Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang laki-laki umumnya mengejakulasi kurang lebih 2 sampai 5 mililiter semen, dan tiap
milliliter mengandung sekitar 50 sampai 130 juta sperma. Saat telah berada dalam saluran
reproduksi wanita, prostaglandin dalam semen mengencerkan mucus pada pembukaan uterus dan
merangsang kontraksi otot uterus, yang membantu menggerakkan semen masuk ke dalam uterus.
Ketika semen berkoagulasi, sehingga memudahkan kontraksi uterus untuk menggerakkannya.
Antikoagulan mencairkan semen, dan sperma mulai berenang melalui saluran wanita.
Reproduksi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Bagi
makhluk hidup tujuan reproduksinya adalah agar suatu jenis makhluk hidup tidak mengalami
kepunahan. Sama seperti makhluk hidup lahnnya, manusia berepeproduksi secara sexual.
Reproduksi secara sexual melibatkan kelenjar dan saluran kelamin. Interaksi antara organ
reproduksi, kelenjar, dan saluran kelamin merupakan proses yang terjadi di dalam sistem
reproduksi.
Sebuah sperma dari kata Yunani kuno dan lebih dikenal sebagai sel sperma, adalah sel haploid
yaitu gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat
hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel
tersebut berenang disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas,
tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan
yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama.
Oleh karena itu pada laporan ini akan dibahas bagaimana cara melakukan sebuah analisis sperma
dengan tujuan untuk mengetahui kualitas sperma itu sendiri seperti apa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Dan Histologi Sperma


Semen terdiri atas spermatozoa dalam plasma seminal yaitu suatu campuran sekret dari
epididimis, duktus deferen, vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar bulbouretralis. Volume
ejakulat berkisar 3-4 ml, jumlah spermatozoa adalah 300-400 juta dan minimal sekitar 100
juta /ml. Pada fertilitas yang normal, 50%-70% spermatozoa motil selama 3 jam pertama
setelah ejakulasi dengan kecepatan lebih dari 20 µm/detik. Spermatozoa yang normal harus
memiliki kepala bulat lonjong (oval), leher, dan ekor tunggal.

Gambar 2.1 struktur sperma

Sel sperma terdiri atas 3 bagian, yaitu:


1. Kepala sperma (head) yang terdiri atas nukleus dengan gulungan benang-benang
kromatin yang rapat, dua pertiga bagian depan inti diselaputi tutup akrosom yang
mengandung enzim-enzim yang digunakan untuk menembus ovum (sel telur wanita).
Kepala berbentuk lonjong jika dilihat dari atas dan berbentuk pyriform dilihat dari
samping, bentuknya lebih tebal dekat leher dan menggepeng ke ujung. Kepala
panjangnya 4-5 um dan lebarnya 2, 5- 3,5 um.
2. Badan sperma (midpiece) yang memiliki suatu inti filamentous dengan banyak
mitokondria mengelilinginya, digunakan dalam produksi ATP (energi bagi sperma)
untuk perjalanan sepanjang serviks wanita, uterus, dan dan saluran uterus. Tempat
melekat badan sperma ke kepala disebut implantation fossa, dan bagian badan yang
menonjol disebut capitulum, semacam sendi peluru pada kepala. Dekat capitulum
terletak sentriol depan (proximal). Sentriol ujung (distal) hanya berupa sisa pada
spermatozoa matang. Ekor sperma (tail) atau disebut juga dengan “flagellum” yang
mengakibatkan motilitas sperma sehingga sperma dapat berenang dengan mudah
dalam cairan. Panjang ekor seluruhnya, sekitar 55 um dan tebalnya berbagai, dari 1
urn dekat pangkal ke 0, I urn dekat ujung.

Gambar 2.2 badan spermatozoa

Keterangan gambar:

1. Ax = axonem flagellum
2. Ca = capitulum
3. Cp = bag. leher (connecting piece)
4. If = implantation fossa
5. K = kepala
6. Sb = sentriol belakang
7. Sd = sentriol depan
8. Sf = serat fibrosa
9. Sm = seludang mitokondria

Bagian badan sperma (midpiece, middle piece) ini memiliki teras yang disebut
axonem, terdiri. dari 9 duplet mikrotubul radial dan 2 singlet mikro/tubul sentral. lni sama
betul dengan sitoskeleton yang dimiliki cilia dan flagella di bagian lain tubuh atau pada
makhluk lain. Susunan axonem ini sama dari pangkal ke ujung ekor. Beda dengan
flagellum lain ekor spermatozoa mengandung dense fiber (serat padat) bersusun 9-9-2 di
luar axonem. Di bagian ini mitokondria bersambung-sambung dalam susunan spiral dan
rapat sesama, membentuk selubung axonem bersama dense fiber. Panjang bagian
tengah 5-7 um, tebal.l um.
3. Ekor sperma (tail) atau disebut juga dengan “flagellum” yang mengakibatkan motilitas
sperma sehingga sperma dapat berenang dengan mudah dalam cairan. Panjang ekor
seluruhnya, sekitar 55 um dan tebalnya berbagai, dari 1 urn dekat pangkal ke 0, I urn dekat
ujung.

Gambar 2.3 histologi sperma


2.2 Analisis Sperma
Analisa sperma merupakan salah satu metode pemeriksaan yang dapat menilai kesuburan dari
seorang pria. Semen, atau secara sehari-hari disebut sebagai (air) mani serta cairan sperma,
adalah cairan yang membawa sel-sel sperma yang dikeluarkan dari uretra (pipa di dalam penis)
pada saat ejakulasi. Fungsi utama semen adalah untuk mengantarkan sel-sel sperma untuk
membuahi sel telur yang dihasilkan oleh ovum.
Analisa semen dapat dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas (kesuburan) yang
disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dalam hal ini hanya beberapa
parameter ejakulat yang diperiksa (dievaluasi) berdasarkan buku petunjuk WHO “Manual for
the examination of the Human Semen and Sperm-Mucus Interaction“ .
Cara pengeluaran semen ada beberapa macam, yaitu : dengan cara masturbasi (onani),
senggama terputus (coitus interruptus), pasca senggama, pemijatan prostat, pengeluaran
memakai kondom dan sebagai-nya. Tetapi untuk keperluan analisis semen manusia hanya akan
diuraikan mengenai masturbasi dan senggama terputus, karena hanya masturbasi dan
senggama terputus sajalah yang memenuhi persaratan cara pengeluaran semen untuk
dianalisis.
Bila semen dibagi menjadi 3 porsi menurut urutan keluarnya, maka porsi I adalah hasil sekresi
kelenjar bulbourethra dan kelenjar uretra, porsi II hasil sekresi kelenjar prostat dan biasanya
porsi ini mengandung spermatozoa paling banyak yang berasal dari ampula dan epididimis.
Porsi III yang paling banyak mengandung cairan berasal dari vesikula seminalis .
Satu sendok teh cairan mani mengandung sekitar 21 kilojoules (kilo kalori) dan 200-500 juta
sperma sehingga dapat diperkirakan sperma hanya menyusun satu persen saja dari cairan
semen. Selain sperma, Sisanya sekitar 99 persen adalah cairan mani terdiri dari gula fruktosa,
air, ascorbic acid (vitamin C), asam sitrat, enzim, protein, posfat, dan zinc.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum pemeriksaan sputum yaitu:
- Hari/Tanggal : Rabu,12 Desember 2017
- Pukul : 10.30 – 12.10 wita
- Tempat : Laboratorium Terpadu Histologi Fakultas Kedokteran UNIZAR
Mataram
3.2 Alat
- Objek Glass
- Cover glass
- Pipet tetes
- Mikroskop
- Rak dan bak pewarnaan
- Tabung reaksi
- Botol semprot
- Lampu spritus
- Reagensia
3.3 Bahan
- Sperma
- NaCl fisiologis
- Aquadest
- Larutan fikasasi etanol 95% : eter ( 1: 1)
- Cat Giemsa
- Karbol Fuchsin 0,25 %
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %
BAB IV

CARA KERJA

4.1 Pemeriksaan motilitas spermatozoa


4.1.1 Tujuan
Untuk mengetahui dan menentukan baik tidaknya pergerakan (motilitas)
spermatozoa dan jumlah prosentase yang bergerak.
4.1.2 Prinsip
Sperma dengan zat tambahan atau tidak dilihat pergerakannya dibawah mikroskop
dengan perbesaran 10x45 dan hasilnya dilaporkan dalam persen (%).
4.1.3 Alat
- Objek Glass
- Cover glass
- Pipet tetes
- Mikroskop
4.1.4 Bahan :
- Sperma
4.1.5 Prosedur :
- Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass.
- Tutup dengan cover glass.
- Periksa dibawah mikroskop perbesaran objektif 40-45x.
- Periksa adanya spermatozoa yang :
1. Bergerak aktif (%)
2. Bergerak tidak aktif (%)
3. Tidak bergerak (%)
4.2 Pemeriksaan motilitas spermatozoa
4.2.1 Metode
Eosin-Nigrosin Supravital Stainning Sperma Viability
4.2.2 Tujuan
Untuk membedakan dan mengetahui sperma yang hidup dan yang mati.
4.2.3 Prinsip
Sampel sperma dibuat hapusan, diwarnai, dikeringkan dan diperiksa sperma yang
mati dan yang hidup dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100
4.2.4 Alat
- Pipet tetes - Rak dan bak pewarnaan
- Objek glass - Tabung reaksi
- Mikroskop - Botol semprot
Reagensia :
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %

4.2.5 Cara Kerja


- Sampel sperma diteteskan kedalam tabung reaksi kecil
- Ditambahkan 1 tetes eosin 5 % dan 1 tetes negrosin 10 %, di aduk
- Diambil 1 tetes, dibuat hapusan diatas objek glass, dikeringkan.
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang
pandang dan hasil dinyatakan dalam persen ( % ).

4.3 Pemeriksaan Morfologi spermatozoa


4.3.1 Tujuan: Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan morfologi sperma dalam sampel
yang diperiksa.
4.3.2 Prinsip: Sperma dibuat hapusan diwarnai dengan giemsa, dicuci, dikeringkan dan
diperiksa morfologi sperma dibawah mikroskop dengan anisol perbesaran 10 x
100.
4.3.3 Alat-alat
- Pipet tetes - Mikroskop
- Objek glass - Botol semprot
- Rak dan Bak pewarnaan - Lampu spritus
Reagensia
- Karbol Fuchsin 0,25 %
4.3.4 Cara Giemsa

- Sediaan hapus difiksasi dengan metanol selama 10 menit.


- Sisa metanol dibuang, sediaan dibiarkan kering di udara.
- Sediaan dicat dengan larutan Giemsa (17 tetes giemsa dicampur dengan 5 ml
aquades) selama 20 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan. diperiksa dibawah
mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan


5.1.1 Mikroskopik

Bentuk/ Morfologi Spermatozoa Jumlah Presentase

I. Kepala
a. Normal 9
b. Makro -
c. Mikro 4
d. Tapper 1
e. Piri 0
f. Amorf 4
g. Bulat ( round ) 2
h. Pin 4
i. Ganda Terpisah dengan
-
sempurna jumlah kepala >1
j. Kepalaganda tidak terpisah
-
sempurna kepala masih bersatu
k. Kepala normal dengan kelainan
1
akromosom
2
II. Ekor
a. Ekor pendek 2
b. Ekor putus -
c. Ekor pendek 3
d. Ekor ganda -
III. Kelainan Midpiece
a. Kepala terpisah dari leher /
putus bengkok tidak satu sumbu
2
dengan kepala dan kepala terlalu
tipis
b. Terdapat butir sitoplasma -
c. Sitoplasma masih membungkus
kepala atau menggelantung pada
-
leher spermatozoa (spermatozoa
imatur )

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa


1. Macam Motilitas spermatozoa
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam motilitas
spermatozoa, yaitu :
 Spermatozoa Motilitas Baik.
Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama.
 Spermatozoa Motilitas Kurang Baik.
Semua motilitas spermatozoa kecuali yang tersebut spermatozoa motilitas baik,
dianggap spermatozoa dengan motilitas kurang baik atau jelek.

Yang termasuk motilitas spermatozoa kurang baik ialah :


 Motilitas bergetar atau berputar
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti. Ekor
hanya bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi getarnya
dapat tinggi. Karena terdapat kelainan morfologis atau kelainan pengantaran energi
gerak melingkar maka spermatozoa dapat menempuh gerakkan kurva, spematozoa
motilitasnya berputar-putar saja.
 Motilitas tanpa arah
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah. Kepala bergerak
tak teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal maupun
distribusi dan pengantaran energi tak normal pada spermatozoa.
 Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa sehingga
memyebabkan motilitasnya melingkar baik searah maupun berlawanan dengan jarum
jam. Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri, amplitudo getaran juga tidak teratur.
Kalau pengantaran energi rotasi ada atau tak teratur sedang ekor asimetri terjadi
motilitas dengan arah melingkar.
 Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak normal karena
adanya beban droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala berat sebelah. Kalau
sistem pengantaran energi belum masak pula dapat terjadi motilitas yang bemacam-
macam “rocking” melingkar dan gerak tak teratur. Demikian pula andaikata sisa
sitoplasma terletak dibagian tengah atau ekor spermatozoa motilitas yang timbul akan
bermacam-macam.
 Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan yang lain
(aglutinasi sejati) atau karena melekat pada benda lain (sel bulat, kristal, bakteri,
protozoa dll) bila terdapat aglutinasi palsu. Tergantung macam aglutinasi (kepala-
kepala, ekor-ekor, dan ekor-kepala) motilitas yang terjadi akan berlainan pula.
 Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum mengalami
likuefaksi total, meskipun telah melewati batas normal waktu likuefaksi. Hal ini akan
terlihat kalau sperma diperiksa motilitas berurutan yaitu langsung setelah ejakulasi dan
setiap setengah jam setelah ejakulasi.
 Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun arahnya ke
depan beat ekor teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat disebabkan karena sperma
telah lama tak diperiksa, sehingga energi untuk motilias berkurang. Dalam hal ini
fruktosa telah banyak dipecah (fruktolisis). Penyebab lain ialah memang cadangan
energi berkurang sejak awal misalnya pada kelainan vesika seminalis.
 Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.
5.2.2 Pemeriksaan motilitas spermatozoa Eosin-Nigrosin Supravital Stainning Sperma
Viability
1. Spermatozoa yang mati akan berwarna merah
2. Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna
3. Nilai Normal : 75 % atau lebih spermatozoa yang hidup.
Hal – hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan vitalitas :
 Spermatozoa yang hidup (Viable) tidak berwarna, dengan latar belakang kemerahan,
sedangkan spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa
rusak, zat warna masuk kedalam sel, sel berwarna merah. Spermatozoa hidup tetap tak
berwarna karena dinding sel masih utuh, tidak dapat ditembus zat warna.
 Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru jangan terlalu
kental dan jangan banyak endapan.

5.2.3 Pemeriksaan Morfologi spermatozoa


Pemeriksaan morfologi spermatozoa ditujukan untuk melihat bentuk-bentuk spermatozoa
yang didasarkan atas bentuk kepala dari spermatozoa. Seperti diketahui spermatozoa
mempunyai beberapa macam bentuk. Dengan pemeriksaan ini diketahui beberapa banyak
bentuk spermatozoa normal dan abnormal. Bentuk yang normal adalah spermatozoa yang
kepalanya berbentuk oval dan mempunyai ekor yang panjang. Untuk pemeriksaan
morfologi ini dimulai dengan pembuatan preparat smear di atas objek glass, yang dibiarkan
kering dalam temperatur kamar. Setelah preparat smear tersebut kering, maka selanjutnya
dilakukan prosedur pewarnaan.
Agar memperoleh hasil yang baik pemeriksaan morfologi spermatozoa dilakukan
pengecatan khusus. Terdapat berbagai macam pengecatan guna memeriksa morfologi
spermatozoa, diantaranya Giemsa,
Morfologi spermatozoa :
1. Spermatozoa Normal
Spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval, reguler, dengan bagian tengah utuh dan
mempunyai ekor tak melingkar dengan panjang 45 um.
2. Spermatozoa Abnormal
Spermatozoa disebut abnormal bilamana terdapat satu atau lebih dari bagian
spermatozoa yang abnormal. Jadi meskipun kepala spermatozoa oval, tetapi kalau
bagian tengah menebal, maka dikatakan abnormal.
a. Abnormalitas kepala
- Kepala oval besar
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih besar dari normal. Panjang
kepala >5µ dan lebar >3 µ
- Kepala oval kecil
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih kecil dari normal. Panjang
kepala <3>2 µ.
- Kepala pipih (tapering head = lepto)
Kepala spermatozoa berbentuk seperti cerutu dengan kedua sisinya sejajar,
bentuk ramping dan agak panjang, akrosomnya dapat berujung lancip atau
tidak.
- Kepala berbentuk pir (piriform head)
Kepalanya nyata atau bahkan lebih menyolok berbentuk sebagai tetesan air,
bagian runcing berhubungan dengan bagian tengah.
- Kepala dua (duplicated head)
Spermatozoa dengan memiliki dua kepala.
- Kepala berbentuk amorfous (terato)
Bentuk kepala yang tak menentu atau sangat besar dengan struktur yang
aneh.
b. Abnormalitas bagian tengah :
- Bagian tengah tebal
- Bagian tengah patah
- Tak mempunyai bagian tengah
c. Abnormalitas ekor :
- Ekor sangat melingkar
- Ekor patah yang meninggalkan sisa ekor.
- Ekor lebih dari satu
- Ekor sebagai tali terpilin

5.2.4 Interpretasi Analisa Sperma Rutin


Interpretasi hasil analisa sperma saat ini didasarkan pada 2 parameter dari 2-3 sediaan
dalam sekali analisa sperma. Dan hasilnya harus diulang 1 minggu atau 2 minggu lagi
sehingga kita dapatkan 2-3 sediaan.
1. Jumlah spermatozoa / ml
a. Normozoospermia : jumlah spermatozoa 20-250 juta/ml dianggap dalam batas
normal.
b. Azoospermia : jumlah spermatozoa 0 juta/ml
c. Ekstrim-oligozoospermia : jumlah spermatozoa 0-5 juta/ml
d. Oligozoospermia : jumlah spermatozoa >5 - <20 jyta/ml
e. Polizoospermia : jumlah spermatozoa > 250 juta/ml
2. Prosentase motilitas spermatozoa yang bergerak BAIK (Good & Excellent atau grade
2 + 3). Apabila % spermatozoa yang motil < 50% disebutasienozoospermia.
3. Prosentase morfologi spermatozoa normal

Apabila % spermatozoa yang mempunyai morfologi normal <50%


disebutteratozoospermia.
Jumlah Morfologi
Motil
No Nomenklatur Spermatozoa Spermatozoa
(%)
(juta/ml) normal (%)
1 Normozoospermia > 20 > 50 > 50
2 Oligozoospermia > 20 > 50 > 50
3 Ekstrim Oligozoospermia <5 > 50 > 50
4 Astenospermia > 20 < 50 > 50
5 Teratospermia > 20 > 50 < 50
6 Oligo-astenozoospermia < 20 < 50 > 50
7 Oligo-asteno-teratozoospermia < 20 < 50 < 50
8 Oligo-teratozoospermia < 20 > 50 < 50
9 Asteno-teratozoospermia > 20 < 50 < 50
10 Polizoospermia > 250 > 50 > 50
11 Azoospermia - - -
12 Nekrozoospermia Jika semua spermatozoa tan viabel
13 Kriptozoospermia Adalah spermatozoa yang tersembunyi
14 Aspermia Apabila tidak ada sperma
BAB V
PENUTUP

Spermatozoa tampak memiliki dua bagian utama yakni kepala dan ekor. Dengan menggunakan
mikroskop electron bagian ekor dapat dapat dibagi atas bagian leher (neck piece), badan (midlle
piece), ekor utama (principal piece), dan ujung ekor (and piece). Spermiogenesis adalah suatu
proses dimana spermatic berdiferensiasi menjadi spermatozoa meliputi sejumlah transformasi inti
dan sitoplasma,dikenal sebagai spermiogenesis. Analisa sperma merupakan salah satu metode
pemeriksaan yang dapat menilai kesuburan dari seorang pria. Semen, atau secara sehari-hari
disebut sebagai (air) mani serta cairan sperma, adalah cairan yang membawa sel-sel sperma yang
dikeluarkan dari uretra (pipa di dalam penis) pada saat ejakulasi
DAFTAR PUSTAKA

Benyamin Cummings. San Fransisco Ganong, W. F, 1983. Fisiologi Kedokteran. Penerbit


buku Kedokteran EGC. Jakarta
Carlson, Bruce M. 2001 .Human Embryology and Developmental Biology
2nd Edition.Mosby Inc.,New York
DeCherney A.H., Polan, M.L., Lee, R.D., Boyers, S.P. 1997.Seri Skema Diagnositis dan
Penatalaksanaan infertilitas. Binarupa Aksara.
Geneser F. 1994.Histologi dan Biologi Sel. (alih bahasa: Arifin Gunawijaya ) Binarupa
Aksara. Jakarta.
Guyton AC. 1997.Fisiologi Kedokteran. (Alih bahasa: Adji Dharma dan P. Lukmanto)
EGC. Jakarta.
Junqueira LC & J Carneiro 1998. Histologi Dasar (Alih bahasa; Jan Tambayong). Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mitchell D Kaplan dan Bruce J Baum, 2005. The Function Of Sperma. Med. Vol 8. Numb
3. Springer Journal. New York.
Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T, 1999.Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Siciliano, L., V. Marciano, A. Carpino. 2008. Prostasome- Like Vesicles Stimulate
Acrosome Reaction of Pig Spermatozoa. Reproductive Biology and Endocrinology, 6:5

Anda mungkin juga menyukai