Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

MODUL FUNGSI NORMAL REPRODUKSI DAN URINARI


PRAKTIKUM PEMERIKSAAN HCG
(HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN) URINE

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 (TIGA)
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
Derby Callista Pidjath 203020801078
Frendy Setiawan 203020801108
Sainur Faujizah 203020801113
Nadhira Nur Haliza 203020801094
Molni Yupita Marsela 203020801028
Christine Sirait 203020801089
Dinda Marliah 203020801039
Diva Azrifa Arnaz 203020801098
Sheila Gayle Abisha 203020801103
Nurwafa Elfatia 203020801107
Siti Awalliyah Rohmaniyati 203020801102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan berkah dan rahmatnya sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Dalam laporan praktikum fisiologi ini membahas tentang
“Penentuan Kadar Hormon HCG dalam Urine”.
Laporan praktikum fisiologi ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
departemen Fisiologi. Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan praktikum ini,
terutama untuk Dosen Departemen Fisiologi yaitu Abi Bakring Balyas, S.Pd., M.
Kes yang telah membimbing serta memberi petunjuk, sebab jika tidak ada
bimbingan dari beliau kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini. Kami berharap
penyusunan laporan praktikum fisiologi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Sebelumnya kami memohon maaf jika dari penyusunan laporan praktikum
fisiologi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena juga
masih dalam tahap pembelajaran. Semoga yang membaca dan dosen yang
bersangkutan dapat memaklumi serta memberikan kritik dan saran agar kami
dapat memperbaiki pada tugas yang akan datang.

Palangkaraya, 19 Juni 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................2
1.3 Manfaat...................................................................................................2
BAB II TUJUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Kehamilan...............................................................................................3
2.1.1 Definisi Kehamila..........................................................................3
2.1.2 Perubahan Hormonal Selama Kehamilan.......................................3
2.2 Pemeriksaan Hormon HCG..................................................................4
BAB III METODE PRAKTIKUM......................................................................8
3.1 Metode Imunokromatografi / Strip Test..................................................8
3.1.1 Alat dan Bahan..............................................................................8
3.1.2 Prosedur Kerja...............................................................................8
3.2 Metode Aglutinasi (lateks)......................................................................9
3.2.1 Alat dan Bahan................................................................................9
3.2.2 Prosedur Kerja.................................................................................9
3.3 Metode HCG Rapid test cassette...................................................................10
3.3.1 Alat dan Bahan...............................................................................10
3.3.2 Prosedur Kerja................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................11
4.1 Hasil Pengamatan....................................................................................11
4.2 Pembahasan.............................................................................................14
BAB V PENUTUP...............................................................................................28
5.1 Kesimpulan..............................................................................................28
5.2 Saran........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan ditandai dengan meningkatnya kadar Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) dalam urin pada trimester I. Pada umumnya
kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi
sehat cukup bulan melalui jalan lahir. Pada kehamilan biasanya terjadi
perubahan pada seluruh tubuh, terutama oleh pengaruh hormon- hormon
somatotropin, estrogen dan progesteron.
HCG merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh
jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin dan
disentesa pada retikulum endoplasma kasar, glikosilasi disempurnakan
apparatus golgi. Hormon ini juga dihasilkan bila terdapat proliferasi
yang abnormal dari jaringan epitel korion seperti molahidatidosa atau suatu
chorio carsinoma. HCG dapat juga digunakan dalam upaya
mesinkronkan ovulasi dan perkawianan yang diperlukan agar terjadi
suatu konsepsi. Sistem urinasi bertujuan untuk berlangsungnya ekskresi
bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga
penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinetis, yaitu suatu
keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh.
Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah
dengan metode aglutinasi (direct atau indirect) dan metode strip.
Keduanya berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibodi
(immunoassay). Metode aglutinasi dapat mendeteksi adanya beta-HCG
di urin minimal 200 mIU/ml sedangkan metode strip lebih sensitif yaitu
minimal 20-25 mIU/ml. Menurut klinisi biasanya dibutuhkan 3-4 minggu
bahwa HCG dapat dideteksi pada Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
penelitian untuk mengetahui HCG yang mengadung galaktosa dan
heksosamin ke dalam urin yang terjadi reaksi antigen-antibodi.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Mengetahui prosedur pemeriksaan HCG dan interpretasi hasil pemeriksaan
HCG.

1.3 Manfaat Praktikum


Mengetahui cara penetapan kadar HCG menggunakan teknik
immunokromatografi, aglutinasi, dan cassette melalui tes kehamilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan dari


spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung
dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya
berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi
menjadi 3 trimester yang masing-masing berlangsung dalam beberapa
minggu. Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu
(minggu ke-13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu
(minggu ke-28 sampai minggu ke-40).

2.1.2 Perubahan Hormonal Selama Kehamilan


Wanita mengalami perubahan fisiologis pada seluruh tubuhnya
dikarenakan peran berbagai hormon, yaitu:
1. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Hormon peptida yang memperpanjang lama kehidupan korpus
luteum oleh korion yang sedang berkembang. Untuk menjaga kehidupan
korpus luteum, sekresi HCG meningkat pada awal kehamilan, dan
mengalami puncaknya kurang lebih selama 60 hari setelah periode
menstruasi berakhir. Pada minggu ke-10 kehamilan kadar HCG mulai
mengalami penurunan, hal ini terjadi karena plasenta sudah mulai
mengeluarkan estrogen dan progesteron dalam jumlah yang bermakna.
2. Estrogen Estrogen
Dalam tubuh terdiri dari 17β-estradiol, estron dan estriol. Sekresi
estrogen oleh plasenta meningkat 30 kali dari kadar normal setiap harinya.
Estrogen dibentuk dari senyawa androgen, dehidroepiandrosteron dan 16-
hidroksidehidroepiandrosteron yang dibentuk di kelenjar adrenal ibu dan
kelenjar adrenal fetus.
3. Progesteron
Sekresi progesteron meningkat selama kehamilan. Progesteron
disekresi oleh korpus luteum dan disintesis dari kolesterol. Pembentukan
progesteron saat kehamilan cukup tinggi, sekitar 250 mg/hari.

2.2 Pemeriksaan Hormon HCG


Untuk mengetahui kehamilan dengan mendeteksi HCG urin
diantaranya adalah dengan metode aglutinasi dan metode strip test.
Keduanya berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigenantibodi
(immunoassay). Dalam urin yang normal komposisinya terdiri dari bahan
seperti air, urea, dan natrium klorida (Rose, 2006). Kadar HCG yang lebih
tinggi terjadi pada ibu kembar dan kasus hamil anggur (mola).
Sebagian besar merk test pack yang beredar di pasaran sudah dapat
mendeteksi HCG dengan kadar 25 IU/L-50 IU/L, sehingga cukup akurat
untuk menentukan ada atau tidaknya kehamilan pada hari pertama
keterlambatan menstruasi (Rose, 2006). Reaksi pembentukan kompleks
antigen antibodi antara HCG sebagai antigen dan anti HCG sebagai antibodi
bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali antigen pada lokasi tertentu yang
disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali suatu
antigen melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel
B yang berbeda-beda. Sedangkan antibodi monoklonal lebih spesifik
mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena berasal dari satu sel B
yang dibiakan (Dijar, 2012).
Tes urine dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: metode
imunokromatografi dan tes slide (metode aglutinasi).
1. Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HCG imunokromatografi merupakan reaksi antara
urin wanita hamil yang mengandung α dan β HCG (monoklonal HCG
lengkap) dengan anti α dan anti β HCG pada tes line (T) dan kontrol line
(C). Apabila stik tes dimasukan dalam urin, maka urin akan meresap
secara kapiler, sehingg terjadi ikatan antar urin yang mengandung α dan
anti β HCG pada tes line (T) dan kontrol line (C) akibatnya akan timbul
garis warna merah pada tes line (T) dan kontrol line (C), garis warna merah
ini menunjukan hasil yang positif. Dan apabila garis warna merah tidak
tampak pada tes line (T) atau hanya terdapat pada kontrol line (C)
menunjukkan hasil tes yang negatif, karena tidak terjadi reaksi monoklonal
HCG lengkap antar anti α dan anti β HCG (Harti, 2013).
Interpretasi hasil dalam metode imunokromatofrafi hasil
dinyatakan negatif apabila hanya terdapat satu tanda merah pada bagian
control line (C) dan tidak tampak garis merah pada bagian tes line (T)
(sensitifitas 0 IU/mL), dan apabila terdapat 2 tanda merah, satu pada bagian
tes line (T) dan satu pada bagian control line (C) maka dinyatakan positif
(sensitifitas 25 mIU/mL) (Harti, 2013).

Pada pemeriksaan HCG menggunakan sampel urine karena


pengambilan sampel mudah, praktik tidak menyakiti pasien dan hanya
memerlukan tempat penampung urin saja. Keuntungan pemeriksaan HCG
secara imunokromatografi yaitu cepat, sehingga waktu yang dibutuhkan
sangat singkat, kemudian mudah didapat karena diperdagangkan secara
komersil. Meskipun banyak keuntungan daripemeriksaan metode ini tetapi
juga terdapat beberapa kekurangan yaitu tidak diketahui kadar HCG
secara pasti, membutuhkan biaya yang cukup mahal, lalu dari segi
sensitifitasnya belum pasti (Harti, 2013).
2. Metode Aglutinasi
Aglutinasi adalah teknik yang dapat menentukan antigen atau
antibodi secara semikuantitatif, aglutinasi dapat dilihat dengan mata
atau dengan mikroskop. Metode aglutinasi yang sering dipakai adalah
aglutinasi lateks yang menggunakan partikel lateks. Cara aglutinasi lateks
banyak dipakai untuk menetapkan adanyarheumatoid faktor (RF)
atau CRP dalam serum dan Human chorionic gonadotropin(HCG) dalam
urin. Prinsip tes imunologik ini adalah berdasarkan terjadinya reaksi
imunologis kimiawi antara hormon HCG dalam urine dengan antibodi (anti
HCG). Suspensi lateks mengandung antibodi monoclonal anti HCG
dengan natrium azida sebagai pengawet sebagai anti HCG dan hormon
HCG yang terkandung dalam urin sebagai antigen. Ketika anti
HCG (antibodi) bertemu dengan antigen (hormon HCG) maka
terbentuklah kompleks imun.
Pengembangan antibodi monoklonal dalam jumlah besar
memungkinkan pembuatan banyak immunoassaydasar menjadi format
yang sederhana dengan anti bodi reagen diikatkan pada partikel lateks
mikroskopis yang membentuk suspensi menyerupai krim
(agalutinasi lateks). Jika terdapat antigen (misal, antigen bakterial dalam
cairan serebrospinal), terbentuk kompleks antara keduanya dan
antibodi menyebabkan partikel lateks terikat satu sama lain dalam suatu
gumpalan yang dengan mudah dapat dibedakan dari sampel negatif,
dengan partikel lateks tetap tersuspensi merata. Tes aglutinasi lateks
menjadi spesifik karena sifat antibodi yang melapisi tiap partikel. Metode
ini cepat dan dapat dilakukan dengan syarat bahwa petugas yang
melakukan tes ini harus terlatih dalam menginterpretasikan hasil
termasuk hasil positif meragukan (Ganong, 2008).
3. HCG Rapid Test Cassette
HCG rapid test cassette adalah immunoassay aliran lateral satu langkah
yang cepat dalam format perangkat untuk deteksi kualitatif human chorionic
gonadotropin (HCG) dalam urin guna membantu mendeteksi kehamilan. Tes
ini menggunakan kombinasi antibodi termasuk antibodi HCG monoklonal
untuk mendeteksi peningkatan kadar HCG secara selektif. Pengujian
dilakukan dengan menambahkan urine ke spesimen dengan baik, dan
mendapatkan hasil dari garis berwarna.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Metode Imunokromatografi / Strip Test


3.1.1Alat dan bahan
1. Urin
2. Objek glass
3. Pipet tetes
4. Timer
5. Test strip

3.1.2 Prosedur Kerja


Pemeriksaan HCG imunokromatografi merupakan reaksi antara urin
wanita hamil yang mengandung α dan β HCG (monoklonal HCG lengkap)
dengan anti α dan anti β HCG pada tes line (T) dan kontrol line (C).
Apabila stik tes dimasukan dalam urin, maka urin akan meresap secara
kapiler, sehingga terjadi ikatan antara urin yang mengandung α dan anti β
HCG pada tes line (T) dan kontrol line (C) akibatnya akan timbul garis
warna merah pada tes line (T) dan kontrol line (C), garis warna merah 12
ini menunjukan hasil yang positif. Dan apabila garis warna merah tidak
tampak pada tes line (T) atau hanya terdapat pada kontrol line (C)
menunjukkan hasil tes yang negatif, karena tidak terjadi reaksi monoklonal
HCG lengkap antar anti α dan anti β HCG. Interpretasi hasil dalam metode
imunokromatofrafi hasil dinyatakan negatif apabila hanya terdapat satu
tanda merah pada bagian control line (C) dan tidak tampak garis merah
pada bagian tes line (T) (sensitifitas 0 IU/mL), dan apabila terdapat 2 tanda
merah, satu pada bagian tes line (T) dan satu pada bagian control line (C)
maka dinyatakan positif (sensitifitas 25 mIU/mL) (Harti, 2013).
3.2 Metode Aglutinasi (Lateks)
3.2.1 Alat dan Bahan
1. Urin ibu hamil
2. Kaca preparat
3. Pipet tetes
4. Timer
5. HCG lateks white
6. Reagen control positif
7. Reagen control negatif
8. Card test

3.2.2 Prosedur Kerja


Spesimen dan reagen dipersiapkan dan dibiarkan pada suhu ruangan
15-30oC sebelum digunakan. Setelah itu dicampurkan keduanya pada lateks
reagen untuk membuat suspense pada partikel lateks. Dikocok dan
disuspensikan pada pregnancy lateks reagen, ditambahkan 1 tetes
menggunakan vial dropper (40ul) untuk setiap lingkaran pada aglutinasi
slide. Diteteskan 1 tetes kontrol negatif ke dalam lingkaran aglutinasi slide.
Diteteskan 1 tetes kontrol positif ke dalam lingkaran aglutinasi slide dengan
memakai pipet tetes, diteteskan spesimen urin pada lingkaran tersebut.
Selanjutnya diaduk secara merata pada area lingkaran tersebut.

3.3 Metode HCG Rapid Test Cassette


3.3.1 Alat dan Bahan
1. Urin
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. HCG rapid test cassette

3.3.2 Prosedur Kerja


1. Lepaskan rapid. Test cassette uji dan bersihkan sesegera mungkin.
2. Letakkan cassette pada permukaan yang bersih dan rata. pegang pipet
secara vertikal dan pindahkan tetes urin penuh ke spesimen kaset,
lalu mulai pengatur waktu. hindari terperangkapnya gelembung udara
di spesimen dengan baik
3. Tunggu sampai muncul garis merah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Metode Gambar Hasil Uji

a. Gambar hasil uji positif (+) hamil

1 Strip Terdapat adanya 2 garis merah

b. Gambar hasil uji negatif (-) hamil

Terdapat adanya 1 garis merah

a. Gambar hasil uji positif (+) hamil

11
2 Cassette
Terdapat 2 garis merah pada garis
control (C ) dan Test line (T)

b. Gambar hasil uji negatif (-)

Hanya garis control (C) yang nampak


a. Gambar hasil uji positif (+) hamil

Terdapat adanya aglutinasi pada sampel urin

3 Lateks
b. Gambar hasil uji negatif (-) hamil

Tidak terdapat adanya aglutinasi pada sampel urin

4.2 Pembahasan
Tes kehamilan urin menawarkan cara lain untuk mengukur tingkat HCG.
Beberapa penelitian telah mendokumentasikan bahwa tingkat HCG urin sangat
berkorelasi dengan tingkat HCG serum dalam mengkonfirmasikan status
kehamilan. (Kelsey Lynd dkk, 2012) Konsentrasi HCG pada awal kehamilan
secara umum dihitung berdasarkan durasi kehamilan mulai hari terakhir
menstruasi (Last Menstrual Period (LMP)). Dimana, delapan hari setelah
konsepsi, HCG dapat dideteksi pada sirkulasi maternal, konsentrasi sekitar 10
mIU/ml dapat diamati pada serum antara 9 dan 10 hari setelah ruptur folikel. Pada
perkembangan kehamilan, kadar HCG meningkat pada kecepatan 50% per har.
Mencapai puncak sekitar 100.000 mIU/ml pada minggu ke 10, setelah kadar
menurun dan tetap stabil sekitar 20.000 mIU/ml untuk sisa kehamilan. Selain
hadir pada serum maternal, HCG dapat dideteksi pada urine ibu hamil, di mana
penampilan dan kenaikan menunjukkan pola serupa dengan yang diamati dalam
sirkulasi maternal. Pada 9 hari setelah pembuahan, konsentrasi rata-rata HCG
telah diamati menjadi 0,93 mIU / ml, dengan kadar yang meningkat setiap hari
sampai mencapai masa stabil di sekitar 45 hari pasca konsepsi. Dalam praktikum,
dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan tiga cara yaitu dengan test strip, lateks
test dan cassette test.
1. Test Strip
Tes immunokromatografi untuk determinasi kualitatif adanya
HCG(Human Chorionic Gonadotrophin) dalam sampel urine sebagai deteksi
awal kehamilan Pregnancy test strip adalah tes immunokromatografi untuk
determinasi kualitatif adanya HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) dalam
sampel urine sebagai deteksi awal kehamilan. Tes ini menggunakan 2 garis,
pada garis test terikat antibodi monoclonal HCG dan pada garis control terikat
antibodi poliklonal serta colloidal gold partikel. Strip test dan specimen akan
bereaksi dengan gaya kapikaritas membentuk garis warna.Metode yang
digunakan pada Pregnancy Test Strip adalah metode Immunokromatografi.
Dilakukan dengan cara memasukkan test strip kedalam sampel urine
yang akan bereaksi dengan antibodi monoclonal HCG yang terikat pada garis
Tes dan antibodi poliklonal serta colloidal gold partikel yang terikat pada garis
control. Urine akan diserap oleh test strip menggunakan gaya kapilaritas yang
menyebabkan urine dapat merambat naik keatas test strip hingga mengenai
garis control dan garis test. Hasil uji dilihat dari garis warna yang terbentuk,
dimana bila garis warna hanya terbentuk pada control line saja menandakan
urine tersebut negatif HCG atau pasien dalam keadaan tidak hamil, sedangkan
bila terdapat garis warna pada control line dan test line menandakan dalam
urine tersebut mengandung HCG yang mengindikasikan pasien tersebut dalam
keadaan hamil/terjadi konsepsi. Namun, terkadang terdapat hasil yang invalid,
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti keadaan test strip yang sudah
tidak baik atau layak digunakan. Hasil yang invalid ini ditandai dengan tidak
adanya garis control maupun test, atau hanya terdapat garis pada test line saja.
Bila didapatkan hasil yang invalid maka harus dilakukan pemeriksaan ulang.
InterprestasiPregnancy Test Strip
a. Negatif : hanya terdapat garis pada control line saja
b. Positif : terdapat garis pada control line ( C) dan Test (T)
c. Invalid : tidak terdapat garis pada control dan test
Berdasarkan hasil pemeriksaan pregnancy test strip didapatkan hasil yang
positif HCG pada sampel urine A dan didapatkan hasil yang negatif HCG pada
sampel urine B. Pada quality-control positif pada test strip mengandung 25-250
mIU/mL HCG, sedangkan pada control negatif tidak mengandung HCG sama
sekali. Diketahui bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan uji kehamilan ini, antara lain:
1. Peringatan
a. Dilakukan oleh professional diagnostic in vitro.Jangan digunakan setelah
tanggal kadaluarsa
b. Test strip harus tetap pada wadah tertutup atau tabung tertutup sampai siap
digunakan
c. Jangan menggunakan test strip bila bungkus rusak.
d. Test strip yang sudah digunakan harus dibuang sesuai dengan peraturan
daerah.
2. Penyimpanan dan Stabilitas
a. Strip test disimpan pada suhu ruang atau refrigerator (2-300C).jangan
membekukan strip.
b. Strip test ini akan tetap stabil sampai tanggal kadaluarsa yang tertera pada
wadah atau label.
c. Strip test harus tetap pada wadah hingga pemeriksaan dilakukan
d. Bila wadah dari strip test telah terbuka maka strip test akan stabil hingga 90
hari saja.
3. Limitasi
a. Pregnancy test strip adalah pendahuluan uji kualitatif, Oleh karena itu, baik
nilai kuantitatif maupun kenaikan tarif di HCG dapat ditentukan dengan tes
ini. Specimen urine yang sangat encer tidak memberikan kadar HCG yang
tepat. Jika kehamilan tetap terdeteksi maka specimen urine pagi harus
diambil 48 jam kemudian dan diperiksa.
b. Kadar HCG yang sangat rendah (>50 mIU/mL) menunjukkan specimen
urine sangat rendah setelah implantasi. Namun, karena sejumlah besar
kehamilan trimester pertama berakhir karena alasan alami, hasil tes yang
positif lemah harus dikonfirmasi dengan pengujian ulang dengan spesimen
urine pertama pagi yang dikumpulkan 48 jam kemudian.
c. Pemeriksaan dapat memberikan hasil positif palsu akibat beberapa kondisi
selain kehamilan, termasuk penyakit trophoblastic dan beberapa neoplasma
non-trophoblastik termasuk tumor testis, kanker prostat, kanker payudara,
kanker paru-paru, akibat kadar HCG yang tinggi.
d. Pemeriksaan dapat memberikan hasil yang negatif palsu. Hasil
e. Negatif palsu dapat terjadi ketika kadar HCG dibawah kadar
f. Sensitifitas dari test strip.

2. Lateks Test
Tes serologi untuk determinasi kualitatif adanya HCG (Human Chorionic
Gonadotrophin) dalam sampel urin sebagai deteksi awal kehamilan secara
aglutinasi lateks. Test HCG lateks adalah uji aglutinasi slide yang dikembangkan
untuk mendeteksi secara langsung HCG dalam urine pasien. Tes ini dilakukan
dengan menguji suspense partikel lateks yang terikat pada anti-HCG monoclonal
terhadap sampel yang diuji. Keberadaan HCG dalam sampel ditunjukkan dengan
adanya aglutinasi. Metode yang digunakan pada pregnancy lateks test adalah slide
aglutination test.
Dilakukan dengan cara mencampurkan urine dengan reagen HCG lateks
yang mana hasil positif ditandai dengan adanya aglutinasi. Aglutinasi ini
disebabkan oleh adanya reaksi antara suspensi partikel lateks yang terikat pada anti-
HCG monoclonal, yang mana bila dalam urine terkandung HCG maka dalam waktu
2 menit akan terjadi reaksi aglutinasi atau mengendapnya partikel-partikel yang
membentuk butiran-butiran halus seperti pasir. Sedangkan bila sampel urine tidak
mengandung HCG maka tidak akan menimbulkan reaksi aglutinasi. Pada tes ini
menggunakan slide test warna hitam, ini dikarenakan warna dari reagen HCG lateks
putih, sehingga dengan menggunakan test slide warna hitam akan mempermudah
melihat hasil dari pengujian. .
Interprestasi hasil Pregnancy lateks Test
Positif : tergadi aglutinasi
Negatif: tidak terjadi aglutinasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan pregnancy lateks test diketahui bahwa
sampel A positif mengandung HCG dan sampel B positif mengandung HCG.Pada
quality-control lateks test positif mengandung urine manusia dengan
konsentrasi >1600IU/L dan 0,95 g/L sodium azide.Sedangkan, pada control
negatifnya mengandung serum hewan yang berisi 0,95 g/L sodium azide.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan Pregnancy Lateks Test:
1. Performance analitik
Unit deteksi minimum (sensitifitas analitik) sekitar 200 UI/L Spesifisitas
diagnosis: 99,0%- Efek prozone: tidak ada efek prozone terdeteksi sampai dengan
250.000 IU/L- Sampel dengan Hemoglobin (<20g/L), dan bilirubin (2
mg/dl)jangan digunakan. Luteinizing Hormon (LH) dapat mengganggu pada
konsentrasi < 4IU/L, bahkan konsentrasinya menjadi 20-30 lipatan lebih tinggi
dari konsentrasi maksimum LH yang umumnya ditemukan pada urin wanita pada
masa menopause.
2. Keterbatasan prosedur
a. Urine pasien dengan penyakit trophoblastic seperti choriocarcinoma atau
hydatiform mole dapat menyebabkan hasil positif palsu
b. Hasil HCG dengan konsentrasi tinggi baik mingguan akan memberikan hasil
negatif (prozone effect).
3. HCG Rapid Test Cassette
Dilakukan dengan cara buang air kecil ke dalam cangkir atau wadah yang
bersih dan kering. Keluarkan kaset uji dari kantong foil dan biasakan diri Anda
dengan produk. < Pegang penetes secara vertikal dan pindahkan 3 tetes penuh urin
(kira-kira 120 μL) ke sumur spesimen kaset uji, lalu mulai pewaktu. Hindari
terperangkapnya gelembung udara dalam spesimen dengan baik. Lihat ilustrasi di
bawah ini. Saat kaset uji mulai bekerja, Anda mungkin melihat aliran berwarna
terang bergerak melintasi wilayah garis uji (T) dan wilayah garis kontrol (C) pada
kaset uji. Baca hasilnya pada 3 menit. Jika tidak ada garis berwarna yang muncul,
tunggu 1 menit lebih lama. Beberapa hasil positif dapat diamati dalam 1 menit atau
kurang tergantung pada konsentrasi HCG. Jangan membaca hasilnya setelah 10
menit.
Interprestasi hasil Pregnancy Cassette Test
Positif : Dua garis berwarna berbeda muncul. Satu garis berwarna harus berada di
wilayah garis kontrol (C) dan garis berwarna lainnya harus berada di wilayah garis
uji (T). Satu baris mungkin lebih ringan dari yang lain; mereka tidak harus
cocok. Ini berarti Anda mungkin sedang hamil.
Negatif :Satu garis berwarna muncul di wilayah garis kontrol (C). Tidak ada garis
yang muncul di wilayah garis uji (T). Ini berarti Anda mungkin tidak hamil.
Tidak valid : Hasilnya tidak valid jika tidak ada garis berwarna yang muncul di
Wilayah Garis Kontrol, bahkan jika garis muncul di Wilayah Garis Tes. Anda harus
mengulangi prosedur dengan tes baru : ini berbeda dari apa yang tertulis di sisipan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Pregnancy Lateks Test:
a. Jangan gunakan setelah tanggal kedaluwarsa yang tercetak pada kantong foil.
b. Simpan di tempat kering pada suhu 4-30 °C atau 39,2-86 °F. Jangan membeku.
c. Jangan gunakan jika kantong robek atau rusak.
d. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
e. Untuk penggunaan diagnostik in vitro. Tidak boleh ditelan.
f. Jangan membuka kantong foil kaset uji sampai Anda siap untuk memulai
pengujian.
g. Kaset uji bekas harus dibuang sesuai dengan peraturan setempat.
Mekanisme terbentuknya dua garis merah pada uji pemeriksaan HCG melalui
metode strip dan HCG rapid test cassette. Pada strip yang berfungsi sebagai kontrol
akan tetap berwarna merah pada kondisi positif atau negatif, sehingga kontrol menjadi
tanda acuan ketepatan hasil tes. Hal ini menunjukkan bila kedua garis di strip tersebut
menunjukkan perubahan warna pada kontrol dan tes, maka sampel yang ujikan
tersebut mengandung HCG dan wanita akan positif hamil. Sedangkan apabila hanya
kontrolnya saja yang berubah warna, maka urin sampel tidak mengandung HCG dan
wanita tersebut tidak hamil. Jika pada tes didapatkan kedua garis kontrol dan tes
sama-sama tidak mengalami perubahan warna, maka dapat dipastikan bahwa alat
tersebut sudah rusak (Rose, 2006).
Fungsi dari reagen control positif dan reagen control negatif pada metode
HCG lateks. Kehamilan ditandai dengan meningkatnya kadar Human Chorionik
Gonadotropin (HCG) dalam urin pada trimester I. Pada umumnya kehamilan
berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan
melalui jalan lahir. Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya
adalah dengan metode aglutinasi (direct atau indirect) dan metode strip. Keduanya
berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibodi (immunoassay). Metode
aglutinasi dapat mendeteksi adanya beta-HCG di urin minimal 200 mIU/ml
sedangkan metode strip lebih sensitif yaitu minimal 20-25 mIU/ml. Metode strip ini
yang lazim dilakukan karena selain lebih sensitif juga lebih praktis, Pada kehamilan
biasanya terjadi perubahan pada seluruh tubuh, terutama oleh pengaruh hormon-
hormon somatotropin, estrogen dan progesteron. HCG merupakan suatu hormon yang
dihasilkan oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin dan
disentesa pada retikulum endoplasma kasar, glikosilasi disempurnakan apparatus
golgi. Hormon ini juga dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal dari
jaringan epitel korion seperti molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. HCG dapat
juga digunakan dalam upaya mesinkronkan ovulasi dan perkawianan yang diperlukan
agar terjadi suatu konsepsi. Sistem urinasi bertujuan untuk berlangsungnya ekskresi
bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai
faktor untuk mempertahankan homeokinetis, yaitu suatu keadaan yang relatif konstan
dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang
beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit dan
konsentrasi banyak zat didalam plasma (Hanifa, 2013). Pada tahap awal untuk
pemeriksaan kehamilan menggunakan urin pagi. Menurut klinisi biasanya dibutuhkan
3-4 minggu bahwa HCG dapat dideteksi pada Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
Pada urin wanita hamil dilakukan penelitian untuk mengetahui HCG yang
mengandung galaktosa dan heksosamin ke dalam urin yang terjadi reaksi antigen-
antibodi. Untuk menentukan kesesuaian hasil pemeriksaan kehamilan metode strip
test dengan metode aglutinasi. Keduanya berdasarkan reaksi pembentukan kompleks
antigen-antibodi (immunoassay).
Dalam urin yang normal komposisinya terdiri dari bahan seperti air, urea, dan
natrium klorida (Rose, 2006). Kadar HCG yang lebih tinggi terjadi pada ibu kembar
dan kasus hamil anggur (mola). Sebagian besar merk test packyang beredar di pasaran
sudah dapat mendeteksi HCG dengan kadar 25 IU/L-50 IU/L, sehingga cukup akurat
untuk menentukan ada atau tidaknya kehamilan pada hari pertama keterlambatan
menstruasi (Rose, 2006). Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG
sebagai antigen dan anti HCG sebagai antibodi bersifat spesifik. Antibodi akan
mengenali antigen pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal
adalah antibodi yang mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan epitop yang
bervariasi karena berasal dari sel B yang berbeda-beda. Sedangkan antibodi
monoklonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena berasal
dari satu sel B yang dibiakan. Pada strip yang berfungsi sebagai kontrol akan tetap
berwarna merah pada kondisi positif atau negatif, sehingga kontrol menjadi tanda
acuan ketepatan hasil tes. Hal ini menunjukkan bila kedua garis di strip tersebut
menunjukkan perubahan warna pada kontrol dan tes, maka sampel yang ujikan
tersebut mengandung HCG dan wanita akan positif hamil. Sedangkan apabila hanya
kontrolnya saja yang berubah warna, maka urin sampel tidak mengandung HCG dan
wanita tersebut tidak hamil. Jika pada tes didapatkan kedua garis kontrol dan tes
sama-sama tidak mengalami perubahan warna, maka dapat dipastikan bahwa alat
tersebut sudah rusak (Rose, 2006). Sedangkan pada pemeriksaan urin dengan
menggunakan metode lateks menunjukkan gambaran yang positif yaitu adanya
gumpalan atau aglutinasi pada lingkaran setelah diberikan reagen.Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeriksaan HCG : Urin yang digunakan harus urin pertama pagi
hari, umur kehamilan tidak lebih dari 7 bulan, adanya proteinuria dapat menyebabkan
perubahan ketepatan hasil, penyakit imunologi, penyimpanan reagen dan
penghomogenan reagen yang mempengaruhi keakuratan hasil.
Prinsip dasar cara kerja metode strip dan HCG rapid test cassette berdasakan
hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kehamilan dengan mendeteksi
HCG urin diantaranya adalah dengan metode aglutinasi dan metode strip test.
Keduanya berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigenantibodi (immunoassay).
Dalam urin yang normal komposisinya terdiri dari bahan seperti air, urea, dan natrium
klorida. Kadar HCG yang lebih tinggi terjadi pada ibu kembar dan kasus hamil anggur
(mola). Sebagian besar merk test pack yang beredar di pasaran sudah dapat
mendeteksi HCG dengan kadar 25 IU/L-50 IU/L, sehingga cukup akurat untuk
menentukan ada atau tidaknya kehamilan pada hari pertama keterlambatan menstruasi.
Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai antigen dan anti
HCG sebagai antibodi bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali antigen pada lokasi
tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali
suatu antigen melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel B
yang berbedabeda. Sedangkan antibodi monoclonal lebih spesifik mengenali antigen
pada satu epitop tertentu karena berasal dari satu sel B yang dibiakan. Pada strip yang
berfungsi sebagai kontrol akan tetap berwarna merah pada kondisi positif atau negatif,
sehingga kontrol menjadi tanda acuan ketepatan hasil tes. Hal ini menunjukkan bila
kedua garis di strip tersebut menunjukkan perubahan warna pada kontrol dan tes,
maka sampel yang ujikan tersebut mengandung HCG dan wanita akan positif hamil.
Sedangkan apabila hanya kontrolnya saja yang berubah warna, maka urin sampel
tidak mengandung HCG dan wanita tersebut tidak hamil. Jika pada tes didapatkan
kedua garis kontrol dan tes sama-sama tidak mengalami perubahan warna, maka dapat
dipastikan bahwa alat tersebut sudah rusak. Sedangkan pada pemeriksaan urin dengan
menggunakan metode lateks menunjukkan gambaran yang positif yaitu adanya
gumpalan atau aglutinasi pada lingkaran setelah diberikan reagen.Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeriksaan HCG : Urin yang digunakan harus urin pertama pagi
hari, umur kehamilan tidak lebih dari 7 bulan, adanya proteinuria dapat menyebabkan
perubahan ketepatan hasil, penyakit imunologi, penyimpanan reagen dan
penghomogenan reagen yang mempengaruhi keakuratan hasil.
Prinsip tes pemeriksaan berdasarkan reaksi aglutinasi lateks antara partikel
lateks yang dilapisi antibodi anti HCG dengan HCG yang terdapat sampel urin.
Adanya HCG dalam urine akan berikatan dengan antibodi anti HCG
sehinggamenghasilkan suatu aglutinasi yang dapat dibedakan secara visual dengan
kontrolnegatif yang tidak aglutinasi

Gambar 1. Prinsip reaksi aglutinasi lateks HCG


Keterangan:
Hitam: partikel lateks yang dilapisi antibodi anti HCG
Merah: HCG yang terdapat sampel urin

1. Cara kerja
a. Komponen reagen dan sampel dibiarkan dalam suhu ruangan (18 – 30 C)
sebelum digunakan
b. Satu tetes kontrol HCG negatif diteteskan pada salah satu lingkaran
slideaglutinasi.
c. Satu tetes kontrol HCG positif diteteskan pada salah satu lingkaran
slideaglutinasi.
d. Satu tetes sampel urine diteteskan pada salah satu lingkaran slide
aglutinasi.
e. Reagen lateks dihomogenkan dan ditambahkan satu tetes pada tiap
lingkaranslide aglutinasi.
f. Reagen diaduk dengan menggunakan pipet pengaduk masing – masing
dandisebarkan keseluruh area lingkaran.
g. Slide digerakan berputar selama 2 menit dan diobservasi untuk
melihatadanya aglutinasi.
h. Hasil dinterpretasi setelah 2 menit.
i. Setelah digunakan slide dicuci dengan air dan dikeringkan.

Gambar 4. Cara kerja pemeriksaan HCG lateks

2. Nilai Rujukan
a. Hasil positif pada pemeriksan HCG lateks apabila terjadi aglutinasi.
b. Hasil negatif didapatkan apabila tidak terjadi aglutinasi
\

Gambar 3. Interprestasi pemeriksaan HCG. (1) hasil positif, (2) hasil negatif
Seandainya dilakukan pemeriksaan HCG pada laki-laki dan diperoleh hasil
positif, Urine test pack digunakan untuk mengetahui ada tidaknya beta HCG (human
chronionic gonadothropin) pada urin yang diperiksa. HCG terutama digunakan untuk
deteksi dan pemantauan kehamilan dan gangguan terkait kehamilan, tetapi juga
merupakan penanda yang sangat sensitif dan spesifik untuk tumor trofoblas yang
berasal dari plasenta dan sel germinal. Dengan demikian, pengobatan GCT testis
metastatik atau berulang sering dimulai atas dasar peningkatan kadar HCG, bahkan
tanpa adanya bukti klinis, radiologis, atau histologis kekambuhan.
Beta HCG adalah hormon yang banyak dihasilkan di awal kehamilan.
Keberadaan beta HCG pada urin tidak hanya bisa ditemukan pada kondisi hamil.
Beberapa kanker testis juga menghasilkan beta HCG. Beta HCG sendiri merupakan
salah satu tumor marker serum untuk kanker testis selain AFP (Alpha-fetoprotein) dan
LDH (Laktat Dehidrogenase), meski sensitivitas dan spesifisitasnya memiliki
keterbatasan. Meskipun sama sekali bukan tes untuk mendiagnosis kanker testis, test
pack kehamilan dapat menunjukkan ada tidaknya beta HCG pada urin. Namun hanya
beberapa kanker testis yang menyekresikan beta HCG. Sebuah studi menemukan
bahwa 36% pasien seminoma mengalami peningkatan beta HCG, dan 71% pasien
germ cell tumor nonseminoma mengalami peningkatan intact HCG dan/atau beta
HCG. Untuk mendiagnosis kanker testis perlu dilakukan pemeriksaan fisis, radiologi,
serta tumor marker serum. Namun pada salah satu laporan kasus, seorang tentara
dengan keluhan klinis pada testisnya menjalani operasi setelah mendapatkan hasil
positif pada tes kualitatif urin kehamilan. Hal ini dilakukan sebab kurangnya peralatan
medis diagnostik di medan perang. Pasien kemudian terkonfirmasi menderita
choriocarcinoma setelah dilakukan orchiectomy dan pemeriksaan patologi anatomi.
Test pack urin kehamilan hanya mendeteksi ada tidaknya beta HCG dan bukan
merupakan tes untuk mendiagnosis kanker testis.
Interprestasi Pregnancy Test Strip
Negatif : hanya terdapat garis pada control line saja
Positif : terdapat garis pada control line ( C) dan Test (T)
Invalid : tidak terdapat garis pada control dan test
Berdasarkan hasil pemeriksaan pregnancy test strip didapatkan hasil yang
positif HCG pada sampel urine A dan didapatkan hasil yang negatif HCG pada
sampel urine B. Pada quality-control positif pada test strip mengandung 25-250
mIU/mL HCG, sedangkan pada control negatif tidak mengandung HCG sama sekali.
Interprestasi hasil Pregnancy Lateks Test
Positif : tergadi aglutinasi
Negatif : tidak terjadi aglutinasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan pregnancy lateks test diketahui bahwa sampel
A positif mengandung HCG dan sampel B positif mengandung HCG. Pada quality-
control lateks test positif mengandung urine manusia dengan konsentrasi >1600IU/L
dan 0,95 g/L sodium azide.Sedangkan, pada control negatifnya mengandung serum
hewan yang berisi 0,95 g/L sodium azide.
Interprestasi hasil Pregnancy Cassette Test
Positif : Dua garis berwarna berbeda muncul. Satu garis berwarna harus berada di
wilayah garis kontrol (C) dan garis berwarna lainnya harus berada di wilayah garis uji
(T). Satu baris mungkin lebih ringan dari yang lain; mereka tidak harus cocok. Ini
berarti Anda mungkin sedang hamil.
Negatif :Satu garis berwarna muncul di wilayah garis kontrol (C). Tidak ada garis
yang muncul di wilayah garis uji (T). Ini berarti Anda mungkin tidak hamil.
Tidak valid : Hasilnya tidak valid jika tidak ada garis berwarna yang muncul di
Wilayah Garis Kontrol, bahkan jika garis muncul di Wilayah Garis Tes. Anda harus
mengulangi prosedur dengan tes baru : ini berbeda dari apa yang tertulis di sisipan.
Pada masing-masing uji kehamilan baik memiliki quality control yang
berbeda-beda . Namun kadar sensitivitas dan spesivisitas suatu alat berbeda-beda.
Test pack yang memiliki sensitivitas tinggi akan semakin mudah bereaksi dengan
HCG hanya dengan sedikit kandungan HCG di urin. Hal inilah yang dapat menjadi
salah satu pemicu didapatnya hasil positif palsu. Sedangkan test pack yang memiliki
spesivisitas tinggi akan semakin sulit bereaksi dengan HCG karena alat tersebut hanya
akan bereaksi dengan HCG dengan kadar yang sangat spesifik (misalnya : test pack
hanya bereaksi pada kadar HCG sebanyak 30 IU/L, jika kadar HCG kurang atau pun
lebih dari 30 IU/L maka test pack tidak akan menyatakan hasil +). Hal inilah yang
dapat menjadi salah satu pemicu didapatnya hasil negatif palsu. Hasil HCG positif
palsu adalah hasil yang menyatakan + terdapat HCG tetapi ternyata tidak didapati
adanya kehamilan. Selain karena alat test pack yang terlalu sensitif hal ini bisa juga
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan lain dalam teknis/ pemeriksaan/ alat,
penggunaan obat atau bahan kimia (penggunaan B-HCG untuk terapi kesuburan dan
diet), obat diuretik dan antiparkinson, vitamin C dosis tinggi, ataupun penyakit
keganasan yang dapat meningkatkan produksi HCG. Hasil HCG negatif palsu adalah
hasil yang menyatakan terdapat HCG tetapi ternyata didapati adanya kehamilan.
Selain karena alat test pack yang terlalu spesifik hal ini bisa juga disebabkan oleh
karena tes kehamilan yang dilakukan terlalu dini, saat hormon f-HCG masih rendah .
Baik kontrol positif maupun negatif harus dilakukan pengujian setiap kali
melakukan pemeriksaan kualitatif test dengan reagen lateks, untuk melihat seberapa
optimal reaktifitas dari reagen. Control positif harus memberikan aglutinasi yang tepat.
Jika hasil diluar perkiraan maka kit tidak dapat digunakan kembali. Hasil positif palsu
telah dilaporkan ketika perangkat telah diuji pada sampel wanita peri- dan pra-
menopause. Perhitungan tes yang sangat sensitif (5mIU/ ml) akan menghasilkan tidak
ada hasil positif palsu pada wanita berusia 18-40 di mana nilai HCG tertinggi dilihat
adalah 4,6 mIU / ml. Namun, 1,3% dari hasil yang terlihat pada wanita yang berusia
41-55, di mana HCG maksimum dilihat adalah 7,7 mIU / ml, akan memberikan hasil
positif palsu, dan 6,7% dari hasil pada wanita di atas 55 tahun akan positif palsu
(HCG tertinggi dilihat adalah 13,1 mIU / ml). Oral pil kontrasepsi (OCP) penggunaan
umum pada wanitaperimenopause. Oleh karena itu, amenorea sekunder setelah
menghentikan OCP dapat mendorong perempuan untuk menggunakan tes kehamilan
di rumah selama perimenopause, seperti dengan menstruasi yang tidak teratur sering
dijumpai dalam peri menopause. Jika tingkat sensitivitas tes kehamilan yang
ditetapkan pada konsentrasi 15 mU / ml HCG atau di atas, tidak akan ada masalah
spesifisitas; ini berarti bahwa kekhususan HCG tes sensitivitas tinggi untuk
mendeteksi kehamilan berkurang, meskipun hanya sampai batas kecildan hanya untuk
kelompok peri-dan pasca-menopause. (Gnoth C, dkk,2014) Selain itu, kontaminasi
bakteri pada control dan specimen serta pembekuan dan pengenceran pada reagen
HCG lateks dapat memberikan hasil yang positif palsu. Detergent yang masih
menempel pada tes slide dapat memberikan hasil yang positif palsu. Slide test harus
dicuci dibawah air mengalir sampai reaktan terhapus dan kemudian dibilas dengan
aquadest. Selanjutnya test slide dikering-anginkan. HCG reagen lateks harus
digunakan sebelum tanggal kadaluarsa karena penyimpanan dalam jangka waktu yang
lama akan mempengaruhi sensitifitas dari suspensi.
Fungsi utama HCG adalah untuk mendukung korpus luteum pada akhir siklus
menstruasi dan menyebabkan korpus luteum mensekresi progesteron dalam jumlah
yang lebih besar yang berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan endometrium
selama kehamilan. Hormon ini juga berperan menstimulasi gonad janin untuk
menghasilkan hormon steroid yang berperan. Penting dalam diferensiasi genitalia
janin, baik genitalia interna maupun eksterna. Hormon ini juga berfungsi untuk
merangsang proses diferensiasi sitotrofoblas, menstimulasi produksi testosterone
testis janin, dan merangsang sekresi testosteron selama perkembangan embrio XY.
Pemeriksaan HCG paling baik dilakukan saat pagi hari dengan menggunakan
urine pertama yang keluar setelah bangun tidur, karena lebih konsentrat sehingga
mengandung lebih banyak HCG per satuan volume. Urine satu malam
mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang
terbentuk mengalami pemekatan sehingga urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen
dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (Human
Chorioric Gonadothropin) dalam urine. Selain itu, pemeriksaan urinalisis yang baik
dilakukan saat urine masih segar atau kurang dari 2 jam setelah dikemihkan.
Penundaan antara berkemih dan pemeriksaan urinalisis dapat mempengaruhi stabilitas
spesimen dan validasitas hasil pemeriksaan karena adanya pertumbuhan bakteri.
Selain pemeriksaan HCG, ada pemeriksaan kehamilan yang bisa dilakukan
yaitu pemeriksaan trimester. Pemeriksaan trimester dibagi menjadi 3 tahap yaitu
pemeriksaan trimester I, pemeriksaan trimester II, dan pemeriksaan trimester III.
Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan. Penentuan untuk
membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Pada saat inilah tugas psiklogis
pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan kehamilannya.
Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan
suami. Banyak wanita merasa butuh dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai
namun tanpa berhubungan seks. Libido sangat dipengaruhi kelelahan, rasa mual,
pembesaran payudara, keprihatinan, kekhawatiran. Semua ini bagian normal dari
proses kehamilan padatrimester pertama.
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu
merasa sehat. Ini disebabkan selama trimester ini umumnya wanita sudah merasa
baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa
dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasatidak nyaman karena hamil sudah
berkurang. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi
serta pikirannya secara konstruktif.
Trimester ketiga ini sering disebut sebagai periode penantian. Periode ini
wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak
sabar untuk segera melihat bayinya. Trimester tiga adalah waktu untuk
mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya
perhatian pada kehadiran bayi. Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester ketiga.
Wanita mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak akan
mengetahui kapan dia akan melahirkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Tes urine dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: metode


imunokromatografi dan tes slide (metode aglutinasi), dan motode cassette.
2. Pemeriksaan HCG imunokromatografi merupakan reaksi antara urin wanita
hamil yang mengandung α dan β HCG (monoklonal HCG lengkap) dengan
anti α dan anti β HCG pada tes line (T) dan kontrol line (C).
3. Tes aglutinasi dilakukan dengan menguji suspense partikel lateks yang terikat
pada anti-HCG monoclonal terhadap sampel yang diuji. Keberadaan HCG
dalam sampel ditunjukkan dengan adanya aglutinasi. Metode yang digunakan
pada pregnancy lateks test adalah slide aglutination test.
4. Tes cassette menggunakan kombinasi antibodi termasuk antibodi HCG
monoklonal untuk mendeteksi peningkatan kadar HCG secara
selektif. Pengujian dilakukan dengan menambahkan urine ke spesimen
dengan baik, dan mendapatkan hasil dari garis berwarna.
5.2 Saran

1. Diharapkan sebelum melaksanakan praktikum, mahasiswa harusnya sudah


mendalami dan mencari literatur dalam pembelajaran terlebih dahulu terkait
HCG sehingga dalam melaksanakan praktikum tidak bingung dan lebih
terarah serta dapat mencapai hasil yang maksimal.
2. Diharapkan kepada mahasiswa pada praktikum selanjutnya dapat mencari
lebih banyak sumber valid baik video maupun jurnal terkait praktikum
sehingga data-data yang bisa dibandingkan dapat lebih bervariasi dan lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Sulistyawati. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.
Ballieux, B.E., Weijl, N.I., Gelderblom, H., van Pelt, J. and Osanto, S. (2008).
False-Positive Serum Human Chorionic Gonadotropin (HCG) in a
Male Patient with a Malignant Germ Cell Tumor of the Testis: A Case
Report and Review of the Literature. The Oncol, 13: 1149- 1154.
https://doi.org/10.1634/theoncologist.2008-0159
Carstairs, D. (2013). Diagnosis Of Testicular Cancer With a Urine Pregnancy
Test In An Austere Military Medical Environment. The American Journal
of Emergency Medicine. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24051009
Christiani, N. (2019). HCG. Semarang: Universitas Ngudi Waluyo.
Dijar. (2012). Tes Kehamilan Dengan Deteksi Hormon.
Gnoth, C dkk. (2014). Strip of Hope: accuracy of Home Pregnancy Test and
Newdevelopment. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articlesPMC4119102/.
Hanifa, W. dan Saifuddin,A.B. (2005). Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Harti, Agnes Sri. Estuningsih, E. Kusumawati, Heni Nur. (2013). Pemeriksaan
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) Untuk Deteksi Kehamilan Dini
secara Immunokromatografi. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 4
No. 1, Januari 2013.
Kelsey Lynd, dkk. (2012). Simplified Medical Abortion Using a Semi
Quantitative Pregnancy Test For Home-Based Follow-Up.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0020729213000477
Kumalasari, Intan. (2015). Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan
Anenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan Kontrasepsi. Jakarta :
Salemba Medika.
Pipih Sofiah. (2016). Gambaran Hasil Pemeriksaan HCG Dengan Metode
Imunokromatografi Menggunakan Berbagai Merek.
Renowati, R. (2018). Uji Kesesuaian Pemeriksaan Kehamilan Metode Strip Test
Dengan Metode Aglumentasi. Prosiding Seminar Kesehatan Perintis, 1(1).
Rezeki, Mayda. (2018). Makalah Pemeriksaan HCG dengan Metode
Lateks. Politeknik Kesehatan Banjarmasin.
Rose. W. (2006). Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta, Dian
Rakyat.
Thalia Anggrea Noor. (2016). Pregnancy Test Strip dan Lateks Test
Laboratorium Immunoserologi Poltekkes Denpasar .
Maryunani, Anik. (2011). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK).
Jakarta: Trans Info Media.
Widiastuti, U. T. (2018). Pengaruh Penundaan Waktu Terhadap Hasil Sedimen
Urine Menggunakan pengawet Formaldehyde (Doctoral dissertation,
UNIMUS).
Link video pertama https://www.youtube.com/watch?v=MryorhgxC_E
Link video kedua https://www.youtube.com/watch?v=E_s6PiPhSAM
Link video ketiga https://www.youtube.com/watch?v=1LoUheVQfRo
Link video keempat https://www.youtube.com/watch?v=Ts1dJh1-WHM&t=70s

Anda mungkin juga menyukai