KAJIAN PUSTAKA
meningkatkan volume semen sehingga dapat digunakan pada kesempatan lain (Murtidjo, 1995).
Pengencer semen yang baik harus sesuai dengan fungsinya, menekan pertumbuhan bakteri,
melindungi cold shock dan lain-lain yang dapat memperpanjang daya hidup sperma. Untuk
penyimpanan semen dianjurkan pengencer jangan terlalu encer dan harus ditambah unsur
pelindung ke dalam pengencer yang mengandung zat aktif seperti lipoprotein (Hafiz, 1974).
Semen harus terhindar dari panas yang berlebihan, air, atau bahan-bahan kimia yang bersifat
membunuh jasad-jasad renik (disinfektansia), berhubungan dengan udara terlalu lama, sinar
matahari langsung dan goncangan atau pengocokan yang keras.
Pengenceran semen yang dilakukan harus memenuhi suatu kadar tertentu agar efektif
digunakan. Tujuan penentuan kadar pengencer adalah agar setiap satuan volume semen yang
diinseminasikan pada hewan betina harus mengandung spermatozoa yang cukup untuk
memberikan fertilitas yang tinggi tanpa harus membuang-buang spermatozoa yang berlebihan.
Sesuai dengan tinjauan ini maka kadar pngencera tergantung pada volume ejakulat, konsentrasi,
dan presentase spermatozoa yang hidup dan motil progresif (Toelihere, 1985).
D.
Penyimpanan Sperma
Sperma yang telah diencerkan harus segera disimpan apabila tidak langsung digunakan.
Untuk menyimpan spermatozoa dalam periode lebih lama dapat dilakukan dengan mengencerkan
semen dengan bahan pengencer yang mengandung zat makanan untuk spermatozoa dan juga
mempunyai sifat melindungi spermatozoa. Kombinasi antara suhu penyimpanan, komposisi
bahan kimia pengencer, krioprotektan, dan control kebersihan merupakan hal yang sangat
penting untuk menjaga kelangsungan hidup spermatozoa menjadi lebih lama (Ismaya, 2009).
Menurut Ismaya (2009) ada dua bentuk penyimpanan sperma, yaitu bentuk cair dan beku.
1. Sperma Cair.
Metode utama penyimpanan sperma cair adalah menyimpan sperma pada suhu 0-5 0C.
Spermatozoa yang disimpan pada suhu dingin, biasanya mengalami cold shock. Untuk
mengurangi terjadinya cekaman dingin dapat dilakukan dengan pendinginan secara gradual atau
menambahkan lipid ke dalam pengencer. Lipid mampu menahan/mengurangi pengaruh cekaman
dingin terhadap spermatozoa. Sampai sekarang bahan yang dasar yang digunakan untuk
pengenceran sperma yaitu tris dengan komposisi sebagai berikut: 3,63 g tris: 0,50 g fruktosa:
1,99 g asam sitrat: 14 ml kuning telur: 100.000 IU penisilin: 100 mg streptomisisn, lalu bahanbahan tersebut ditambahkan air ditilasi hingga 100 ml. Keuntungan penggunaan sperma cair
adalah satu juta spermatozoa za ir sebanding dengan menggunakan 15 juta spermatozoa beku
pada proses inseminasi untuk mendapatkan fertilitas yang sama pada ternak sapi. Fertilitas
sperma cair dapat dipertahankan hingga 3-5 hari apabila disimpan dalam terperatur 10 oC-210C,
sesudah itu mengalami penurunan fertilitas 3%-6% setiap harinya.
2. Sperma beku
Bahan pengencer yang diguanakn untuk sperma beku secara umum harus memiliki
penyangga (buffer) yang mampu menahan pH sperma, mempertahankan osmolitasnya, dan dapat
mencegah kerusakan spermatozoa akibat pembekuan. Bahan-bahan yang diguanakan pengencer
antara lain berbasis pada:gula-sitrat, air susu segar/krem, laktosa-kuning telur, sakarosa, rafinosa,
dan tris.
Proses pembekuan sperma pada hewan dan manusia meliputi kecepatan pendinginan,
pembekuan, dan pencairan kembali. Pembekuan sperma dapat merusak spermatozoa baik
kerusakan secara fungsional maupun secara fisik. Kerusakan fisik dapat berupa kerusakan pasma
dan membrane akrosom, akrosom, mitokondria, dan aksonema.
DAFTAR PUSTAKA
Hafez, E.S.E. 1987. Reproduction in Farm Animal. 4th Edition, Lea and Febbiger, Philadelphia.
Ismaya. 2009. Konservasi Spermatozoa: Perkembangan, hasil, dan potensi di Masa Datang.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Siahaan, Lely Damai. 2009. Pengujian Berbagai Level Kombinasi Pengencer Susu KambingKuning Telur dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Sperma Entok. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.