Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Pemberian Mix Herbal Terhadap Kecernaan Energi dan Lemak Kambing

Peranakan Etawa (PE) yang Diberi Pakan Fermentasi Lumpur Sawit

Putri Salsabila1, Ir. Dwatmadji, M.Sc., Ph.D, Ir. Edi Soetrisno, MSc

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang1


Kambing Peranakan Etawa (PE) adalah salah satu ternak yang mampu bertahan
hidup di wilayah Indonesia, serta menghasilkan daging dan susu yang mampu
meningkatkan nilai sosial maupun ekonomi bagi peternak (Sodiq dan Abidin, 2008).
Pada peternakan kambing sangat sulit untuk mencukupi pakan hijauan, salah satu
solusi alternatif, yaitu menjadikan pakan fermentasi dari limbah industri pertanian untuk
pengganti pakan hijauan, salah satunya yaitu lumpur sawit. Hidayat et al. (2007)
menyatakan bahwa lumpur minyak sawit merupakan sumber daya yang cukup potensial
sebagai bahan pakan ternak, murah, tersedia dalam jumlah besar dan relatif tersedia
sepanjang waktu sebagai salah satu pakan fermentasi bagi ternak. Menurut Elisabeth
(2003) industri kelapa sawit menghasilkan banyak jenis produk samping yang memiliki
potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ruminansia maupun non
ruminansia. Tomo (2004) menyatakan limbah kelapa sawit berupa solid berpotensi sebagai
sumber nutrisi. Pemanfaatan solid sebagai pakan tambahan dipengaruhi oleh system
produksi, dan menguntungkan. Kandungan nutrisi lumpur sawit BK 89-91; PK 11,52-
17,13 (Yanto dan Febriana, 2008; Apriansyah 2021: menyatakan bahwa lumpur sawit
memiliki kandungan protein kasar 17,13%, serat kasar 24,62% lemak kasar 14,03%. (Kum
dan Zahari, 2011). Selain itu pemanfaatan limbah tebon jagung juga bagus untuk
penggemukan ternak ruminansia karena mampu memenuhi kecernaan nutrient yang tinggi
dan nilai konversi pakan yang baik.
Pemberian pakan solid tidak mencukupi untuk pertumbuhan yang optimum
sehingga dibutuhkan pakan tambahan (Wahyuni et al., 2014). Tanaman herbal juga bisa
digunakan sebagai feed suplementasi. Salah satunya sambiloto (Andrographis paniculata)
mengandung zat aktif yang dikenal dengan androgtafolida, dan memberikan rasa pahit
(Joseph et al., 2014). Yusuf et al. (2017) menyatakan bahwa pemberian sambiloto
(Andrographis paniculata) mampu meningkatkan kecernaan BK tetapi tidak meningkatkan
kecernaan energi dan lemak, namun mampu meningkatkan bakteri pada rumen. Disamping
itu daun sambiloto (Andrographis paniculata) juga mengandung saponin, alkaloid, dan
tanin (Dalimunthe, 2009). Kecernaan bahan organik (KcBO) erat kaitannya dengan
kecernaan bahan kering (KcBK), karena sebagian dari bahan kering terdiri dari organik.
Penurunan Kecernaan Bahan Kering (KcBK) akan mengakibatkan bahan organik menurun
atau sebaliknya (Ismail, 2012).

1
Putri Salsabila Program Studi Peternakan Jurusan Peternakan Faperta Unib, NPM: E1C018098,
putrisalsabilaaasa@gmail.com
2
Ir. Dwatmadji, M.Sc., Ph.D, Dosen Jurusan Peternakan Faperta Unib
3
Ir. Edi Soetrisno, MSc, Dosen Jurusan Peternakan Faperta Unib.

1
Melastoma malabathricum atau daun senduduk salah satu tanaman yang
berkhasiat dan dikenal masyarakat. Tanaman senduduk terbesar luas dibeberapa pulau
Indonesia yaitu di Sumatra, Jawa, Irian Jaya dan Kalimantan (Gholib,2009). Hasil skrining
fitokimia menunjukan bahwa daun senduduk (Melastoma malabathricum) mengandung
senyawa tanin, flavonoid, streoid, saponin, dan glikosida yang berfungsi membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Robinson, 1995). Pemberian ekstrak
Melastoma malabathricum sebagai anti cacing ternyata dapat meningkatkan kecernaan
energi dan lemak dibanding kontrol (Suteky et al., 2018).
Temu-temuan dapat bermanfaat sebagai daya tahan tubuh, meningkatkan nafsu
makan dan mempercepat pertumbuhan badan, dan secara tidak langsung mengobati
berbagai penyakit (Sumardi et al., 2007). Kunyit (Curcuma longa), mempunyai kandungan
kimia flavonoid dan minyak atsiri yang berpotensi sebagai antioksidan (Rachman, et al,
2008). Kurkuma mangga (Curcuma longa Linn) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan
herbal yang dipergunakan untuk meningkatkan nafsu makan ternak (Suteky, 2020).
Widyani, (2016) juga berpendapat Temu mangga atau kunyit merupakan empon-empon
yang berkhasiat mirip dengan temu putih, yang mampu menambah nafsu makan ternak.
Dengan demikian pentingnya dilakukan pemberian mix herbal karena masing-masing
mempunyai kandungan serta fungsi yang berbeda.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecernaan energi dan lemak pada
kambing PE (Peranakan Etawa) yang diberi pakan mix herbal, dan pakan fermentasi
lumpur sawit.
1.3 Hipotesis
Pemberian mix herbal pada ternak diduga akan meningkatkan nilai kecernaan
lemak dan energi Kambing Peranakan Etawa (PE) yang diberi pakan fermentasi lumpur
sawit.

II. Metode Penelitian


2.1. Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilaksanakan dari bulan Desember sampai dengan bulan Januari
2021 Desa Sungai rupat, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu
dan di Laboratorium Nutrisi Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
2.2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Menggunakan 3
perlakuan setiap perlakuan menggunakan 7 ekor kambing PE. Model matematika dari
rancangan tersebut adalah (Steel dan Torrie, 1989):
Yij = μ + τi + εij
Keterangan:
Yij = Pengamatan dari perlakuan ke i ulangan ke j
μ = Nilai tengah populasi
τi = Pengaruh perlakuan ke i
εij = Galat perlakuan ke i ulangan ke j
i = Perlakuan (A, B, C)
j = Ulangan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)

2
Ternak yang akan digunakan dalam penelitian berjumlah 21 ekor kambing PE dengan
berat hampr sama, yang dibagi menjadi 3 perlakuan.
P0 = Kontrol pelet non herbal + fermentasi lumpur sawit
P1 = Fermentasi lumpur sawit dan tebon jagung ad libitum + Pelet herbal
(Andrographis paniculata + Curcuma mangga) + Melastoma malabathricum
P2 = Fermentasi lumpur sawit dan tebon jagung ad libitum + Pelet herbal
(Andrographis paniculata + Curcuma longa) + Melastoma malabathricum
2.3. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain timbangan ternak,
timbangan analitik, kandang, tali, peralatan pembuat pellet, waring, ember, sapu lidi,
parang, kayu, pipa, karung dan tali, mesin chopper dan disinfektan.
Bahan yang digunakan yaitu 21 ekor kambing kacang berumur 7 sampai 8 bulan,
Mix Herbal, dengan pakan fermentasi (Solid, daun singkong, bionak), dedak padi air,
molases, garam, mineral, urea, sambiloto (Andrographis paniculata), senduduk
(Melastoma malabathricum L), Curcuma mangga, Curcuma longa.
2.4. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian meliputi persiapan kandang, persiapan ternak, persiapan pakan,
tahapan pendahuluan, pelaksanaan penelitian dan pengambilan sampel.
2.4.1 Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan menggunakan kandang individu berukuran P = 100 cm, L
= 45 cm, dan T = 90 cm, yang masing-masing telah dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum, serta tempat koleksi feses dan urine.
2.4.2 Persiapan Ternak
Ternak yang digunakan pada penelitian ini yaitu kambing Kacang yang jumlahnya
21 ekor dengan memiliki berat dan BCS (Body Condition Score) yang hampir sama, ternak
kambing yang digunakan dalam penelitian berjumblah 21 ekor yang dibagi menjadi 3
perlakuan setiap perlakukan berjumlah 7 ekor kambing. Kemudian dilakukan pengobatan
sebelum penelitian dilakukan pada kambing yang sakit dan pemberian obat cacing.
2.4.3 Pakan
Pakan yang diberikan pada ternak kambing yang digunakan dalam penelitian
adalah solid yang difermentasi dengan dan bionak, dan tebon jagung. Sebelum diberikan
ke ternak bahan tersebut difermentasi terlebih dahulu, selain dari bahan bahan tersebut
terdapat tambahan tanaman herbal yang diberikan yaitu mix herbal sambiloto
(Andrographis paniculata) dan senduduk (Melastoma malabathricum L), dedak padi,
mollases dan garam dicampur dengan merata kemudian dimasukkan kedalam drum ditutup
dengan rapat dan didiamkan selama 7 hari. Kemudian untuk daun singkong juga dilakukan
fermentasi menggunakan bionak, mollases dan garam yang dicampur dengan merata
kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik yang besar dan didiamkan selama 7 hari.
Setelah lumpur sawit dan daun tebon sudah difermentasi kedua bahan pakan tersebut
dicampur dengan merata baru diberikan kepada ternak kambing.

Tabel 1 Kandungan nutrisi setiap bahan pakan


No Bahan Pakan BK (%) BO (%) PK (%) SK (%)
.
1 Fermentasi lumpur Sawit1 89,04 74,99 11,52 22,50
2 Ampas tahu 1
88,30 82,02 16,53 22,40
3 Tebon jagung 31,2 80,3 7,8 23,55
1. Apriansyah (2021)

3
2. Mustika & Hartuti 2021
Tabel 2 Data estimasi kandungan bahan pakan
Bahan (%) P0 P1 P2
Fermentasi Lumpur Sawit 57 57 57
Ampas Tahu 30 30 30
Fermentasi Tebon Jagung 13 13 13
Total 100 100 100
Bahan Kering (BK) 81,29 81,29 81,29
Bahan Organik (BO) 77,77 77,77 77,77
Serat Kasar (SK) 22,6 22,6 22,6
Protein Kasar (PK) 12,52 12,52 12,52

Tabel 3 Komposisi fermentasi lumpur sawit


Bahan Jumlah pemberian Persentase %
Lumpur sawit 211,68 80 %
Dedak 44,45 16,8 %
Air 5,3 2,0 %
Urea 0,53 0,2 %
Molases 1,06 0,4 %
Bionak 0,26 0,1 %
Garam 0,26 0,1 %
Doramid 1,06 0,4 %
Total 264,6 100%

2.4.4 Persiapan Mix Herbal

Herbal yang akan digunakan dipenelitian ini yaitu berbentuk pelet dengan bahan
sambiloto (Andrographis paniculata), senduduk (Melastoma malabathricum L), temu
mangga (Curcuma mangga), dan kunyit (Curcuma longa). Pembuatan pelet dengan cara
mencampurkan bahan yang proporsi yang paling sedikit sampai dengan yang proporsi
paling banyak, setelah semua sudah tercampurkan dengan rata maka selanjutnya bahan
tersebut dikukus selama ± 10 menit dan setelah dikukus dilanjutkan dengan pencetakan
lalu dilakukan penjemuran hingga pellet kering.
Tabel 4 Komposisi mix herbal pelet
Bahan (g) P0 P1 P2
Molases 50 50 50
Cassava 200 200 200
Garam 50 50 50
Mineral 10 10 10
Dedak Padi 690 490 490
Melastoma malabathricum - 40 40
Curcuma mangga - - 80
Curcuma longa - 80 -
Andrographis paniculata - 80
80
Total (g) 1000 1000 1000

4
5
2.4.5 Tahapan Pendahuluan
Adaptasi ternak akan dilakukan selama 2 minggu, dengan diberikan pakan
fermentasi dan ditambahkan pakan pelet mix herbal. Sebelum masa adaptasi ternak
ditimbang terlebih dahulu, lalu setelah masa adaptasi ternak akan ditimbang kembali untuk
mengetahui berat awal sebelum penelitian dimulai.
2.4.6 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan kambing Peranakan Etawa yang
berjenis kelamin jantan, dengan bobot badan yang hampir sama dan kondisi sehat semua
dengan umur 7 sampai 8 bulan.
2.4.7 Pemberian Pakan
Pada jam 08.00 ternak akan diberikan pakan mix herbal sebanyak 50 gram dengan
kandungan herbal sebanyak 10 gram, sedangkan pada jam 10.00 ternak diberikan pakan
campuran ampas tahu dan dedak padi sebanyak 5% dari BB, lalu diberikan pakan
fermentasi daun ubi kayu dan fermentasi lumpur sawit yang akan diberikan ad libitum.
2.4.8 Koleksi Feses
Pengumpulan feses atau pengoleksian feses dilakukan setiap hari selama masa
penelitian berlangsung bertujuan untuk mengukur kecernaan pakan yang diberikan,
pengoleksian feses dimulai dari jam 08.00 WIB sampai dengan keesokan harinya. Feses
dikumpulkan setiap hari selama penelitian berlangsung diambil sebanyak 5% dari total
feses, dikomposit, dan diambil 5%.
2.5 Variabel yang Diukur
2.5.1 Konsumsi Pakan
Perhitungan pakan campuran dengan cara mengurangi jumlah pemberian pakan
dikurangi dengan sisa pakan pada pagi harinya, dan dihitung setiap selama penelitian
berlangsung. Konsumsi pakan dibedakan menjadi tiga yaitu konsumsi pakan fermentasi
lumpur sawit yang diberikan secara ad libitum, dan pakan campuran ampas tahu dan dedak
serta mix herbal.
Konsumsi dan kecernaan Energi dihitung berdasarkan rumus:
 Konsumsi Energi (g/ekor/hari)

Konsumsi energi = energi pakan yang diberikan – energi pakan sisa


 Konsumsi energi (g/hari/ekor)

Konsumsi energi = energi pakan yang diberikan – energi pakan sisa


Kecernaan Energi (E) dan Lemak ditentukan dengan rumus (Tilman et al., 1998):
Konsumsi dan Kecernaan energi (%)
 Konsumsi energi (kg/ekor/hari)
Konsumsi energi = eenergi pakan yang diberikan – energi pakan sisa
 Kecernaan energi
Konsumsi total energi ( g ) −feses energi(gr )
Kecernaan = x 100 %
Konsumsi total energi ( gr)
Konsumsi dan Kecernaan Lemak (%)
 Konsumsi serat lemak (kg/ekor/hari)
Konsumsi lemak = lemak pakan yang diberikan - lemak pakan sisa
 Kecernaan lemak

6
Konsumsilemak ( g ) −feses lemak ( gr )
Kecernaan x 100 %
Konsumsi lemak ( gr )
2.5.2 Konsumsi Pellet Mix Herbal
Pellet diberikan sebanyak 50 gram per ekor dengan kandungan herbal sebanyak
10%, dan diberikan sebelum memberikan pakan campuran.
2.5.3 Konsumsi Ampas Tahu dan Dedak
Ampas tahu dan dedak diberikan setelah pemberian pakan mix herbal habis, dengan
jangka waktu yang telah ditentukan.
2.5.4 Konsumsi tebon jagung dan fermentasi lumpur sawit
Pakan fermentasi lumpur sawit dan tebon jagung diberikan ad libitum.
2.5.5 Konsumsi Air Minum
Pemberian air minum kepada ternak kambing yaitu ad libitum. Untuk perhitungan
sisa air minum yaitu pemberian air minum dikurang dengan sisa pemberian air minum
pada hari berikutnya.
2.5.6 Analisis Laboratorium dan Feses
2.6 Variabel Pendukung
2.6.1 Faktor lingkungan
Pada penelitian ini juga akan mengukur kelembaban dan temperature. Alat yang
digunakan yaitu thermometer ruangan dan hygrometer. Dilakukan setiap pagi jam 08.00
WIB, siang jam 12.00 WIB, dan sore jam 16.00 WIB.
2.6.2 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), apabila terdapat
perbedaan yang nyata dilakukan ujian lanjut dengan menggunakan Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT). Analisis data dilakukan dengan menggunakan software analisis
statistik SPSS For Windows Version 24.

DAFTAR PUSTAKA
Apriansyah, A., 2021. Pengaruh pemberian ekstrak Melastoma malabatricum daun poly-
herbal terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik kambing PE yang
terinfestasi Haemonchus contortus.
Dalimunthe, A. 2009, Interaksi Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees), Departemen
Farmakologi Fakultas Universitas Sumatra Utara, Medan
Elisabeth, J., dan Ginting, S. P. 2003. Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit
Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem
Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu, 9-10
Gholib, D. 2009. Uji daya hambat daun senggani (melastoma malabathricum l.) terhadap
trichophyton mentagrophytees dan candida albicans. Berita Biologi, 9(5), 523-527.
Hidayat, Soetrisno, E., Akbarillah, T. 2007. Produksi ternak sapi berbasis hasil ikutan
kebun sawit melalui peningkatan kualitas pakan, manipulasi ekosistem mikrobia
rumen dan protein By pass. Laporan penelitian hibah bersaing. Lembaga Penelitian
Universitas Bengkulu.
Ismail, R. 2012. Kecernaan In Vitro, http://rismanismail2.wordpress.com 2012 05 22 nilai-
kecernaan-Invitro. Diakses tanggal 17 Maret 2017.
Joseph, J. and Solomon, J. 2014. Andrographis Paniculata: A Review of its Traditional
Uses, Phytochemistry and Pharmacology. Med Aromat Plants 3: 169.
Kum, Wong Hee, and M. Wan Zahari. "Utilisation of oil palm by-products as ruminant
feed in Malaysia." J. Oil Palm Res 23.1 (2011): 1029-1035

7
Mustika, L. M., & Hartutik, H. (2021). Kualitas Silase Tebon Jagung (Zea mays L.)
dengan Penambahan Berbagai Bahan Aditif Ditinjau dari Kandungan Nutrisi. Jurnal
Nutrisi Ternak Tropis, 4(1), 55-59.
Rachman, F., 2008, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Tunggal dan Kombinasinya dari
Tanaman Curcuma spp, Jurnal ilmu kefarmasian indonesia., 6 (2): 69-74.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. (Terjemahan K. Padmawinata)
ITB Bandung, Bandung
Sodiq, A., Abidin, Z. 2008. Sukses Menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sumardi. 2007. Company and products profiles P.T. Indoherb sains Medika Semarang. 62
hal.
Suteky, T., Dwatmadji, D., dan Soetrisno, E., 2020. Survey pemanfaatan medicinal herbs
untuk peningkatan produktivitas dan kesehatan ternak ruminansia di Bengkulu. Jurnal
Sain Peternakan Indonesia, 15(1), 18-28.
Suteky, T., Dwatmadji, Hidayat and Sanata, D. 2018. Effect of Melastoma malabatricum
extract on nutrient digestibility of local goat infected with gastro intenstinal parasites
concises and informative. Internasional Journal of Agriculture Technology 14(7):
2014-2026
Utomo, B. N., & Widjaja, E. 2004. Limbah padat pengolahan minyak sawit sebagai
sumber nutrisi ternak ruminansia. Jurnal Litbang Pertanian, 23(1), 22-28.
Wahyuni, I. M. D., A. Muktiani dan M. Christiyanto. 2014. Kecernaan Bahan Kering dan
Bahan Organik dan Degradabilitas Serat pada Pakan yang disuplementasi Tanin dan
Saponin. Jurnal Agripet. 14(2): 115 – 124.
Widyani, R., Hermawan, M. H., Perwitasari, F. D., & Herawati, I. 2016. Efektifitas organic
supplement energizer (OSE) terhadap helminthiasis pada sapi potong. Jurnal Ilmu
Ternak, 16(2), 71-77.
Yanto Kodri dan Dewi Febriana. 2008. Potensi Lumpur Sawit (Solid) Sebagai Bahan
Pakan Ruminansiadi Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Jurnal Agripet Vol. 8 No
2.
Yusuf , A. L., Adeyemi, K. D., Samsudin, A. A., Goh, Y. M., Alimon, A. R., ans AQ
Sazili. 2017. Effects of dietary supplementation of leaves and whole plant of
Andrographis paniculata on rumen fermentation, fatty asid composition and
microbiota in goats. BMC veterinary research, 13(1): 1-9.

Anda mungkin juga menyukai