FISIOLOGI
HCG
OLEH :
Kelompok 1
1
Puji dan syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena setiap
curahan rahmat serta anugerah-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan
laporan percobaan dengan judul “Fisiologi Tes Kehamilan (hCG)”.
Adapun penyusunan laporan percobaan ini adalah agar dapat memahami
pengaruh perubahan hormonal pada wanita normal dan wanita hamil terhadap
siklus haid melalui penentuan adanya hormone human chorionic gonadotropin
(hCG) di dalam urine dengan memakai teknik immunologic.
Lewat pencatatan percobaan ini, beragam tantangan telah kami lalui, oleh
sebab itu, selesainya laporan percobaan ini tentu saja bukan hanya sekedar kerja
keras dari kami semata-mata. Tetapi karena bantuan dan dukungan yang diberikan
oleh segenap pihak yang terlibat.
Berkaitan dengan perihal ini, kami disertai keikhlasan hati menghaturkan
ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk dosen dan asisten dosen yang
telah selalu membina kami untuk penyelesaian laporan ini.
Terkait membuat laporan percobaan ini, kami benar benar menyadari
ditemukan banyak keterbatasan yang ada pada laporan ini. Dengan sebab itu, kami
sungguh-sungguh meminta saran beserta kritik yang membangun dari segenap
pihak supaya laporan percobaan ini tambah baik lagi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3. Tujuan Praktikum..........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
2.1. Pengertian hCG.............................................................................................5
2.2. Faktor Faktor Tanda Kehamilan................................................................6
2.3. Siklus Menstruasi......................................................................................9
BAB III..................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................12
3.1 METODE PRAKTIKUM........................................................................12
3.2 Hasil..............................................................................................................14
3.3 Pembahasan..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu proses berkesinambungan dimulai dari terjadinya
ovulasi, konsepsi, nidasi, implantasi hingga perkembangan embrio di dalam
uterus hingga aterm. Fase trimester I kehamilan, sekitar minggu ke-12 sampai
dengan ke-14 ditandai dengan peningkatan kadar human chorionic
gonadotropin (hCG) dalam urin[1]. Peningkatan kadar hormon estrogen dan
hCG menimbulkan rasa mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) yang
biasanya terjadi pada pagi hari. Kedua gejala tersebut biasanya dimulai pada 6
minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir hingga menghilang secara
spontan setelah 6-12 minggu kemudian. hCG memiliki fungsi penting dalam
mempertahankan kehidupan korpus luteum oleh korion yang sedang
berkembang[2].
hCG merupakan suatu hormon glikoprotein yang mengandung heksosamin
dan galaktosa, dihasilkan oleh sel-sel sinsitiotrofoblas plasenta, mengalami
glikosilasi yang disempurnakan pada apparatus golgi, dan dikeluarkan
bersama urin. hCG tersusun atas subunit alfa (α) disandi oleh gen CGA dan
tersusun atas 92 asam amino residu, dan subunit beta (β) tersusun atas 145
asam amino (aa) secara berurutan. Berat molekul α-hCG yaitu 18.000 dan β-
hCG yaitu 28.0009. Subunit α-hCG memiliki persamaan dengan subunit α dari
LH, FSH dan TSH. Subunit β-hCG hanya memiliki sedikit persamaan dengan
subunit β-LH. hCG dan LH memiliki perbedaan utama dilihat dari waktu
paruhnya selama di sirkulasi. LH memiliki waktu paruh 25-30 menit,
sedangkan hCG memiliki waktu 37 jam. hCG dapat dikatakan sebagai super
LH yang berkerja pada reseptor[3].
hCG dapat dideteksi dalam darah sejak 6 hari setelah konsepsi terjadi.
Salah satu metode untuk mendeteksi kehamilan yaitu dengan metode
aglutinasi. Metode aglutinasi berprinsip pada reaksi pembentukan kompleks
antigen-antibodi (immunoassay). Metode aglutinasi dapat mendeteksi adanya
β-hCG di urin minimal 200 mIU/ml[4].
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme haid yang normal?
2. Bagaimana mekanisme tidak terjadinya haid pada wanita hamil?
3. Bagian apa dari molekul hCG yang dideteksi oleh tes kehamilan?
4. Bagaimana mekanisme tes kehamilan secara imunologik?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.2. Faktor Faktor Tanda Kehamilan
A. Proses fertilisasi
Adalah proses bertemunya sel telur dengan sel ovum pada tuba falopii.
Mekanisme molekuler membuat spermatozoa dapat melewati zona pelusida
dan masuk ke sitoplasma oosit untuk membentuk zigot. Fertilisasi
berlangsung pada tuba uterin.
7
b. Perubahan pada system kardiovaskuler Volume plasma meningkat
selama hamil normal. Lebih dari 50% peningkatan terjadi pada usia
kehamilan 34 minggu. Karena ekspansi dalam volume plasma lebih besar dari
peningkatan seld arah merah, di sini terjadi penurunan konsentrasi
haemoglobin, hematocrit dan jumlah sel darah merah. Perubahan pada system
kardiovaskular mulai terjadi pada awal kehamilan, yaitu 8 minggu usia
kehamilan, cardiac output meningkat 20%.
8
dibutuhkan untuk membawa janin yang sedang tumbuh. Perubahan
musculoskeletal lain yang dapat dilihat pada kehamilan termasuk lordosis,
kelemahan tulang sendi bagian depan dan kelemahan ligament lumbal spina,
pelebarang dan peningkatan mobilitas dari sendi sacroiliaca dan simfisis
pubis.
9
yang meningkat pada otot-otot dan ligament yang mendukung tulang
punggung. Kelemahan ligamen longitudinal anterior dan posterior dari tulang
belakang sehingga menyebabkan ketidakstabilan di tulang belakang dan
rentan menyebabkan ketegangan otot. Diperkirakan hamper semua wanita
mengalami ketidaknyamanan musculoskeletal67].
1) Siklus Endomentrium
Fase menstruasi
Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita
dewasa setiap bulannya. Sebab melalui fase ini wanita baru
dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi selalu
dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat para
wanita merasa tidak nyaman untuk beraktifitas. Biasanya
ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari, dimana pada awal
10
haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan darah
lebih sering keluar.Pada fase menstruasi, endometrium terlepas
dari dinding uterus dengan disertai pendarahan. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase
menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing
Hormon)menurun atau pada kadar terendahnya, sedangkan siklus
dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai
meningkat [7].
Fase proliferasi
Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan
dan pematangan ovum. Fase proliferasi merupakan periode
pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5
sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permukaan
endometriumsecara lengkap kembali normal sekitar empat hari
atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium
tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari
semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Pada fase proliferasi
terjadi peningkatan kadar hormon estrogen, karena fase ini
tergantung pada stimulasi estrogenyang berasal dari folikel ovarium
[7].
Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar tiga
hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase
sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna
mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
Umumnya pada fase pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif.
Sebab pada fase ini hormon reproduksi (FSH, LH, estrogen dan
progesteron)mengalami peningkatan. Jadi pada fase ini wanita
mengalami yang namanya Pre Menstrual Syndrome (PMS).
Beberapa hari kemudian setelah gejala PMS maka lapisan
dinding rahim akan luruh kembali [7].
11
Fase iskemi/premenstrual
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum
yang mensekresi estrogen dan progesterone menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesterone yang cepat, arteri
spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium
fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional
terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai [7].
2) Siklus Ovarium
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang
menghambat pengeluaran FSH, kemudian kelenjar hipofisis
mengeluarkan LH (lutenizing hormon).Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Sebelum ovulasi,
satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah
pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi.
mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih,
oosit matur (folikel de Graaf) terjadi ovulasi, sisa folikel yang
kosong di dalam ovarium berformasi menjadi korpus luteum. Korpus
luteum mencapai puncak aktivitas fungsional pada 8 hari setelah
ovulasi, dan mensekresi hormon estrogen dan progesteron. Apabila
tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon
progesterone menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium
tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh [7].
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prinsip Kerja:
Plasmatec direct pregnancy test didasarkan paada timbulnya reaksi
aglutinasi latex antara partikel latex yang dilapisi antibodi anti-hCG
dengan hCG. Jika spesimen urine yang diperiksa mengandung hCG
dengan konsentrasi 200 mIU/ml atau lebih, maka hCG yang ada dalam
urine sampel bereaksi secara imunologis dengan antibodi anti-hCG yang
berikatan dengan partikel latex. Terjadinya reaksi ditunjukkan oleh
terlihatnya aglutinasi. Interpretasi hasil:
- Hasil positif: aglutinasi dalam 2 menit.
- Hasil negative: aglutinasi tidak terjadi dalam 2 menit.
Cara Kerja
1. Letakkan semua reagensia dalam suhu kamar.
2. Gelas objek, pipet tetes dan pengaduk harus selalu dalam keadaan
bersih untuk tiap sediaan.
3. Teteskan secara terpisah pada gelas obyek:
1 tetes urine sampel.
1 tetes urine kontrol positif.
1 tetes urine kontrol negatif.
13
4. Kocok baik-baik reagen latex. Tambahkan satu tetes pada tetesan urine
sampel dan urine kontrol di gelas obyek.
5. Campur dan aduk selama ± 5 detik.
6. Goyang-goyangkan campuran dengan cara memiring-miringkannya ke
atas dan ke bawah perlahan-lahan selama 2 menit untuk mengamati
adanya aglutinasi. Inkubasi yang lebih dari 2 menit dapat
menyebabkan kekeliruan dalam membaca hasil karena pengaruh
evaporasi.
7. Isi table pada buku kerja. Diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut
ini:
a. Bagaimana mekanisme siklus haid normal?
b. Mengapa pada wanita hamil tidak terjadi haid?
c. Bagian mana dari molekul hCG yang dideteksi oleh tes kehamilan?
d. Bagaimana mekanisme tes kehamilan secara imunologik?
(Jelaskan apa yang berperan sebagai antibody dan antigennya serta
mengapa aglutinasinya bisa terlihat oleh mata telanjang).
3.2 Hasil
Kesimpulan:
3.3 Pembahasan
Judul pada praktikum kali ini adalah Test Kehamilan (hCG). Praktikum
ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami pengaruh perubahan hormonal
pada wanita normal dan wanita hamil terhadap siklus haid melalui penentuan
adanya hormon human chorionic gonadotropin (hCG) di dalam urine dengan
14
memakai teknik immunologik. Hormon human chorionic gonadotropin
(hCG) yaitu hormone saat terjadinya kehamilan dan mulai bisa dideteksi
terutama pada 7 hari setelah terjadinya pembuahan. Hormone dikeluarkan
oleh ginjal ibu sehingga bisa dideteksi melalui darah dan urine ibu [8].
Gonadotropin korionik (hCG) disebut juga sebagai hormon kehamilan
yang merupakan suatu glikoprotein dengan aktivitas biologi yang sangat
mirip dengan luteinizing hormone (LH) dan keduanya sama-sama berkerja
melalui reseptor LH/hCG membran plasma. Walaupun diproduksi hampir
seluruhnya di plasenta, hCG juga disintesis di ginjal janin dan sejumlah
jaringan janin menghasilkan subunit β atau molekul utuh hCG. Molekul hCG
lengkap dapat dideteksi dalam plasma wanita hamil sekitar 7,5 sampai 9,5
hari setelah lonjakan LH dipertengahan siklus yang mendahului ovulasi.
Dengan demikian, besar kemungkinannya bahwa hCG memasuki darah ibu
pada saat implantasi blastokista. Setelah ini kadar hCG dalam darah
meningkat pesat dengan kadar maksimum tercapai pada usia kehamilan
sekitar 8 sampai 10 minggu [9].
Konsentrasi hCG dalam urin ibu hampir sejajar dengan konsentrasi di
dalam plasma yaitu sekitar 1 IU/ml pada minggu ke-6 setelah hari pertama
haid terakhir, meningkat ke nilai rata-rata sekitar 100 IU/ml pada hari ke-60
sampai 80 setelah haid terakhir. Kadar hCG dalam plasma wanita hamil dapat
mencapai 15 mg/ml. Dimulai pada sekitar minggu ke-10 sampai 12, kadar
hCG dalam plasma ibu mulai berkurang dengan nadir tercapai pada sekitar
minggu ke-20. Kadar hCG dalam plasma dipertahankan pada kadar rendah ini
sepanjang sisa masa kehamilan [9].
Pada kehamilan dengan janin lebih dari satu kadang-kadang dijumpai
kadar hCG plasma yang menigkat secara bermakna, demikian juga pada janin
eritroblastotik tunggal yang terjadi akibat isoimunisasi antigen-D ibu. Kadar
hCG dalam plasmadan urin mungkin sangat meningkat pada wanita dengan
mola hidatidosa atau koriokarsinoma. Kadar hCG plasma yang relatif tinggi
dapat dijumpai pada kehamilan trimester dua dengan sindrom Down.
Penyebab hal ini tidak diketahui, tetapi dispekulasikan bahwa plasenta dalam
berbagai kehamilan di atas kurang matang dibandingkan dengan plasenta
15
pada kehamilan normal. Kadar hCG plasma yang relatif rendah dijumpai pada
kehamilan ektopik dan abortus iminens [9].
16
mulai memperbaiki diri dan berproliferasi di bawah pengaruh estrogen dari
folikel-folikel yang baru berkembang. Saat aliran darah haid berhenti, yang
tersisa adalah lapisan endometrium tipis dengan ketebalan kurang dari 1 mm.
Estrogen merangsang proliferasi sel epitel, kelenjar, dan pembuluh darah di
endometrium, meningkatkan ketebalan lapisan ini menjadi 3-5 mm. Fase
proliferatif yang didominasi oleh estrogen ini berlangsung dari akhir haid
hingga ovulasi. Kadar puncak estrogen memicu lonjakan LH yang menjadi
penyebab ovulasi [9].
3. Fase Sekretorik
Setelah ovulasi ketika terbentuk korpus luteum baru, uterus masuk ke
fase sekretorik yang bersamaan waktunya dengan fase lutela ovarium. Korpus
luteum mengeluarkan sejumlah besar progesteron dan estrogen. Progesteron
mengubah endometrium tebal yang telah dipersiapkan estrogem menjadi
jaringan kaya vaskular dan glikogen. Periode ini disebut fase sekretorik ,
karena kelenjar endometrium aktif mengeluarkan glikogen yaitu lapisan subur
endometrium yang mampu menopang kehidupan mudigah. Jika pembuhan
dan implantasi tidak terjadi maka korpus luteum berdegenerasi dan fase
folikular dan fase haid baru dimulai kembali [9].
17
Setelah sel telur dilepaskan, ia bergerak ke tuba fallopi. Sel telur tinggal
di sana selama sekitar 24 jam, menunggu sel sperma untuk membuahi.
Peristiwa ini terjadi, sekitar dua minggu setelah hari pertama menstruasi
terakhir atau disebut juga dengan masa subur.
Sel telur hanya dapat bertahan selama 12 -24 jam sedangkan sperma
bisa bertahan selama sekitar 72 jam pada saluran reproduksi wanita. Oleh
karena itu, masa subur wanita adalah 4 hari, yakni hari ke 12 - 16 dihitung
dari hari pertama menstruasi.
4. Jika sel telur tidak dibuahi
Jika tidak ada sperma yang masuk untuk membuahi sel telur, maka
tidak terjadi proses kehamilan dan sel telur akan bergerak
menuju rahim (uterus) kemudian hancur. Kadar hormon yang dihasilkan
korpus luteum kembali normal sehingga lapisan rahim yang menebal menjadi
luruh, inilah yang disebut dengan menstruasi atau haid.
5. Fertilisasi (pembuahan)
Jika salah satu sel sperma masuk ke tuba fallopi dan bertemu sel telur,
maka terjadilah fertilisasi (pembuahan). Sel telur akan mengubah dirinya
sehingga tidak ada sperma lain bisa membuahi.
Pada saat pembuahan, gen bayi dan jenis kelaminnya ditetapkan pada
saat itu juga. Jika yang membuahi sperma yang berkromosom Y, maka
menjadi anak laki-laki. Jika yang membuahi berkromosom X, maka menjadi
anak perempuan.
6. Implantasi
Sel telur yang telah dibuahi (zigot) tetap dalam tuba fallopi selama
sekitar tiga sampai empat hari, tetapi dalam waktu 24 jam setelah dibuahi,
zigot mulai membelah diri (zigot yang sudah membelah disebut embrio)
sangat cepat menjadi banyak sel.
Embrio terus membelah ketika bergerak perlahan-lahan melalui tuba
falopi menuju rahim. Ketika sampai rahim embrio akan menempel dan
tertanam dalam dinding rahim yang sudah menebal (lahan subur), inilah yang
disebut implantasi (penanaman).
Beberapa wanita mengalami spotting atau bercak pendarahan selama
satu atau dua hari sekitar waktu implantasi. Kemudian, lapisan rahim
semakin tebal dan leher rahim disegel oleh plug lendir sampai bayi lahir.
18
hCG merupakan detektor adanya kehamilan. Molekul hCG terdiri dari
dua subunit yang tidak sama α (92 asam amino) dan β (145 asam amino) yang
disatukan dengan ikatan nonkovalen. Keduanya disatukan oleh gaga-gaga
elektrostatik dan hidrofobik yang dapat dipisahkan in vitro. Masing-masing
subunit tidak memperlihatkan aktivitas biologis intrinsik mirip LH karena
[9]
keduanya tidak berikatan dengan reseptor LH . Hormon ini, khususnya
subunit α memiliki struktur yang identik dengan hormon glikoprotein lainnya
yaitu luteinizing hormone (LH), Follicle Stimulating Hormone (FSH), dan
Thyroid-stimulating Hormone (TSH). Sedangkan subunit β memiliki sekuen
asam amino yang berbeda. βC-HCG (beta sub-unit core hCG) merupakan
hasil degradasi dari β-hCG oleh enzim makrofag pada ginjal, sehingga
hormon ini dapat terdeteksi pada urine dan tidak dapat terdeteksi pada serum.
Hormon ini tidak terdeteksi pada wanita yang tidak hamil dan laki-laki.
Selain sebagai detektor adanya kehamilan, hCG bermanfaat dalam
mendeteksi dalam keadaan abonormal kehamilan seperti kehamilan ektopik,
abortus, kehamilan ganda, memprediksi preeklamsia, serta kelainan trofoblas
janin dapat terdeteksi dengan berpatokan pada kuantitas hCG dalam serum.
Core β-hCG juga digunakan sebagai detektor adanya down sindrom.
2. Cara pemeriksaan
19
a. 1 tetes urin segar ditambahkan 1 tetes anti serum pada lingkaran plat kaca,
kemudian aduklah secara merata dengan pengaduk.
b. Tambahkan 1 tetes antigen, aduk dan ratakan ke seluruh permukaan
lingkaran plat kaca.
c. Goyangkan plat kaca secara perlahan-lahan selama 2 menit searah
perputaran jarum jam dan jagalah agar larutan tersebut masih tetap berada
dalam perbatasan garis lingkaran.
d. Baca langsung hasilnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Siwi, R.P.Y. 2019. Efektifitas Pemberian Buah Kurma Mabrum terhadap
Morning Sickness pada Ibu Hamil Trimester I di PMB Ny. H. Pakisaji
Kabupaten Malang. Journal for Quality in Women's Health. 2: 49-54.
[2]
Rohmah, M. S. Natalia & Anggriani. 2018. Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon
(Musa Paradisiaca.L) terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah Pada
Ibu Hamil Trimester I. Journal for Quality in Women's Health 1 : 1-7.
[3]
Darmawi. 2017. Vaksin Human Chorionic Gonadotropin (hCG) sebagai
Kandidat Kontrasepsi Imunologi pada Wanita. Jurnal Kesehatan Melayu.
1: 29-34.
[4]
Renowati & S. Suharlina. 2018. Uji Kesesuaian Pemeriksaan Kehamilan Metode
Strip Test dengan Metode Aglutinasi. Prosiding Seminar Kesehatan
Perintis. 1: 1-5.
[5]
Arma, N., N. Karlinah & E. Yanti. 2015. Bahan Ajar Obstetri
Fisiology. Deepublish, Yogyakarta.
[6]
Islami & T.Ariyanti.2019. Prenatal Yoga dan Kondisi Kesehatan Ibu Hamil.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.10:49-56.
[7]
Sigana, E., N.Saribanon, Suprihatin, N.Sa’adah, U.Salamah, Y.A.Murti,
A.Trisnamiati & S.Lorita. 2017. Manejemen Kesehatan Menstruasi .
Universitas Nasional IWWASH Global One, Jakarta.
[8]
Istikomah, A., M. Zubir. 2019. Analisis Iddah Berdasarkan
Pemanfaatan Teknologi Kedokteran dalam
Menafsirkan Tsalatsatu Quru’. Jurnal Riset Keagamaan,
Sosial, dan Budaya. 1: 31-45.
[9]
Sinsin, I. 2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.
21