Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengenalan Masalah

Indonesia merupakan negara maritim yang dipenuhi dengan keanekaragaman hayati biota
bawah laut. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan 2016 mencatat bahwa laut
Indonesia mempunyai koleksi 4.552 spesies dari total 32.400 spesies ikan hias didunia
[1]. Hal ini memberikan Indonesia potensi besar dalam budidaya ikan hias, baik ikan hias
air laut maupun air tawar. Potensi ekonomi yang terkandung dalam budidaya ikan hias
ini memperkuat posisi Indonesia dalam industri global ikan hias.

Ikan guppy (Poecilia reticulata, Peters 1860) merupakan salah satu ikan hias air tawar
yang populer dan memiliki nilai dagang yang tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.
Keistimewaan ikan guppy ini berada pada sirip dan ekornya yang memiliki bentuk dan
warna yang indah sehingga menarik perhatian para pecinta ikan hias. Saat ini terdapat 30
jenis ikan guppy berdasarkan bentuk dan pola warna pada siripnya [1]. Harga satu ekor
ikan guppy di Indonesia mencapai Rp. 15.000 – 30.000/ekor sedangkan harga satu ekor
ikan guppy di luar negeri mencapai Rp. 275.000 - Rp. 780.000/ekor [2]. Potensi ekonomi
yang ada pada ikan hias ini dapat membuat indonesia semakin naik dalam industri global
ikan hias. Akan tetapi, budidaya ikan guppy ini dihadapkan pada beberapa tantangan yang
serius. Salah satu tantangan dalam budidaya ikan guppy ini adalah kondisi ikan yang
rentan terhadap kualitas air yang dapat mengakibatkan ikan menjadi sakit atau bahkan
mati mendadak. Hal ini tentunya akan memberikan masalah pada pemilik ikan hias.

Ikan guppy merupakan ikan hias air tawar tropis yang mampu bertahan hidup pada suhu
antara 27°C hingga 30°C [2]. Ikan guppy sangat rentan terhadap kualitas air. Perubahan
kualitas air yang spontan dapat membuat ikan guppy stress dan tidak mau makan. Kualitas
air yang buruk juga dapat memengaruhi kesehatan ikan guppy. Selain itu, kondisi air yang
asam dapat meracuni ikan guppy dan membuat ikan stress. Hal ini akan menurunkan
kualitas ikan guppy.
Oleh karena itu, tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan sebuah sistem
yang dapat memantau dan menjaga kualitas air pada ikan guppy. Kualitas air pada
budidaya ikan guppy dapat meliputi tingkat kekeruhan air, oksigen terlarut pada air,
jumlah zat padat terlarut, pH, suhu dan amonia [3].

Upaya mengatasi tantangan dalam menjaga kesehatan ikan guppy yang rentan terhadap
perubahan kualitas air ini telah menghadirkan inovasi dalam bentuk alat monitoring
seperti otomatisasi suhu dan pH air [4]. Selain itu juga terdapat inovasi dalam
pembersihan atau pergantian air dan pemberian pakan pada ikan guppy. Berbeda dengan
alat penelitian sebelumnya, sistem yang dikembangkan dalam penelitian ini akan
menyediakan fitur yang lebih banyak daripada alat sebelumnya. Selain itu,
pengembangan automatisasi parameter-parameter air juga akan dikembangkan dalam
penelitian ini. Alat tidak hanya memantau kualitas air namun juga mampu mengatur
parameter-parameter kualitas air.

1.1.1 Informasi Pendukung Masalah

Kualitas air merupakan kunci sukses dalam budidaya ikan hias. Kondisi kesehatan ikan
sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Setiap ikan memiliki kebutuhan kualitas air yang
berbeda-beda. Kualitas air memiliki parameter-parameter yang meliputi tingkat
kekeruhan air, oksigen terlarut pada air, jumlah zat padat terlarut, pH, suhu, dan amonia
[3]. Tingkat pH air yang dibutuhkan ikan guppy adalah 6,5 hingga 7,2 [4]. Suhu yang
ideal untuk ikan guppy adalah 27 hingga 30 derajat celcius [4]. Dalam pemeliharaan ikan
guppy membutuhkan tingkat oksigen terlarut berkisar antara 5,0 hingga 5,9 mg/L [5].
Jumlah zat pada terlarut yang ideal untuk lingkungan ikan guppy berkisar antara 0 hingga
25 NTU [6]. Tingkat kadar ammonia yang aman bagi ikan guppy berkisar antara 0,01
hingga 0,09 mg/L [8].

Kualitas air juga dipengaruhi oleh kondisi iklim. Kondisi iklim yang berubah-ubah atau
ekstrim dapat memengaruhi kualitas air. Perubahan iklim dapat memengaruhi kualitas air
(nitrat, amonia, fosfor total, dan fosfor reaktif terlarut) di masa mendatang [7].

1.1.2 Analisis Masalah

1. Aspek Ekonomi: Total biaya yang diperlukan tidak melebihi Rp 2.000.000


2. Aspek Manufacturability: Rancangan dapat dijalankan dengan
menggunakan bread board tanpa desain PCB.

3. Aspek Keberlanjutan: Solusi yang ditawarkan bersifat tahan air sehingga dapat
bekerja di dalam aquarium dan sekitar aquarium

4. Aspek kesehatan: Tidak mengunakan bahan berbahaya untuk ikan guppy.

5. Aspek Etika: Tidak menimbulkan kebisingan dan merugikan orang lain.

6. Aspek Waktu dan Sumber Daya: Dapat dikerjakan oleh 1 orang dalam 6
bulan dengan jam kerja 12 jam perminggu.

7. Aspek Kesejahteraan: Menguntungkan pemilik ikan hias

1.1.3 Kebutuhan yang harus dipenuhi

a. Alat harus dapat memantau dan menjaga kualitas air

b. Alat dapat memberikan notifikasi kualitas air kepada pemilik ikan hias

c. Alat dapat bekerja secara real time

1.1.4 Tujuan

Mengembangkan sistem yang dapat memantau dan menjaga kualitas air pada ikan. Sistem
juga dapat memberikan notifikasi terkait parameter-parameter kualitas air di aquarium
kepada pemilik ikan hias. Selain itu, alat juga dapat beroperasi di dalam aquarium.
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. F. Syarif, D. W. and R. Robin , "MASCULINIZATION OF GUPPY FISH


(Poecilia reticulata) USING MENSURORO (Ilex cymosa) LEAF EXTRACT
THROUGH IMMERSION OF PREGNANT MOTHERS," Jurnal Perikanan
Unram, vol. 11, pp. 232-242, 2021.

[2] T. M. M. S. and M. A. , "MASKULINISASI IKAN GUPPY (POECILIA


RETICULATA) MELALUI PENGGUNAAN AIR KELAPA (COCOS
NUCIFERA) DENGAN KONSENTRASI BERBEDA," Jurnal Aquacultur Rawa
Indonesia, vol. 7, pp. 13-14, 2019.

[3] N. T. Somantri, N. Darwin, D. F. Nurjaman, M. R. Hidayat and N. Winanti, "Sistem


Monitoring Kualitas Air pada AkuariumBudidaya Ternak Ikan Guppy
MenggunakanMikrokontroler Berbasis IoT," Jurnal Teknik: Media Pengembangan
Ilmu dan Aplikasi Teknik, vol. 21, pp. 144-157, 2022.

[4] D. Aztisyah, T. Yuniati and Y. A. Setyoko, "Implementasi Logika Fuzzy


MamdaniPada pH Air dalam Sistem Otomatisasi Suhu dan pHAir AquascapeIkan
Guppy," Journal of Informatics, Information System, Software Engineering and
Applications, vol. 4, pp. 059-070, 2021.

[5] N. Habmarani, S. Y. Lumbessy and M. Marzuki, "KECERAHAN IKAN GUPPY


(Poecilia reticulata) DENGAN PEMBERIAN TEPUNG BUNGA MARIGOLD
(Tagetas erecta) PADA PAKAN KOMERSIL," Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan, vol. 14, pp. 73-85, 2023.

[6] F. Habibi, "Aquarium Water Quality Monitoring Based On Internet Of Things," 20


Juli 2022. [Online]. Available: https://repository.uir.ac.id/12581/1/154310357.pdf.
[Accessed 22 Maret 2024].

[7] T. K. Nufutomo, "PERUBAHAN IKLIM SEBAGAI ANCAMAN KETAHANAN


KUALITAS AIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI," Jurnal Reka Lingkungan,
vol. 10, 2022.

[8] B. S. Kusumaraga, S. Syahrorini, D. Hadidjaja and I. Anshory, "Aquarium Water


Quality Monitoring Based On Internet Of Things," PELS, vol. 1, 2021.

Anda mungkin juga menyukai