Anda di halaman 1dari 6

KUALITAS SPERMATOZOA SEMEN BEKU (STRAW) SAPI BALI PADA LAMA

PENYIMPANAN YANG BERBEDA DI UPTD IB BENGKULU

SPERMATOZOA QUALITY FROZEN (STRAW) BALI CATTLE AT DIFFERENT


STORAGE TIMES IN UPTD IB BENGKULU

Riska Handayani1, Tatik Suteky2, Heri Dwi Putranto3


Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
Jl. W.R. Supratman, Kandang Limun, Bengkulu 38371
*e-mail: handayanilubisriska@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan sperma beku pada sapi Bali terhadap
kualitas sperma di UPTD IB Bengkulu. Parameter yang diamati motilitas, persentase hidup, dan abnormalitas
spermatozoa. Penelitian ini menggunakan 5 ekor sapi Bali dengan umur yang berbeda, dengan rancangan
acak lengkap 5 perlakuan dan 12 ulangan. Perlakuan P1= Semen beku produksi tahun 2021, P2= Semen beku
produksi tahun 2020, P3= Semen beku produksi tahun 2017, P4= Semen beku produksi tahun 2016, P5=
Semen beku produksi tahun 2015. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA).
Apabila hasil analisis berbanding nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test
(DMRT) menggunakan aplikasi SPSS versi 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
nyata terhadap motilitas spermatozoa, persentase hidup, namun tidak mempengaruhi abnormalitas
spermatozoa. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Semen beku (straw) sapi Bali pada lama penyimpanan
yang berbeda di UPTD IB Bengkulu mempengaruhi motilitas, persentase hidup, namun tidak mempengaruhi
abnormalitas spermatozoa.

Kata kunci : Sapi Bali, Inseminasi Buatan, Semen Beku


ABSTRACT
This study aims to determine the effect of frozen sperm storage in Bali cattle on sperm quality at UPTD IB
Bengkulu. Parameters observed were motility, survival percentage, and spermatozoa abnormalities. This study
used 5 Bali cattle with different ages, with a completely randomized design with 5 treatments and 12
replications. Treatment P1= Frozen semen produced in 2021, P2= Frozen semen produced in 2020, P3=
Frozen semen produced in 2017, P4= Frozen semen produced in 2016, P5= Frozen semen produced in 2015.
The data obtained were analyzed using variance (ANOVA) ). If the results of the analysis were significantly
proportional (P<0.05), then continued with Duncan's Multiple Range Test (DMRT) using the SPSS version 24
application. The results showed that the treatment had a significant effect on spermatozoa motility, percentage
of survival, but did not affect spermatozoa abnormalities. The conclusion of this study was that frozen semen
(straw) of Bali cattle at different storage times in UPTD IB Bengkulu affected motility, survival percentage,
but did not affect spermatozoa abnormalities.

Keywords : Bali Cattle, Artificial Insemination, Frozen Semen

PENDAHULUAN Terbatasnya populasi sapi saat ini tidak


sebanding dengan permintaan yang terus
Sapi Bali merupakan salah satu jenis meningkat pada produk daging sapi di
sapi lokal Indonesia yang memiliki Indonesia. Hal ini dipengaruhi juga oleh
kemampuan adaptasi yang baik pada ketersediaan sapi bakalan yang terbatas
lingkungan iklim tropis di Indonesia sehingga sangat sulit untuk mewujudkan
(Sutarno dan Setyawan, 2015). Usaha pemenuhan kebutuhan daging nasional.
dibidang peternakan, khususnya ternak sapi Salah satu sarana guna terwujudnya
Bali membutuhkan perhatian khusus dalam peningkatan populasi dan mutu genetik sapi
kaitannya dengan upaya mempertahankan maka dilakukan pemanfaatan bioteknologi
dan meningkatkan populasi sapi Bali.
reproduksi peternakan melalui teknik Penelitian ini dilakukan dalam tiga
inseminasi buatan (IB). tahap. Tahap pertama pemeriksaan
Inseminasi Buatan (IB) merupakan motilitas spermatozoa. Menurut Direktorat
suatu cara untuk memasukkan spermatozoa Jenderal Peternakan (2007), penilaian
dari ternak jantan ke dalam saluran kelamin untuk semen beku sapi harus sesuai SNI.
betina dengan menggunakan metode dan Pada pengujian post thawing motility,
alat khusus. spermatozoa sapi yang motil progresif
Semen beku adalah semen yang minimal 40% dan gerak maju individu
berasal dari pejantan unggul yang sehat, spermatozoa minimal 2 (dua). Tahap
bebas dari penyakit hewan menular, yang kedua pemeriksaan persentase hidup.
diencerkan sesuai prosedur produksi Viabilitas adalah daya hidup spermatozoa.
sehingga menjadi semen beku dan Pemeriksaan viabilitas spermatozoa dapat
disimpan di dalam rendaman nitrogen cair dijadikan indikator integritas struktur
pada suhu - 196oC dalam container. membran spermatozoa (Sukmawati et al.,
Pembekuan semen merupakan usaha untuk 2014). Kualitas spermatozoa dikatakan baik
menjamin daya tahan spermatozoa dalam jika memiliki jumlah spermatozoa hidup
waktu yang lama melalui proses tinggi dan spermatozoa mati rendah
pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan (Bintara, 2011). Tahap ketiga adalah
sehingga dapat digunakan pada satu waktu pemeriksaan abnormalitas spermatozoa.
sesuai kebutuhan (Graha, 2005). Persentase abnormalitas didapatkan dari
Semen beku yang berkualitas baik perbandingan jumlah spermatozoa yang
mempunyai persentase motilitas dan abnormal dengan jumlah spermatozoa yang
spermatozoa hidup yang tinggi. Standar diamati kemudian dikalikan 100 persen.
Nasional Indonesia (SNI) menyebutkan Klasifikasi abnormalitas spermatozoa
bahwa konsentrasi spermatozoa sebanyak yaitu abnormalitas primer dan sekunder.
25 juta dengan motilitas minimal 40%. Pada saat proses spermatogenesis terjadi
Pengujian kualitas semen beku abnormalitas primer, sedangkan
dianggap masih sangat penting dilakukan abnormalitas sekunder terjadi akibat
dengan membandingkan lama kesalahan penanganan semen setelah
penyimpanan semen beku terhadap kualitas meninggalkan testis ini dapat disebabkan
spermatozoa yang akan digunakan untuk karena gangguan spermatozoa setelah
inseminasi buatan karena pada dasarnya meninggalkan tubulus seminiferi.
adalah untuk menjamin spermatozoa yang Penelitian ini menggunakan
akan digunakan masih dalam kategori Rancangan Acak Lengkap (RAL)
superior, sebab untuk dapat melakukan menggunakan sapi Bali dengan kode dan
fertilisasi, spermatozoa dari semen beku nama yang berbeda, yang terdiri dari 5
harus hidup. perlakuan dengan 12 ulangan. Adapun
METODE PENELITIAN lima perlakuan itu sebagai berikut :
P1 = Semen beku yang disimpan 1 tahun
Penelitian ini dilaksanakan pada P2 = Semen beku yang disimpan 2 tahun
bulan Januari s/d Februari 2022 di UPTD P3 = Semen beku yang disimpan 5 tahun
IB Bengkulu Talang Kering. Alat dan P4 = Semen beku yang disimpan 6 tahun
bahan yang digunakan adalah Eosin- P5 = Semen beku yang disimpan 7 tahun
Nigrosin, object dan cover glass, Data yang diperoleh dari hasil
mikroskop (Olympus), gelas ukur volume pengamatan disajikan dalam bentuk tabel
100 ml, layar TV untuk melihat hasil dari dan kemudian dianalisis menggunakan
mikroskop, tabung spermatozoa, kertas ANOVA (Analysis of Variance).
label, photometer, container, cooltube, Selanjutnya hasil yang berpengaruh nyata
pinset, gunting, air, tissue, waterbath, (P<0,05) diuji lanjut dengan Duncan’s
heating table, dan alat tulis.
Multiple Range Test (DMRT) dengan Pengaruh lama penyimpanan semen
menggunakan aplikasi SPSS Versi 24. beku sapi Bali terhadap persentase hidup
spermatozoa dapat dilihat pada Tabel 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Persentase hidup spermatozoa sapi
Motilitas Bali
Kualitas semen beku pada penelitian Ulangan Rata-Rata ± SD
perlakuan
ini diperiksa secara mikroskopis. Nilai U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11 U12 (%)
...%...
pengamatan motilitas, persentase hidup, dan P1 93,77 97,13 96,74 95,80 97,05 98,90 97,39 98,56 99,41 97,76 94,90 98,36 97,15 ± 1,67b
abnormalitas spermatozoa dilihat dari lima P2 97,13 94,61 97,83 96,63 91,32 92,19 93,90 95,57 95,73 98,27 97,18 92,80 95,26 ± 3,55a
lapang pandang. Pengaruh lama P3 95,44 96,42 96,68 97,12 96,54 97,45 97,44 97,21 98,44 96,92 97,84 94,35 96,82 ± 1,58b
P4 94,03 97,14 97,18 96,55 96,55 95,54 91,51 95,72 95,34 95,25 96,80 97,18 95,73 ± 1,65ab
penyimpanan semen beku sapi Bali terhadap P5 97,00 96,41 95,74 96,44 95,54 96,58 97,15 96,83 97,80 94,57 97,64 93,80 96,29 ± 10,85b
motilitas dapat dilihat pada Tabel 1. Probabilitas 0,024
Tabel 1. Motilitas spermatozoa sapi Bali
post thawing Berdasarkan hasil pengujian statistik
Perlakuan Ulangan Rata-Rata ± SD (%)
U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11 U12 didapatkan bahwa lama penyimpanan
P1 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00
...%...
45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 ± 0,00a
semen beku berpengaruh nyata (P<0,05)
P2 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 ± 0,00b terhadap persentase hidup spermatozoa sapi
42,50 ± 0,00b
P3 42,50
P4 40,00
42,50
40,00
42,50
40,00
42,50
40,00
42,50
40,00
42,50 42,50
40,00 40,00
42,50
40,00
42,50
40,00
42,50
40,00
42,50
40,00
42,50
40,00 40,00 ± 0,00c
Bali. Hasil uji lanjut (P<0,05) yaitu P1 tidak
P5 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 ± 0,00c berbeda nyata dengan P3 dan P5, tetapi P2
Probabilitas 0,000
dan P4 berbeda nyata dengan P1.
Penurunan kualitas semen beku sangat
Berdasarkan hasil pengujian tinggi sekitar 50% spermatozoa akan mati
statistik didapatkan bahwa lama selama pembekuan dan spermatozoa yang
penyimpanan semen beku berpengaruh bertahan hidup sangat sensitif terhadap
sangat nyata (P<0,01) terhadap motilitas lingkungan serta mempunyai daya hidup
spermatozoa sapi Bali. Hasil uji lanjut yaitu yang pendek setelah thawing (Situmorang
P1 berbeda nyata dengan P2, P3, P4, dan et al., 2000).
P5, sedangkan P2 tidak berbeda nyata Kerusakan membran plasma selama
dengan P3 dan P4 tidak berbeda nyata proses pembekuan dan thawing disebabkan
dengan P5. Motilitas spermatozoa pada karena terjadinya peroksidasi lipid pada
penelitian ini berkisar antara 40% - 45%. spermatozoa yang disimpan lama yang
Motilitas tertinggi yaitu 45,00 ± 0,00% dapat menurunkan daya hidup dan
yang diperoleh pada P1 yaitu semen beku mempengaruhi pengawetan semen untuk
produksi tahun 2021 yang disimpan 1 tahun inseminasi buatan, namun semen beku
dan motilitas terendah yaitu 40,00 ± 0,00% masih layak dan dapat digunakan, sebab
pada P4 dan P5 yaitu semen produksi tahun untuk dapat dilakukan inseminasi
2016 dan 2015 yang disimpan selama 6 dan setidaknya diperlukan 50% spermatozoa
7 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa yang hidup (Toelihere, 1993). Daya hidup
semakin lama penyimpanan semen beku spermatozoa selama pembekuan akan baik
maka motilitas semen semakin rendah, dengan tetap terjaganya membran plasma
namun demikian semen beku ini masih sehingga proses metabolisme di dalam
memenuhi standar layak digunakan sesuai spermatozoa akan berjalan dengan baik
dengan persyaratan SNI (2008) bahwa (Janur et al., 2015).
semen beku sesudah dicairkan kembali Persentase hidup yang tinggi terkait
(post thawing) pada suhu 37°C selama 30 dengan proses metabolisme dan aktivitas
detik harus menunjukkan motilitas minimal seluler spermatozoa yang berjalan optimal
40% jika kurang dari 40% maka semen setelah proses thawing. Inkubasi semen
beku tersebut tidak layak diinseminasikan pada suhu 37°C sangat dianjurkan karena
(Feradis, 2010). mendekati suhu tubuh hewan dan sesuai
dengan lingkungan in vivo sehingga
Persentase Hidup
memberikan daya hidup yang lebih baik. Abnormalitas yang sering ditemui
Pada suhu fisiologis (37°C) membran pada spermatozoa adalah kepala putus dan
plasma lebih permeable dari pada suhu kerusakan ekor seperti ekor melingkar
yang lebih rendah (Toelihere, 1993). (bergelung), ekor kusut, dan ekor patah ciri
Abnormalitas ini termasuk kategori abnormalitas
Pengaruh lama penyimpanan semen sekunder, sedangkan kelainan pada kepala
beku sapi Bali terhadap abnormalitas seperti kepala kecil, besar, kerucut dan
spermatozoa dapat dilihat pada Tabel 3. miring, memiliki ekor dua, akrosom yang
Tabel 3. Persentase abnormalitas salah bentuk, dan terdapat dua kepala
spermatozoa sapi Bali termasuk kategori abnormalitas primer
Ulangan Rata-Rata ± SD
(Partodihardjo, 1992).
Perlakuan
U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11 U12 (%) Rataan abnormalitas spermatozoa
...%... primer dan sekunder pada setiap perlakuan
P1 10,51 13,84 9,06 14,45 7,01 6,96 6,52 10,34 9,14 6,72 10,46 9,15 9,51 ± 2,62
P2 7,79 9,09 11,74 12,98 7,85 13,35 9,15 7,88 7,11 9,52 8,07 12,71 9,66 ± 2,20
dapat dilihat pada Tabel 4.
P3 17,69 5,97 4,09 11,24 4,44 6,55 6,96 8,01 4,69 4,45 5,04 10,48 7,42± 3,87 Tabel 4.1. Persentase abnormalitas primer
P4 3,48 4,00 3,95 8,87 13,41 5,45 16,98 6,42 10,59 17,09 24,20 14,08 10,71 ± 6,56 sapi Bali
P5 9,87 9,87 8,09 3,95 6,32 4,70 7,13 2,86 8,81 8,14 8,26 4,55 6,88 ± 2,37 Ulangan Rata-Rata ± SD
ns Perlakuan
Probabilitas 0,095 U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11 U12 (%)
...%...
Hasil pengujian statistik P1 0,00 1,00 2,00 1,00 0,00 1,00 2,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,67 ± 0,78
0,75 ± 0,75
menunjukkan bahwa lama penyimpanan P2 0,00
P3 7,00
1,00
0,00
1,00
0,00
2,00
0,00
1,00
3,00
0,00 0,00
0,00 2,00
1,00
0,00
0,00
2,00
2,00
0,00
0,00
0,00
1,00
3,00 1,42± 2,15

semen beku yang berbeda tidak P4 0,00


P5 1,00
0,00
1,00
0,00
0,00
0,00
2,00
0,00
0,00
1,00 1,00
1,00 4,00
0,00
0,00
1,00
2,00
2,00
1,00
2,00
1,00
1,00
0,00
0,67 ± 0,78
1,08 ± 1,16
berpengaruh nyata terhadap abnormalitas Probabilitas 0,51
ns

spermatozoa sapi Bali (P>0,05).


A bnormalitas tertinggi adalah 10,71 ± Hasil pengujian statistik
6,56% yang diperoleh dari perlakuan 4 yaitu menunjukkan bahwa lama penyimpanan
semen beku sapi Bali produksi tahun 2016 semen beku yang berbeda tidak
dengan umur simpan 6 tahun, dan yang berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
terendah adalah 6,88 ± 2,37% yang abnormalitas primer spermatozoa sapi Bali.
diperoleh dari perlakuan 5 yaitu semen beku Abnormalitas primer adalah kepala terlalalu
sapi Bali produksi tahun 2015 yang kecil, kepala terlalu besar, dan memiliki
disimpan selama 7 tahun. Hasil tersebut ekor ganda. Hasil tersebut menunjukkan
menunjukkan bahwa semen beku sapi Bali bahwa semen beku sapi Bali yang
yang disimpan selama 1, 2, 5, 6, dan 7 tahun disimpan selama 1, 2, 5, 6, dan 7 tahun di
di UPTD IB Bengkulu masih layak dan UPTD IB Bengkulu masih layak dan dapat
dapat digunakan untuk inseminasi buatan. digunakan untuk inseminasi buatan.
Setiap spermatozoa yang abnormal tidak Tabel 5.2. Persentase abnormalitas sekunder
dapat membuahi sel telur, selama sapi Bali
abnormalitas spermatozoa belum perlakuan
U1 U2 U3 U4 U5 U6
Ulangan
U7 U8 U9 U10 U11 U12
Rata-Rata ± SD
(%)
mencapai 20% maka semen tersebut masih ...%...
27,00 52,00 23,00 61,00 19,00 18,00 28,00 42,00 31,00 24,00 41,00 39,00 33,75 ± 13,44b
dapat dipakai untuk inseminasi (Riyadhi et P1
P2 19,00 26,00 26,00 25,00 18,00 53,00 27,00 15,00 15,00 20,00 20,00 29,00 24,42 ± 10,17ab
al., 2010). Spermatozoa yang abnormal P3 59,00 20,00 16,00 39,00 15,00 18,00 17,00 23,00 10,00 13,00 14,00 23,00
22,25 ± 13,75
a

P4 7,00 7,00 18,00 24,00 10,00 35,00 12,00 24,00 52,00 51,00 29,00 23,00 ± 16,21ab
7,00
secara morfologi, baik abnormalitas primer P5 22,00 21,00 19,00 8,00 17,00 10,00 26,00 9,00 18,00 35,00 20,00 11,00 18,00 ± 7,85a
atau sekunder, tidak dapat membuahi ovum. Probabilitas 0,05

Abnormalitas primer yaitu abnormalitas Berdasarkan hasil pengujian statistik


yang terjadi akibat kegagalan pada proses yang dilakukan bahwa lama penyimpanan
spermatogenesis dalam testis sedangkan semen beku sapi Bali yang berbeda
abnormalitas sekunder akibat kegagalan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
pada saat perjalanan spermatozoa menuju abnormalitas sekunder. Hasil uji lanjut
epididimis (Mahesa, 2016). abnormalitas sekunder yaitu P1 berbeda
nyata dengan P2, P3, P4, dan P5, namun P2,
P4 tidak berbeda nyata dan P3, P5 juga tidak Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi
berbeda nyata. Abnormalitas yang Hewan. Penerbit Mutiara Sumber
ditemukan pada penelitian ini kebanyakan Widya, Jakarta.
adalah abnormalitas kategori sekunder yaitu
ekor patah, dan ekor melingkar (bergelung). Riyadhi, M., R.I. Arifiantini dan B.
Hal ini salah satunya akibat kesalahan pada Purwantara. 2010. Kajian morfologi
saat pembuatan preparat ulas. Solihati et al. spermatozoa sapi Simmental di
(2008) yang menyatakan bahwa beberapa Balai Inseminasi buatan di
abnormalitas sekunder disebabkan Indonesia. Hemera Zoa: Majalah Ilmu
kesalahan dalam pembuatan preparat ulas Kehewanan Indonesia. 1(2): 1-7.
sampai 35%. Situmorang, P., E. Triwulaningsih, A.
KESIMPULAN Lubis, W. Caroline dan T. Sugiarti.
2000. Pengaruh proline, carnitine
Semen beku (straw) sapi Bali pada terhadap daya hidup spermatozoa
lama penyimpanan yang berbeda di UPTD yang disimpan dalam suhu 5°C
IB Bengkulu mempengaruhi motilitas, (chilling semen). Jurnal Ilmu Ternak
persentase hidup, namun tidak dan Veteriner. 6(1):1-6.
mempengaruhi abnormalitas spermatozoa. SNI. 2008. Semen Beku - Bagian 1: Sapi
(Standar Nasional Indonesia, 4869.1:
DAFTAR PUSTAKA 2008). BSN, Jakarta.

Bintara, S. 2011. Rasio X:Y dan Kualitas Solihati, N., R. Idi, S.D. Rasad, M. Rizal
Sperma pada Kambing Kacang dan dan M. Fitriati. 2008. Kualitas
Peranakan Ettawa. Fakultas Spermatozoa Cauda Epididimis Sapi
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Peranakan Ongole (PO) dalam
Yogyakarta. Sains Peternakan. Pengencer Susu Tris dan Sitrat
9(2):65-71. Kuning Telur pada Penyimpanan 4-5
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. °C. Animal Production. 10(1): 22-29.
Petunjuk Teknis Produksi dan Sukmawati, E., R.I. Arifiantini dan B.
Distribusi Semen Beku. Direktorat Purwantara. 2014. Daya Tahan
Jenderal Peternakan, Jakarta. Spermatozoa terhadap Proses
Feradis. 2010. Boiteknologi Reproduksi Pembekuan pada Berbagai Jenis Sapi
Pada Ternak. Alfabeta, Bandung. Pejantan Unggul. Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Graha, N. 2005. Recovery Rate dan Bogor. Jurnal Ilmu Ternak Dan
longivitas pasca thawing semen beku Veteriner. 19(3):168-175.
sapi FH (Frisian Holstein)
Sutarno, A.D. Setyawan. 2015. Genetic
menggunakan berbagai bahan
Deversity of Lokal and Exotic Cattle
pengencer. Skiripsi. Fakultas
and Their Crossbreeding Impact on
Kedokteran Hewan. Institut Pertanian
The Quality of Indonesia Cattle.
Bogor, Bogor
Jurnal of Animal Reproduction.
Mahesa, R. 2016. Pengaruh lama thawing
16(2):327-354.
semen beku sapi Simental terhadap
viabilitas dan morfologi abnormalitas Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan
spermatozoa. Skripsi Fakultas pada Ternak. Penerbit Angkasa,
Peternakan Universitas Jenderal Bandung
Soedirman, Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai