Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun oleh:

Nama : Reza Alghifari

Npm : E1G022100

Prodi : Teknologi Industri Pertanian

Hari/jam : Kamis/08.00.10.00

Tanggal : 17 November 2022

Dosen : 1. Devi Silsia Dra. M. Si

2. Drs. Syafnil, M.Si

Ko-Ass : Aris Wibisono (E1G019062)

Objek praktikum : ANALISA KUALITAS AIR

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya
bagi makhluk hidup. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan
makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air memiliki
pengertian bahwa adanya penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan
dari kemurnian air tersebut.
Air yang tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni.
Namun bukan berarti bahwa semua sudah tercemar. Sebagai contoh, walaupun di
daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bebas dan bersih
dari pencemaran, air hujan yang turun diatasnya selalu mengandung bahan-bahan
terlarut, seperti CO2, O2, dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan
partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer.
Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-
zat kimia organik maupun zat-zat kimia anorganik. Apabila kandungan zat-zat
kimia tersebut jumlahnya terlalu banyak dalam air, maka akan menjadi bencana
yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk disekitarnya. Kini
dengan adanya pencemaran-pencemaran yang dilakukan oleh pabrik maupun
rumah tangga, kandungan zat-zat kimia dalam air semakin meningkat sehingga
menyebabkan kualitas air menurun.
Oleh karena itu, pada praktikum kali ini kami melakukan uji kualitas air, untuk
mengetahui air mana yang dapat digunakan (dikonsumsi) dan air mana yang tidak
dapat digunakan (dikonsumsi). Dan juga kita dapat menganalisis kualitas serta
kandungan apa saja yang terkandung di dalam macam-macam air.
Analisa air termasuk ke dalam kimia analisa kuantitatif karena menentukan
kadar suatu zat dalam campuran zat-zat lain. Prinsip analisa air yang digunakan
adalah
prinsip titrasi dan metode yang digunakan adalah metode indikator warna dan secara
umum termasuk ke dalam analisa volumetrik. Air merupakan senyawa kimia yang
sanat penting dan sanat diutuhkan oleh makhluk hidup. Pada praktikum ini membahas
tentang kualitas air yang bertujuan agar mahasiswa dapat menganalisis beberapa sifat
fisis dan sifat kimia air secara kuantitatif. Sifat fisis air seperti zat padat terlarut dan
zat
tersuspensi, warna rasa dan bau, dan suhu. Sedangkan sifat kimia air yaitu pH, DO,
COD, Fe dan amoniak. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan
makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia. Kualitas air dapat diketahui nilainya
dengan mengukur parameter fisika dan parameter kimia. Pada air, dapat terjadi
pencemaran air pencemaran air yaitu penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan
normal,
bukan dari kemurniannnya. Untuk mengetahui kualitas air maka perlu dilakukan
1.2 TUJUAN

Tujuan praktikum ini yaitu agar mahasiswa mapu menguji atau menganalisis
beberapa sifat fisis dan sifat kimia air secara kualitatif dan kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan sumber daya alam yag diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar teteap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup yang lain. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus menerus dan
kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun ( Hefni Efendi, 2013).
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi
kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk
kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk
mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas
air dan produksi ikan (Widjanarko, 2015).
Air untuk minum umumnya berasal dari Air Permukaan (Surface Water)
seperti
danau, sungai dan cadangan air lainnya di permukaan Bumi atau dari Air Tanah
(Ground Water) atau air yang di pompa (melalui pengeboran) dari dalam tanah yang
umumnya bebas dari kandungan zat berbahaya, namun tidak selalu bersih (Krisnandi,
20013).
Menurut Hefni Efendi (2013) kualitas air yaitu sifat air dan kandunga
makhluk
hidup, zat, energi, atau komponen lain didalam air. Kualitas air dinyatakandengan
beberapa parameter, yaitu parameter fisika(suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan
sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan
sebagainya).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai


pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,
bukan
dari kemurniannya. Air tersebar di muka bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk
murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar ( Syafnil, 2019 ).
Menurut syafnil (2021) air permukaan dan air sumur pada umumnya
mengandung bahan-bahan meral (logam terlarut, seperti Na, Mg, Ca, dan Fe). Air
yang
mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah.
Air
yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi merupakan air yang
tidak
mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah
ditetapkan sehingga iar tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan
sehari-
hari.
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari
pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di
pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas
manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan
air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2013).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama
adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2
terlarut, CO2 bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang
kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan
benthos) (Sihotang, 2010).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan
berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai factor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh factor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari
pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperature perairan dapat
dipengaruhi oleh factor- faktor antrofogen (factor yang di akibat kan oleh aktifitas
manusia) seperti limbah panas dari yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggunulan DAS yang menyebabkan hilangnya pelindungan, sehingga badan air
terkena cahaya matahari secara langsung. (barus 20113).
Nilai Ph merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran
kesuburan suatu perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan
Ph yang sulit menurut jenis dan aktifitas biologinya suatu perairan dapat
mengubah Ph dari unit penanganan limbahnya tetapi pada umumnya batas
toleransi ikan adalah berkisar pada Ph
4 sampai Ph 2. Perairan yang memiliki kadar Ph 6,5 – 8,5 merupakan perairan
sangat ideal untuk tempat hidup dan produktipitas organisme air. Derajat
keasaman sering juga
digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan atau perairan dalam
memproduksi garam mineral. Garam mineral merupakan factor penentu bagi semua
proses produksi disuatu perairan derajat keasaman perairan merupakan suatu para
meter penting dalam pemantauan kualitas air dengan mengetahui jumlah kadar Ph
suatu perairan kita dapat mengetahui tingkat produktifitas perairan tersebut.
Kandungan Ph dalam suatu perairan dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat dari
proses fotosintesis tumbuhan air. Derajat keasaman suatu perairan juga sangat
menentukan kelangsungan hidup organism dan merupakan resultan sifat kimia,
fisika perairan (Welch 2010).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Gelas ukur 50 ml 10. Corong kaca
2. Gelas ukur 100 ml 11. Penjepit tabung reaksi
3. Gelas ukur 50 ml 12. Erlenmeyer
4. Pipet tetes 13. Kompor listrik/gas
5. Pipet volume 5 ml 14. Buret dan statif
6. Pipet volume 10 ml 15. Corong
7. Lampu spritus 16. Neraca analitik
8. Tabung reaksi + rak 17. Botol semprot
9. Batang pengaduk 18. Termometer

3.1.2 Bahan
1. KMnO4
2. Aquades
3. H2SO4
4. Kertas lakmus merah
5. Asam oksalat ( H2C2O4)

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Suhu / temperatur
1. Menyiapkan sampel ( membuka tutup botol sampel )
2. Mencelupkan alat pengukur suhu kedalam sampel, pastikan tangan tidak
bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
3. Membaca angka yang tertera pada alat tersebut.
3.2.2 Zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi
1. Mengambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan tuangkan
kedalam gelas piala dan panaskan.
2. Memperhatikan, apakah sampel menjadi keruh ataukah ada yang
mengendap!
3. Jika sampel menjadi keruh berada ada zat padat terlarut, sedangkan jika
terjadi endapan berarti sampel mengandung zat padat tersuspensi.
3.2.3 Warna
1. Mengambil sampel kedalam tabung reaksi sebanyak ± ¾ dari volume
tabung reaksi.
2. Membandingkan warnanya dengan larutan standar yang telah disediakan.
3.2.4 DO ( Disolve Oxygen )
1. Memasukkan 100 ml sampel ke dalam gelas piala yang bervolume 100
ml.
2. Mencelupkan O2 meter ke dalam sampel.
3. Menekan mode untuk mendapatkan nilai DO.
4. Angka yang tertera pada O2 meter menunjukkan konsentrasi oksigen
yang dikandung sampel.
3.2.5 Amoniak (NH3)
1. Memasukkan 10-15 ml sampel kedalam tabung reaksi.
2. Melipatkan kertas lakmus merah dimulut tabung reaksi.
3. Memanaskan diatas lampu spritus.
4. Mengamati sampel, apakah tercium bau tengik atau tidak.
5. Sampel mengandung amoniak jika tercium bau tengik atau lakmus merah
berubah warna biru.
3.2.6 COD secara kuantitatif
1. Mengambil 10 ml sampel menggunakan pipet volume dan memasukkan
kedalam gelas ukur 100 ml.
2. Mengencerkan sampel tersebut dengan aquades sampai volume 100 ml.
3. Menambahkan 5 ml H2SO4 4 N, panaskan sampai mendidih.
4. Menambahkan lagi dengan 10 ml KMnO4 0,01 dan didihkan selama 10
menit (terbentuk warna merah muda).
5. Jika selama mendidihkan warna merah muda hilang, maka tambahkan 10
ml KMnO4 0,01 lagi, sampai warna mera muda tidak hilang lagi.
6. Menambahkan 10 ml asam oksalat oksalat ( H2C2O4) 0,01 N warna merah
muda hilang.
7. Selagi panas, segera menitrasi dengan KMnO4 yang terpakai (= r)
Faktor koreksi :
8. Menambahkan 10 ml asam oksalat ( H2C2O4) 0,01 N kedalam larutan
yang telah dititrasi.
9. Menitrasi lagi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah
muda yang stabil (tidak hilang lagi), catat volume KMnO4 yang terpakai
(= n).
10. Untuk memperoleh hasil yang lebih telitu, maka mengulagi lagi percobaan
ini sekali lagi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

No Parameter Air Sumur Air Limbah

1 Suhu 30 C 30 C
2 Zat terlarut X √
3 Zat Padat √ X
Tursuspensi
4 Warna Sama Jernih Dengan Air Suling Lebih Kuning Dari Air Suling
5 Do _ _
6 Amoniak Amoniak Bukan Amoniak
BAB V
PEMBAHASAN

1. AMONIAK
 Air Sumur tidak berbau
 Air limbah menjadi berbau menyengat

Dari Hasil pengamatan diatas kita ketahui jumlah sampel


air untuk
praktikum ini adalah 2 sampel yang meliputi air Sumur dan air Limbah (Air danau).
Dari Parameter suhu sampel air Sumur suhunya cenderung agak sedikit lebih
rendah dibandingkan suhu air limbah yaitu air sumur 31o sedangkan air limbah
32o
Sehingga sampel kedua ini cenderung tidak dapat dikonsumsi sebab suhu normal
air yang dapat dikonsumsi adalah ± 30oC dari suhu lingkungannya. Dalam
pengamatan warna kedua sampel air, pada air sumur warna airnya berwarna bening
tetapi air sumur belum tentu dapat kita konsumsi karena air sumur mengandung
ion-ion logam secara alami seperti besi, dan lain-lain. Sedangkan pada air limbah
warna airnya berwarna kuning ini mungkin disebabkan oleh humus dan bahan
organik yang membusuk. Setelah kedua sampel dipanaskan hingga mendidih, dan
dilakukan penciuman bau tengik atau tidak tengik pada sampel, pada air sumur
tidak terdapat bau tengik sehingga tidak terdapat amoniak (NH3) maka air sumur
belum tercemar dan pada air limbah tercium sedikit tengik sehingga terdapat sedikit
amoniak dalam airnya maka air limbah sudah tercemar. Selanjutnya pengamatan
zat padat terlarut pada kedua sampel, pada air sumur airnya tidak berubah menjadi
keruh sehingga tidak terdapat zat padat terlarut karena dan pada air limbah airnya
berubah menjadi sedikit keruh maka terdapat sedikit zat padat terlarut. Dan
setelah
diamati lagi pada air sumur tidak ada perubahan atau mengalami pengendapan
sehingga pada air sumur tidak terdapat zat padat tersuspensi, namun pada air
limbah
justru mengalami perubahan atau ada sedikit endapan di didalam air sehing
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan air. Oksigen diperlukan oleh semua
mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk
mikroorganisme seperti bakteri. Kadar oksigen dalam air juga tergantung pada
kotornya air itu. Makin kotor air, maka makin kecil kadar oksigennya. Oleh
karena
itu oksigen juga sering dipakai sebagai parameter untuk menentukan tingkat
pencemaran pada air, khususnya untuk air limbah. Untuk keperluan air minum dan
kehidupan aquatik, makin tinggi kadar oksigennya makin baik air tersebut. Dalam
hasil pengamatan COD (Chemical Oxygen Demand) tidak ada tetapi COD
merupakan adanya zat organik yang melebihi dari yang disyaratkan berarti
menunjukkan adanya pencemaran/pengotoran terhadap air tersebut. Zat organik
merupakan makanan mikroorganisme, yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan
sehingga membahayakan masyarakat yang menggunakannya. Zat organik dapat
pula mengganggu proses pengolahan, disamping menyebabkan air menjadi
berwarna, memberikan rasa dan bau yang tidak sedap. Untuk mengetahui berapa
banyak zat organik dalam air adalah sulit, sebab banyak sekali macamnya, maka
lalu ditetapkan dengan pemakaian oksigen secara kimia, yang dikenal dengan
COD.
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik
secara kimia dalam tiap liter air pada kondisi tertentu.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal, karena sifatnya
tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni. Tetapi didalamnya
terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa
tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk
hidup. Walaupun demikian ternyata tidak semua air dapat secara langsung
digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi kriteria
dalam setiap parameternya masing-masing. Analisa Umum pada Air merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air minum Tetapi ketersediaan air
minum yang memenuhi syarat semakin sulit dipenuhi, terlebih lagi daerah-daerah
resapan air yang telah dirubah menjadi pemukiman penduduk, limbah-limbah
industri yang mencemari sungai-sungai. Air yang baik idealnya tidak berbau,
tidak
berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar dan suhu untuk air minum idealnya ±30 C.
Air
sumur termasuk air jernih sedangkan air laut bukan air jernih. Air sumur tidak
memiliki zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi, Sedangkan Air laut sedikit
memiliki zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi. Amonium ( NH3) terdapat
pada air laut sedangkan pada air sumur tidak ada.

6.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan dan menghormati ko ass agar
lebih memahami materi yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Hendi. 2013. Telaah Kualitas Air. Universitas Yogyakarta:


Yogyakarta Fajri, Ahmad. 2013. Kimia Jilid III. Erlangga: Jakarta
Krisnandi, Y.K. 20015. Kimia Dalam Air. Grafindo Media Pratama: Bandung
Silsia dan Syafnil. 2019. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA. Universitas
Bengkulu: Bengkulu
Widjanarko. 2015. Tingkat Kesuburan Perairan. Quadra: Bandung

Barus, T. A, 2013. Pengantar Limnologi. Medan : Jurusan


Biologi FMIPA USU dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara.
Fajri. 2013. PenuntunPraktikumdanLembarKerjaPraktikumEkologiPerairan.

Kelautan Universitas Riau

Sihotang. 2012. PenuntunPraktikumLimnologi. Pekanbaru :


FakultasPerikanandanIlmu. Welch. 2010. Kimia
organic. Jakarta : Barus, T. A, 2013. Pengantar
Limnologi. Medan : Jurusan Biologi FMIPA USU dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Fajri. 2013. PenuntunPraktikumdanLembarKerjaPraktikumEkologiPerairan.

Kelautan Universitas Riau


Welch. 2013. Kimia organic. Jakarta : erlangga

Barus. 2014. Pengantar limnology. Medan : FMIP

Anda mungkin juga menyukai