonomis
kelancaran usaha. Prinsip sebuah usaha sebaiknya pengeluaran lebih kecil dari
sedikit biaya, dengan tersedianya fasilitas umum yang dekat maka dapat
menekan biaya tambahan untuk produksi. Lokasi budidaya juga sebaiknya dekat
berlangsung cepat, dan ikan lele sampai ke tangan konsumen dengan kualitas
c. Aspek Sosial
Lokasi budidaya harus aman dari berbagai gangguan, baik manusia maupun
hewan. Sebaiknya dalam memilih lokasi bubidaya ikan lele tidak berdekatan
lingkungan, limbah pasca produksi diolah sedemikian rupa agar tidak mencemari
lokasi budidaya, seperti dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar.
9
2.1.5 Sarana dan Prasarana Budidaya
a. Kolam
Kolam yang sering digunakan pada budidaya ikan lele secara intensif
menurut Wathon (2018), ada dua jenis yaitu kolam terpal dan kolam beton.
Kolam terpal merupakan kolam yang dinilai memiliki harga murah dan bisa
digunakan pada lahan sempit. Ukuran kolam bisa disesuaikan dengan lahan
yang tersedia untuk budidaya. Kolam terpal memiliki dinding dan dasar kolam
dari terpal dengan penyangga berbahan kayu, bambu, atau bisa juga dengan
rangka besi. Selain kelebihan tersebut tentu kolam terpal memiliki beberapa
kekurangan yaitu rawan sobek dan bocor, tidak permanen, lebih sering
lipatan terpal, lebih banyak memberikan pakan tambahan karena sedikit memiliki
unsur hara, terpal memiliki jangka waktu pemakaian tidak bisa untuk jangka
panjang. Kolam beton merupakan kolam permanen yang bagian pematang dan
lebih tinggi dari kolam terpal dan harus dipikirkan dengan matang lokasi
beton memiliki beberapa kelebihan yaitu, tahan lama dan tidak mudah bocor,
bersifat permanen, pakan lebih efisien karena bisa mendapat pakan alami dari
kolam, saluran air lebih mudah, biaya perawatan rendah, dan kualitas air lebih
mudah terkontrol.
b. Saluran Air
Saluran air menurut Ardyanti, et al. (2018), merupakan salah satu faktor
penting yang harus dimiliki pada setiap kolam budidaya. Saluran air dibagi
menjadi dua yaitu saluran inlet dan saluran outlet. Saluran inlet merupakan
saluran air yang digunakan untuk memasukan air bersih menuju kolam budidaya.
10
Proses pemasukan air bisa dibantu menggunakan pompa air dan pipa paralon.
Saluran inlet pada kolam umumnya terletak lebih tinggi dari badan air dan berada
berlawanan dengan outlet. Saluran outlet merupakan saluran air yang digunakan
untuk pengeluaran air. Berbeda dengan saluran inlet, saluran outlet berada di
Konstruksi saluran inlet dan outlet dibuat sesuai dengan sistem budidaya yang
c. Biosecurity
dari serangan hama (kucing, ayam, dll) dan penyakit. Penerapan biosecurity juga
kontrol mingguan pada kolam budidaya lele dapat menjadi salah satu cara untuk
memastikan kualitas air tetap baik selama masa budidaya. Penyakit yang umum
menyerang ikan lele yaitu penyakit kuning, jamur kulit, sirip merah, dan virus.
dalam suatu budidaya ikan. Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan dapat
secara efektif oleh ikan dapat membuat ikan mengalami pertumbuhan dengan
11
baik. Manajemen pemberian pakan bertujuan untuk menyesuaikan kebutuhan
nutrisi ikan, kualitas pakan dan waktu yang tepat untuk memberi makan ikan.
dan kesehatan tubuh ikan, serta kualitas air. Feeding habits atau kebiasaan cara
makan ikan merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan
suatu budidaya ikan. Ikan dapat tumbuh secara optimal karena adanya
pemberian pakan yang efisien, sebagian besar pakan yang diberikan hanya 25%
menjadi hasil produksi dan sisanya terbuang menjadi limbah 62% berupa bahan
terlarut dan 13% berupa partikel terendap. Besarnya limbah yang dihasilkan
dapat menyebabkan turunnya kualitas air dalam budidaya tersebut dan akan
berdampak kepada sistem ekologinya yang diakibatkan oleh adanya buangan ini
maka akan terjadi pengkayaan nutrien (eutrofikasi), perubahan pola rantai dan
Cara pemberian pakan menurut Mulyani, et al. (2021), lebih baik dibuat
basah terlebih dahulu dengan menambahkan sedikit air dan didiamkan selama
15-20 menit hingga teksturnya berubah menjadi kenyal dan dapat sedikit
tenggelam dengan jumlah terkontrol. Pakan ditebar sedikit demi sedikit dengan
memperhatikan respon makan ikan lele. Apabila respon makan mulai melambat
maka dapat diartikan bahwa ikan lele sudah cukup kenyang. Pemberian pakan
tepat pada budidaya ikan menurut Cahyani dan Hafiludin (2023), dapat
karena tidak sesuai dengan kebutuhan ikan dan banyak pakan yang terbuang.
merupakan salah satu faktor penentu berhasilnya suatu budidaya ikan. Pakan
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan. Semakin besar ukuran ikan
semakin sedikit jumlah pakan yang diberikan, semakin kecil ukuran ikan maka
membutuhkan jumlah pakan yang lebih banyak karena ikan berukuran kecil
masa pertumbuhannya lebih besar dari pada ikan yang berukuran besar. Jumlah
pemberian pakan menurut Mulyani, et al. (2021), yaitu sebanyak 3-5% dari berat
tubuhnya perhari dan untuk jumlah protein dibedakan menjadi tiga kelompok
yaitu:
Pakan akhir pertumbuhan usia lebih dari 2 bulan (protein rendah <30%)
dalam waktu sehari. Pada awal penebaran benih menurut Lutfiyanah dan
Djunaidah (2020), pakan diberikan 3 kali sehari, dengan jumlah 3-5% dari total
semakin menurun. Jumlah pakan untuk ikan lele berumur dua bulan ke atas
(>12cm) adalah 2%-3% dari total biomassa ikan. Pemberian pakan tidak bisa
makan ikan. Jika ikan lele gerakannya sudah mulai lambat dan tidak aktif pada
13
saat pemberian pakan, maka nafsu makan ikan lele sudah berkurang. Ikan lele
yang berumur 10 hari diberikan pakan 4%-5% dan ikan lele yang berumur 60 hari
memperhatikan tingkat kekenyangan ikan dan nafsu makan ikan supaya pakan
ikan supaya ikan dapat memakan dengan lahap dan ikan dapat tumbuh dengan
optimal. Pemberian pakan pada waktu yang tepat berkaitan dengan frekuensi
pemberian pakan pada budidaya ikan dan dapat membuat ikan tumbuh dengan
optimal. Pemilihan pakan untuk ikan air tawar tidak hanya melibatkan kriteria nilai
gizi dan efisiensi biaya dan juga harus mempertimbangkan kriteria lainnya seperti
d. Kualitas Pakan
produksi ikan lele menurut Mulyani, et al. (2021), yaitu dengan cara intensifikasi
budidaya ikan lele dan mengoptimalkan kualitas dan efisiensi pakan yang dapat
mendukung hasil produksi ikan lele. Kegiatan budidaya ikan lele perlu juga
tepat. Pakan merupakan komponen penting dalam budidaya ikan lele untuk
komersial saat ini memiliki harga yang tinggi sehingga pelaku usaha budidaya
ikan tawar dapat menghabiskan biaya mencapai 75% dari total biaya yang
kualitas dan kuantitas, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi yang diperlukan
oleh ikan. Pakan yang berkualitas memiliki kandungan nutrisi yang lengkap,
14
mudah dicerna oleh ikan dan tidak mengandung zat-zat berbahaya bagi ikan.
pemanfaatan pakan secara efektif dan efisien untuk pertumbuhan ikan yang
Kualitas air pada media pemeliharaan ikan lele perlu diperhatikan karena
dapat menurun seiring berjalannya kegiatan budidaya. Hal ini dapat disebabkan
limbah khususnya nitrogen organik. Ikan lele menurut Rachmawati, et al. (2015),
memiliki standar optimal pada beberapa parameter kualitas air. Ikan lele dapat
tumbuh dengan baik pada suhu 27-30°C. Parameter kualitas air lainnya yaitu
oksigen dengan kadar yang dapat ditoleransi oleh ikan lele sebesar >5 mg/L.
Ikan lele dapat hidup pada tingkat derajat keasaman (pH) sebesar 6,5-8,5.
Parameter kualitas air berupa amonia dapat ditoleransi oleh ikan lele apabila
manajemen yang baik. Hal ini karena kualitas air merupakan faktor yang
budidaya ikan lele dapat diidentifikasi dengan melakukan kelayakan kualitas air.
Parameter kualitas air yang utama pada kegiatan budidaya ikan yaitu suhu, DO,
pH, dan amonia. Salah satu parameter kualitas air yang perlu diperhatikan
adalah amonia. Hal ini karena amonia bersifat racun bagi ikan apabila
pemecahan nitrogen organik dan anorganik yang terdapat dalam air dari
dekomposisi bahan organik termasuk hasil ekskresi biota dan sisa pakan yang
tidak termakan. Amonia yang tinggi pada media budidaya dapat menurunkan
15
kualitas air pada media budidaya (Kelana et al., 2021).
budidaya ikan lele. Maka dari itu, penting sekali untuk melakukan pengendalian
serta pencegahan dengan tepat. Penyakit dan hama pada ikan lele menurut
Harry (2023), dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti bakteri, jamur,
virus atau tertular dari ikan lainnya. Penyakit yang biasanya menyerang ikan lele
berupa penyakit bintik putih, gatal, terkena bakteri Aeromonas Hydrophila, Cotton
Wall Disease. Penyakit bintik putih pada ikan lele dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti protozoa, suhu air terlalu dingin, kualitas air yang kurang
baik serta terlalu tinggi kepadatan dalam satu kolam, penyakit ini dapat diobati
disebabkan karena adanya bakteri protozoa Trichodina sp., hal ini dapat diatasi
dengan merendam ikan selama satu hari dalam larutan formalin 40 ppm. Bakteri
Aeromonas hydrophila adalah penyakit ikan lele yang disebabkan oleh adanya
ini dapat dicegah dengan mengganti air kolam apabila kualitasnya mulai
sisa pakan dan tingginya suhu air dalam kolam, dapat diatasi dengan
16
memagar daerah sekitar kolam. Selain penanggulangan terhadap hama,
adanya penyakit yaitu melakukan perbaikan kualitas air, memberikan pakan yang
dengan ukuran ikan lele konsumsi 7-12 (artinya dalam 1 kg ikan terdapat 7
berbahan licin serta halus agar tidak menimbulkan lecet pada ikan. Pemanenan
ikan lele dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam terlebih dahulu.
Kemudian, gunakan serokan untuk menangkap ikan lele dan masukan dalam
Cara pemanenan ikan lele menurut Ghufran dan Kordi (2010), ketika hari
dikeringkan secara bertahap dengan membuka pintu air (outlet). Pengeringan ini
juga dapat dibantu menggunakan pompa hisap hingga air hanya tersisa di
saluran kolam yang terdalam. Selanjutnya, ikan lele digiring menuju saluran
17
hingga terkumpul dan tangkap ikan secara hati-hati dengan menggunakan seser
atau tangan. Ikan selanjutnya dipindahkan ke dalam bak atau waring yang airnya
mengalir agar tubuh lele menjadi bersih. Selanjutnya, pisahkan ikan sesuai
Toleransi suhu perairan yang baik untuk menunjang pertumbuhan optimal dari
beberapa ikan budidaya air tawar sepertii ikan mas dan ikan nila adalah 28 0C.
oksigen. Semakin tinggi suhu, maka semakin kecil kelarutan oksigen dalam air,
metabolisme ikan semakin tinggi. Semakin tinggi suhu maka semakin kurang
penyerapan cahaya lebih intensif pada bagian tengah sehingga memiliki suhu
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu di perairan antara
lain keberadaan naungan (pohon atau tanaman air), air limbah yang masuk ke
badan air, radiasi matahari, suhu udara, cuaca, dan iklim (Muarif, 2016).
membelakangi cahaya, ditunggu sekitar 1-2 menit sampai air raksa dalam
adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut
menjadi anorganik. Sumber utama oksigen dalam air berasal dari difusi udara
dan hasil fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dan dibutuhkan oleh
Kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air berlangsung sangat lambat,
berikut :
dalam ke dalam air, bila botol telah penuh baru ditutup (penutupan
Perhitungan :
Keterangan :
8 : ½ Ar dari O
1000 : L ke ml
4 : 2 ml MnSO4 + 2 ml NaOH+KI
20
2.2.3 pH
merupakan salah satu parameter kimia yang cukup penting dalam memantau
dimana saat oksigen terlarut rendah maka pH menjadi asam demikian pula
sebaliknya. Suhu perairan juga berperan terhadap fluktuasi pH, pada saat suhu
perairan tinggi maka pH menjadi rendah. Perairan dengan pH asam (pH<5) dan
pH tinggi (basa, pH>11) dapat menimbulkan kematian ikan dan tidak terjadi
produksi. Nilai pH yang baik untuk kehidupan ikan berkisar antara 6,5-8,5.
dengan tisu agar probe bersih dari sisa larutan pH standart yang akan
memasukkan pH pen ke dalam air sampe yang akan diukur kadar pH-nya,
kemudian dilihat perubahan angka pada layar pH pen (sampai stabil), kemudian
dengan alat Secchi disk. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan
anatara permukaan air ke piringan saat pertama kali piringan tidak terlihat,
dirata-ratakan dan dinayatakan dalam senti meter (SNI 6148.3, 2013). Hal ini
secchi disk. Nilai dari kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu
menurun.
Secchi disk dimasukan ke dalam perairan kemudian dilihat skala dimana Secchi
disk masih terlihat jelas (K1) dan skala dimana Secchi disk terlihat remang-
Keterangan:
D = Kecerahan (cm)
K1 = Secchi disk masih terlihat jelas (cm)
22
K2 = Secchi disk terlihat remang-remang (cm)
metabolisme nitrogen yang bersifat racun. Amonia dalam air berasal dari limbah
budidaya perikanan yang berupa feses dan pakan sisa yang terlepas ke
terhadap biota dan toksisitas tersebut akan meningkat jika terjadi penurunan
kadar amonia maka dilakukan penyiponan dan pergantian air (Arsad et al.,
2017).
23
Adapun prosedur pengukuran kadar amonia pada perairan terdapat 2
berikut:
secara fenat mengacu pada SNI 06-6989.30 (2005), adalah sebagai berikut:
erlenmeyer 50 mL.
24
c. Pengukuran ammonia menggunakan Test Kit
umumnya ditemukan di perairan adalah nitrat. Nilai kisaran nitrat adalah 0,43-
1,03 mg/l. Rentang nilai tersebut masih memenuhi baku nilai mutu. Variasi
fitoplankton. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil yang
25
Menurut Rusyadi, et al. (2017), kandungan nitrat pada perairan budidaya
ikan air tawar optimal berkisar antara 0,75-1,23 mg/l. Kadar nitrat di perairan
berdasarkan tingkat kesuburan yaitu pada oligotrofik memiliki kadar nitrat antara
0-1 mg/l. Perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 1-5 mg/l
dan perairan eutrofik memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5-50 mg/l.
Semakin tinggi nutrien maka semakin tinggi pula kesuburan perairan karena
fotosintesis. Semakin tinggi nitrat maka semakin baik kehidupan ikan air tawar
(2015), bahwa nitrat adalah bentuk nitrogen utama diperairan alami. Nitrat
berasal dari ammonium yang masuk ke dalam badan sungai terutama melalui
eufotik. Kadar nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh asupan nitrat dari
badan sungai. Sumber utama nitrat berasal dari buangan rumah tangga dan
bakteri aerob. Ketika suhu mencapai titik optimum, maka laju penguraian nitrat
nitrat di lapisan permukaan lebih rendah karena telah diubah menjadi gas
nitrogen sebagai hasil akhirnya. Kadar nitrat yang optimum untuk mendukung
26
produktivitas primer di perairan adalah 1,12 mg/l (Purba, et al., 2015). Indriani,
et al. (2018), menyebutkan bahwa kadar nitrat semakin tinggi bila kedalaman
perairan bertambah. Selain itu, distribusi horizontal kadar nitrat semakin tinggi
itu, konsentrasi nitrat yang sedikit lebih tinggi di dekat dasar perairan juga
metode, yakni menggunakan metode Brusin Sulfat dan menggunakan Test Kit.
kuning
• Bersihkan wadah.
hingga merata.
• Tutup kembali test kit apabila sudah digunakan, bersihkan wadah dan
keringkan. Simpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-
anak.
2.2.7 Orthophosfat
terlarut yang dimanfaatkan oleh tumbuhan dan ikan sebagai senyawa esensial
dihomogenkan
• Ditambahkan 5 tetes larutan SnCl2 yang masih baru dibuat pada sampel
• Bandingkan warna biru air sampel dengan larutan standart yang telah
yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi, dan koloid. Bahan organik
ini terus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisika,
kimia, dan biologi. Sumber bahan organik di perairan berasal dari daratan,
serasah dan detritus (dari tanaman seperti lamun, fitoplankton, dan bakteri).
bahan organik tersebut menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk
29
beberapa faktor, antara lain susunan residu, suhu, pH, ketersediaan zat hara,
nilai TOM, maka menunjukkan kesuburan perairan yang semakin baik. Kisaran
kadar optimum TOM diperairan adalah <50 mg/L (Hidayat et al., 2019).
Keterangan:
X = ml titran untuk air sampel
Y = faktor dari KMnO4 0,01 N
31,6 = 1/5 dari BM KMnO4 (1 mol KMnO4 melepas 5 oksigen dalam
reaksi ini)
0,01 = Molaritas KMnO4
1000 = adalah konversi dari ml ke liter
30
2.2.9 Alkalinitas
perairan yang alami dan normal nilai alkalinitas terutama menggambarkan nilai
kebasaan dari karbonat dan bikarbonat. Nilai alkalinitas yang memenuhi syarat
untuk budidaya ikan antara 20-300 mg/l. Nilai alkalinitas lebih besar dari 500
kurang produktif dan 0-10 mg/l tidak dapat dimanfaatkan (Dewi, et al., 2014).
semakin baik bagi usaha budidaya udang dengan nilai optimal 120 ppm dan
maksimal 200 ppm. Nilai alkalinitas di atas 150 ppm harus diimbangi dengan
dapat megimbangi nilai alkalinitas (Arsad, et al., 2017). Alkalinitas pada perairan
pengukuran alkalinitas.
3. Dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai warna merah muda hilang.
Keterangan:
N HCL = normalitas HCl 0,02 N
V HCL = volume HCl yang terpakai
100 = MR CaCO3
2 = valensi dari CaCO3
1000 = konversi dari ml ke liter
32
BAB III. ANALISIS PROSEDUR
pembukaan kolam untuk budidaya ikan atau udang. Tujuan pengapuran adalah
untuk meningkatkan pH agar pH tidak terlalu asam atau rendah. Kapur yang
gram/m2, lalu disebarkan di dasar kolam setelah minimal satu hari kering.
memiliki pH yang sesuai dengan habitat ikan. Setelah satu periode proses
ikan baik sisa pakan maupun feses, dan limbah kolam. Zat kapur yang ditebar
merata di tanah dasar kolam dapat membunuh parasit yang merugikan untuk
dari pupuk. Plankton bisa selalu tumbuh karena fosfor yang tersedia dalam
asam atau rendah. Kapur yang digunakan pada praktikum adalah kapur
dolomite, untuk pengapuran kolam. Zat kapur yang ditebar merata di tanah dasar
3.1.2 Pemupukan
Praktikum Manajemen Budidaya Air Tawar, Payau, dan Laut pada persiapan
Prosedur selanjutnya adalah karung yang berisi dengan pupuk harus dilubangi
Pemupukan pada kolam dilakukan saat kolam sudah diisi air. Pupuk yang
kimia, serta bisa juga dicampur dengan probiotik. Pupuk organik termasuk pupuk
meliputi pupuk urea, pupuk NPK (Nitrogen, Fosfor, Kalium), dan pupuk lainnya.
Pupuk yang digunakan perlu dihitung dosisnya agar perairan terpenuhi nutrisi
dari pupuk tersebut. Pupuk yang dimasukkan ke dalam kolam harus merata
menggunakan pupuk organik yang dicampur dengan pupuk kimia, serta bisa juga
dicampur dengan probiotik. Pupuk yang digunakan perlu dihitung dosisnya agar
3.2 Penebaran
Praktikum Manajemen Budidaya Air Tawar, Payau, dan Laut pada
persiapan kolam dilakukan penebaran benih ikan. Benih yang ditebar pada
praktikum adalah benih ikan lele (Clarias gariepinus). Langkah pertama yaitu
pemberian pupuk dan pengisian air kolam. Langkah kedua, menebar benih
bertujuan agar ikan dapat beradaptasi dengan kondisi perairan dalam kolam.
diseluruh bagian kolam. Benih ikan yang ditebar yaitu sebanyak 3.500 ekor/m2
Benih ikan lele tidak dapat langsung ditebar di dalam kolam. Proses
penyesuaian terlebih dahulu dengan kondisi air kolam perlu dilakukan. Benih lele
dan kematian pada benih tersebut. Metode penyebaran benih lele melibatkan
pengisian air kolam ke dalam sebuah wadah. Kemudian, benih ikan lele
adalah agar benih ikan lele dapat beradaptasi dengan kondisi air kolam serta
wadah yang berisi benih ikan lele sehingga benih lele dapat keluar dengan
sendirinya. Kondisi ini akan menyebabkan tingkat adaptasi benih semakin baik
sehingga dapat melalui stadia dewasa dengan cepat (Ardika, et al., 2020).
berikut. Benih yang ditebar pada praktikum adalah benih ikan lele (Clarias
gariepinus). Benih ikan yang ditebar yaitu sebanyak 3.500 ekor/m2 dengan luas
pengisian air kolam ke dalam sebuah wadah. Kemudian, benih ikan lele
ditempatkan dalam wadah tersebut dan dibiarkan selama 30 menit. Tujuannya
adalah agar benih ikan lele dapat beradaptasi dengan kondisi air kolam serta
thermometer dilakukan di dalam air agar tidak mempengaruhi hasil akhir. Faktor
filter air, dan pergantian air. Terdapat faktor berupa suhu yang mempengaruhi
laju metabolisme dan kelarutan oksigen dalam air. Tingginya suhu akan
Respirasi yang cepat akan mengurangi konsentrasi oksigen pada air sehingga
mempengaruhi kondisi fisiologis ikan. Dampak tersebut berupa ikan yang stress
dan menurun kondisi tubuhnya bahkan kematian. Nilai suhu yang optimal untuk
pertumbuhan ikan lele berkisar antara 25-32°C (Fahmi dan Natalia, 2020).
mempengaruhi hasil akhir. Terdapat faktor berupa suhu yang mempengaruhi laju
metabolisme dan kelarutan oksigen dalam air. Tingginya suhu akan
ke dalam botol sampel yang akan digunakan. Langkah selanjutnya dengan posisi
dengan air, 2 mililiter MnSO4 ditambahkan untuk mengikat oksigen ke dalam air
dibuang air bening dari endapan, kemudian ditambahkan 2 mililiter H 2SO4 dan
dicampurkan hingga terlarut. Langkah terakhir, mebri 3-4 tetes amilum dan
DO (Dissolved Oxygen) adalah kadar oksigen terlarut yang ada dalam air.
Kadar oksigen terlarut minimum untuk ikan lele normal adalah 2 mg/L.
Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk ikan lele sangkuriang adalah
tambahan bungkil sawit pada lele sangkuriang tergolong baik karena mendapat
perairan. Difusi udara bebas dan fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan adalah sumber utama oksigen dalam suatu perairan. Dissolved oxygen
dapat dihitung dengan DO meter yang dimasukkan ke dalam air sampel yaitu air
kolam. Kandungan oksigen terlarut ideal sebesar 2 mg/L cukup untuk
1.1.3. pH
salah satu bagian penting dari kegiatan budidaya. Nilai pH perairan yang optimal
reproduksi ikan. pH meter adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur
meter agar hasilnya tepat. Alat pH meter yang telah dikalibrasi dapat digunakan
dengan mencelupkan pH meter ke dalam air dalam wadah atau perairan kolam
menurunkan keasaman tanah. Sampel air yang akan diuji tanpa melebihi batas
akan diaduk perlahan dan menunggu hingga stabil serta telah direkam.
perairan. Nilai pH adalah salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi
yang dapat ditoleransi oleh ikan lele dalam pertumbuhannya yaitu sekitar 6,5-
8,0.
1.1.4. Kecerahan
untuk mengukur kecerahan perairan adalah secchi disk. Langkah pertama yaitu
perairan.
Perairan adalah kesatuan antara komponen biologi, kimia, dan fisika pada
secchi disk. Kecerahan atau penetrasi cahaya merupakan salah satu faktor
perairan jernih memiliki nilai kecerahan di atas 5,00 m (Pane dan Harahap,
2023).
berikut. Kecerahan atau penetrasi cahaya merupakan salah satu faktor penting
permukaan air ke piringan saat pertama kali piringan tidak terlihat. Faktor yang
1.1.5. Amonia
Budidaya Air Tawar, Payau, dan Laut menggunakan test kit terdiri atas beberapa
langkah sebagai berikut. Langkah pertama adalah diukur air sampel sebanyak 10
ml dengan gelas ukur, lalu dimasukkan ke dalam botol filum. Reagen dikocok
terlebih dahulu sebelum digunakan agar tercampur dengan baik. Langkah ketiga
yaitu ditambahkan 10 tetes reagen NH3, diaduk perlahan selama 10 detik dan
dengan tabel reagen dari atas ke bawah dan dicocokkan dengan tabel reagen
Amonia (NH3) merupakan salah satu faktor abiotik yang memiliki dampak
berasal dari proses degradasi protein dan asam amino, yang umumnya berasal
dari sisa pakan dan kotoran organisme dalam lingkungan air. Kadar amonia
dalam air juga dipengaruhi oleh tingkat pH. Saat pH air tinggi, kemungkinan
konsentrasi amonia dalam air akan meningkat, yang pada gilirannya bersifat
toksik bagi organisme yang hidup di dalamnya. Keberadaan amonia yang tidak
terionisasi sangat dihindari dalam lingkungan air karena sifatnya yang bersifat
toksik bagi organisme hidup di dalamnya. Oleh karena itu, pemantauan dan
kondisi lingkungan air tetap mendukung bagi kehidupan organisme yang ada di
berikut. Penggunaan test kit dapat digunakan untuk mengukur amonia. Proses ini
membandingkan warna dengan tabel reagen. Amonia dapat berasal dari hasil
perombakan protein dan asam amino dari sisa pakan dan feses. Kadar amonia
juga mampu dipengaruhi oleh pH, nilai pH yang tinggi mampu meningkatkan
konsentrasi amonia dalam air yang bersifat toksik bagi organisme air. Kandungan
maksimum amonia yang masih dapat ditoleransi oleh Lele dumbo adalah 1
mg/liter.
1.1.6. Nitrat
Analisis prosedur praktikum Manajemen Air Tawar, Payau, dan Laut pada
materi nitrat adalah sebagai berikut. Metode yang digunakan yakni metode test
kit. Langkah pertama adalah menyiapkan sampel air sebanyak 1 ml. Langkah
kandungan senyawa nitrat yang melimpah dalam bahan organik. Turbulensi juga
ubah dan tidak selalu mengindikasikan kenaikan atau penurunan secara tetap.
berikut. Metode yang digunakan yakni metode test kit dengan penambahan
nitrat adalah fluktuatif, artinya peningkatan nilai konsentrasi nitrat tidak memiliki
kenaikan atau penurunan secara tetap. Perubahan konsentrasi nitrat setiap saat
1.1.7. Orthophosfat
larutan SnCl2 baru dibuat ditambahkan. Warna biru akan muncul selama 10-12
larutan (No.3) ke dalam cuvet, dibandingkan warna biru air sampel dengan
larutan standar yang telah dibuat baik secara visual atau dengan menggunakan
dalam siklus fosfat. Distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di perairan
dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Dipermukaan air, fosfat di angkut oleh
dukungan nitrat dapat menyebabkan algae blooming yang menjadi salah satu
berikut. Ortofosfat adalah bentuk fosfat anorganik yang paling banyak terdapat
dalam siklus fosfat. Metode titrasi dapat digunakan untuk mengukur kadar
orthophosfat dalam suatu perairan. Distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di
perairan dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Dipermukaan air, fosfat di
Payau, dan Laut yang dilakukan di UPT Perikanan Air Tawar Sumber Pasir
kemudian dipanaskan di atas hot plate sampai suhu mencapai 75°C dan
kemudian diangkat serta didinginkan. Suhu yang telah turun menjadi 60°C, Na-
terakhir dititrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna pink. Volume
KMnO4 0,01 N yang digunakan dicatat sebagai ml titran atau nilai x (ml).
yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kadar organik diperairan tinggi yang
berdampak buruk pada kualitas air. Kadar TOM yang baik apabila <20 mg/l,
sedangkan nilai TOM antara 20-40 mg/l dapat dikatakan cukup. Kandungan TOM
yang tinggi di perairan dapat diatasi salah satunya dengan cara penggunaan
berikut. Total organic matter (TOM) merupakan parameter kualitas air yang
yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kadar organik diperairan tinggi yang
antara lain, kualitas air, kandungan bahan organik dan nilai TOM air. Langkah
pengukuran yaitu dititrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna pink.
Volume KMnO4 0,01 N yang digunakan dicatat sebagai ml titran atau nilai x (ml).
1.1.9. Alkalinitas
Analisis prosedur praktikum Manajemen Air Tawar, Payau, dan Laut pada
sampel air 25 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. Langkah kedua,
ketiga yaitu menitritasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai warna merah muda
keempat adalah menitrasi dengan larutan HCl sampai berwarna merah bata.
Langkah terakhir yaitu ditetesi dengan 1 tetes indikator MO (Methyl Orange) dan
dititrasi kembali dengan HCl sampai terjadi perubahan warna menjadi orange.
Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-) , fosfat (HPO42- dan H2PO4-), sulfida (HS-),
keempat adalah menitrasi dengan larutan HCl sampai berwarna merah bata.
Langkah terakhir yaitu ditetesi dengan 1 tetes indikator MO (Methyl Orange) dan
dititrasi kembali dengan HCl sampai terjadi perubahan warna menjadi orange.
3.3 Pemanenan
Praktikum Manajemen Budidaya Air Tawar, Payau, dan Laut. Proses pemanenan
ikan lele pada saat tiba hari pemanenan yaitu pemberian pakan dihentikan
kemudian air di kolam terpal dikurangi secara perlahan dengan membuka pintu
air (outlet). Proses pengeringan ini dapat dibantu dengan penggunaan pompa
hisap hingga hanya tersisa air di saluran terdalam kolam. Ikan lele selanjutnya
tangan atau seser. Ikan kemudian dipindahkan ke tempat dengan aliran air
menggunakan timbangan. Ikan lele yang siap dipanen memiliki bobot minimal
100 gram per ekor. Ikan lele mempunyai umur panen yang relatif pendek yaitu
antara 3 bulan. Kondisi ikan lele harus sehat dan tidak ada tanda-tanda penyakit
ketika di panen. Persiapan panen dilakukan dengan cara mengukur bobot ikan
berikut. Proses pemanenan ikan lele pada saat tiba hari pemanenan yaitu
perlahan dengan membuka pintu air (outlet). Proses pengeringan ini dapat
dibantu dengan penggunaan pompa hisap hingga hanya tersisa air di saluran
terdalam kolam. Persiapan panen dilakukan dengan cara mengukur bobot ikan
49
4.1.3 Penebaran
50
4.2 Pengukuran Kualitas Air
1.1.1. Suhu
51
1.1.2. Dissolved Oxygen (DO)
52
1.1.3. pH
53
1.1.4. Kecerahan
54
1.1.5. Amonia
55
1.1.6. Nitrat
56
1.1.7. Orthophosfat
57
1.1.8. TOM
58
1.1.9. Alkalinitas
59
4.3 Pemanenan
60
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
62
5.2 Saran
63
DAFTAR PUSTAKA
Chrisyariati, I., B. Hendrarto, dan Suryanti. (2014). Kandungan nitrogen total dan
fosfat sedimen mangrove pada umur yang berbeda di lingkungan
pertambakan Mangunharjo, Semarang. Journal of Management of
Aquatic Resources, 3(3), 65-72.
Ebeling, J. M., Timmons, M., dan Bisogni J. J. (2006). Engineering analysis of the
stoichiometry of photoautotrophic, autotrophic, and heterotrophic removal
of ammonia–nitrogen in aquaculture systems. Aquaculture, 257(1-4), 346-
358.
Pasisingi, N., Pratiwi, N. T., dan Krisanti, M. (2014). Kualitas perairan Sungai
Cileungsi bagian hulu berdasarkan kondisi fisik-kimia. Depik, 3(1), 56-
64.
Patty, S. I., Huwae, R., & Kainama, F. (2020). Variasi musiman suhu, salinitas
dan kekeruhan air laut di Perairan Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Jurnal
Ilmiah Platax, 8(1), 110-117.
SNI 06-2479. (1991). Metode pengujian kadar amonium dalam air dengan alat
spektrofotometer secara nessler. Badan Standard Nasional Indonesia.
SNI 06-2480. (1991). Metode pengujian kadar nitrat dalam air dengan alat
spektrofotometer secara brusin sulfat. Badan Standard Nasional
Indonesia.
Warseno, Y. (2018). Budidaya lele super intensif di lahan sempit. Jurnal Riset
Daerah, 17(2), 3064-3088.