Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI REPRODUKSI HEWAN ANALISIS SPERMA

Oleh : nama nim kelompok : Ervin Jumiatin : 0910913018 :1

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

SPERM ANALYSIS Ervin J., Animal Physiology Laboratory, Biology Department, Mathematics and Science Faculty, Brawijaya University, Malang. ABSTRACT The aim of this practical was to knowing of sperm analysis for determining sperm quality and to know the difference of characteristic morphology in normal and abnormal sperms. The goats semen straw was thawing, and put into petridish. Goats semen was measured the pH and determined viscosity. The parameters which were measured namely pH, viscosity, color and odor. Based on practical data, determining between straw sperm and afkir sperm did not show more determining. pH in straw sperm was different with afkir sperm is 6,7 and 5. Viscosity in straw sperm and afkir sperm was not knowing. Color in straw sperm was clear and in afkir sperm was milky white. The odor of straw sperm was like odor of yolk and the odor in afkir sperm was fishy. Key words : afkir sperm, quality, straw sperm

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem reproduksi memiliki empat dasar antara lain untuk menghasikan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Adapun lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus. Sistem organ yang terdapat didalam tubuh suatu organisme, yang mampu bekerja sama untuk tujuan tertentu atau disebut reproduksi, dinamakan dengan sistem reproduksi (Ganong, 1983). Analisa sperma merupakan suatu tindakan untuk melihat kualitas dan kuantitas semen. Analisa sperma meliputi volume, konsentrasi, pH, motilitas, morfologi. Volume sperma normal pada sekali ejakulasi minimal 2 ml, apabila kurang dari volume tersebut maka dapat dikatakan tidak ada semen (aspermia). Hasil dari analisis spermatozoa bisa menetukan apakah terdapat masalah reproduksi atau infertilitas. Apabila terjadi suatu kelainan pada sistem reproduksi organisme, maka hal tersebut sangat berpengaruh dengan kemampuan gamet untuk melakukan fungsinya. Mutu suatu sistem reproduksi dapat dilakukan pada level gamet, yaitu dengan melakukan analisis sperma atau pun ovum (Pearce, 2003). Oleh karena itu maka penting dilakukan praktikum biologi reproduksi yang berjudul analisa semen. 1.2 Permasalahan Rumusan masalah yaang dapat diambil berdasarkan latar belakang diatas adalah a. Bagaimana morfologi dari spermatozoa? b. Bagaimana cara untuk menganalisa kualitas spermatozoa? 1.3 Tujuan Tujuan dari praktikum ini antara lain mengetahui karakteristik morfologi sperma normal dan abnormal, serta untuk mengetahui tahapan uji kualitas analisa spermatozoa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa sperma merupakan pemeriksaan untuk menilai ciri serta kualitas spermatozoa, bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat ketidaknormalan yang dapat mengganggu kesuburan dan menghambat terjadinya pembuahan. Spermatozoa merupakan sel gamet yang diproduksi oleh organisme atau hewan jantan. Dimana tempat produksi spermatozoa terjadi di dalam testis. Proses pemsakan dan pembentukan spermatozoa disebut dengan spermatogenesis. Secara morfologi, sel spermatozoa terdiri dari kepala, yang didalamnya mengandung akrosom dalam keadaan kompak dan inaktif, dua sentiol dan ekor. Salah satu dari sentriol adalah badan basal dari flagelum, yang merentang sepanjang ekor. Mitokondrion mengelilingi bagian atas flagelum dan menyediakan energi untuk gerakan pukulan cambuk pasa sel spermatozoa. Kepala spermatozoa berisi inti dengan 2/3 bagiannya diselubungi oleh akrosom (Yatim, 1996). Kepala sel spermatozoa dewasa dilindungi oleh penutup acit, serta mengandung nukleus dan 23 kromosom. Kepala spermatozoa mengandung inti yang membawa material genetik yang bersifat haploid yang berupa kantong berisi sekresi-sekresi enzim hidrolitik (Siciliano dkk, 2008). Secara morfologi, spermatozoa normal memiliki kepala yang berbentuk lonjong, leher yang lebih tebal daripada ekor. Pada bagian leher spermatozoa, yang memiliki panjang kurang lebih 1-1,5 m, dan merupakan bagian yang menghubungkan antara leher dengan ekor spermatozoa, mempunyai mitokondrion yang mengelilingi bagian atas flagelum dan menyediakan energi untuk pergerakan spermatozoa. Ekor spermatozoa terbuat dari serabut protein yang mengkerut dan mempunyai karakter seperti ombak. Ekor spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu middle piece, principal piece dan end piece. Ekor yang motil tersebut pada pusatnya sama seperti flagellum memiliki struktur axoneme yang terdiri atas mikrotubul pusat dikelilingi oleh sembilan doblet mikrotubul yang berjarak sama satu dengan yang lainnya (Mitchell dkk, 2005). Sel spermatozoa memiliki organel-organel yang sangat sedikit dibandingkan dengan sel-sel lain. Spermatozoa tidak mempunyai ribosom, retikulum endoplasma dan badan golgi. Sebaliknya, spermatozoa memiliki banyak sekali mitokondria yang

letaknya sangat strategis untuk pengefisiensian energi yang diperlukan (Elaine dkk, 2010). Menurut Pratiwi (2005) pengujian atau analisa sperma yang dapat dilakukan dapat dilihat melalui parameter berikut ini, a. Volume Volume semen normal yang diejakulasikan berkisar 2-10 ml. Apabila kurang dari 2 ml, maka dapat dikatakan tidak mengandung semen. b. Ph pH normal semen berkisar antara 7.2-8. Semen pada umumnya memiliki pH netral. c. Warna Warna semen pada masing-masing organisme sangat berbedabeda. Warna semen biasanya abu-abu, apabila tidak abu-abu menunjukkan konsentrasi sperma yang rendah. Warna kemerahan pada semen menunjukkan bahwa semen telah terkontaminasi oleh darah, sedangkan apabila warnanya berubah coklat menunjukkan bahwa semen yang telah terkontaminasi darah mengalami dekomposisi pada darahnya. Warna semen yang kehijauan merupakan indikasi adanya bakteri pembusuk. Sehingga pengetahuan mengenai warna semen ini sangat perlu dilakukan, mengingat sperma merupakan sel yang mempunyai pengaruh besar terhadap adanya individu baru. d. Kekentalan Kekentalan sperma dapat diukur dengan panjang benang-benang yang terbentuk pada panjang normal 40 mm. e. Jumlah dan konsentrasi sperma Minimal lebih dari 20-60 juta/ml f. Motilitas Motilitas atau pergerakan sperma harus lebih dari 60%. Pada gerakan massa, yaitu berupa aktivitas gelombang massa spermatozoa secara keseluruhan. Sedangkan gerakan individu, dinilai secara subyektif dimana penilaian dimulai dari 0% tidak bergerak, sampai 100% bergerak seluruhnya. g. Persentase morfologi Pengamatan dengan melihat % spermatozoa normal dan abnormalitas. Persentase morfologi pada sperma normal yaitu lebih dari 30.

Gambar 1. Komponen-komponen sperma (Mitchel, 2005) Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila 50% atau lebih spermatozoa menunjukkan pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik atau sangat baik (grade II/III). Gradasi menurut WHO untuk pergerakan spermatozoa adalah sebagai berikut: 0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan 1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan lambat 2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat 3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepat Sperma straw merupakan sperma yang masuk dalam kriteria standar sperma, dimana sperma straw ini memiliki kualitas yang bagus, dan disimpan pada suhu -196oC. Sperma straw memiliki ukuran lebih besar, pergerakannya cepat, aktif bergerak, dan ekornya panjang. Sperma afkir adalah sperma yang tidak masuk dalam kriteria sperma berkualitas, artinya sperma ini memiliki kualitas yang buruk. Sperma afkir memiliki ukuran agak kecil dan kurus, pergerakan lambat bahkan mati, tidak aktif bergerak, dan ekornya panjang. Bau semen yang khas disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Semen yang tidak sehat mempunyai bau yang busuk, yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri (Pratiwi, 2005).

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB - selesai, Kamis 26 April 2012. Di laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain cawan petri, gelas obyek, gelas penutup, wadah plastik, tabung container, pH meter, dan mikroskop cahaya. Bahan yang digunakan yaitu semen kambing yang berasal dari Balai Inseminasi Buatan Singosari dalam bentuk straw, larutan PBS, aquades, dan nitrogen cair sebagai media preservasi semen. 3.2 Cara kerja Pertama semen kambing di thawing, dan diletakkan dalam cawan petri. Lalu diukur Ph dan ditentukan viskositas. Semen tersebut diencerkan pada aquades dan PBS dengan perbandingan 1;5. Kemudian diamati morfologi, kecepatan gerak, arah gerak dan viabilitas sperma di bawah mikroskop.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisa Prosedur Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan dua jenis sampel sperma, yaitu semen beku dan semen afkir. Hal tersebut dilakukan sebagai pembanding kualitas sperma antara sperma straw dengan afkir. Sperma straw kambing disimpan didalam nitrogen cair, sebagai tempat penyimpanan semen dengan suhu -196oC. Kemudian, semen straw tersebut dithawing dengan menggesek-gesekkan pada kedua telapak tangan. Pada saat thwaing harap diperhatikan sebab proses thawing yang salah akan menyebabkan semen masih beku dan rusak sehingga tidak dapat dilakukan pengamatan. Lalu menggunting semen straw kambing dengan hati-hati, dan diukur nilai Ph sperma menggunakan Ph meter atau kertas lakmus. Hasil dari pengukuran pH dicocokkan dengan indikator warna pada box kertas lakmus. Pada pengukuran viskositas, yaitu dengan cara mencelupkan seutas benang benang ke dalam cairan semen,mengangkat benang dengan perlahan dan mengamati panjang cairan semen yang menempel atau terbentuk pada benang. Penggunaan akuades dan larutan PBS dengan perbandingan 1;5 bertujuan untuk menjaga kondisi fisiologis spermatozoa. Sedangkan pada semen afkir, tanpa pemberian larutan pengencer sehingga dari kedua jenis sampel tersebut akan terlihat perbedaan yang jelas. 3.2 Analisa Hasil Berdasarkan hasil pengamatan dari kedua jenis sampel semen, diperoleh hasil sebagai berikut Uji Semen beku Semen afkir Warna Bening Putih susu Bau amis Apek pH 6-7 5 Viskositas Dari hasil tersebut, terlihat jelas bahwa antara semen beku dan afkir diperoleh hasil yang berbeda. Warna semen beku yang bening, menunjukkan bahwa semen tersebut telah ditambahkan dengan pengencer sebagai nutrisi untuk menjamin kehidupan sel spermatozoa. Sedangkan pada semen afkir yang berwarna putih susu,

menunjukkan warna sesungguhnya semen segar yang diejakulasi dan belum diberikan larutan pengencer. Bau amis yang dimiliki oleh semen beku merupakan bau dari kuning telur yang digunakan sebagai pengencer semen, sedangkan bau apek pada semen afkir menunjukkan bau sesungguhnya dari semen, atau dimungkinkan bau anyir atau apek yang terdapat pada sperma afkir dapat dikarenakan banyaknya sperma yang mati sehingga menimbulkan. Bau amis pada sperma straw dikarenakan adanya pengenceran dengan bahan dasar buffer tris dan kunig telur pada semen straw. Buffer tris dan kuning telur merupakan bahan pengencer, yang berfungsi untuk memperbanyak volume semen, melindungi spermatozoa dari cold shock, menyediakan zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa dan menyediakan buffer untuk mempertahankan pH, tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit. Pengencer Tris aminomethan kuning telur terdiri dari tris aminomethan, asam sitrat, laktosa / levulosa, fruktosa, raffinosa, penicillin dan streptomycin. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pengencer beserta fungsinya menurut Pratiwi (2005) adalah sebagai berikut: 1. Kuning telur, berfungsi untuk mempertahankan serta melindungi integritas dari selubung lipoprotein dari spermatozoa 2. Tris amino methane, berfungsi sebagai buffer untuk mencegah adanya perubahan pH yang diakibatkan adanya asam laktat serta hasil dari metabolisme dari spermatozoa. Selain itu, berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotik serta keseimbangan elektrolit. 3. asam sitrat, berfungsi pula sebagai buffer pengikat butir butir lemak telur kuning, anti oksidan, mengurangi peroksida lipid dari membran plasma spermatozoa, sebagai ion kalsium yang dibutuhkan oleh spermatozoa pada saat freezing dan mempertahankan tekanan osmotik serta keseimbangan elektrolit. 4. Lactose dan Rafinose, berfungsi sebagai sumber energi bagi spermatozoa 5. penicillin dan streptomycin, berfungsi untuk mencegah adanya pertumbuhan dari mikroorganisme yang nantinya dapat mempengaruhi motilitas spermatozoa. Ph semen normal pada umumnya adalah netral atau berkisar antara 7-8. Hal ini terlihat pada pH semen beku dari data diatas,

artinya semen tersebut masih memiliki kualitas baik. Namun pada semen afkir memiliki pH 5, menunjukkan Ph asam. Viskositas yang tidak dapat diketahui pada sperma straw dapat dikarenakan kesalahan pada proses thawing. Proses thawing yang salah akan menyebabkan semen masih beku sehingga tidak dapat dilakukan pengamatan. Sedangkan viskositas pada semen afkir tidak dapat diketahui. Sperma afkir merupakan sperma yang tidak masuk dalam kriteria sperma berkualitas, artinya sperma ini memiliki kualitas yang rendah. Penyebab keabnormalan sperma dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain stress panas yang paling banyak pengaruhnya terhadap kerusakan spermatozoa dan menyebabkan terganggunya proses spermatogenesis. Periode pada temperatur yang tinggi dan kelembaban yang tinggi lebih dari 6 minggu akan menyebabkan hewan jantan steril (Toelihere, 1979). Metode analisa sperma straw, secara umum dapat dilakukan dengan evaluasi makroskopis dan evaluasi mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi pemeriksaan volume, bau, warna, pH, viskositas dan konsistensi. Sedangkan pemeriksaan mikroskopis dapat meliputi gerak massa spermatozoa, gerak individu, dan konsentrasi (Pratiwi, 2005).

Morfologi sperma (Fertility docs, 2012)

Abnormalitas sperma antara lain, Polyzoospermia : Konsentrasi sperma sangat tinggi Oligozoospermia : Jumlah sperma kurang dari 20 juta/ml Hypospermia : Volume semen < 1,5 ml Hyperspermia : Volume semen > 5,5 ml Aspermia : Tidak ada semen Pyospermia : Ada sel darah putih pada semen Hematospermia : Ada sel darah merah pada semen Asthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 40% Teratozoospermia : > 40% sperma mempunyai bentuk yang tidak normal atau tidak aktif Necozoospermia : sperma yang tidak hidup Oligoasthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 8 juta/ml. Contoh-contoh abnormalitas sperma berdasarkan bentuknya (Fertility-Docs, 2009) : Kepala sperma yang Abnormal Banyak perbedaan yang terjadi pada kepala sperma yang abnormal. Contohnya adalah Macrocephalic yaitu kepala sperma yang terlalu besar, Microcephalic yaitu kepala sperma yang terlalu kecil, teardrop shape yaitu bentuk kepala sperma yang terlalu meruncing, serta terbentuknya lebih dari satu kepala sperma. Ekor Sperma yang Abnormal Terjadinya penggulungan dan pembengkokan ekor sperma terkadang terjadi. Kerusakan ekor sperma yang terjadi jika melebihi setengahnya sudah dapat diketegorikan abnormal. Selain itu, ekor sperma yang abnormal dapa dikatakan jika ekor yang terbentuk lebih dari satu. Kejadian yang terjadi dapat sampai empat ekor. Sitoplasma yang menetes di sepanjang ekor sperma dapat mengindikasikan bahwa sperma tersebut tidak mengalami dewasa (Fertility docs, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sperma antara lain pH, suhu, hormon. Sperma cocok dengan kondisi lingkungan yang sedikit basa. Suhu memberikan pengaruh yang besar terhadap kualitas sperma. Kualitas sperma juga ditentukan oleh faktor genetik, dimana faktor maternal memiliki pengaruh yang sangat besar karena mitokondria yang berada pada sperma berasal dari induk betina (Susilowati, 2011). Metode analisa sperma straw dapat dilakukan melalui evaluasi makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis

meliputi pemeriksaan koagulum, warna sperma, bau, dan proses likuefaksi. Setelah proses likuefaksi selesai, selanjutnya ditentukan pemeriksaan volume sperma, pH, warna sperma, dan viskositas sperma. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai. Pemeriksaan ini meliputi motilitas spermatozoa, kepadatan, morfologia, aglutinasi, adanya sel bundar, mikroorganisme, partikel lepasan dan kristal (Nilna, 2008).

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Analisa kualitas sperma dapat menggunakan beberapa pemeriksaan, meliputi pemeriksaan makroskopis dan pemeriksaan mikroskopis. Dengan menggunakan dua jenis sampel semen, yaitu semen afkir dan semen beku diperoleh hasil yang berbeda dengan parameter seperti warna, bau, Ph dan viskositas. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh perbedaan hasil antara sperma straw dan sperma afkir, yaitu nilai pH yang tidak sama 6,7 dan 5. Viskositas tidak terdapat pada sperma straw maupun afkir. Warna pada sperma straw bening sedangkan pada sperma afkir putih susu. Bau pada sperma straw menunjukkan bau amis, sedangkan bau pada sperma afkir adalah bau apek. 4.2 Saran Sebaiknya pada praktikum selanjutnya, pelaksanaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah tertulis pada modul praktikum, sehingga dapat diketahui uji apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas spermatozoa.

DAFTAR PUSTAKA Elaine,N.M dan Katya. 2010. Human Anatomy and Physiology, ed 2. Benyamin Cummings. San Fransisco Fertility-Docs. 2012. Sperm Evaluating and Testing. http://www.fertility-docs.com/.phtml. Diakses pada tanggal 01 Mei 2012. Ganong, W. F, 1983. Fisiologi Kedokteran. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Mitchell, D. Kaplan dan Bruce J Baum, 2005. The Function Of Sperma. Med. Vol 8. Numb 3. Springer Journal. New York. Nilna. 2008. Standar Operasional pekerjaan Prosesing Semen. Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. Pratiwi, W. C., L. Affandhy, dan D. Pamungkas. 2005. Observasi Kualitas Spermatozoa Pejantan Simmental dan PO dalam Straw Dingin Setelah Penyimpanan 7 Hari pada Suhu 5C. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. hal 200-205. Pratiwi, W.C, L.Affandhy.2005. Observasi Kualitas Spermatozoa Pejantan Simmental Dan Po Dalam Straw Dingin Setelah Penyimpanan 7 Hari Pada Suhu 5C .Semibar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Siciliano, L., V. Marciano, A. Carpino. 2008. Prostasome- Like Vesicles Stimulate Acrosome Reaction of Pig Spermatozoa. Reproductive Biology and Endocrinology, 6:5 Susilowati, Trinil. 2011. Spermatology. Universitas Brawijaya (UB) Press. malang. Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung. Yatim, W. 1990. Biologi Modern Histologi. Penerbit Tarsito. Bandung

Anda mungkin juga menyukai