Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK PENGUKURAN KUALITAS AIR PADA SISTEM BUDIDAYA DAN WAKTU

YANG BERBEDA

LAPORAN

PRAKTEK LAPANGAN AKUAKULTUR (PLA)

OLEH

SARA R. RUMAHENGA

2015-65-044

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
LEMBAR PENGESAHAN

TEKNIK PENGUKURAN KUALITAS AIR PADA WADAH BUDIDAYA AIR TAWAR DAN
AIR LAUT DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

LAPORAN

PRAKTEK LAPANGAN AKUAKULTUR

Oleh :

SARA R. RUMAHENGA

2015-65-044

Menyetujui

Pembimbing Pembimbing Lapangan

(Christian Pattipeilohy, S.Pi, M.Si) (Ir. Joice Wenny Loupatty, M.Si)


19890605201903 19640627199003

Mengetahui

Ketua Program Studi

(J.M.F. Sahetapy, S.Pi,M.Si)


KATA PENGANTAR
19770130200212
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya hingga penulis dapat melaksanakan Peraktek Lapangan
aquaculture dan dapat menyusun laporan dengan judul “TEKNIK PENGUKURAN
KUALITAS AIR PADA SISTEM BUDIDAYA DAN WAKTU YANG BERBEDA” yang
pelaksanaannya dilaksanakan pada laboratorium program studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura, Ambon.

Selama penulis melakukan Praktek Lapangan Akuakultur mulai dari persiapan,


kegiatan di lapangan sampai dengan menyusun laporan, penulis telah banyak menerima
pengetahuan, saran, petunjuk dari berbagai pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :

1. J.M.F. Sahetapy, S.Pi, M.Si, Selaku Ketua Program Studi.


2. Christian Pattipeilohy, S.Pi, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing.
3. Kepada Kedua orang Tua (Bapak dan Mama), kakakku (Asrul Laili, Jubaer Laili,
Marwan Laili) dan keluarga besar yang selalu support dalam segala hal apapun.
4. Kepada Risky selaku orang terdekat yang selalu ada.
5. Kepada sahabat (Inda dan Dita), dan (kk Nur dan kk Icha) selaku kk kos yang selalu
membantu.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga diharapkan ada saran dan masukkan yang bersifat membangun dari semua pihak
demi penyempurnaan penulisan laporan ini.

Ambon, 02 November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan komponen utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
organisme dimuka bumi. Hal ini disebabkan semua reaksi biologis yang terjadi
berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup berlangsung di medium air. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa tidak mungkin ada kehidupan tanpa adanya air. Sebagian besar
ikan sangat peka terhadap perubahan lingkungan perairan, sehingga kualitas dari air yang
digunakan sebagai habitatnya sangat penting. Kualitas air diartikan sebagai kesesuaian
air untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan (Ahmad, 2004).

Faktor kulaitas air merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan menjadi
penentu dalam keberhasilan kegiatan budidaya perairan, dimana cultivan (organism
budidaya) mencapai pertumbahan dan sintasan optimal apabila keadaan parameter fisik,
kimia, dan biologi mendukung kehidupannya (Nybakken, 1998). Beberapa parameter
fisika- kimia yang sering menjadi faktor pembatas (limiting faktor) dalam unit kegiatan
budidaya, termasuk kegiatan pembenihan, antara lain ; suhu, pH, oksigen terlarut,
salinitas, nitrat, dan Fosfat.

Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan hidupnya,


sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi
dengan suhu yang rendah, serta tahan terhadap kekurangan oksigen terlarut di air
(Trewavas, 1986). Walaupun demikian, kualitas air pada wadah budidaya harus
diperhatikan karena berpengaruh untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.

Kualitas air yang baik merupakan sarat mutlak berlangsungnya budidaya untuk
menghasilkan produktivitas yang tinggi. Dilihat dari segi fisika, kimia dan biologi, air
mempunyai beberapa fungsi dalam menunjang kehidupan ikan dan udang serta pakan
alaminya yaitu Dari segi fisika air merupakan tempat hidup dan menyediakan ruang
gerak bagi ikan atau udang, dari segi kimia sebagai pembawa unsur-unsur hara, vitamin
maupun gas-gas terlarut lainnya, dari segi biologi merupakan media yang baik untuk
kegiatan biologis serta pembentukan dan penguraian bahan organik.

Parameter Fisika dan Kimia sangat berpengaruh untuk kelangsungan hidup ikan,
salah satu parameter yang dilihat secara fisika adalah warna, suhu, dan kecerahan.
Parameter kimia yang dilihat antara lain pH, dissolved oxygen/oksigen terlarut (DO),
kesadahan (Hardness), karbondioksida (CO2), dan Ammonia untuk parameter kimia.
Rendahnya kualitas air dapat menyebabkan kematian bagi cultivan sekaligus dapat
mendatangkan kerugian usaha budidaya,meskipun beberapa biota peliharaan memiliki
kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya (bergantung pada fase hidup dan
jenis biotanya).

Tujuan dari praktek kerja lapang ini yaitu untuk mengetahui kualitas air pada system
budidaya yang berbeda yang ditinjau dari sifat fisika dan kimianya dengan waktu
pengambilan sampel yag berbeda yaitu pada pukul 08.00, 12,00 dan 16.00 WIT.

1.2. Tujuan PLA


Tujuan dari Praktek Lapangan Akuakultur (PLA) adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan teknik pengukuran kualitas air pada system budidaya serta
waktu yang berbeda.
1.3. Manfaat PLA
Praktek Lapangan Akuakultur ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
memperoleh pengalaman secara langsung tentang teknik pengukuran kualitas air pada wadah
budidaya air tawar dan air laut serta waktu pengukuran yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Kualitas Air

Manajemen kualitas air sangat berpengaruh pada pertumbuhan ikan yang akan
dibudidaya, baik budidaya ikan di kolam atau di tambak. Manajemen kualitas air yang tidak
baik di kolam budidaya ikan akan menyebabkan mortalitas. Untuk menghindari mortalitas
pada kolam budidaya, maka dilakukan pengukuran dan pemeriksaan rutin pada kolam
budidaya.

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter
parameter tertentu berdasarkan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Kepmen Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003) Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter
kualitas air.

Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut.
Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisika dan biologi atau uji kenampakan (bau dan
warna pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga ter&apai kualitas air
yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi
alamiahnya. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika
parameter kimia dan parameter biologi ada beberapa syarat utama kualitas air bagi kehidupan
biota air seperti kadar amonia dan nitrit rendah bersih se&ara kimia memiliki ph kesahadah
dan temperatur yang sesuai rehdah kadar &emaran organik dan satabil. Pengukuran kualitas
air dapat dilakukan dengan dua &ara$ yaitu pengukuran kualitas air dengan parameter fisika
dan kimia

II. 1.1 Parameter Fisika

a. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadidalam badan air.
Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini erat
hubungannya dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan
habitat dan biota air lainnya (Effendi, 2003)
Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut (1.
jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun (2. kecepatan reaksi kimia
meningkat (3. kehidupan ikan dan he%an airlainnya terganggu (4. jika batas suhu
yang mematikan terlampaui maka ikan dan hewan air lainnya akan mati.
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan
gangguan status kesehatan untuk jangka waktu Panjang misalnya stres yang
ditandai dengan tubuh lemah kurus dan tingkahlaku abnormal. Pada suhu rendah
akibat yang ditimbulkan antara laini kan menjadi lebih rentan terhadap infeksi
fungi dan bakteri pathogen akibat melemahnya sistem imun.
Kordi (2010) menyatakan suhu yang baik untuk kehidupan biota air adalah
berkisar antar 23-32 0C.

b. Salinitas
Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam
air yang dinyatakan dalam satuan permil (o/oo) atau ppt (part per thousand) atau
gram / liter. Salinitas disusun atas tujuh ion utama, yaitu sodium, potasium,
kalium, magnesium, chlorida, sulfat, bikarbonat. Zat zat lain di dalam air tidak
terlalu berpengaruh terhadap salinitas, tetapi zat zat tersebut juga penting untuk
keperluan ekologis yang lain.

Nilai salinitas air untuk perairan tawar berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau
biasanya berkisar antara 6–29 ppt, dan perairan laut berkisar antara 30–40 ppt .
Berdasarkan toleransinya terhadap salinitas, maka udang vannamei termasuk ke
dalam golongan euryhaline laut, yaitu hewan laut yang mampu hidup pada
kisaran salinitas yang tinggi yaitu antara 2 – 40 ppt. Di beberapa tempat, udang
vannamei ditemukan masih mampu hidup pada salinitas 40 permil, namun
terbukti mengalami pertumbuhan yang lambat. Jika nilai salinitas terlalu tinggi,
konversi rasio pakan akan semakin tinggi sehingga sirkulasi air secara kontinyu
sangat diperlukan (Syaripudin. 2008.).
Salinitas pada perairan mempengaruhi keseimbangan osmoregulasi tubuh
dengan proses energetik yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan.
Organisme perairan harus mengeluarkan energi yang besar untuk menyesuaikan
diri dengan salinitas yang jauh dibawah atau diatas normal bagi hidupnya.

II.1.2. Parameter Kimia

a. pH
pH merupakan suatu indeks konsentrasi ion hidrogen danmempunyai
pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme perairan sehingga dapat
dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai
lingkungan hidup. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pHmeter
organisme akuatik dapat hidup dalam perairan yang mempunyai nilai pH
dengan kisaran toleransi antara basa lemah dan basa lemah. Kondisi pH yang
baik bagi pertumbuhan biota air adalah berkisar antar 3-9.
Kebanyakan ikan budidaya lebih suka hidup diperairan dengan tingkat
keasaman netral khususnya dalam lingkup pH 6,5-7.5 dan suhu 24oC-28oC.
Air budidaya ikan dengan tingkat kaustik yang tinggi akan berbahaya bagi
ikan, karena pada umumnya akan menimbulkan penyakit. Ketika pH air
berada dibawah 7, bahkan dengan pH < 4 air akan sangat berbahaya bagi
kehidupan ikan

b. Oksigen terlarut
DO atau Dissolved Oxygen memegang peranan yang sangat penting
bagi mahluk hidup. Bagi hewan yang hidup di air, pemenuhan kebutuhan
oksigen dipenuhi dari oksigen yang terlarut dalam air, maupun langsung dari
udara seperti yang dilakukan pada beberapa jenis hewan tertentu (seperti lele).
Ikan dan udang membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi untuk
beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Jumlah oksigen yang
terlarut dalam air dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/bagian per
sejuta). Besarnya DO optimal untuk budidaya adalah 4 – 7,5 ppm, yang sesuai
dengan kebutuhan udang/ikan.
Sumber DO air berasal dari udara bebas melalui proses difusi dan dari
proses fotosintesis tumbuhan yang ada didalam air. Besar-kecilnya DO
ditentukan oleh temperatur air dan udara, tekanan barometrik udara, jumlah
tumbuhan air baik yang berupa tumbuhan besar maupun dalam bentuk
phytoplankton, kadar mineral dan Biological Oxygen Demand (BOD). Kadar
oksigen yang terlarut dalam air dapat diukur dengan alat yang disebut DO
Meter.

BAB II
METODOLOGI

III. 1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktik kerja lapangan dapat dilihat
pada tabel III.1.

Tabel. III. 1. Alat dan bahan

NO DAFTAR KEGUNAAN

A Alat :

DO meter Mengukur DO

pH meter Mengukur pH

Termometer Mengukur Suhu

Refraktometer Mengukur Salinitas

B Bahan :

Akuades Membersihkan alat yang telah


digunakan

Tisue Mengeringkan alat

Air tawar Sampel

Air laut sampel


III. 2 Prosedur Kerja
 Siapkan elektroda Do, pH, suhu dan refakrtometer kemudian pasangkan
elektroda tersebut sesuai kebutuhan ke alat ukur.
 Hidupkan alat ukur tersebut kemudian kalibrasi masing-masing elektroda
dengan menggunakan cairan kalibrasi yang sudah tersedia
 pH elektroda disiapkan bersamaan dengan elektroda suhu kemudian
dimasukan kedalam wadah pemeliharaan biarkan hingga angka pada alat ukur
menunjukan kestabilan dan catat angkanya untuk masing-masing parameter.
 DO elektroda dipasangkan juga pada alat tersebut kemudian proses yang sama
dilakukan yakni celupkan kedalam air dan tunggu hingga angka yang muncul
sudah ada dalam keadaan stabil.
 Pengukuran salinitas hanya dilakukan pada wadah budidaya air laut, sampel
air diambil kemudian diletakan pada kaca refractometer dan lihat hasilnya
dengan menggunakan bantuan cahaya matahari. Catat angka yang tertera pada
skala bagian kanan dengan cara membedakan warna biru dan putih.

III. 3 Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapang ini berlangsung pada 03 November 2022 bertempat di


Laboratorium kultivasi program studi Budidaya Perairan Universitas Pattimura, Ambon.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel IV. 1. Data Pengukuran Kualitas Air Pada Wadah Budidaya Air Tawar

Data Kualitas Air Tawar


Waktu DO
pH Suhu ( C)
o
(mg/L)
08.00 WIT 8,75 28,1 2,5
12.00 WIT 8,56 31,2 1,9
16.00 WIT 8,66 28,4 2,1

Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa data kualitas air pada wadah budidaya air
tawar mengalami perbedaan yang signifikan dikaitkan dengan waktu pengukuran. Untuk pH
air pada pengukuran pukul 08.00 WIT sebesar 8.75 kemudian mengalami penurunan pada
pukul 12.00 yakni sebesar 8.56 dan peningkatan sebesar 8.66 pada pukul 16.00 WIT. Oksigen
terlalrut juga mengalami perubahan seiring waktu pengukuran dimana pada pukul 08.00
sebesar 2.5 mg/L turun pada pukul 12.00 sebesar 1.9 mg/L dan naik sebesar 2.1 mg/L pada
pukul 16.00 WIT. Untuk hasil pengukuran suhu tentunya berbeda antara waktu pagi, siang
dan petang yakni pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIT. Suhu dipagi hari lebih rendah
dibandingkan siang hari dan sore hari, dari tabel diatas suhu tertinggi didapatkan pada
pengukuran pukul 12.00 WIT yakni sebesar 31.2 oC diikuti 28.4 oC pada pukul 16.00 dan 28.1
o
C pada pukul 08.00 WIT.

Tabel IV. 2. Data Pengukuran Kualitas Air Pada Wadah Budidaya Air Laut

Data Kualitas Air Laut


DO
Waktu
(mg/L
pH Suhu (oC) ) Salinitas (ppt)
08.00 WIT 9,41 28,4 3,1 20
12.00 WIT 7,75 31,1 2,4 30
16.00 WIT 8,21 29,3 2,8 25

Hasil tabel IV.2 menunjukan pola yang sama dengan tabel sebelumnya, dimana waktu
pengukuran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kualitas air pada wadah
pemeliharaan. Untuk data pH tertinggi dijumpai pada waktu pengukuran 08.00 yakni sebesar
9.41 dan terendah pada pukul 12.00 WIT dengan pH sebesar 7.75. Suhu tertinggi ada pada
pengukuran pukul 12.00 dan terendah pada pukul 08.00 WIT yakni 31.1 oC dan 28.4 oC.
Kadar oksigen terlarut tertinggi ada pada pengukuran pukul 08.00 WIT dan terendah pada
pukul 12.00 WIT. Salinitas tentunya juga menunjukan kadar yang berbeda dipengaruhi waktu
pengukuran, untuk salinitas tertinggi ada pada pengukuran di waktu 12.00 WIT diikuti pukul
16.00 dan 08.00 WIT yakni sebesar 30 ppt, 25 ppt dan 20 ppt.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Lingkungan Hidup.2002. Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka.

Ahmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: PT ANDI.

Trewavas, F. (1986). Taxonomi and Speciation. In R.S.V. Dullin and R.H. Low Mc.Connell
(Eds.), The Biology and Culture of Tilapias. ICLARM Converence, Mamalia.

Nybakken, JW. 1998. Biologi Laut (Pendekatan Ekologis), PT.Gramedia, Jakarta.

Syaripudin. 2008. Pendederan dan Teknik Adaptasi Ikan Nila ke Air Payau. Balai Budidaya
Air Payau Ujung Batee-NAD. Departemen Kelautan dan Perikanan
DAFTAR LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai