Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH ANALISIS AIR

(Kualitas air menggunakan parameter fisika dan kimia)

Dosen pengampuh
Fatimah, S.Si.,M.Si

OLEH :

KELAS B
Raodahtul Vaiqha Ma (E.20.05.062)
Ummi Zarmila (E.20.05.075 )
Resky Amelia Musdar (E.20.05.064 )
Mutia Herawati (E.20.05.050 )

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang kualitas air menggunakan
parameter fisika dan kimia dengan baik.Tak lupa penulis juga berterima kasih kepada
Ibu Fatimah, S.Si.,M.Si selaku dosen dalam mata kuliah analisis air yang sudah
memberikan tugas ini.
Penulis berharap semoga kelak makalah ini dapat berguna dan juga
bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan kita semua tentang analisis
kualitas air menggunakan parameter fisika dan kimia. Dalam pembuatan makalah ini
penulis sangat menyadari masih sangat banyak terdapat kekurangan dan masih butuh
saran untuk perbaikannya. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih jika ada
yang ingin memberi saran dan kritiknya demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah yang sederhana ini bisa dengan mudah di mengerti dan
dapat di pahami maknanya. Penulis minta maaf bila ada kesalahan kata dalam
penulisan makalah ini, serta bila ada kalimat yang kurang berkenan di hati pembaca.

Bulukumba, 06 Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang menjadi sumber
kehidupan seluruh mahluk hidup yang ada di bumi, air juga merupakan
elemen yang sangat penting dalam mendukung kehidupan makhluk hidup,
baik untuk manusia,hewan,maupun untuk tumbuh-tumbuhan. Untuk manusia
sendiri air merupakan kebutuhan utama dan dibutuhkan dalam rangka
mempertahankan kelangsungan kehidupan di atas bumi, tidak saja untuk
dikonsumsi dan kebutuhan akan air juga menopang banyak aktivitas manusia.
Dan akan terjadi secara terus-menerus selagi kehidupan masih terjadi
di bumi, tanpa ada persediaan air yang cukup, kehidupan makhluk hidup akan
terganggu dan berdampak buruk pada kelangsungan hidupnya. Air dikatakan
tidak sehat kalau sudah tercemar bakteri ataupun bahan kimia. Semakin besar
kosentrasi BOD di dalam suatu perairan,maka konsentrasi bahan organik di
dalam air juga tinggi. Jika kadar BOD dalam air yang pencemarannya berada
ditingkatan yang masih rendah dan dikategorikan kedalam perairan yang baik
berkisar 0-10 ppm.
Suhu memerankan peranan penting dalam mengendalikan situasi
ekosistem dalam perairan.Meningkatnya suhu dapat menyebabkan
dekomposisi meningkat pada bahan organik oleh mikroba.Air adalah zat atau
materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.
Kualitas air dapat diukur berdasarkan berbagai parameter air baik
fisika, biologi dan kimia. Dari segi parameter fisika yaitu suhu, tingkat
kecerahan, tingkat kekeruhan dan tingkat kedalaman,.Parameter kimia yaitu
pH, O2 terlarut dan CO2 bebas, sedangkan untuk parameter biologi yaitu
ikan. Pengukuran kualitas air dilakukan pada ekosistem perairan seperti kolam
waduk, sungai, laut, danau, teluk, delta, semenanjung dan perairan lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001, pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,energi, atau
komponen yang lain ke air oleh kegiatan manusia, akibatnya kualitas air
menurun sampai tingkatan tertentu sehingga kualitas air tidak sesuai
fungsinya. Pembuangan air limbah industry atau non industri, baik yang telah
diolah maupun yang belum diolah, ke sungai mempunyai potensi sebagai
penyebab pencemaran bagi sungai tersebut.
Total suspended solid (TSS) diantaranya dari lumpur dan pasir halus
dan jasad-jasad renik, yang sebab utamanya karena kikisan tanah atau erosi
tanah yang terbawa ke badan air. Derajat keasaman atau biasa disebut dengan
pH hubungannya sangatlah erat dengan kandungan logam berat yang terdapat
di dalam sungai yang dimana semakin banyak bahan pencemar atau
kandungan logam berat yang berada di dalam sungai maka akan menimbulkan
rendahnya nilai derajat keasaman yang membuat kesadahan air yang bersifat
asam, air termasuk kedalam penggolongan asam dikarenakan bersifat
bikarbonat bila berada didalam air. pH normal air yang memenuhi starat
suatu kehidupan adalah memiliki pH sekitar antara 6,5-7,5.
Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil guna,
produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang pada
akhirnya menurunkan kekayaan sumber daya alam. Untuk mendapat air sesuai
standar tertentu saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak
tercemar oleh bermacam macam limbah dari kegiatan manusia sehingga
secara kualitas sumber daya air telah mengalami penurunan.
B. Rumusan masalah

1. Apa saja perbedaan hasil penelitian dari 12 jurnal tersebut ?


2. Apa saja parameter fisika dan kimia pada 12 jurnal tersebut ?

C. Manfaat penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil penelitian dari 12 jurnal


2. Untuk mengetahui parameter fisika dan kimia pada 12 jurnal

D. Manfaat penelitian

1. Memberikan informasi terkait kualitas air dari 12 jurnal


2. Dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis tentang kualitas air
BAB II
PEMBAHASAN

JURNAL 1
KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI DAN UPAYA PENGENDALIAN
PENCEMARAN AIR
(STUDI DI SUNGAI KRUKUT, JAKARTA SELATAN)

Benny Yohannes1,Dr. Drs. Suyud Warno Utamo, M.Si1 ,Dr. Haruki Agustina
M.Env.Eng. Sc2.

A. Parameter fisika

1. Kecerahan
Berdasarkan hasil pengamatan pada lima titik lokasi menunjukkan bahwa
kualitas air pada sungai Krukut pada bagian kecerahan menujukkan bahwa baku
mutu maksimumnya adalah 100. Pada tempat pengamatan pertama menunjukkan
nilai 84 NTU,pada tempat pengamatan kedua menunjukkan nilai NTU,pada tempat
pengamatan ketiga menunjukkan nilai 55 NTU,pada tempat pengamatan keempat
menunjukkan nilai 59 NTU, dan pada tempat pengamatan kelima menunjukkan nilai
72 NTU. Yang berarti kecerahan pada tempat pengamatan pertama sampai tempat
pengamatan kelima berada di bawah nilai baku mutu maksimum yang telah
ditentukan dengan nilai rata-rata pada TP 1 sampai TP 5 sebesar 66,4 NTU.

2. TTS
Berdasarkan hasil pengamatan pada lima titik lokasi menunjukkan bahwa
kualitas air pada sungai Krukut pada bagian TTS menujukkan bahwa baku mutu
maksimumnya adalah 100mg/l. Pada tempat pengamatan pertama menunjukkan nilai
166 mg/l, pada tempat pengamatan kedua menunjukaan nilai 98 mg/l, pada tempat
pengamatan ketiga menunjukkan nilai 76 mg/l, pada tempat pengamatan keempat
menunjukkan nilai 68 mg/l, dan pada tempat pengamatan kelima menunjukkan nilai
95 mg/l.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa TTS pada tempat pengamatan kedua,
tempat pengamatan ketiga, tempat pengamatan keempat, dan tempat pengamatan
kelima nilainya menunjukkan berada ada di bawah nilai baku mutu maksimum yang
telah ditentukan yang berarti mutu peredarannya dalam kondisi baik. Berbeda halnya
dengan tempat pengamatan pertama yang nilai tts-nya melebihi nilai baku mutu
maksimum yang telah ditentukan sehingga mutu air perairan nya berada dalam
kondisi cemar berat.

3. TDS
Berdasarkan hasil pengamatan pada lima titik lokasi menunjukkan bahwa
kualitas air pada sungai Krukut pada bagian TDS menujukkan bahwa baku mutu
maksimumnya adalah 500 mg/l, pada tempat pengamatan pertama menunjukkan
nilai 86 mg/l, pada tempat pengamatan kedua menunjukkan nilai 92 mg/l, pada
tempat pengamatan ketiga menunjukkan nilai 90 mg/l, pada tempat pengamatan
keempat menunjukkan nilai 96 mg/l, dan ada tempat pengamatan kelima
menunjukkan nilai 99 mg/l.
Dari tempat pengamatan pertama sampai tempat pengamatan kelima nilai tds nya
termasuk ke dalam mutu perairan dengan kondisi perairan baik karena semua nilai
pada 5 tempat pengamatan nilainya tidak melebihi nilai baku mutu maksimum yang
telah ditentukan.

B. Parameter Kimia

1. Ph
Berdasarkan hasil pengamatan PH dengan baku mutu maksimumnya sebesar
6,0 sampai 8,5. Pada tempat pengamatan pertama menunjukkan nilai 7,1 pada
tempat pengamatan kedua menunjukkan nilai 7,3 pada tempat pengamatan ketiga
menunjukkan nilai 7,6 pada tempat pengamatan ke-4 menunjukkan nilai 7,9 dan
pada tempat pengamatan kelima menunjukkan nilai 8,1. Maka dari itu itu dari
tempat pengamatan pertama sampai tempat pengamatan ke-5 menunjukkan nilai
yang tidak melebihi nilai baku mutu maksimum yang telah ditentukan dan
kondisi perairan nya berada pada mutu perairan dengan kondisi baik.

2. Do
Berdasarkan hasil pengamatan dengan baku mutu maksimumnya tidak boleh
berada dibawah nilai maksimum nya yaitu sebesar 3 mg/l. Pada tempat
pengamatan pertama menunjukkan nilai 3 mg/l, pada tempat pengamatan yang
kedua menunjukkan nilai 3,2 mg/l, pada tempat pengamatan ketiga menunjukkan
nilai 3 mg/l, pada tempat pengamatan ke-4 menunjukkan nilai 2,8 mg/l, dan pada
tempat pengamatan kelima menunjukkan nilai 3,3 mg/l.
Maka dari itu pada tempat pengamatan pertama, tempat pengamatan kedua,
tempat pengamatan ketiga, dan tempat pengamatan kelima termasuk dalam mutu
perairan dengan kondisi perairan baik karena nilainya berada di atas nilai
maksimum yang telah ditentukan, sedangkan pada tempat pengamatan ke-4
menunjukkan nilai di bawah di bawah nilai maksimumnya yang berarti mutu
peredarannya termasuk perairan yang tercemar ringan.

3. COD
Berdasarkan hasil pengamatan COD dengan baku mutu maksimum 20 mg/l.
Pada tempat pengamatan pertama menunjukkan nilai 26 mg/l, pada tempat
pengamatan kedua menunjukkan nilai 25 mg/l, pada tempat pengamatan ketiga
menunjukkan nilai 22 mg/l, pada tempat pengamatan keempat menunjukkan nilai
18 mg/l, dan pada tempat pengamatan kelima menunjukkan nilai 16 mg/l.
Maka dari itu pada tempat pengamatan keempat sampai tempat pengamatan
ke-5 termasuk ke dalam mutu perairan kondisi baik karena nilainya tidak
melebihi nilai baku mutu maksimum yang telah ditentukan, sedangkan pada
tempat pengamatan pertama sampai tempat pengamatan kedua menunjukkan
nilai yang melebihi nilai baku mutu maksimum yang telah ditetapkan dan kondisi
perairan nya berada dalam kondisi perairan yang tercemar ringan.

4. BOD
Berdasarkan hasil pengamatan BOD dengan nilai baku mutu maksimum nya
adalah 10 mg/l, pada tempat pengamatan pertama menunjukkan nilai 16 mg/l,
pada tempat pengamatan kedua menunjukkan nilai 14 mg/l, pada tempat
pengamatan ketiga menunjukkan nilai 11 mg/l, pada tempat pengamatan
keempat menunjukkan nilai 9 mg/l, dan pada tempat pengamatan kelima
menunjukkan nilai 9 mg/l. Maka dari itu tempat pengamatan pertama sampai
tempat pengamatan ketiga termasuk kedalam baku mutu perairan kondisi cemar
sedang karena nilainya tidak melebihi nilai maksimum yang telah ditetapkan
sedangkan pada tempat pengamatan ke-4 dan tempat pengamatan kalimat
termasuk kedalam baku mutu perairan kondisi baik karena nilainya berada di
bawah nilai maksimum yang telah ditetapkan.

5. Amonia
Berdasarkan hasil pengamatan amonia dengan nilai baku mutu
maksimumnya sebesar 1,0 mg/l. Pada tempat pengamatan pertama dan tempat
pengamatan kedua menunjukkan nilai 0,2 mg/l, pada tempat pengamatan ketiga
menunjukkan nilai 0,3 mg/l, pada tempat pengamatan keempat dan kelima
menunjukkan nilai 0,3 mg/l. Maka dari itu tempat pengamatan pertama sampai
tempat pengamatan kelima nilainya berada di bawah nilai maksimum yang telah
ditentukan dan kondisi perairan nya berada dalam kondisi perairan yang baik.

6. Phospat
Berdasarkan hasil pengamatan fosfat dengan nilai baku mutu maksimumnya
sebesar 0,5 mg/l. Pada tempat pengamatan pertama,ketiga,dan keempat
menunjukkan nilai 0,06 mg/l, pada tempat pengamatan kedua menunjukkan nilai
0,07 mg/l, pada tempat pengamatan kelima menunjukkan nilai 0,09 mg/l. Maka
dari itu pada tempat pengamatan pertama sampai tempat pengamatan kelima
nilai fosfat nya tidak melebihi nilai maksimum yang telah ditentukan dan kondisi
perairan nya berada pada kondisi mutu air yang baik.

7. Nitrat
Berdasarkan hasil pengamatan nitrat dengan baku mutu maksimum yang
telah ditentukan yaitu sebesar 10,0 mg/l. Pada tempat pengamatan pertama dan
kedua menunjukkan nilai 1,6 mg/l pada tempat pengamatan ketiga dan keempat
menunjukkan nilai 1,8 mg/l dan pada tempat pengamatan kelima menunjukkan
nilai 1,7 mg/l. Maka dari itu pada tempat pengamatan pertama sampai tempat
pengamatan kelima nilai nitrat nya tidak melebihi nilai maksimum yang telah
ditentukan dan kondisi perairan nya berada di kondisi yang baik.

JURNAL 2
Analisis Parameter Fisika-Kimia sebagai Salah Satu Penentu Kualitas Perairan
Batang Palangki Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat
Gusmaweti & Deswanti

A. Parameter Fisika

Parameter suhu air pada tempat pengamatan pertama sampai tempat pengamatan
ketiga menunjukkan nilai 26 derajat Celcius. Pada parameter transparansi pada
tempat pengamatan pertama dan tempat pengamatan kedua menunjukkan angka 10
cm sedangkan pada tempat pengamatan ketiga menunjukkan angka 30 cm pada
kelembaban tempat pengamatan pertama dan tempat pengamatan kedua
menunjukkan angka 60 gr/m³, warna air pada tempat pengamatan pertama kondisi
airnya adalah keruh, pada tempat pengamatan kedua kondisi airnya adalah agak
keruh, dan pada tempat pengamatan ketiga kondisi airnya adalah keruh.
Kecepatan arus pada tempat pengamatan pertama adalah 12 m/dt, kecepatan arus
pada tempat pengamatan kedua adalah 8m/dt, dan kecepatan arus pada tempat
pengamatan ketiga adalah 15/dt. Sedangkan suhu udara pada tempat pengamatan
pertama sampai tempat pengamatan ketiga menunjukkan angka 31 derajat Celcius.
Berdasarkan Penjelasan diatas menunjukkan hasil pengukuran parameter fisika
perairan batang Palangki pada masing-masing tempat pengamatan menunjukkan
hasil pengukuran transparansi ketiga tempat pengamatan berkisar antara 10 sampai
30 cm, transparansi paling tinggi berada pada tempat pengamatan ketiga. Suhu air
ketiga tempat pengamatan adalah 26 derajat Celcius dengan warna air keruh dan
agak keruh. Parameter kecepatan arus tempat pengamatan pertama adalah 12 m/dt,
tempat pengamatan kedua adalah 8 m/dt, dan tempat pengamatan ketiga adalah 15
m/dt. Dan suhu udara rata-rata adalah 31 derajat celcius.

B. Parameter Kimia

Parameter DO tempat pengamatan pertama adalah 5,41 mg/l,tempat pengamatan


kedua adalah 5,25 mg/l,tempat pengamatan ketiga adalah 5,96 mg/l. Parameter BOD
pada tempat pengamatan 1 adalah 3,40 mg/l,tempat pengamatan kedua adalah 3, 49
mg/l,pada tempat pengamatan ketiga adalah 2,80 mg/l. Parameter COD pada tempat
pengamatan pertama adalah 60,33 mg/l,tempat pengamatan kedua adalah 76,25
mg/l,pada tempat pengamatan ketiga adalah 47,05 mg/l.
Bersasarkan penjelasan di atas menunjukkan hasil pengukuran kimia perairan
Batang Palangki bahwa kadar oksigen terlarut (DO)ketiga tempat pengamatan adalah
cenderung sama yaitu berkisar antara 5,25-5,96 mg/l. Bod berkisar antara 2,80-3,49
mg/l. Dan standar mutu 3 mg/l, COD berkisar antara 47,05 - 76,25 mg/l,standar baku
mutu nya adalah 2 mg/l.
JURNAL 3
Analisis Parameter Fisika Kimia Air di Danau Buatan Perumnas Griya
Martubung Kota Medan
ˡFrandy Tulus Siahaan, ²Hesti Wahyuningsih, ³Zulham Apandy Harahap

A. Parameter Fisika

Suhu tempat pengamatan 1 adalah 32,33 derajat celcius, pada tempat


pengamatan 2 adalah 32,33 derajat celcius, dan tempat pengamatan 3 adalah
33,33 derajat celcius. Kecerahan pada tempat pengamatan 1 sampai tempat
pengamatan 3 adalah 18, TSS pada tempat pengamatan 1 adalah 256,66
mg/l,tempat pengamatan 2 adalah 250,66 mg/l, dan pada tempat pengamatan 3
adalah 188 mg/l.

B. Parameter kimia

Ph pada tempat pengamatan 1 adalah 6,5 tempat pengamatan 2 adalah 6,46


tempat pengamatan 3 adalah 0,36. BOD pada tempat pengamatan 1 adalah 18,75
mg/l,tempat pengamatan 2 adalah 18,5 mg/l,tempat pengamatan 3 adalah 17,25
mg/l. Fosfat pada tempat pengamatan 1 adalah 0,81, tempat pengamatan 2 adalah
0,61, dan tempat pengamatan 3 adalah 1,03 mg/l.

JURNAL 4
Kualitas Air dari Sumber Mata Air Karaa dan Upaya Pelestariannya
La Harimu1*, Haeruddin2, Sulha3, Saprin4

A. Paramater Fisika
1. Suhu
Temperatur air merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan tujuan
pengunnaan, pengelolahan untuk menghilangkan bahan"pencemaran serta
pengangkutannya . Temperatur air tergantung pada sumbernya temperatur normal
air dialam ( Tropis ) sekitar 20 derajat Celcius sampai 30 derajat Celcius.setelah
di lakukan pemeriksaan mengenai kualitas fisik air yang bersumber dari mata air
Karaa berdasarkan parameter fisik suhu memenuhi syarat kesehatan air, karena
sesuai dengan temperatur normal air minum. Temperatur air yang terukur pada
mata air Karaa bisa menunjukkan bahwa temperatur udara lebih tinggi dari
temperatur air artinya mata air Karaa memenuhi syarat sebagai air minum air
sehat.bisa kita lihat pada sisi lain dengan suhu yang di gunakan menunjukkan
bahwa mata air Karaa sumber airnya berasal dari air artesis atau dari dalam tanah
tetapi merupakan air rembasan yang berasal dari tempat lain juga memungkinkan
juga ada keterkaitan pada sumber mata air lain yang melewati gunung di sekitar
mata air karaa.hal di buktikan dengan adanya sumber mata air ,berdampak bahwa
air yang keluar berasal dari arah pengunungan secara umum kualitas parameter
fisika dari sumber mata air Karaa Masi sangat baik.

2. Rasa

Bisa kita ketahui rasa dalam air minum dapat menunjukkan kemungkinan
adanya senyawa-senyawa asing yang mengganggu kesehatan. Selain itu dapat
pula menunjukkan kemungkinan timbulnya kondisi anaerobik sebagai hasil
kegiatan penguraian kelompok mikroorganisme terhadap senyawa-senyawa
organic.

3. Warna

Pada Hasil uji kualitas fisik warna pada air yang bersumber dari Mata Air
Karaa adalah tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya kehadiran
organisme, bahan-bahan yang tersuspensi, dan tumbuh-tumbuhan yang dapat
menimbulkan warna dalam air.

4. Kekeruhan

Pada Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik ataupun yang organik. Zat anorganik termasuk biasanya
berasal dari lapukan batu dan logam termasuk logam berat, sedangkan yang
organik dapat berasal dari lapukan tanaman dan/atau hewan. Berbagai limbah
seperti buangan domestik, pertanian, dan industri merupakan sumber kekeruhan.

Pada parameter fisik mata air Karaa tersebut temperatur air satuannya C
derajat Celcius pada kelas 1,2,3 dan 4 terdapat deviasi 3 dan hasil pengukuran
nya yaitu 27-38 derajat Celcius selanjutnya temperatur udara satuannya C derajat
Celcius dan hasil pengukuran nya 27-31 derajat Celcius, selanjutnya residu yg
terlarut pada kelas 1,2,3 terdapat 1000 dan kelas 4 terdapat 2000 dan hasil
pengukurannya tidak berwarna,bau hasil pengukuran tidak berbau,rasa normal.

B. Parameter Kimia

Pada parameter kimia Mata Air Karaa menunjukkan bahwa kualitas sumber
Mata Air Karaa masih tergolong air yang sehat dan memenuhi baku mutu air
minum atau konsumsi. Dari parameter pH masih berada pada rentang yang
disyaratkan yaitu 6,9. Menurut standar kualitas air, pH 6,5-9,2. Apabila pH kecil
dari 6,5 air bersifat cenderung asam sehingga kurang baik untuk konsumsi
terutama yang berkaitan pencernaan atau lebih besar dari 9,2 yang bersifat basa
yang akan berpengaruh kesadahan air yang tinggi dan berakibat kurang baik bagi
kesehatan.
pH juga dipengaruhi oleh jenis limbah dan bahan pencemarnya . Buangan
limbah pencemar yang dibuang pada sungai akan mempengaruhi kualitas air dari
nilai BOD dan CODSelain itu pada pH asam ˂ 6,5 atau ˃ 9,2 akan menyebabkan
korosifitas pada pipa-pipa air yang dibuat dari logam dan dapat mengakibatkan
beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang dapat mengganggu
kesehatan manusia.
Pada parameter kimia pada mata air Karaa terdapat parameter pH pada kelas
1,2,3 terdapat 6,9 kelas 4 terdapat 5,9 hasil pengukuran 6,9-9 dan BOD kelas 1
yaitu 2, kelas 2 yaitu 3 ,kelas 3 yaitu 6 dan kelas 4 yaitu 12,hasil pengukuran
3,COD kelas 1 yaitu 10 kelas 2 yaitu 25 kelas 3 yaitu 50 kelas 4 yaitu 100 hasil
pengukuran 14 ,DO pada kelas 1 yaitu 6 ,kelas 2 yaitu 4,kelas 3 yaitu 3 dan kelas
4 yaitu O hasil pengukuran 6,6-8,9 kemudian kadmium pada kelas 1,2,3 dan kelas
4 yaitu 0,01 hasil pengukuran 6,6-8,9 pada Khrom (IV) yaitu pada kelas 1,2,3
yaitu 0.05 dan kelas 4 yaitu 0,01 hasil pengukuran 0,4 pada Tembaga pada kelas 1
yaitu 0,02 kelas 2 yaitu 0,02 kelas 3 yaitu 0,02 dan 4 yaitu 0,2 dan hasil
pengukuran 0,01 pada besi kelas 1 yaitu 0,3 kelas 2 yaitu (-) kelas 3 yaitu (-) kelas
4 yaitu (-) hasil pengukuran 0,2 pada timbal kelas 1,2,3 yaitu 0,03 dan kelas 4
yaitu 1 hasil pengukuran 0,0008 pada mangan kelas 1 yaitu 0,1 kelas 2 yaitu (-)
kelas 3 yaitu (-) kelas yaitu 4 (-) hasil pengukuran 0,065.

JURNAL 5
PENILAIAN KUALITAS AIR SUNGAI DAN POTENSI PEMANFAATANNYA
STUDI KASUS : S. CIMANUK
Armaita Sutriati   

A. Parameter fisika

- Pada lokasi Bayongbong pH nya sebesar 6,5- 8,3 mg/L residu terlarut
sebesar 87-163 mg/L dan Mn sebesar tt-0,140 mg/L Zn sebesar tt-0,094 mg/L
dan kolitinja sebesar 1,2-450 jml/100 mL
- Pada Lokasi sukarengan PH nya sebesar 6,7- 8,3 mg/Ldan residu terlarut
105-205mg/L dan Mn sebesar tt-052 mg/L Zn sebesar tt-0,072 mg/L dan
kolitinja sebesar 1,6-8.000 jml/100 mL
- Pada lokasi Tomo PH nya sebesar 7,1-8,9 mg/L dan residu terlarut sebesar
113-220 mg/L Mn sebesar tt-0,059 mg/L dan Zn sebesar 0,080 mg/L sebesar
kolitinja sebesar 5,4 -240 jml/100 mL
- Pada lokasi Jatibarang PH nya sebesar 6,0 -8,6 mg/L dan residu terlarut
sebesar 131-391 mg/L Mn sebesar tt- 0,06 mg/L Zn sebesar 0,050 mg/L
kolitinja sebesar 10-430 jml/100 mL

B. Parameter Kimia

Parameter  oksigen  terlarut  (DO)  dapat digunakan  sebagai 


indikator  tingkat 
kesegaran air. Terdapatnya oksigen terlarut dalam air memungkink
n berlangsungnya reaksi oksidasi  dan  reduksi  yang  dapat  merubah bentuk 
logam dan senyawasenyawa  lainnya. Bila  kandungan  oksigen  terlarut 
dalam  air relatif tinggi maka kualitas air tersebut masih baik,  sedangkan 
bila  kadar  oksigen terlarutnya  rendah  dan  bahkan  dapat 
mencapai nol, maka dapat dipastikan sumber air  tersebut  telah  tercemar, 
terutama  oleh bahan  pencemar  organik,  yang mengakibatkan  air  berwarna 
hitam  dan berbau busuk i lokasi Bayongbong yang merupakan lokasi 
pemantauan  yang  paling hulu, kadar oksigen terlarutnya masih  relatif 
tinggi  yaitu berkisar  antara  5,9  –  8,6  mg/L.  Di  lokasi Sukaregang 
kadarnya  mulai  menurun 
yaitu berkisar antara 4,7 7,7 mg/L. Menurunnya kadar  DO  pada  lokasi  ini 
kemungkinan disebabkan  oleh  pengaruh  limbah  kawasan industri  kulit 
Sukaregang  yang mulai  masuk ke  perairan. Namun  demikian  rentang 
kadar DO  selama  pemantauan  masih  berada  pada batas  yang 
dipersyaratkan  sesuai  golongan B,C,D  yaitu  >  3  mg/L.  Pada  lokasi 
hilir kawasan  industri  yaitu  Tomo,  kadar  DO sedikit  membaik  yaitu 
berkisar  antara  5,3  – 7,8 mg/L. Demikian juga  di lokasi  Jatibarang yang 
merupakan  lokasi  paling  hilir  kadar oksigen  terlarut  relatif  baik  yang 
berkisar antara 4,6 – 8,1 mg/L. Membaiknya kualitas air yang diindikasikan d
engan naiknya oksigen terlarut ini kemungkinan disebabkan oleh proses aerasi 
dan adanya pengenceran dari anakanak sungainya. Kuantitas air atau debit di 
hulu di Bayongbong adalah  sebesar 7,874  m3/det    dan  di  hilir  di 
Jatibarang meningkat  menjadi  92,762  m3/det.
Hasil penelitian kualitas air S. Cimanuk untuk parameter BOD di
lokasi Bayongbong selama pemantauan kadarnya masih relatif rendah
yaitu berkisar antara 1,2 – 5,3 mg/L. Hal ini disebabkan karena belum
banyak limbah yang masuk. Di lokasi Sukaregang kadar BOD meningkat
menjadi 2,8 –6,2 mg/L, hal ini diperkirakan karena pada ruas ini S.
Cimanuk menerima limbah dari kawasan industri Sukaregang. Di lokasi
Tomo kadar BOD sangat berfluktuasi tergantung dari limbah yang masuk,
berkisar antara 1,2 – 15 mg/L. Sedangkan di lokasi bagian hilir
diJatibarang, kualitas air sedikit membaik, kadar BOD berkisar antara 1,4 –
11 mg/L, diperkirakan terjadi pengenceran pada ruas ini dengan
masuknya anak‐anak sungai Cimanuk yaitu S. Cipelang dan S. Cilutung
Hasil penelitian untuk parameter COD menunjukkan, bahwa di
lokasi hulu S. Cimanuk yaitu Bayongbong kadar COD berkisar antara 3
– 15 mg/L. Di lokasi berikutnya yaitu Sukaregang sama halnya dengan
BOD, terjadi peningkatan yang cukup signifikan yang kadarnya berkisar
antara 6,9 – 27 mg/L dan semakin meningkat di lokasi.
Tomo dengan kadar antara 3,8 - 90 mg/L. Data tersebut
menunjukkan bahwa pencemaran oleh bahan organik di S. Cimanuk pada
ruas ini relatif tinggi sejalan dengan adanya kegiatan industri, disamping
dampak masuknya limbah penduduk yang membuang langsung limbahnya
ke perairan. Pada lokasi Jatibarang kadar COD sedikit menurun berkisar
antara dan 3,8 –70 mg/L. Penurunan kadar COD pada kedua lokasi ini
disebabkan antara lain dengan masuknya anak‐anak sungai Cimanuk yaitu
S. Cipeles, S. Cipelang dan S. Cilutung. Profil kadar COD S. Cimanuk.
Derajat keasaman air (pH) Cimanuk dari hulu ke hilir pada
umumnya masih berada pada rentang nilai yang memenuhi bakumutu air
golongan B,C,D; kecuali di lokasi Sukaregang pada pengambilan bulan
Agustus 2006, nilai pH terdeteksi 4,8. Selama pemantauan hanya sekali
terdeteksi pH asam, sedangkan data lainnya menunjukkan pH air berkisar
antara normal sampai cenderung basa, sehingga masih memenuhi
persyaratan bakumutu sesuai SK Gub. No 38/1991 yaitu nilai pH antara 6
– 9.
Terlarut Residu terlarut menunjukkan banyaknya zat yang terlarut
di dalam air. Makin tinggi kadar residu terlarut, maka makin banyak
mineral‐mineral yang terkandung dalam sumber air tersebut. Dari data
hasil pemeriksaan kualitas air menunjukkan bahwa kadar residu terlarut
selama penelitian cukup berfluktuasi, berkisar antara 87 – 391 mg/L.
Meskipun demikian kadar residu terlarut selama pemantauan masih
dibawah persyaratan bakumutu golongan B,C,D KepGub no. 38/1991,
yaitu 1000 mg/L.
Amonia bebas (NH3N). Amonia dapat berasal dari unsur nitrogen
yang banyak terdapat di alam yang larut di dalam air. Kadar amonia
bebas di dalam air akan tergantung pada jumlah amonia total, temperatur
air dan derajat keasaman (pH) air. Makin tinggi temperatur dan pH air,
maka kadar amonia bebas dalam air juga akan bertambah besar. Pada
kriteria kualitas air untuk golongan B,C,D (KepGub no. 38/1991),kadar
amonia bebas dibatasi maksimal 0,02 mg/L. Berdasarkan hasil analisis
kadar amonia bebas di S. Cimanuk hulu yaitu di lokasi Bayongbong
kadarnya berkisar antara tidak tedeteksi sampai dengan 0,08 mg/L, di
Sukaregang berkisar antara tidak teramati sampai dengan 0,018 mg/L. Di
lokasi Tomo, kadar amonia bebas tertinggi terdeteksi sebesar 0,178 mg/L
dan di hilir diJatibarang terdeteksi sebesar 0,098 mg/L.
Logam mangan (Mn) dan seng (Zn).Terdapatnya logam mangan
(Mn) dan seng (Zn) di perairan dapat berasal dari sumber‐sumber alamiah
dan dari aktifitas manusia. Sumber logam alamiah yang masuk ke perairan
dapat berasal dari pengikisan dan pelarutan batu mineral yangterdapat
disekitarnya, sedangkan yang berasal dari aktifitas manusia dapat
rumah tangga dan industri. Hasil pemeriksaan memperlihatkan bahwa
kadar logam mangan (Mn) berkisar antara tt – 0,14 mg/L dan kadar seng
(Zn) adalah antara tt-0,094 mg/L.
Kadar mangan terdeteksi masih memenuhi ambang bataspersyaratan
bakumutu sumber airnya yaitu 0,5 mg/L, sedangkan kadar seng hampir di
setiap lokasi pada beberapa kali pengambilan contoh telah melampaui
ambang batas yang dipersyaratkan. Kandungan mangan dalam baku air
minum dalam jumlah kecil tidak membahayakan bagi manusia(10 – 20
µg/L). Namun keberadaannya dalam air melebihi 0,150 µg/L dapat
menimbulkan warna kecoklatan pada cucian.
seng merupakan elemen penting dan bermanfaat dalam
metabolisme manusia. Kebutuhan sehari‐hari anak prasekolah adalah 0,3
mg Zn/kg berat badan dan orang dewasa rata‐rata 0 – 15 mg/kg berat
badan.Namun bila kandungan seng lebih besar dari 5 mg/L akan
menimbulkan efek estetika karena rasa yang kurang enak.Kriteria kadar
seng untuk perikanan berhubungan dengan kesadahan total.
Sebagai contoh untuk kadar kesadahan total antara 0‐120 mg/L,
maka kriteria kadar seng untuk perikanan 0,05 mg/L. Untuk kadar
kesadahan total 120‐180 mg/L, maka kadar sengnya 0,10 mg/L (US EPA
1976). Berdasarkan data yang ada kesadahan total air sungai di Indonesia
antara 12 ‐ 289 mg/L, sehingga kadar seng dalam kriteria sebaiknya
berkisar antara 0,1 – 0,2 mg/L. Akibat batas kadar seng dalam kriteria
terlalu ketat, maka kadar seng yang melebihi baku mutu sumber air
terdeteksi pada semua lokasi yaitu Bayongbong 0,094 mg/L, Sukaregang
0,072 mg/L, Tomo 0,08 mg/L dan Jatibarang 0,05 mg/L, dimana nilai
ambang batas pada baku mutu sumber air untuk parameter seng adalah
0,02 mg/L untuk golongan B,C,D KepGub no. 38/1991.
Kolitinja Pada Hasil pemeriksaan kolitinja di sepanjang ruas S.
Cimanuk dari hulu ke hilir cukup tinggi yaitu antara 1200 – 8.000.000
jumlah/mL, sehingga tidak memenuhi persyaratan baku mutu sumber
airnya, karena jumlah kolitinja maksimum yang diperbolehkan adalah
2000 jumlah/mL (Gol. B,C,D SK Gub. no 38/1991). Besarnya jumlah
kolitinja kemungkinan berasal dari limbah peternakan dan limbah
penduduk yang bermukim disepanjang daerah pengaliran sungai (DPS)
Cimanuk. Banyaknya kandungan kolitinja mengindikasikan adanya bakteri
pathogen (Unus 1980).
Kondisi kualitasairS.Cimanuk terindikasi telah mengalami penurunan
mutu kualitas airyang diperkirakan akibatadanya berbagai aktifitas manusia
yang tidak memperhatikan faktor kelestarian lingkungan seperti
pengembangan lahan permukiman, pertanian dan peternakan dan lain‐
lainnya yang tidak terkendali. Hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat
S. Cimanukmerupakan sumber daya air yang digunakan untuk berbagai
pemanfaatan antara lain sebagai baku air minum, air pertanian dan lain‐lain
oleh Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka, Indramayu, Kuningan dan
ceribon.
JURNAL 6
Analisis parameter fisika kimia air pada lokasi karamba jaring tancap di Danau
TondanoKabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara
Abdul Jahri Sarif 1, Diane J. Kusen 2,Ockstan J. Kalesaran, Novie P.L
Pangemana2, Revol D. Monijung2.

A. Parameter fisika

Berdasarkan hasil pengukuran dan pengambilan parameter fisika kimia


kualitas air di Danau Tondano baik secara In- Situ dan analisis Laboratorium
(Baristand) Manado yang di lakukan pada 24 Oktober 2018 musim pana
untuk pengukuran pertama dan pengukuran kualitas air yang kedua pada 15
November 2018 musim hujan sampai dengan 3 Desember 2018 pengukuran
ketiga.
Hasil pengukuran pertama suhu di Danau Tondano dilakukan pada titik 1 hasil
yang didapatkan yaitu 280C dan pada titik 2 yaitu 280C sedangkan pada titik
3hasil yang didapat 290C. Kemudian hasil pengukuran kedua pada titik 1
yaitu 260C dan hasil pengukuran pada titik 2 yaitu 270C, sedangkan hasil
pengukuran pada titik 3 hasil yang didapatkan yaitu 260C.
Hasil pengukuran ketiga pada titik 1 yaitu 270C dan pada titik 2 yaitu
260C, kemudian pada titik 3 yang didapatkan yaitu 270C. Jika dibantingkan
dengan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air
dan pengendalian Pencemaran Kualitas Air dalam Devisi 3 yang artinya
batasan ± 300C dari suhu normal alamiah.
Hasil pengukuran kecerahan pertama di lokasi karamba jaring tancap
yang kepadatanya tinggi pada titik 1 hasil yang didapatkan yaitu 2,8 dan di
lokasi karamba jaring tancap yang kepadatanya renda pada titik 2 yaitu 2,5
sedangkan pada lokasi yang tidak ada aktifitas karamba jaring tancap pada
titik 3 yaitu 1,79. Hasil pengukuran kedua menunjukkan pada lokasi karamba
jaring tancap yang kepadatanya tinggi pada titik 1 hasil yang didapatkan yaitu
2,66 dan di lokasi karamba jaring tancap yang kepadatanya renda pada titik 2
yaitu 2,4 sedangkan pada lokasi yang tidak ada aktifitas karamba jaring tancap
pada titik 3 didapatkan yaitu 1,77.
Kemudian pengukuran ketiga di lokasi karamba jaring tancap yang
kepadatanya tinggi pada titik 1hasil yang didapatkan yaitu 2,5 dan di karamba
jaring tanca yang kepadatanya yaitu1,87 sedangkan pada lokasi yang tidak ada
aktifitas budidaya karamba jaring tancaap yang didapatkan yaitu 1,34.
Hasil pengukuran pertama secara langsung pada lokasi karamba jaring
tancap yang kepadatan tinggi pada titik 1 yaitu 11,6 meter dan pada lokasi
karamba jaring tancap yang kepadatanya sedang pada titik 2 yaitu5,26 meter.
Sedangkan pada lokasi yang tidak ada aktifitas karamba jaring tancap pada
titik 3 hasil yang di dapat yaitu 4,23 meter.
Hasil pengukuran kedua di lokasi budidaya karamba jaring tancap
kepadatanya tinggi yaitu 11,8 meter dan pada lokasi yang aktifitas budidaya
karambaa jaring tancap kepadatanya sedang yaitu 5,27 meter sedangkan pada
lokasi yang tidak ada aktifitas karamba jaring tancap hasil yang di dapatkan
yaitu 4,23 meter. Kemudian pada pengukuran ketiga di lokasi aktifitas
budidaya karamba jaring tancap kepadatanya tinggi hasil yang didapatkan
yaitu 11,8 meter dan di lokasi budidaya karamba jaring tancap yang
kepadatanya sedang yaitu 5,27 meter, sedangkan pada lokasi yang tidak ada
aktifitas karamba jaring tancap hasil yang di dapatkan yaitu 4,24 meter.
Kondisi saat ini yang ada di Danau Derajat keasaman (pH) air
mempengaruhi tingkat kesuburan perairan bagi kehidupan jasad renik.
Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh biota budidaya.
Pada pH rendah (keasaman yang tinggi) kandungan oksigen terlarut akan
berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun sehingga aktivitas
pernapasan bagi organisme akan terganggu dan nafsu makan akan semakin
berkurang (Koordi dan Tancung, 2007).
B. Parameter Kimia

Nilai derajat keasaman (pH) yang dikehendaki untuk ikan adalah 6,5 -
9,0 ( Boyd 1981 dalam Pillay, 1992). Sedangkan Buttner et all, (1993)
menyatakan ikan bertahan hidup dan tumbuh terbaik di perairan dengan pH
antara 6 - 9. Jika dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Pemerintah No.
82 Tahun 2001 yang di anjurkan 6 – 9. Hasil pengukuran pertama
menunjukan bahwa nilai pH pada lokasi karamba jaring tancap yang
kepadatanya tinggi berada pada titik 1 yaitu 7,8, pada lokasi yang aktifitas
karamba jaring tancap kepedatanya sedang berada pada titik 2 yaitu 7,8
sedangkan pada lokasi yang tidak ada aktifitas karamba jaring tancap berada
pada titik 3 didapatkan yaitu 7,4.

Kemudian hasil pengukuran kedua menunjukkan bahwa pH pada


lokasi karamba jaring tancap berada pada titik I yang kepadatanya tinggi hasil
yang di dapatkan yaitu 7,6, di lokasi karamba jaring tancap berada pada titik 2
yang kepadatanya renda yaitu 7,7 dan pada lokasi yang tidak ada aktifitas
karamba jaring tancap berada pada titik 3 hasil yang didapatkan yaitu 6,8. Dan
hasil pengukuran ketiga di karamba jaring tancap yang kepadatanya tinggi
pada tititk 1 yaitu 7,3 dan di lokasi karamba jaring tanca yankepatanya renda
pada tititk 2 yaitu 7,3 sedangkan pada lokasi yang tidak ada aktifitaas karamba
jaring tancap didapatkan yaitu 6,7.

Hasil yang didapat dalam pengambilan pertama berdasarkan analisis


Laboratorium (BARISTAN) Manado yaitu titik 1 pada aktifitas budidaya
karamba jaring tancap dengan kepadatan tinggi di Danau Tondano Desa Eris
yaitu 2,75 mg/L, pada titik 2 di areal karamba jaring tancap yang kepadatanya
sedang di Desa Leleko yaitu 4,32 mg/L dan pada titik 3 lokasi yang tidak ada
aktifitas karamba jaring tancap di Desa Toulour hasil yang didapatkan yaitu 6,
28 mg/L. Kemudian pada pengambilan kedua pada titik 1 hasil yang
didapatkan yaitu 5,89 mg/L, pada titik 2 yaitu 6,09 mg/L dan pada titik 3 yaitu
4,93 mg/L. Sedangkan pada Pengambilan ketiga pada titik 1 hasil yang
didapatkan yaitu 2,75 mg/L, pada titik 2 yaitu 4,32 mg/L dan pada titik 3
didapatkan yaitu 6,28 mg/L.

Berdasarkan hasil pengambilan pertama konsentrasi nitrat (NO3) yang


di analisis pada Laboratorium (BARISTAND) Manado tidak terdeteksi
terdapat di dua lokasi yaitu pada karamba jaring tancap yang kepadatanya
tinggi pada Titik 1 yaitu 0,00 mg/L dan di lokasi karamba jaring tancap yang
kepadatanya renda pada Titik 2 yaitu 0,00 mg/L. Sedangkan konsentrasi nitrat
(NO3) yang terdapat pada lokasi yang tidak ada aktifitas karamba jaring
tancap pada titik 3 yaitu 1,0194 mg/L. Kemudian hasil pengambilan kedua
pada titik 1 yaitu 1,06 mg/L, pada titik 2 yaitu 0,72 mg/L dan pada titik 3
yaitu 1,56 mg/L.

Sedangkan pada pengambilan ketiga pada titik 1 yang didapatkan yaitu


1,22 mg/L, pada titik 2 yaitu 1,00 mg/L dan pada titik 3 yaitu 1,040
mg/L.Dalam pengambilan pertama, kedua maupun ketiga hasil analisis
konsentrasi nitrat (NO3) di Danau Tondano masih pada batas yang dapat
diterima, Jika dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 dengan konsentrasi nitrat (NO3) adalah 10 mg/L.

Konsentrasi Nitrit (NO2) yang tinggi dapat mengakibatkan kematian


ikan secara masal, sebenarnya Nitrat (NO3) tidak toksik terhadap organisme
namun dalam jumlah yang berlebihan dan konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan keracunan karena dengan bantuan bakteri rumen Nitrat (NO3)
akan direduksi menjadi Nitrit (NO2) yang 10 kali.Hasil pengambilan yang di
analisis di Laboratorium (BARISTAND) Manado dalam pengambilan
pertama di Danau Tondano Nitrit (NO2) pada lokasi karamba jaring tancap
yang kepadatanya tinggi hasil yang didapatkan yaitu 0,0368 mg/L, di areal
karamba jaring tancap yang kepadatanya sedang 0,0008 mg/L dan pada lokasi
yang tidak ada aktifits karamba jaring tancap yaitu 0,011 mg/L. Kemudian
pada pengambilan

kedua pada titik 1 dengan hasil yang didapatkan yaitu 0,00 mg/l, titik 2
yaitu 0,00 mg/L dan pada titik 3 yaitu 0,00 mg/L. Sedangkan pada
pengambilan ketiga pada titik 1 hasil yang didapatkan yaitu 0,0015 mg/L, titik
2 yaitu 0,0270 mg/L dan pada titik 3 dengan hasil yang didapatkan yaitu 0,00
mg/L. Hasil analisis laboratorium yang di dapat dalam pengambilan kedua
pada lokasi titik 1, titik 2 maupun titik 3 tidak terdeteksi konsentrasi (NO2)
sedangkan pada pengambilan ketiga pada titik 3 juga tidak terdeteksi, tetapi
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air masi baik untuk usaha.

Berdasarkan hasil dari data pertama pengambilan sampel analisis di


Laboratorium Baristand Manado konsentrasi amoniak (NH3) pada lokasi
karamba jaring tancap yang kepadatanya tinggi hasil yang didapatkan yaitu
0,229 mg/L, pada lokasi karamba jaring tancap yang kepadatanya sedang
yaitu 0,0718 mg/L dan pada lokasi yang tidak ada aktifitas karamba jaring
tancap yaitu 0,00 mg/L atau tidak terdeteksi. Kemudian pada pengambilan
kedua pada titik 1 yaitu 0,194 mg/L, pada titik 2 yaitu 0,202 mg/L dan pada
titik 3 yaitu 0,20 mg/L. sedangkan pada pengambilan ketiga pada titik 1 yaitu
0,597 mg/L, pada titik 2 yaitu 0,138 mg/L dan pada titik 3 yaitu 0,029
mg/L.Sesuai hasil yang didapatkan pada pengambilan pertama titik 3 tidak
terdeteksi dan secara umum pada tiga lokasi pengambilan pertama, kedua
maupun ketiga suda melampaui nilai baku mutu kualitas air berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 yaitu 0.05 mg/L. Tetapi konsentrasi
amoniak (NH3) tertinggi beradapada titik I dan titik 2, merujuk pada lokasi
yang ada kegiatan usaha budidaya karamba jaring tancap.

Berdasarkan hasil analisis fosfat di Laboratorium (BARISTAND)


Manado padapengambilan pertama di lokasi karamba jaring tancap yang
kepadatanya tinggi hasil yang didapatkan yaitu 0,029 mg/L, pada lokasi
karamba jaring tancap yang kepadatanya sedang yaitu 0,051 mg/L dan pada
lokasi yang tidak ada aktifitas karamba jaring tancap yaitu 0,076 mg/l.
Kemudian pengambilan kedua pada titik 1 yang didapatkan yaitu 0,014 mg/L,
pada titik 2 yaitu 0,020 mg/L dan pada titik 3 yaitu 0,042 mg/L. Sedangkan
pada pengambilan ketiga pada lokasi titik 1hasil yang didapatkan yaitu 0,721
mg/l, pada titik 2 yaitu 0,156 mg/L dan pada titik 3 didapatkan yaitu 0,246
mg/L.

JURNAL 7
Kajian kualitas air dan penggunaan sumur gali oleh masyarakat di sekitar
sungai kaliyasa kabupaten Cilacap
Endar Budi Sasongko1,2, Endang Widyastuti2, Rawuh Edy Priyono2

A. Parameter Fisika

1. TDS

Hasil pengukuran TDS di Sungai Kaliyasa didapatkan 31.150 mg/l dan


tidak memenuhi standar baku mutu (1.500mg/l). Hal ini disebabkan Sungai
Kaliyasa banyak menerima limbah yang berasal dari berbagai buangan limbah
rumah tangga dan industri.

Hasil perhitungan anova parameter TDS antar stasiun diperoleh nilai F


hitung 1,034 lebih kecil dari F tabel 2,73, ini berarti kandungan TDS sumur
pada stasiun pengamatan satu dengan yang lain berdasar jarak sumur dari
sungai tidak ada perbedaan. Hasil pengukuran di Sungai Kaliyasa didapatkan
nilai warna 312 TCU tidak memenuhi standar baku mutu yaitu 50 TCU. Hal
ini karena air di sungai kaliyasa bercampur dengan berbagai limbah yang
terlarut dalam air sungai. Hasil pengukuran warna air sumur gali

2. Warna

Berdasarkan pengukuran air sumur gali diketahui bahwa warna air


sumur sangat tinggi di Stasiun 1 dan 2, kemudian di Stasiun 5 dan 6, dan
semuanya tidak memenuhi standar baku mutu. Warna air sumur gali Stasiun 3
dan 4 memenuhi standar baku mutu. Berdasarkan hasil perhitungan anova
parameter warna, diperoleh nilai F hitung 2,803 lebih besar dari F tabel 2,73.
Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa warna air sumur pada stasiun
pengamatan satu dengan yang lain berdasar jarak sumur dengan sungai ada
perbedaan.

B. Parameter Kimia

1. Besi
Hasil pengukuran kandungan besi di Sungai Kaliyasa diketahui
sebesar 2mg/l melebihi baku mutu (1,0 mg/l), dan berakibat pada tingginya
kandungan besi pada sumur terdekat. Hal ini dapat dilihatnpada hasil
pengukuran kandungan besi air sumur gali di sekitar sungai kaliyasa
airnsumur gali yang mengandung besi paling tinggi adalah sumur gali yang
jaraknya dekat dengan Sungai Kaliyasa kemudian menurun pada sumur gali
yang jaraknya makin jauh dari sungai. Hasil perhitungan anova parameter besi
diperoleh nilai F hitung 3,59 lebih besar dari F tabel 2,73, berarti kandungan
besi pada stasiun pengamatan satu dengan yang lain berdasar jarak sumur
dengan sungai berbeda. Kandungan besi pada Stasiun 1 adalah 1,04 mg/l,
berarti tidak memenuhi standar baku mutu air bersih (1,0 mg/l).

2. Klorida
klorida di Sungai Kaliyasa sangat tinggi yaitu 17.088,55mg/l, tidak
memenuhi baku mutu air bersih (600 mg/l). Tingginya klorida di Sungai
Kaliyasa selain didapat dari air laut yang mengandung garam, juga dari
limbah rumah tangga yang dibuang ke Sungai Kaliyasa. Hasil pengukuran
klorida didapatkan tertinggi pada air sumur gali yang paling dekat dengan
sungai dan menurun pada sumur gali yang jaraknya jauh dari sungai.
Kandungan klorida air sumur gali pada Stasiun 1, 2, 3, dan 4 tidak memenuhi
standar baku mutu sehingga tidak layak digunakan sebagai air bersih. Hasil
perhitungan anova pada parameter klorida, diperoleh nilai F hitung 2,91 lebih
besar dari F tabel 2,73, yang berarti kandungan klorida pada stasiun
pengamatan satu dengan yang lain berdasar jarak sumur dan sungai ada
perbedaan

3. Mangan
Kandungan mangan di Sungai Kaliyasa 1 mg/l tidak memenuhi baku
mutu (0,5 mg/l). Tingginya kandungan mangan di Sungai Kaliyasa karena
buangan limbah industri dan secara alami unsur mangan dapat dijumpai di
hampir sebagian besar wilayah Kabupaten Cilacap yang mengadung pasir besi
di mana di dalamnya terdapat unsur mangan sedangkan untuk sumur gali
Hasil perhitungan anova diperoleh nilai F hitung 1,61 lebih kecil dari F tabel
2,73, yang berarti kandungan mangan berdasar jarak sumur dengan sungai
tidak berbeda.

4. pH
Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam
atau basa. Air murni mempunyai pH 7. pH < 7 menandakan air bersifat asam,
sedangkan pH > 7 menandakan air bersifat basa (rasanya pahit). pH air Sungai
Kaliyasa berkisar 7,65 – 7,72 yang berarti normal, sesuai standar baku yaitu
6,5 -9,0. Hasil pengukuran pH air sumur gali didapatkan di semua stasiun
adalah normal yaitu berkisar 7,58– 7,73, memenuhi standar baku yaitu 6,5 -
9,0, sedangkan sumur gali Hasil anova diperoleh nilai F hitung 2,55 lebih
kecil dari F tabel 2,73, ini berarti pH air sumur pada Stasiun pengamatan
berdasar jarak sumur dengan sungai tidak berbeda. Hasil pengukuran pH air
sumur dapat dikatakan layak digunakan sebagai air bersih, karena bersifat
netral.

JURNAL 8

Analisis kualitas air pada jalur distribusi air bersih di gedung baru di fakultas
ekonomi dan manajemen institut pertanian Bogor
Millah Hudiyah DB1 dan Satyanto Krido Saptomo1*

A. Parameter fisika

Pada parameter fisika pada TDS waktu pengambilan pagi cerah yaitu
47,350 mg/L, pada waktu Sore cerah parameter nya 50.280 mg/L, pada waktu
pagi hujan parameter nya 56,68 mg/L sedangkan pada waktu soreh hujan
yaitu 48,650 mg/L.

Pada parameter kekeruhan (NTU) pada waktu pengambilan pagi cerah


yaitu 2.340 NTU, pada waktu sore cerah yaitu 2.180 NTU, pada pagi hujan
parameter nya yaitu 1.78 NTU sedang pada sore hujan parameter nya yaitu
2.600 NTU.

Pada parameter suhu (°c) pada waktu pagi cerah parameter nya yaitu
26.850 °c. Pada waktu sore cerah parameter nya yaitu 25.580 °c, pada waktu
pagi hujan yaitu 27.19 °c, sedangkan pada sore hujan parameter nya yaitu
24.460 °c.
Pada parameter warna (TCU) pada waktu pagi cerah yaitu 30.630
TCU, pada waktu sore cerah parameter nya yaitu 28.750 TCU, pada waktu
pagi hujan parameter nya yaitu 28.13 TCU sedangkan pada sore hujan
parameter nya yaitu 33.130 TCU.

B. Parameter kimia

Pada parameter besi (mg/L) pada waktu pagi cerah parameter nya
yaitu 0.060 mg/L, pada waktu sore cerah parameter nya yaitu 0.090 mg/L,
pada waktu pagi hujan parameter nya yaitu 0.17 mg/L sedangkan pada sore
hujan parameter nya yaitu 0.080 mg/L.
Pada parameter flourida (mg/L) pada waktu pagi cerah parameter nya
yaitu 0.070 mg/L, pada waktu sore cerah parameter nya yaitu 0.080 mg/L,
pada waktu pagi hujan parameter nya yaitu 0.07 mg/L sedangkan pada sore
hujan parameter nya yaitu 0.060 mg/L.
pada parameter klorida (mg/L) pada waktu pagi cerah parameter nya
yaitu 10.720mg/L, pada waktu sore cerah parameter nya yaitu 12.310 mg/L,
pada waktu pagi hujan parameter nya yaitu 10.14mg/L sedangkan pada sore
hujan parameter nya yaitu 10.310 mg/L.
Pada parameter mangan (mg/L) pada waktu pagi cerah parameter nya
yaitu 0.002 mg/L, pada waktu sore cerah parameter nya yaitu 0.001 mg/L,
pada waktu pagi hujan parameter nya yaitu 0.01 mg/L sedangkan pada sore
hujan parameter nya yaitu 0.001 mg/L.
Pada parameter nitrit (mg/L) pada waktu pagi cerah parameter nya
yaitu 0.000 mg/L, pada waktu sore cerah parameter nya yaitu 0.000 mg/L,
pada waktu pagi hujan parameter nya yaitu 0.00 mg/L sedangkan pada sore
hujan parameter nya yaitu 0.000 mg/L.
Pada parameter pH (mg/L) pada waktu pagi cerah parameter nya yaitu
6.920 mg/L, pada waktu sore cerah parameter nya yaitu 7.020 mg/L, pada
waktu pagi hujan parameter nya yaitu 6.66 mg/L sedangkan pada sore hujan
parameter nya yaitu 7.150 mg/L.

Pada parameter sulfat (mg/L) pada waktu pagi cerah parameter nya
yaitu 6.120 mg/L, pada waktu sore cerah parameter nya yaitu 5.270 mg/L,
pada waktu pagi hujan parameter nya yaitu 6.87 mg/L sedangkan pada sore
hujan parameter nya yaitu 4.360 mg/L.

JURNAL 9

Analisis Parameter Fisika dan Kimia Air Bersih di Desa Lalumpe Kecamatan
Kombi Kabupaten Minahasa
Vlagia Indira Paat*a,Anderson Arnold Aloanisb , Andre Karundengc

A. Parameter fisika

Parameter kekeruhan (NTU) memiliki stardar 25 NTU, pada pengambilan


pertama parameter nya 10.5 NTU dan pada pengambilan kedua parameter nya
10 NTU.

Parameter zat padat terlarut (mg/L) memiliki stardar 100 mg/L, pada
pengambilan pertama parameter nya 48 mg/L dan pada pengambilan kedua
parameter nya 35 mg/L.

B. Parameter kimia

Parameter besi (mg/L) memiliki stardar 1 mg/L, pada pengambilan


pertama parameter nya 0.0569 mg/L dan pada pengambilan kedua parameter
nya 0.048 mg/L.

Parameter kesadahan (mg/L) memiliki stardar 500 mg/L, pada


pengambilan pertama parameter nya 99.01 mg/L dan pada pengambilan kedua
parameter nya 91.09 mg/L.
Parameter mangan (mg/L) memiliki stardar 0.5 mg/L, pada
pengambilan pertama parameter nya 0.0306 mg/L dan pada pengambilan
kedua parameter nya 0.030 mg/L.

Parameter nitrat (mg/L) memiliki stardar 10 mg/L, pada pengambilan


pertama parameter nya 0.8 mg/L dan pada pengambilan kedua parameter nya
1.2mg/L.

Parameter nitrit (mg/L) memiliki stardar 1 mg/L, pada pengambilan


pertama parameter nya 0.0065 mg/L dan pada pengambilan kedua parameter
nya 0.009 mg/L.

Parameter pH (mg/L) memiliki stardar 6.5-8.5 mg/L, pada


pengambilan pertama parameter nya 7.63 mg/L dan pada pengambilan kedua
parameter nya 7.3 mg/L.

Parameter sianida (mg/L) memiliki stardar 0.1 mg/L, pada


pengambilan pertama parameter nya 0.002 mg/L dan pada pengambilan kedua
parameter nya 0.003 mg/L.

JURNAL 10

STUDI ANALISIS KUALITAS AIR


DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PAKERISAN PROVINSI BALI
Ni Ketut Asrini1*),I Wayan Sandi Adnyana2),I Nyoman Rai2)

A. Parameter fisika

1. Suhu
Parameter suhu air hasil pengukuran secara institu pada lokasi
diperoleh suhu didaerah hulu hingga hilir berkisar antara 25,4 ̊c sampai 28,5
̊c. Suhu ini berada dalam standar baku mutu Peraturan Gubernur Bali No. 08
Tahub 2007.

2. Zat tersuspensi ( TTS )


Konsentrasi TTS dihulu (Banjar Saresede) sebesar 1 mg/l, ditengah
(Banjar Tiapi) mencapai sebesar 24 mg/l, dan di hilir (Banjar Cucukan)
sebesar 13 mg/l. Bila dibandingkan dengan baku mutu kelas 1 berdasarkan
peraturan Gubernur Bali No. 08 Tahun 2007 yaitu sebesar 50 mg/l, maka
kondisi kualitas air sungai Pakerisan masih dalam batas baku mutu air sesuai
peruntukannya.

3. TDS
Konsentrasi kekeruhan air sungai Pakerisan yang dilakukan di lokasi
hulu sebesar 0,8 NTU, di lokasi tengah sebesar 16,7 NTU, dan di lokasi hilir
sebesar 7,6 NTU. Konsentrasi kekeruhan di wilayah tengah tinggi karena
padatan tersuspensi seperti pasir, tanah liat, bahan-bahan organik yang dibawa
oleh limbah lebih banyak.

B. Parameter kimia

1. pH
Nilai pH air sungai Pakerisan pada lokasi hulu (Banjar Saresede)
sampai lokasi hilir (Banjar Cucukan) diperoleh nilai antara 7-8. Nilai pH
tersebut masih dalam batas baku mutu air kelas I yaitu berada dalam nilai 6-9.

2. BOD
Hasil pengukuran konsentrasi BOD diperoleh paling rendah pada
lokasi hulu (Banjar Saresede) dan Banjar Penaka sebesar 0,3 mg/l dan paling
tinggi diperoleh pada lokasi tengah (Banjar Sema) yaitu sebesar 5,29 mg/l.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi BOD pada lokasi hulu
hinggah tengah masih di bawah baku mutu air yaitu 2 mg/l, hal ini
menunjukkan bahwa pencemarannya lebih tinggi, peningkatan pencemaran ini
disebabkan adanya pemukiman, pertanian, serta industri usaha yang
membuang limbah ke sumgai.

3. COD
Konsentrasi COD air sungai Pakerisan yang dilakukan pada wilayah
hulu hingga wilayah tengah sebesar 6 mg/l sampai 13 mg/l dan wilayah hilir
sampai Banjar Cucukan sebesar 8 sampai 10 mg/l. Bila dibandingkan dengan
hasil dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun 2013 wilayah hulu
COD sebesar 3 mg/l, wilayah tengah sebesar 5 mg/l dan hilir sebesar 11 mg/l.
Tingginya COD di wilayah tengah terutama di Banjar Seme karena adanya
aktivitas permukiman dan indutri usaha yang membuang limbahnya langsung
ke sungai.
4. DO
Hasil pemantauan konsentrasi oksigen terlarut yang dilakukan di
wilayah hulu sebesar 6,58 mg/l, di wilayah tengan sebesar 6,29 mg/l dan di
wilayah hilir sebesar 5,25 mg/l. Hasil pengujian Badan Lingkungan Hidup
Tahun 2013 diperoleh nilai DO di hulu sebesar 7,52 mg/l, di wilayah tengan
sebesar 7,01 dan di wilayah hilir sebesar 7,36 mg/l. Parameter ini juga
berguna sebagai bagian yang digunakan dalam mengukur tingkat kesegaran
air.

5. Fosfat
Konsentrasi parameter fosfat di sungai Pakerisan berkisar 0,07 sampai
0,42.

JURNAL 11

Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan


Parameter Fisika-Kimia Di Perairan Distrik Depapre, Jayapura
Baigo Hamuna1, Rosye H.R. Tanjung 2, Suwito3, Hendra K. Maury2 dan Alianto4

A. Parameter fisika

1. Suhu
Hasil pengukuran suhu permukaan laut secara langsung diperoleh
bahwa suhu perairan Depapre yang relatif sama yaitu berkisar antara 29,2
sampai 29,7 ̊ c. Pada suhu umum permukaan perairan biasanya sekitar 28
sampai 31 ̊ c. Berdasarkan buku mutu air laut untuk biota laut dalam
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, maka
suhu perairan laut Depapre masih berada dalam batas normal dan sesuai
dengan kebutuhan untuk metabolisme biota laut dan ekosistem pesisir
laut seperti karang dan mangrove.

2. Kecerahan
Berdasarkan hasil pengamatan, secara umum tingkat kecerahan
perairan laut Depapre masih tergolong baik, dengan tingkat keceraha air
laut berkisar antara 2 sampai 13 meter. Sebagian besar hasil pengamatan
masih diatas baku mutu air laut untuk biota laut dalam keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, kecuali pada stasiun 5
(perairan kampung Depapre) dengan tingkat kecerahan hanya 2 meter dan
berada di bawah nilai baku mutu kualitas air laut. Rendahnya tingkat
kecerahan pada stasiun 5 disebabkan karena banyaknya suplai sedimen
dan partikel yang terlarut.
B. Parameter kimia

1. Salinitas / COD
Hasil pengukuran salinitas di perairan lau Depapre tidak terlalu
berbeda jauh antar stasiun pengamatan dan dapat dikatakan bahwa nilai yang
didapatkan bersifat heterogen dengan variasi nilai yang tidak terlalu besar,
dimana rata-rata berkisar antara 32-34%. Berdasarkan baku mutu air laut
sebagian besar salinitas pada stasiun pengamatan masih sesuai dengan baku
mutu air laut.

2. pH
Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51
tahun 2004, pH perairan Depapre lebih rendah dari baku mutu yang
dianjurkan untuk biota laut. Rendahnya pH hasil pengukuran dapat saja terjadi
karena ph di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
aktivitas fotosintesa biota laut, suhu, dan salinitas perairan. Kisaran pH hasil
pengukuran yang diperoleh tersebut masih dapat ditolerir karena memiliki
selisih yang cukup kecil dai baku mutu minuman yaitu sekitar 0,1 sampai
0,42.

3. DO
Hasil pengukuran DO berkisar antara 5,1 sampai 5,6 mg/l. Pada setiap
stasiun pengambilan data, nilai DO yang diperoleh menandakan perairan
dalam kondisi sangat baik, dan masih memenuhi standar baku mutu air laut,
sehingga konsentrasi DO di perairan Depapre masih tergolong untuk
kehidupan laut.

4. Fosfat
Berdasarkan hasil analisis, konsentrasi kandungan fosfat pada stasiun
pengukuran berkisar 0,016 sampai 1,19 mg/l. Nilai tersebut menandakan
bahwa kandungan fosfat diperairan Depapre telah melebihi standar baku mutu
air laut untuk biota laut sebagaimana dalam keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2001, yaitu sebesar 0,015 mg/l.
JURNAL 12

KARAKTERISTIK FISIKA DAN KIMIA AIR GAMBUT KABUPATEN


TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI
Yulia Morsa Said1 , Yudi Achnopa2 , Wahyudi Zahar1 ,Yudha Gusti Wibowo3

A. Parameter fisika

1. Suhu
Suhu pada air gambut di tiga lokasi berbeda tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan , untuk lokasi pertama sebesar 28,0 ̊c,
lokasi kedua 28,4 ̊c dan untuk lokasi ketiga sebesar 27,5 ̊c. Suhu dari
ketiga lokasi tersebut masih normal dan tidak berbahaya bagi lingkungan
maupun kesehatan manusia.

2. TTS
TTS pada lokasi pertama lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
lokasi kedua dan ketiga yaitu 12 mg/l dilokasi pertama, 9 mg/l dilokasi
kedua dan 7 mg/l dilokasi ketiga. Hal ini disebabkan karena dilokasi
ketiga semakin dekat dengan laut sehingga terjadi kontaminasi air laut dan
menurunkan kadar TTS pada air gambut. Kandungan TTS yang tinggi
dapat menyebabkan penurunan kualitas air sehingga tidak layak
dikonsumsi, dan jika semakin tinggi kandungan TTS pada air maka air
akan mengandung gumpalan partikel mikro yang sebelumnya belum
menggumpal.

3. TDS
TDS merupakan salah satu indikator air tercemar, pada lokasi 1
terdapat 567 mg/l, lokasi 2 terdapat 81,8 mg/l, dan dilokasi ketiga terdapat
107,9 mg/l. TDS dapat disebabkan oleh senyawa organik maupun non-
organik, namun pada air gambut TDS berasal dari bahan organik yaitu
gambut yang terkontaminasi air. TDS dapat ditemukan di seluruh air
tercemar seperti limbah aktivitas industri dan air gambut.

B. Parameter kimia

1. pH
Air gambut memiliki warna coklat hingga hitam pekat yang
disebabkan oleh material organik tumbuhan yang berubah menjadi
gambut, untuk nilai pH memiliki nilai yang rendah, pada lokasi
pertama sebesar 2,35 mg/l, lokasi kedua sebesar 3,67 mg/l dan dilokasi
ketiga sebesar 3,1 mg/l. pH yang rendah disebabkan oleh asam fulvat,
humin, dan asam humat.

2. BOD dan COD


Kadar BOD yang didapatkan di lokasi pertama yaitu sebesar
5,70 mg/l, pada lokasi kedua 9,30 mg/l, dan dilokasi ketiga sebesar
25,80 mg/l. Dan untuk jumlah COD yang di dapatkan yaitu pada
lokasi pertama sebesar 16 mg/l, lokasi kedua 19 mg/l, dan lokasi
ketiga dengan jumlah 81 mg/l. Pada perairan air gambut di Tanjung
Jabung Barat , kadar BOD dan COD yang tinggi diakibatkan oleh
tumbuhan yang terdekomposisi dan berasosiasi dengan air sehingga
menyebabkan kadar BOD yang tinggi, sementara kadar COD ynag
tinggi disebabkan oleh limbah buangan rumah tangga yang tidak
dikelola dengan baik sebelum dibuang ke aliran sungai yang menjadi
area penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/auk/Downloads/11358-Article%20Text-25009-1-10-
20190825%20(1).pdf
file:///C:/Users/auk/Downloads/174784-ID-none%20(1).pdf
file:///C:/Users/auk/Downloads/garuda1432084%20(1).pdf

file:///C:/Users/auk/Downloads/24387-49854-1-SM%20(1).pdf

file:///C:/Users/auk/Downloads/20-File%20Utama%20Naskah-61-1-10-
20191224%20(1).pdf

file:///C:/Users/auk/Downloads/378-1096-1-SM%20(1)%20(1).pdf

file:///C:/Users/auk/Downloads/100520-ID-kajian-kualitas-air-dan-
penggunaan-sumur%20(1).pdf

file:///C:/Users/auk/Downloads/23735-Article%20Text-81976-2-10-
20200215%20(1).pdf

file:///C:/Users/auk/Downloads/34-13-48-2-10-20200422%20(1).pdf

file:///C:/Users/auk/Downloads/jil.16.1.35-43%20(1).pdf

file:///C:/Users/auk/Downloads/EJES.2017.v11.i02.p01%20(1).pdf

file:///C:/Users/auk/Downloads/12138-35698-1-PB%20(1).pdf
LAMPIRAN

- LAMPIIRAN 1

Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah
tangkapannya,sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan
aktivitas manusia yang ada di dalamnya (Wiwoho, 2005)

- LAMPIRAN 2

Menurut Effendi (2003), suhu berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan.


Peningkatan suhu menyebabkan peningkatandekomposisi bahan organik oleh
mikroba.

- Lampiran 3

TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi,
2003)

- Lampiran 4

Menurut Kristanto (2002) derajat keasaman (pH) sangat erat hubungannya dengan
kandungan logam berat yang terdapat di dalam sungai semakin banyak bahan
pencemar (kandungan logam berat) yang berada di dalam sungai maka akan
mengakibatkanrendahnya nilai (pH) yang membuat kesadahan air yang bersifat asam,
air yang digolongkan asam karena bersifat bikarbonat dalam air.
- Lampiran 5

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar
6,5-7,5 (Wardhana, 2004).

- Lampiran 6

Makin besar kosentrasi BOD suatu perairan, menunjukan konsentrasi bahan organik
di dalam air juga tinggi (Yudo, 2010).

- Lampiran 7

Kadar BOD dalam air yang tingkat pencemarannya masih rendah dan dapat
dikategorikan sebagai perairan yang baik berkisar 0-10 ppm (Salmin, 2005).

- Lampiran 8

Naiknya angka BOD dapat berasal dari bahan- bahan organik yang berasal dari
limbah domestik dan limbah lainnya (Rahayu dan Tontowi, 2009).

- Lampiran 9

Nilai BOD yang tinggi karena adanya pembuangan limbah dari pemukiman ke sungai
dan dari lahan pertanian (Anhwange et al.,2012).

- Lampiran 10

Parameter oksigen terlarut dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesegaran air
(Sutriati,2011).

- Lampiran 11

Menurut Effendi (2003), suhu berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan.


Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan dekomposisi bahan organik oleh
mikroba.
- Lampiran 12

Naiknya angka BOD dapat berasal dari bahan- bahan organik yang berasal dari
limbah domestik dan limbah lainnya (Rahayu dan Tontowi, 2009).

Anda mungkin juga menyukai