Anda di halaman 1dari 15

E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical

76Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90


DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
MOTILITAS, VIABILITAS, ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN pH
SEMEN SAPI BALI DALAM PENGENCER SARI AIR TEBU-KUNING
TELUR YANG DISIMPAN DALAM WAKTU YANG BERBEDA
Motility, Viability, Spermatozoa Abnormality, and pH of Bali Cattle Semens in
Another-Yellow Water Driller Stored in a Different Time
Fransiskus X. Manehat1*), Agustinus A. Dethan 2), Paulus K. Tahuk 3)
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Timor
1,2,3)

Jl. Eltari Km 09 Kelurahan Sasi, Kefamenanu-Kabupaten TTU-NTT 85613

*Coresponding Author : ferrymanehat@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas spermatozoa sapi Bali yang
diencerkan menggunakan sari air tebu-kuning telur. Penelitian ini telah dilaksanakan
di kandang dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Timor pada bulan
Agustus-September 2020. Semen ditampung dari seekor ternak sapi bali jantan
dewasa kelamin umur ± 4,5 tahun dengan kondisi sehat. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak
lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Masing-masing perlakuan adalah
T1: semen 0,075 ml + 0,3 ml bahan pengencer sari air tebu kuning telur dan disimpan
selama 24 jam, T2: semen 0,075 ml + 0,3 ml bahan pengencer sari air tebu kuning
telur dan disimpan selama 48 jam, T3: semen 0,075 ml +0,3 ml bahan pengencer sari
air tebu kuning telur dan disimpan selama 72 jam, T4: semen 0,075 ml + 0,3 ml bahan
pengencer sari air tebu kuning telurdan disimpan selama 96 jam. Variabel yang diukur
adalah motilitas individu, viabilitas, abnormalitas spermatozoa, dan pH semen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan T4 pada lama simpan 96 jam masih
menunjukkan nilai rataan yang baik dengan nilaimotilitas individu spermatozoa
sebesar 45%, viabilitas spermatozoa sebesar 77,3%, abnormalitas spermatozoa
sebesar 12,5% dan pH semen 6,6. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan pengencer
sari air tebu-kuning telur berdampak positif karena mampu mempertahankan daya
hidup spermatozoa selama 96 jam.

Kata Kunci : Semen Sapi Bali, Sari Air Tebu dan Kuning telur, Motilitas individu dan
Viabilitas, Abnormalitas Spermatozoa dan pH semen

ABSTRACT
This study aims to determine the quality of Bali cattle spermatozoa diluted
using sugarcane juice-egg yolk. This research was carried out in the stables and
Laboratory of the Faculty of Agriculture, University of Timor in August-September
2020. Semen was collected from an adult male bali cattle, aged ± 4.5 years in healthy
condition. The method used in this study is an experimental method using a
completely randomized design consisting of 4 treatments and 5 replications. Each
treatment was T1: 0.075 ml semen + 0.3 ml of egg yolk sugarcane juice diluent and
stored for 24 hours, T2: semen 0.075 ml + 0.3 ml of diluent for egg yolk cane juice
and stored for 48 hours, T3: semen 0.075 ml + 0.3 ml of diluent for egg yolk

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 76


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
77Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
sugarcane juice and stored for 72 hours, T4: semen 0.075 ml + 0 ,3 ml of egg yolk
sugarcane juice diluent and stored for 96 hours. The variables measured were
individual motility, viability, spermatozoa abnormalities, and semen pH. The results
showed that the T4 treatment on a shelf life of 96 hours still showed a good average
value with individual spermatozoa motility values of 45%, spermatozoa viability of
77.3%, spermatozoa abnormalities of 12.5% and semen pH 6.6. It can be concluded
that the use of cane juice-egg yolk diluent has a positive impact because it is able to
maintain the viability of spermatozoa for 96 hours.

Keyword: Bali cattle Semen, Sugarcane Juice and Egg Yolk, Individual Motility and
Viability, Spermatozoa Abnormality and pH.

PENDAHULUAN
Kualitas spermatozoa sangat salah satu tanaman sejenis rumput yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan banyak dibudidayakan oleh masyarakat
Inseminasi Buatan (IB). Kualitas dan memiliki kandungan nutirien yang
spermatozoa setelah penampungan akan cukup tinggi. Sari air tebu murni
mengalami penurunan apabila tidak mengandung sukrosa sebesar 9,8% yang
ditangani dengan baik. Salah satu berfungsi sebagai sumber energi dan
metode yang digunakan untuk sebagai sumber makanan bagi
mempertahankan kualitas spermatozoa spermatozoa sehingga mampu
yang baru ditampung adalah dengan menunjang kehidupan spermatozoa dan
menambahkan bahan pengencer agar gula invest sebesar 0,7% (Kultsum,
dapat mempertahankan kualitas 2009). Namun pada sari air tebu tidak
spermatozoa tersebut. memiliki lipoprotein dan lesitin yang
Bahan pengencer yang baik adalah berfungsi sebagai pelindung dan
bahan pengencer yang murah, sederhana, pertahanan spermatozoa pada penurunan
praktis dibuat dan memiliki masa suhu secara mendadak, untuk itu pada
simpan yang lebih lama. Syarat yang bahan pengencer sari air tersebut perlu
harus dipenuhi oleh setiap bahan ditambahkan kuning telur sebagai bahan
pengencer adalah harus dapat untuk memenuhi lipoprotein dan lesitin
menyediakan nutrien bagi spermatozoa sehingga menjadi bahan pengencer yang
sehingga spermatozoa mampu bertahan komplit dan dapat mempertahankan
hidup lebih lama, mampu kualitas spermatozoa setelah diencerkan.
memperbanyak volume semen, harus Keunggulan yang dimiliki kedua
menjadi penyangga bagi spermatozoa, bahan pengencer tersebut adalah saling
harus memungkinkan spermatozoa dapat melengkapi nutrien yang dibutuhkan
bergerak secara progresif, tidak bersifat oleh spermatozoa. Keunggulan utama
racun bagi spermatozoa, mampu dari sari air tebu adalah mengandung
mempertahankan tekanan osmotik sukrosa berupa pemecahan dua unit
ataupun keseimbangan elektrolit dan monosakarida yaitu glukosa dan
dapat melindungi spermatozoa dari fruktosa yang berhubungan dengan
kejutan dingin (cold shok). ikatan glikolisis. Proses ini menghasikan
Salah satu tanaman yang dapat ATP dan ADP yang berfungsi sebagai
dimanfaatkan sebagai bahan pengencer energi penggerak spermatozoa dan
semen adalah tebu. Tebu merupakan berfungsi sebagai krioprotektan

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 77


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
78Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
intraseluler. Menurut Anwar (2011), pengencer semen sapi Bali di Kabupaten
kuning telur mengandung lipoprotein TTU belum ada dan belum diketahui
dan lesitin yang berfungsi sebagai oleh peternak. Berdasarkan pemikiran
pelindung membran sel spermatozoa. tersebut maka telah dilakukan suatu
Sari air tebu-kuning telur dapat kajian untuk mengetahui kemampuan
digunakan sebagai bahan pengencer sari air tebu-kuning telur sebagai
semen karena kedua bahan ini pengencer dalam mempertahankan
merupakan sumber energi bagi motilitas individu, viabilitas,
spermatozoa untuk bergerak dan sebagai abnormalitas spermatozoa dan pH
pelindung spematozoa terhadap kejutan semen sapi Bali. Tujuan dari penelitian
dingin dari perubahan suhu. ini adalah untuk mengetahui kualitas
Sejauh ini penggunaan sari air spermatozoa sapi Bali yang diencerkan
tebu-kuning telur sebagai bahan dengan sari air tebu-kuning telur.

MATERI DAN METODE


Waktu dan Tempat bunsen, timbangan digital, tabung
Penelitian ini dilaksanakan erlenmeyer, parang steril, pisau steril,
selama 2 bulan dari bulan Agustus- blender, saringan, meter, pita ukur, alat
September 2020. Koleksi semen tulis dan kamera.
dilaksanakan di di Kandang Program Bahan-bahan yang digunakan
Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, dalam peneltian ini adalah 2 ml semen
Universitas Timor; dan semen hasil segar sapi bali, 40 ml sari air tebu, 20 ml
penampungan dievaluasi dan diencerkan kuning telur, penicillin, streptomisin,
di Laboratorium Fakultas Pertanian, aquades, vaselin, larutan eosin, larutan
Universitas Timor. hayem, alkohol 70% dan air panas.

Ternak Metode Penelitian


Ternak yang digunakan dalam Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seekor sapi bali penelitian ini adalah metode eksperimen
jantan berumur ± 4,5 tahun dengan berat Laboratorium dengan menggunakan
badan 350 kg dan lingkar scrotum Rancangan Acak Lengkap yang terdiri
sebesar 28 cm milik Prodi Peternakan, dari 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga
Fakultas Pertanian, Universitas Timor terdapat 20 satuan unit percobaan
dan satu ekor ternak betina pemancing sebagai berikut;
berumur ± 4 tahun milik Bapak Rafael T1 : Bahan pengencer sari air tebu
Barut. kuning telur + semen dan
Alat dan Bahan disimpan selama 24 jam
Alat-alat yang digunakan dalam T2 : Bahan pengencer sari air tebu
penelitian ini adalah vagina buatan, kuning telur + semen dan
gelas ukur, kertas alumunium foil, disimpan selama 48 jam
mikroskop, cool box, refrigerator, T3 : Bahan pengencer sari air tebu
hemacytometer, tisue, cover gelas, pipet kuning telur + semen dan
steril, gelas objek, tabung reaksi, rak disimpan selama 72 jam
tabung reaksi, kertas indikator pH, T4 : Bahan pengencer sari air tebu
handcounter, termos air panas, lampu kuning telur + semen dan disimpan
selama 96 jam

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 78


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
79Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
Prosedur Penelitian tebu dengan panjang ± 1,5 cm dan
diblender. Setelah diblender airnya
Tahap Persiapan disaring menggunakan penyaring dan
Persiapan awal yang dilakukan dimasukkan kedalam wadah yang telah
adalah menyiapkan alat dan bahan yang disiapkan. Air tebu siap digunakan
diperlukan dalam penelitian. Setelah alat sebagai bahan pengencer.
dan bahan lengkap maka langkah Pembuatan Bahan Pengencer Kuning
selanjutnya adalah menyiapkan ternak Telur
yang hendak ditampung semennya. Telur yang digunakan adalah telur
Sebelum ditampung semennya ternak ayam kampung berjumlah 2 butir
jantan terlebih dahulu distandarisasikan dengan kisaran berat 25-55 gram,
manjemen pakannya sehingga kualitas memiliki bentuk oval, kondisi kerabang
semen yang dihasilkan maksimal. Pakan bersih dan warna kerabang kecoklatan
yang diberikan berupa hijauan dan serta jumlah kuning telur yang
konsentrat dengan perbandingan 70 % : terkandung dalam setiap butirnya adalah
30 %. 20-25 ml. Sebelum telur dipecahkan
Hijauan yang diberikan pada untuk diambil kuning telurnya, telur
ternak jantan berupa lamtoro dan rumput dicuci dan dibersihkan dengan alkohol
raja yang merupakan bahan pakan sehingga telur terbebas dari cemaran
sumber protein dan serat; sedangkan bakteri. Setelah itu pecahkan sedikit
konsentrat yang diberikan adalah kerabang bagian atas telurnya kemudian
campuran antara tepung jagung dan pisahkan putih telur dari kuning telur
dedak halus yang merupakan bahan dengan cara kuning telur diletakkan
pakan sumber energi. Formulasi ransum diatas kertas saring untuk
disusun berdasarkan bobot badan ternak menghilangkan selaput putih telurnya.
sapi yaitu 350 kg dan kebutuhan bahan Setelah disaring kuning telur diaduk
kering (BK) ternak sapi yaitu 3% (Kearl, sampai merata kemudian dimasukkan
1982) dan kandungan BK dari lamotoro, kedalam wadah yang telah disiapkan
rumput raja, tepung jagung dan dedak dan kuning telur siap digunakan sebagai
halus adalah sebagai berikut : 29,9%, bahan pengencer.
21,27% , 86%, 86% (Hartadi et al., Pembuatan Bahan Pengencer Sari Air
2005). Tebu-Kuning Telur
Pembuatan Bahan Pengencer Sari Air Setelah bahan pengencer sari air
Tebu tebu dan kuning telur siap digunakan
Tebu yang digunakan dalam maka langkah selanjutnya adalah
penelitian adalah jenis tebu kuning yang pembuatan pengencer sari air tebu-
berumur 11 bulan berjumlah 2 batang kuning telur. Langkah pertama dalam
dengan panjang 200-300 cm dan pembutan bahan pengencer sari air tebu-
memliki diameter batang 10-12 cm, kuning telur adalah 40 ml sari air tebu
panjang ruas antar bukuh 10-15 cm dan dimasukkan ke dalam tabung
jumlah ruas perbatang sebanyak 20-25 erlenmeyer kemudian masukkan 20 ml
ruas. Tebu dipanen dengan cara kuning telur lalu homogenkan.
dipotong dari rumpunnya pada ruas Setelah sari air tebu dan kuning
pertama di atas permukaan tanah. telur tercampur merata maka langkah
Setelah tebu dipotong maka langkah selanjutnya adalah masukkan 0,5 gram
selanjutnya adalah tebu dibersihkan penicilin dan 0,5 gram streptomisin
dengan cara dicuci mengunakan air yang berfungsi sebagai antibiotik dan 40
bersih. Setelah dibersihkan langkah ml aquades sebagai pelarut hingga
selanjutnya adalah pisahkan kulit tebu volume pengencer sari air tebu-kuning
menggunakan parang. Setelah itu cacah telur mencapai 100 ml lalu

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 79


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
80Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
dihomogenkan. Setelah semua bahan mengeluarkan semen ke dalam vagina
tercampur rata maka bahan pengencer buatan tersebut. Setelah ditampung
sari air tebu-kuning telur siap digunakan. maka langkah selanjutnya adalah
Proses Persiapan Vagina Buatan mengevaluasi semen segar tersebut
Proses persiapan vagina buatan untuk mengetahui kualitas dari semen
dimulai dari pemasangan selongsong tersebut.
karet tipis ke dalam tabung luar Evaluasi Semen Segar
kemudian ujung selongsong karet tipis Evaluasi semen segar sangat
ditarik ke kiri dan ke kanan lalu penting dilakukan dengan tujuan untuk
dipasang pada bibir tabung luar. Kedua mengetahuikualitas semen dan
ujung selongsong karet tipis dieratkan kelayakan semen secara keseluruhan
pada tabung luar menggunakan karet baik secara makroskopis maupun
gelang. Setelah itu pasang Corong dari mikroskopis sebelum melakukan
karet tipis disalah satu ujung dari tabung pengenceran.
dan dieratkan dengan karet gelang, Evaluasi secara makroskopis meliputi:
Tabung penampung dipasang di Volume semen
ujung corong karet tersebut dan Volumesemenyang tertampung
dieratkan menggunakan karet gelang. dapat dievaluasi secara langsung pada
Setelah itu masukkan air hangat dengan tabung penampung yang berskala.
suhu ± 450c melalui lubang yang ada Volume semen dianggap normal jika
hingga penuh. Setelah itu isi udara volume semen hasil penampungan
dengan cara ditiup melalui lubang udara berkisar antara 1-15 ml.
yang ada hingga vagina buatan keras Warna semen
dan rapat lalu oleskan vaselin sebagai Warna semen dievaluasi dengan
pelicin ± 3/4 bagian tabung dan vagina melihat secara langsung sesaat setelah
buatan siap digunakan. penampungan semen dilakukan. Warna
Proses Penampungan Semen semen dianggap normal jika warnanya
Sebelum ditampung semennya krem atau putih kekuningan.
ternak jantan perlu dimandikan terlebih Bau semen
dahulu agar ternak jantan menjadi lebih Bau semen dievaluasi dengan cara
segar. Penampungan semen dilakukan mencium bau semen pada tabung
dengan cara ternak betina pemancing penampung setelah penampungan. Bau
dimasukkan ke dalam kandang jepit. semen dianggap normal apabila semen
Kurang lebih satu jam sebelum yang ditampung memiliki bau kas ternak
ditampung semennya pejantan itu sendiri.
didekatkan ke betina pemancing untuk pH semen
mempertinggi libido ternak jantan, pH semen dievaluasi
sehingga kualitas dan kuantitas semen menggunakan kertas indikator. pH
yang dihasilkan bisa maksimal. Jika dianggap normal jika pH semen yang
pejantan pertama kali naik, jangan dihasilkan memiliki kisaran antara 6,0-
langsung ditampung semennnya, tetapi 7,8. yaitu menunjukkan warna hijau dan
penis dibelokkan sehingga penis tidak jika pH asam maka kerta indikator akan
masuk ke vagina betina pemancing dan berwarna kuning atau merah sedangkan
akhirnya pejantan akan turun dengan jika pHnya basa maka kertas pH akan
sendirinya. Setelah menaiki untuk ketiga berwarna biru atau ungu.
atau keempat kalinya maka Konsistensi
penampungan semen dilakukan dengan Konsistensi atau tingkat
cara mengarahkan vagina buatan ke kekentalan dievaluasi dengan cara
penis pejantan hingga penis pejantan menggoyangkan tabung yang berisi
masuk ke dalam vagina buatan dan semen secara perlahan-lahan sehingga

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 80


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
81Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
terlihat gerakan permukaan semen di c. Nilai 2, jika gerakan spermatozoa
dalam tabung. Semakin tinggi tingkat melingkar, kurang dari 50% bergerak
kekentalannya maka kualitas semen progresif dan tidak ada gelombang
tersebut juga semakin baik. d. Nilai 3, jika 50% -80% spermatozoa
bergerak progresif dan menghasilkan
Evaluasi secara mikroskopis : gerakan massa
Motilitas massa spermatozoa e. Nilai 4, jika spermatozoa bergerak
Motilitas massa spermatozoa secara progresif dan membentuk
diamati sesuai kutipan Dethan et al gelombang dengan 90% spermatozoa
(2010) yaitu dengan cara meletakkan motil
semen sebanyak satu tetes di atas objek f. Nilai 5, jika gerakan spermatozoa
glass tanpa ditutup cover glass yang sangat progresif, membentuk
kemudian diamati di bawah mikroskop gelombang yang sangat cepat dan
perbesaran 100 kali. menunjukkan 100% sperma motil.
Kualitas semen dapat ditentukan Viabilitas spermatozoa
berdasarkan penilaian gerakan Viabilitas spermatozoa dapat
massaadalah sebagai berikut: dihitung dengan cara meneteskan satu
1. Sangat baik (+++) jika gerakan tetes semen ke atas gelas objek lalu
spermartozoa terlihat membentuk tambahkan satu tetes larutan eosin dan
gelombang-gelombang besar, banyak, dicampur secara merata lalu
gelap, tebal dan aktif serta bergerak dikeringkan di atas api Bunsen hingga
cepat berpindah-pindah tempat kering dan membentuk preparat apus
2. Baik (++) bila gerakan spermatozoa kemudian diamati menggunakan
terlihat seperti gelombang-gelombang mikroskop pembesaran 10 x 40 kali.
kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan Spermatozoa yang hidup tidak akan
bergerak lamban menyerap larutan eosin sehingga
3. Cukup (+) bila tidak terlihat gerakan kepalanya bening sedangkan
spermatozoa seperti gelombang tapi spermatozoa yang mati akan menyerap
hanya terlihat gerakan individual larutan eosin sehingga kepalanya
aktif progresif. berwarna merah.
4. Buruk (Necrospermia, 0) jika hanya Konsentrasi spermatozoa
sedikit atau tidak terlihat gerakan Konsentrasi spermatozoa adalah
individual spermatozoa sama sekali. banyaknya spermatozoa yang terdapat
Motilitas individu dalam satu ml semen. Kosentrasi
Penilaian motilitas individu spermatozoa dapat diamati
diamati dengan mengambil satu tetes menggunakan Hemacytometer dengan
semen dan diletakkan di atas objek glass cara menghisap semen sebanyak 0,5 ml
dan ditutup dengan cover glass menggunakan pipet hemacytometer,
kemudian diamati di bawah mikroskop kemudian tambahkan larutan hayem
dengan perbesaran 400 kali. Motilitas hingga 101 ml yang berfungsi untuk
individual yang normal adalah minimal mematikan spermatozoa. Lalu
motilitasnya 70%. homogenkan spermatozoa dan larutan
Berdasarkan motilitas individual, hayem dengan cara digoyang perlahan.
maka penilaian terhadap kualitas Setelah itu teteskan ke kamar hitung
spermatozoa adalah dengan skor 0-5 hemacytometer dan dihitung pada lima
sebagai berikut: titik menurut arah diagonal
a. Nilai 0, jika spermatozoa imotil atau menggunakan mikroskop pembesaran
tidak bergerak 400 kali.
b. Nilai 1, jika gerakan spermatozoa
berputar di tempat

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 81


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
82Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
Abnormalitas Spermatozoa a. Nilai 0, jika spermatozoa imotil atau
Abnormalitas spermatozoa tidak bergerak
dievaluasi menggunakan pewarnaan b. Nilai 1, jika gerakan spermatozoa
eosin dan diamati di bawah mikroskop berputar di tempat
dengan perbesaran 400 kali. Pengamatan c. Nilai 2, jika gerakan spermatozoa
abnormalitas dilihat dari spermatozoa melingkar, kurang dari 50% bergerak
yang mempunyai bentuk abnormal progresif dan tidak ada gelombang
seperti tidak ada kepala spermatozoa, Nilai 3, jika terlihat 50% -80%
bentuk kepala yang besar, ekor putus spermatozoa bergerak progresif dan
dan ekor melingkar. meghasilkan gerakan massa
Proses Pengenceran Semen d. Nilai 4, jika spermatozoa bergerak
Setelah semen dievaluasi dan secara progresif dan membentuk
dinyatakan bahwa kualitas semen gelombang dengan 90% spermatozoa
tersebut layak untuk diencerkan maka motil
langkah selanjutnya adalah proses e. Nilai 5, jika terlihat gerakan
pengenceran semen. Langkah-langkah spermatozoa yang sangat progresif,
dalam pengenceran semen membentuk gelombang yang sangat
menggunakan sari air tebu-kuning cepat dan menunjukkan 100% sperma
adalah sebagai berikut: masukkan bahan motil
pengencer sari air tebu-kuning telur Viabilitas spermatozoa
sebanyak 0,3 ml ke dalam masing- Persentase spermatozoa hidup
masing tabung reaksi menggunakan (PSH) dapat dihitung berdasarkan
mikropipet sebanyak 20 tabung reaksi persamaan sebagai berikut (Dethan et al.,
kemudian masukkan semen hasil 2010):
penampungan dan evaluasi tersebut umlah spermatozoa yang hidup
PSH :Total spermatozoa yang dihitung x 100 %
sebanyak 0,075 ml ke dalam masing-
masing tabung yang telah diisi bahan Abnormalitas Spermatozoa
pengencer sari air tebu kuning telur Persentase abnormalitas
menggunakan mikropipet lalu disimpan spermatozoa (PAS) dapat dihitung
di dalam refiregator atau kulkas dengan berdasarkan persamaan berikut (Barek et
suhu 2-50c lalu diamati sesuai perlakuan. al., 2020):
Evaluasi Semen Setelah Pengenceran
SA
Evaluasi semen setelah PAS : Y x 100 %
pengenceran adalah evaluasi terkait Keterangan;
motilitas individu spermatozoa, SA: Spermatozoa Abnormal
viabilitas spermatozoa, abnormalitas Y: Total sperma yang dihitung
spermatozoa dan pH semen dilakukan pH semen
pada 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam pH semen diukur menggunakan
perunit percobaan. kertas indikator pH dengan cara
meneteskan semen ke atas kertas
Variabel Penelitian indikator lalu diamkan beberapa saat
kemudian amati perubahan warna yang
Motilitas individu spermatozoa terjadi pada kertas indikator dengan cara
Semen yang layak digunakan membandingkan warna pada kemasan
untuk keperluan IB harus memiliki kertas indikator pH. Bila pH normal,
motilitas individu minimal 70%. maka warna kertas indikator adalah
Motilitas individual spermatozoa dapat hijau namun jika pH asam maka kertas
dihitung berdasarkan skor 0-5 dan indikator pH akan berwarna kuning atau
memiliki kriteria sebagai berikut merah sedangkan jika pHnya basa maka
(Pubiandara, 2016):

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 82


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
83Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
kertas indicator akan berwarna biru Keterangan :
ataupun unggu. Yij : Nilai pengamatan dari hasil
perlakuan ke-i ulangan ke-j
Analisis Data μ: Nilai tengah umum (Population Mean)
Data dari penelitian ini dianalisis σi: Pengaruh taraf perlakuan ke-i
menggunakan analisis sidik ragam εij: Pengaruh galat perlakuan ke-i
(ANOVA) dengan menggunakan ulangan ke-j
Softwer Statistical Packge For The
Social Sciences (SPSS. 20)
denganpersamaan sebagai berikut, Yij :
μ + σi + εij, jika terdapat pengaruh yang
nyata antar perlakuan maka akan
dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Penelitian
Sebelum ditampung semennya mengetahui layak atau tidaknya semen
ternak jantan dimandikan terlebih tersebut diproses lebih lanjut dalam hal
dahulu agar ternak pejantan menjadi ini diencerkan. Setelah semen dievaluasi
lebih segar sedangkan ternak betina dan dinyatakan layak untuk diproses
dalam keadaan birahi sehingga lebih lebih lanjut maka semen diencerkan
merangsang ternak jantan untuk menggunakan bahan pengencer sari air
ejakulasi. Semen ditampung tebu kuning telur yang telah disiapkan
menggunakan vagina buatan. Setelah sesuai perlakuan. Proses pengambilan
semen ditampung hasilnya langsung di data dilakukan pada 24 jam, 48 jam, 72
bawah ke laboratorium untuk melakukan jam dan 96 jam setelah pengenceran.
evaluasi awal dengan tujuan untuk

Evaluasi Semen Segar Secara Makroskopis dan Mikroskopis


Berdasarkan hasil evaluasi semen mikroskopis maka diperoleh data seperti
segar secara makroskopis dan pada Tabel 4.

Tabel 4 Evaluasi semen segar secara makroskopis dan mikroskopis sebelum


pengenceran.
No Karakteristik Hasil Pengamatan
1 Volume 2 ml
2 Warna Krem
3 Bau Kas semen sapi
4 pH 6,69
5 Konsistensi Kental
6 Motilitas massa ++
7 Motilitas individu 80 %
8 Abnormalitas 4,5 %
9 Viabilitas spermatozoa 95 %
10 Konsentrasi spermatozoa 1. 200 juta sel sperma/ml semen
Keterangan : ++: Gerakan masa baik; terlihat gelombang-gelombang kecil,tipis, jarang, kurang
jelas dan bergerak lamban.

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 83


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
84Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
Hasil evaluasi semen segar secara spermatozoa sebesar 1.200 juta sel
makroskopis dan mikroskopis (Tabel 4) sperma/ml semen hal ini sesuai pendapat
menunjukkan bahwa secara kualitas Toe1ihere et al. (1985) yang
semen layak digunakan untuk diproses menyatakan bahwa gerakan massa
lebih lanjut untuk pengenceran semen spermatozoa yang normal dan dapat
karena memiliki nilai viabilitas diproses lebih lanjut jika gerakan massa
spermatozoa yang tinggi yaitu sebesar berkisar antara (++) dan (+++) dan
95%, motilitas massa (++), motilitas memiliki nilai motilitas individu di atas
individu sebesar 80% dan konsentarsi 40%.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Motilitas Individu Spermatozoa


Motilitas individu spermatozoa pejantan karena semakin tinggi motilitas
adalah tingkat pergerakan individual individu maka semakin tinggi pula
spermatozoa secara progresif dan fertilitas pejantan. Rataan motilitas
merupakan salah satu indikator penting individu dalam penelitian ini dapat
dalam menentukan fertilitas seekor dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Rata-rata motilitas individu spermatozoa sapi bali yang diencerkan dengan
sari air tebu-kuning telur dan disimpan pada suhu 5 0c.
Perlakuan
Ulangan T1 T2 T3 T4
1 80 70 60 40
2 85 70 65 50
3 70 65 60 45
4 75 65 50 40
5 80 70 60 50
Jumlah 390 340 295 225
Rata-rata(%) 78± 5,7a 68± 2,73b 59± 5,47c 45± 5,0d
Keterangan: (a, b, c, d) superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh
perlakuan berbeda nyata (P<0,05)

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan T1 dengan lama simpan 24


rata-rata motilitas individu spermatozoa jam spermatozoa masih banyak
dalam penelitian ini cenderung mendapatkan suplai makanan dari bahan
mengalami penurunan sesuai waktu pengencer sari air tebu dan kuning telur
simpan yang dikenakan. Rata-rata sehingga tingkat motilitas spermatozoa
motilitas individu spermatozoa tertinggi masih tinggi. Hasil penelitian ini terlihat
terdapat pada perlakuan T1(24 bahwa semakin lama semen cair ini
jam)sebesar 78 ± 5,7% dan diikuti disimpan semakin menurun motilitasnya.
perlakuan T2 (48 jam) sebesar 68 ± Hal ini terlihat dari hasil analisis statistik
2,73%, perlakuan T3(72 jam) sebesar 59 pada waktu terlama penyimpanan
± 5,47% dan terendah perlakuan T4(96 semen cair pada perlakuan T4 (96 jam)
jam) sebesar 45 ± 5,0%. terlihat mengalami penurunan motilitas
Analisis varians menunjukkan yang signifikan yakni mencapai 45 ±
bahwa perlakuan berpengaruh nyata 5,0%. Penurunan motilitas spermatozoa
(P<0,05). Uji lanjut Duncan ini disebabkan oleh semakin
menunjukkan bahwa perlakuan waktu T1 berkuranganya cadangan makanan yang
(24 jam) memiliki motilitas lebih tinggi tersedia di dalam semen jika semen cair
(P<0,05) dari perlakuan T2, T3 dan T4. disimpan dalam waktu yang lama. Hal
Hal ini menunjukkan bahwa pada ini sesuai pendapat Simpson dan Russell

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 84


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
85Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
(1996) yang menyatakan bahwa spermatozoa masih dikategorikan baik
penurunan motilitas individu yaitu sebesar 45 ± 5,0%. Hal ini
spermatozoa disebabkan oleh semakin kemungkinan dipengaruhi oleh
berkurang ketersediaan energi yang ada ketersedian energi yang ada dalam
sehingga spermatozoa mengalami bahan pengencer sari air tebu dan
destabilisasi membran dimana kuning telur yang digunakan. Menurut
terganggunya integritas membran yang Toelihere (1993), spermatozoa akan
disebabkan oleh penumpukan asam lebih mudah menggunakan glukosa
laktat. Destabilisasi membran akan dalam metabolisme dibandingkan
meningkatkan permeabilitas membran sumber energi lain yang terdapat dalam
terhadap ion kalsium di dalam plasma semen. Selanjutnya Aisen et al.,
mitokondria yang akan menurunkan (2002) menjelaskan bahwa, proses
sintesa ATP. Penurunan sintesa ATP ini metabolisme spermatozoa dapat
mengakibatkan cadangan energi yang berlangsung dengan baik di dalam
digunakan spermatozoa untuk bergerak pengencer yang mengandung gula yang
akan berkurang sehingga motilitas sudah didegradasi. Hasil penelitian ini
spermatozoa akan menjadi lebih lambat. juga didukung oleh Kultsum (2009)
Hal ini didukung oleh Utomo dan yang menyatakan bahwa, sukrosa yang
Sumaryati (2000) yang berpendapat terkandung di dalam sari air tebu sangat
bahwa semakin lama waktu baik dalam mendukung dan menunjang
penyimpanan maka nutrien yang kehidupan spermatozoa dalam hal
terdapat dalam bahan pengencer akan menyediakan makanan bagi
semakin menurun dan dapat spermatozoa. Menurut Sastrodiharjo dan
menurunkan motilitas spermatozoa. Resnawati (1999), semen yang layak
Meskipun demikian, perlakuan digunakan untuk IB apabila persentase
waktu terlama T4 (96 jam) dalam motilitas individunya di atas 40%.
penelitian ini menunjukkan motilitas

Pengaruh Perlakuan Terhadap Viabilitas Spermatozoa


Viabilitas spermatozoa adalah tinggi peluang untuk terjadinya
kemampuan spermatozoa untuk fertilisasi pada saat kopulasi baik secara
bertahan hidup setelah diencerkan dan alam maupun buatan. Rataan viabilitas
merupakan salah satu faktor penting spermatozoa sapi bali yang diencerkan
dalam menentukan kualitas spermatozoa dengan sari air tebu-kuning telur dan
dari seekor pejantan. Semakin tinggi disimpan pada suhu 5 0C dapat dilihat
viabilitas spermatozoa maka semakin pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata viabilitas spermatozoa sapi bali yang diencerkan dengan sari air
tebu-kuning telur dan disimpan pada suhu 5 0c.
Perlakuan
Ulangan T1 T2 T3 T4
1 84 77 80,5 82
2 80 81,5 77 87,5
3 86,6 79,5 85 70
4 89,5 88 79,5 65,5
5 93 80 81 81,5
Jumlah 433 406 403 386,5
Rata-rata(%) 86,6 ± 4,99a 81,2 ± 4,13ab 80,6 ± 2,90ab 77,3 ± 9,16b
Keterangan : ns ( non significant)

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 85


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
86Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
Rata-rata viabilitas spermatozoa sari air tebu-kuning telur lebih lengkap
(Tabel 6) tertinggi terdapat pada kandungan nutriennya seperti asam-
perlakuan T1 sebesar 86,6±4,99% dan asam amino, karbohidrat, vitamin dan
diikuti perlakuan T2 sebesar 81,2±4,13%, mineral yang dapat berfungsi
perlakuan T3sebesar 80,6±2,90% dan mempertahankan daya hidup
terendah perlakuan T4 sebesar spermatozoa, terutama lipoprotein,
77,3±9,16%. Hasil analisis varians lesitin dan fruktosa yang terkandung di
menujukkan bahwa perlakuan dalam sari air tebu-kuning telur yang
berpengaruh tidak nyata (P>0,05). berfungsi sebagai pelindung
Jika dibandingkan dengan spermatozoa dari kerusakan selubung sel
persentase viabilitas spermatozoa segar spermatozoa akibat cold shock. Hal ini
(95%) maka persentase viabilitas sesuai dengan pendapat Salisbury et al.,
spermatozoa setelah diencerkan (1985) bahwa, kualitas spermatozoa
cenderung mengalami penurunan. Hal selama penyimpanan mengalami
ini disebabkan oleh semakin berkurang penurunan yang disebabkan karena cold
kandungan nutrien yang terkandung shock, perubahan pH dan berkurangnya
dalam bahan pengencer sari air tebu nutrien yang terkandung dalam bahan
kuning telur dan semakin bertambahnya pengencer. Selain itu sari air tebu-
lama waktu penyimpanan sehingga kuning telur merupakan pengencer yang
persentase spermatozoa hidup yang lebih lengkap kandungan nutriennya
dihasilkan juga menurun. Hal ini sesuai dibandingkan dengan pengencer lainnya
dengan pendapat Utomo dan Sumaryati sehingga menghasilkan daya tahan
(2000) bahwa lama waktu penyimpanan hidup spermatozoa yang lebih lama
sangat mempengaruhi kualitas hingga 96 jam (T4).
spermatozoa, semakin lama waktu Susilawati (2011) menyatakan
penyimpanan maka nutrien yang bahwa lipoprotein dan lesitin mampu
terdapat dalam bahan pengencerpun mempertahankan dan melindungi
akan semakin berkurang. integritas selubung membran plasma
Perlakuan waktu terlama T4 (96 spermatozoa sehingga dapat menekan
jam) dalam penelitian ini menunjukkan kerusakan membran plasma pada
bahwa viabilitas spermatozoa masih spermatozoa. Menurut Said et al. (2005),
layak digunakan untuk keperluan IB kuning telur mampu melindungi
karena memiliki nilai sebesar 77,3 % integritas membran plasma spermatozoa
sesuai pendapat Toelihere (1993) dari pengaruh cold shock pada
menyatakan bahwa, semen yang layak penyimpanan suhu 50C hingga 96 jam
digunakan untuk IB harus memiliki sehingga semen tersebut masih layak
persentase spermatozoa hidup di atas digunakan untuk inseminasi buatan.
50%. Hal ini disebabkan oleh komposisi

Pengaruh Perlakuan Terhadap Abnormalitas Spermatozoa


Abnormalitas spermatozoa adalah karena apabila persentase
tingkat kelainan atau kerusakan fisik abnormalitasnya di atas 20% maka
spermatozoa yang terjadi pada saat tingkat fertilitasnya rendah sehingga
pembentukkan spermatozoa di dalam berpengaruh pada tidak terjadinya
tubuli simeniferi maupun karena proses fertilisasi pada saat kopulasi (Bretzlaff,
transportasi spermatozoa melalui 1995). Rataan abnormalitas spermatozoa
saluran-saluran organ kelamin ternak sapi bali yang diencerkan dengan sari air
jantan. Abnormalitas spermatozoa tebu-kuning telur dan disimpan pada
merupakan salah satu faktor penting suhu 5 0C dapat dilihat pada Tabel 7.
dalam menentukan kualitas spermatozoa

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 86


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
87Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST

Tabel 7. Rataan abnormalitas spermatozoa sapi bali yang diencerkan dengan sari air
tebu-kuning telur dan disimpan pada suhu 5 0c.
Perlakuan
Ulangan T1 T2 T3 T4
1 7,5 12 9 13,5
2 6,5 13,5 15 9,5
3 9,5 17,5 12 11,5
4 5 12,5 15,5 10,5
5 6 5,5 11 15,5
Jumlah 34,5 61 62,5 60,5
Rata-rata (%) 6,9 ± 1,71 b
12,2 ± 4,32 a
12,5 ± 2,73 a
12,1 ± 2,40a
Keterangan : ns (non significant)

Pada Tabel 7, rata-rata karena semakin lama semen cair


abnormalitas spermatozoa terendah pada disimpan semakin berkurangnya
perlakuan lama simpan T1(24 jam) ketersediaan makanan bagi spermatozoa
sebesar 6,9±1,71%, diikuti perlakuan T4 dan terjadi ketidakseimbangan tekanan
(96 jam) sebesar 12,1±2,40%, perlakuan osmotik akibat dari proses metabolik
T2(48 jam) sebesar 12,2±2,32% dan yang terus berlangsung selama
perlakuan T3(72 jam) sebesar penyimpanan yang mempengaruhi
12,5±2,73%. Hasil analisis varians perubahan fisik pada spermatozoa dan
menunjukkan bahwa perlakuan abnormalitas spermatozoa juga dapat
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terjadi karena adanya pengaruh
Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan pH semen. Hal ini sesuai
bahwa abnormalitas terendah pada dengan pendapat Solihati et al. (2008)
perlakuanlama simpan T1 (24 jam) yang menyatakan bahwa, abnormalitas
disebabkan olehlipoprotein dan lesitin spermatozoa disebabkan oleh kejutan
yang terkadung di dalam kuning telur suhu dingin yang menyebabkan
yang mampu mempertahankan dan ketidakseimbangan tekanan osmotik
melindungi integritas selubung sebgai akibat dari proses metabolik yang
membran plasma spermatozoa dari terus berlangsung. Salisbury et al. (1985)
kejutan dingin sehingga dapat menekan berpendapat bahwa cold shock dan
kerusakan membran plasma pada perubahan tekanan osmotik terhadap
spermatozoa. Hal ini sesuai pendapat spermatozoa yang diejakulasikan
Susilawati (2011) yang menyatakan menyebabkan perubahan pembentukan
bahwa lipoprotein dan lesitin mampu spermatozoa yang dapat menyebabkan
mempertahankan dan melindungi abnormalitas. Herdis (2005) juga
integritas selubung membran plasma berpendapat bahwa proses pengolahan
spermatozoa sehingga dapat menekan dan penyimpanan akan menyebabkan
kerusakan membran plasma pada perubahan fisik pada semen yang
spermatozoa. Menurut Said et al. (2005), mempengaruhi motilitas spermatozoa.
kuning telur mampu melindungi Abnormalitas dari hasil penelitian
integritas membran spermatozoa dari ini masih dikategorikan rendah karena
pengaruh cold shock pada penyimpanan abnormalitas pada perlakuan lama
suhu 50C. simpan T2 (48 jam), T3 (72 jam) dan T4
Peningkatan abnormalitas terjadi (96 jam) tidak melebihi 20%. dan masih
pada perlakuan T2, T3 dan T4 diduga layak digunakan untuk keperluan IB.

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 87


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
88Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
Hal ini sesuai pendapat Alawiyah dan digunakan untuk IB apabila nilai
Hartono (2006) yang menyatakan bahwa, abnormalitasnya di bawah 20%.
semen dapat diencerkan dan dapat

Pengaruh Perlakuan Terhadap pH Semen


Derajat keasaman (pH) semen viabilitas dan konsentrasi spermatozoa.
adalah tingkat keasam-basahan pada Rataan pH semen sapi bali yang
semen dan merupakan faktor yang diencerkan dengan sari air tebu-kuning
memegang peranan penting dalam telur dan disimpan pada suhu 50C dapat
menentukan persentase motilitas, dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan pH semen sapi bali yang diencerkan dengan sari air tebu-kuning telur
dan disimpan pada suhu 5 0c.
Perlakuan
Ulangan T1 T2 T3 T4
1 6,37 6,69 6,56 6,56
2 6,81 6,69 6,59 6,53
3 6,79 6,57 6,69 6,59
4 6,91 6,67 6,67 6,54
5 6,86 6,69 6,57 6,58
Jumlah 33,74 33,31 33,08 32,8
Rata-rata 6,748 ± 0,216 6,662 ± 0,052
a ab
6,616 ± 0,059 ab
6,56 ± 0,025b
Keterangan : ns (non significant)

Rataan pH semen (Tabel 8) yang tinggi dan akan menyebabkan


tertinggi terdapat pada perlakuan T1 kondisi medium menjadi semakin asam
sebesar 6,748±0,216 dan diikuti karena penurunan pH. Kondisi terebut
perlakuan T2 sebesar 6,662±0,052, menyebabkan perubahan kondisi asam
perlakuan T3 sebesar 6,616±0,059 dan yang bersifat racun bagi spermatozoa
terendah perlakuan T4 sebesar (Sugiarti et al., 2004). Sumarsono (1998)
6,56±0,025. Hasil analisis varians juga berpendapat bahwa, spermatozoa
menunjukkan bahwa perlakuan T1 tidak sangat peka terhadap perubahan pH
berbeda dengan perlakuan T2, T3 dan T4. medium dari keadaan netral, terutama
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap pH rendah. Toelihere (1993)
bahan pengencer sari air tebu-kuning manyatakan bahwa pH semen sangat
telur mampu mempertahankan pH dipengaruhi oleh metabolisme fruktosa
semen tetap berada pada kisaran normal plasma seminalis dan menghasilkan
semen sapi hingga 96 jam. Hal ini sesuai asam laktat dalam jumlah tinggi. Hardis
dengan pendapat Salisbury dan Van dan Rizal (2008) juga berpendapat
Demark (1985) bahwa, pH semen sapi bahwa, pH semen semakin asam
normal berkisar antara 6,0 sampai 8,0. disebabkan oleh semakin tinggi asam
Hal ini diduga karena ketersediaan laktat yang diproduksi oleh spermatozoa.
energi yang terkandung di dalam bahan Trianan (2006) menambahkan bahwa,
pengencer sari air tebu kuning telur semakin banyaknya asam laktat akan
masih cukup untuk kebutuhan menjadi racun bagi kehidupan
spermatozoa sehingga tidak memaksa spermatozoa, akumulasi asam laktat
spermatozoa untuk memproduksi asam akan menyebabkan perubahan pH
laktat akibat metabolisme spermatozoa sehingga daya tahan spermatozoa
berkurang.

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 88


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
89Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini sari tebu- kuning telur sampai lama
dapat disimpulkan bahwa spermatozoa penyimpanan 96 jam.
dapat bertahan hidup dalam pengencer

DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, D. dan M. Hartono. 2006. Herdis. 2005. Optimalisasi Inseminasi
Pengaruh Penambahan Vitamin E Buatan Melalui Aplikasi Teknologi
dalam Bahan Pengencer Sitrat Laserpunktur pada Domba Garut
Kuning Telur Terhadap Kualitas (Ovis Aries). Disertasi. Institut.
Semen Beku Kambing Boer. Pertanian Bogor. Bogor
Jurnal Trop. Anim. Agric, 31(1): Herdis., dan M. Rizal. 2008. Inseminasi
8-14 Buatan Pada Domba. Rineka
Anwar, P. 2011. Motilitasa dan Cipta. Jakarta. 33-34, 39.
Viabilitas Semen Sapi Bali yang Hartadi, H.S,. Reksohaddiprodjo dan A.
diencerkan dengan Pengencer air D. Tillman. 2005. Tabel komposisi
Tebu yang berbeda. Skripsi. Pakan Indonesia untuk Indonesia.
Fakultas Pertanian dan Peternakan Press. Universitas Gadjah Mada.
Universitas Islam Negeri Sultan Yogyakarta.
Syarif Kasim Riau. Pekanbaru. Husin, N., Tatik S., dan K.Kearl. 1982.
Aisen, E.G., Medina, V.H., and Nutrien Requirement of Ruminant
Venturino. A. 2002. in Developing Countries. Utah
Cryopreservationand post- State University Logah. USA.
thawedfertility of ram fr ozen Kultsum, U. 2009. Pengaruh Variasi
semen in diferent trehalose Nira Tebu (Saccharum
concetractions. Theriogenology, officinarum) Dari Beberapa
57: 1801-1808. Varietas Tebu Dengan
Barek, M.E., Hine, T.M., Nalley, W.M., Penambahan Sumber Nitrogen(N)
dan Belli, H.L. 2020. Pengaruh Dari Kedelai Hitam (Glycine soja)
Penambahan Sari Wortel Dalam Sebagai Substrat Terhadap
Pengencer Sitrat Kuning Telur Efisiensi Fermentasi Etanol.
Terhadap Kualitas Spermatozoa Skripsi Program Serjana S1.
Kambing Bligon. Jurnal Nukleus Fakultas Sains Dan Teknologi
Peternakan, 7(2), 109-117. Universitas Islam Negeri (UIN)
Brezlaff, K. 1995. Goat Breeding and Maulana Ibrahim Malik Malang.
Infertility.p. 169-207. in. J. Pubiandara, S. 2016. Pengaruh
Meredith (eds). Animal Breeding Penambahan Dosis Rafinosa
and Infertility. Blackweel Science Dalam Pengencer Sitrat Kuning
Ltd. Victoria, Australia. Telur Terhadap Motilitas,
Dethan, A.A., Kustono., dan Hari Persentase Spermatozoa Hidup
Hartadi. 2010. Kualitas dan dan Abnormalitas Spermatozoa
Kuantitas Sperma Kambing Sapi Onggole. Skripsi Program
Bligon Jantan Yang diberi Pakan SerjanaS1Jurusan Peternakan
Rumput Gajah Dengan Fakultas Pertanian Universitas
Suplementasi Tepung Darah. Lampung. Bandar Lampung.
Buletin Peternakan, 34(3) : 145- Said, S., M. Gunawan, E.M. Kaiin, dan
153 B. Tappa, 2005. Daya Tahan

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 89


E- ISSN :2685-452X Journal of Tropical
90Animal Science and Technology, Juli 2021 : 3 (2):76-90
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v3i2.1032
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST
Spermatozoa Cair Sapi Simental Kualitas Spermatozoa Cauda
yang Disimpan dalam Straw pada Epididimis Sapi Peranakan Ongole
Temperatura 50C. Pusat Penelitian (PO) dalam Pengencer Susu, Tris
Bioteknologi. LIPI. Buletin dan Sitrat Kuning Telur pada
Peternakan 16 (8) : 58-73 Penyimpanan 4-5 °C. Animal
Sastrodiharjo, S., dan H. Resnawati. Production, 10 (1): 22-29. ISSN:
1999. Inseminasi Buatan Ayam 1411- 2027.
Buras : Meningkatkan Produksi Simpson, P.B., and J.T. Russell. 1996.
Telur Mendukung Pengadaan Mitochondria Support Intosol
DOC Unggul. Penebar Swadaya. 1,4,5-Tris-Phospate-Mediated
Jakarta. Ca2+ Waves in Cultured
Sumarsono, T. 1998. Peningkatan Oligodendrocytes. J. Biol. Chem,
Kualitas Spermatozoa Kerbau 267:23467-23470.
Lumpur dengan Penambahan Salisbury, G. W., dan N. L. Vandemark.
Asam Akorbat dalam Pengencer 1985. Fisiologi Reproduksi dan
Semen Beku. Tesis. Program Inseminasi Buatan Pada Sapi.
Pascasarjana, Institut Pertanian Gadjah Mada Universitay Press.
Bogor, Bogor. Triana, I.N. 2006. Pengaruh Waktu
Sugiarti, T., E. Triwlanningsih., P. Inseminasi Terhadap Motilitas dan
Situmorang., R.G. Sianturi., dan Viabilitas Spermatozoa
D.A. Kusumaningrum. 2004. Pascainseminasi Pada Kambing.
Penggunaan Katalase dalam Berk. Penel. Hayati.11: 147-150.
Produksi Semen Dingin Sapi. Pros. Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi
Seminar Nasional Teknologi Reproduksi Pada Ternak. Cetakan
Peternakan dan Veteriner. Bogor, ke dua. Angkasa. Bandung.
4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi
Peternakan. Bogor. Hlm. 215 – Buatan Pada Ternak. Cetakan ke
220. tiga. Angkasa. Bandung.
Susilawati, T. 2011. Tingkat Utomo, S., dan Sumaryati. 2000.
Keberhasilan Inseminasi Buatan Pengaruh Suhu Penyimpanan 50 C
dengan Kualitas dan Deposisi Terhadap Sperma Kambing dan
Semen yang Berbeda pada Sapi Domba Dengan Pengencer Susu
Peranakan Ongole. J. Ternak Skim. Buletin Pertanian dan
Tropika, 12(2); 15 - 24 Peternakan, 8 (2):70-79.
Solihati, N., R. Idi., S.D. Rasad., M.
Rizal., dan M. Fitriati. 2008.

J. Trop. Anim.Sci.Technology, Juli 2021 90

Anda mungkin juga menyukai