Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI
HCG

OLEH :

Kelompok 1

Muhammad Andika Perdana (1911015210010)


Novan Ramadhan Asy’ari (1911015210028)
Adelina Lestari Gustina (1911015120001)
Andhini Fajriaty (1911015220001)
Sri Wulandari (1911015220002)
Happy Limantara (1911015220006)
Salsabila (1911015220014)
Dita Azizah (1911015220015)
Tri Yulidhea Gracia (1911015220019)
Rinni Emiliani (1911015320007)
Desy Fitriyana Nabila Putri (1911015320009)
Maida Denasyia Ismail (1911015320010)
Siti Fatmawati (1911015320025)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena setiap
curahan rahmat serta anugerah-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan
laporan percobaan dengan judul “Fisiologi Tes Kehamilan (hCG)”.
Adapun penyusunan laporan percobaan ini adalah agar dapat memahami
pengaruh perubahan hormonal pada wanita normal dan wanita hamil terhadap
siklus haid melalui penentuan adanya hormone human chorionic gonadotropin
(hCG) di dalam urine dengan memakai teknik immunologic.
Lewat pencatatan percobaan ini, beragam tantangan telah kami lalui, oleh
sebab itu, selesainya laporan percobaan ini tentu saja bukan hanya sekedar kerja
keras dari kami semata-mata. Tetapi karena bantuan dan dukungan yang diberikan
oleh segenap pihak yang terlibat.
Berkaitan dengan perihal ini, kami disertai keikhlasan hati menghaturkan
ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk dosen dan asisten dosen yang
telah selalu membina kami untuk penyelesaian laporan ini.
Terkait membuat laporan percobaan ini, kami benar benar menyadari
ditemukan banyak keterbatasan yang ada pada laporan ini. Dengan sebab itu, kami
sungguh-sungguh meminta saran beserta kritik yang membangun dari segenap
pihak supaya laporan percobaan ini tambah baik lagi.

Banjarbaru, 12 November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3. Tujuan Praktikum..........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
2.1. Pengertian hCG.............................................................................................5
2.2. Faktor Faktor Tanda Kehamilan................................................................6
2.3. Siklus Menstruasi......................................................................................9
BAB III..................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................12
3.1 METODE PRAKTIKUM........................................................................12
3.2 Hasil..............................................................................................................14
3.3 Pembahasan..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu proses berkesinambungan dimulai dari terjadinya
ovulasi, konsepsi, nidasi, implantasi hingga perkembangan embrio di dalam
uterus hingga aterm. Fase trimester I kehamilan, sekitar minggu ke-12 sampai
dengan ke-14 ditandai dengan peningkatan kadar human chorionic
gonadotropin (hCG) dalam urin[1]. Peningkatan kadar hormon estrogen dan
hCG menimbulkan rasa mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) yang
biasanya terjadi pada pagi hari. Kedua gejala tersebut biasanya dimulai pada 6
minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir hingga menghilang secara
spontan setelah 6-12 minggu kemudian. hCG memiliki fungsi penting dalam
mempertahankan kehidupan korpus luteum oleh korion yang sedang
berkembang[2].
hCG merupakan suatu hormon glikoprotein yang mengandung heksosamin
dan galaktosa, dihasilkan oleh sel-sel sinsitiotrofoblas plasenta, mengalami
glikosilasi yang disempurnakan pada apparatus golgi, dan dikeluarkan
bersama urin. hCG tersusun atas subunit alfa (α) disandi oleh gen CGA dan
tersusun atas 92 asam amino residu, dan subunit beta (β) tersusun atas 145
asam amino (aa) secara berurutan. Berat molekul α-hCG yaitu 18.000 dan β-
hCG yaitu 28.0009. Subunit α-hCG memiliki persamaan dengan subunit α dari
LH, FSH dan TSH. Subunit β-hCG hanya memiliki sedikit persamaan dengan
subunit β-LH. hCG dan LH memiliki perbedaan utama dilihat dari waktu
paruhnya selama di sirkulasi. LH memiliki waktu paruh 25-30 menit,
sedangkan hCG memiliki waktu 37 jam. hCG dapat dikatakan sebagai super
LH yang berkerja pada reseptor[3].
hCG dapat dideteksi dalam darah sejak 6 hari setelah konsepsi terjadi.
Salah satu metode untuk mendeteksi kehamilan yaitu dengan metode
aglutinasi. Metode aglutinasi berprinsip pada reaksi pembentukan kompleks
antigen-antibodi (immunoassay). Metode aglutinasi dapat mendeteksi adanya
β-hCG di urin minimal 200 mIU/ml[4].

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme haid yang normal?
2. Bagaimana mekanisme tidak terjadinya haid pada wanita hamil?
3. Bagian apa dari molekul hCG yang dideteksi oleh tes kehamilan?
4. Bagaimana mekanisme tes kehamilan secara imunologik?

1.3. Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui mekanisme tes kehamilan secara imunologik.
2. Untuk mengetahui mekanisme haid yang normal.
3. Untuk mengetahui mekanisme tidak terjadinya haid pada wanita hamil.
4. Untuk mengetahui bagian dari molekul hCG yang dideteksi oleh tes
kehamilan.
5. Untuk menyelesaikan tugas praktikum fisiologi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian hCG

Genadotropin korionik (hCG) disebut juga sebagai hormon kehamilan


yang merupakan suatu glikoprotein dengan aktivitas biologik yang sangat
mirip dengan lutenizing hormone (LH) dan keduanya sama – sama bekerja
melalui reseptor LH/hCG membran plasma[5].

HCG merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh jaringan plasenta


yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin dan disentesa pada retikulum
endoplasma kasar, glikosilasi disempurnakan apparatus golgi. Hormon ini
juga dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan epitel
korion seperti molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. HCG dapat juga
digunakan dalam upaya mesinkronkan ovulasi dan perkawianan yang
diperlukan agar terjadi suatu konsepsi. Sistem urinasi bertujuan untuk
berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam
tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor untuk mempertahankan
homeokinetis, yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari lingkungan
internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam
seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit dan
konsentrasi banyak zat didalam plasma. Pada tahap awal untuk pemeriksaan
kehamilan menggunakan urin pagi.Menurut klinisi biasanya dibutuhkan 3-4
minggu bahwa HCG dapat dideteksi pada Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT). Pada urin wanita hamil dilakukan penelitian untuk mengetahui HCG
yang mengadung galaktosa dan heksosamin ke dalam urin yang terjadi reaksi
antigen-antibodi. Tujuan dari penelitian ini ialah Untuk menentukan
kesesuaian hasil pemeriksaan kehamilan metode strip test dengan metode
aglutinasi[4].

6
2.2. Faktor Faktor Tanda Kehamilan

Kehamilan ditandai dengan meningkatnya kadar Human Chorionik


Gonadotropin (HCG) dalam urin pada trimester I. Pada umumnya kehamilan
berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup
bulan melalui jalan lahir. Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG
urin diantaranya adalah dengan metode aglutinasi (direct atau indirect) dan
metode strip. Keduanya berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-
antibodi (immunoassay). Metode aglutinasi dapat mendeteksi adanya beta-
HCG di urin minimal 200 mIU/ml sedangkan metode strip lebih sensitif yaitu
minimal 20-25 mIU/ml. Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain
lebih sensitif juga lebih praktis, Pada kehamilan biasanya terjadi perubahan
pada seluruh tubuh, terutama oleh pengaruh hormon-hormon somatotropin,
estrogen dan progesteron [4].

A. Proses fertilisasi

Adalah proses bertemunya sel telur dengan sel ovum pada tuba falopii.
Mekanisme molekuler membuat spermatozoa dapat melewati zona pelusida
dan masuk ke sitoplasma oosit untuk membentuk zigot. Fertilisasi
berlangsung pada tuba uterin.

B. Perubahan fisik dan psikis kehamilan

a. Perubahan system endokrin Mual dan muntah adalah gangguan yang


umum dialami selama kehamilan, dan ini mempengaruhi 500-90%
kehamilan. Ini mungkin terjadi sebagai mekanisme adaptasi kehamilan, yang
bertujuan untuk mencegah wanita hamil dari konsumsi makanan yang
teratogenic seperti buah dan sayur yang rasanya terlalu kuat. Mekanisme yang
mendasari ini memang tidak jelas tetapi kehamilan berhubungan hormone
seperti HCG, estrogen dan progesterone yang bisa menjadi etiologi tersebut.
Level HCG lemah di akhir kehamilan trimester satu ketika trofoblas aktif
memproduksi HCG, berhubungan dengan gejala nausea. Nausea juga lebih
sering pada kehamilan dengan of hCG, seperti pada kehamilan kembar).

7
b. Perubahan pada system kardiovaskuler Volume plasma meningkat
selama hamil normal. Lebih dari 50% peningkatan terjadi pada usia
kehamilan 34 minggu. Karena ekspansi dalam volume plasma lebih besar dari
peningkatan seld arah merah, di sini terjadi penurunan konsentrasi
haemoglobin, hematocrit dan jumlah sel darah merah. Perubahan pada system
kardiovaskular mulai terjadi pada awal kehamilan, yaitu 8 minggu usia
kehamilan, cardiac output meningkat 20%.

c. Perubahan pada system renal. Mekanisme adaptasi pada ginjal selama


hamil ditandai dengan turunnya retensi pembuluh darah sistemik (SVR) yang
terjadi pada usia kehamilan enam minggu. 40% penurunan retensi pembuluh
darah sistemik juga berdampak pada pembuluh darah di ginjal. Meskipun
terjadi peningkatan dalam volume plasma selama hamil, penurunan massif
dalam pembuluh darah sistemik membuat status arteri kurang terisi karena
85% volume sisa ada di sirkulasi pembuluh darah vena. Kurang terisinya
pembuluh darah arteri merupakan hal unik pada kehamilan. Turunnya
sirkulasi pembuluh darah sistemik merupakan kombinasi peningkatan aliran
darah ke ginjal dan ini berbeda dengan status arteri yang kurang terisi pada
kasus seperti sirosis, sepsis atau fistula arteriovenalis. Sebagai konsekuensi
dari vasodilatasi ginjal, aliran plasma ginjal dan glomurulo filtrasi rate (GFR)
keduanya meningkat, dibandingkan dengan kondisi sebelum hamil, masing-
masing 40-65% dan 50-85%.

d. Perubahan muskulo skeletal Masih terdapat kontroversi mengenai


dampak kehamilan pada kondisi pengeroposan tulang. Meskipun kehamilan
dan laktasi telah dihubungkan dengan pengeroposan tulang, tidak ada
penelitian yang mendukung antara paritas dan osteoporosis di kehidupan
selanjutnya. Pergantian tulang rendah di trimester awal dan meningkat pada
trimester ketiga ketika kebutuhan janin meningkat. Sumber kalsium pada
trimester ketiga kehamilan sebelumnya telah tersimpan kalsium pada tulang.
Sebuah studi tentang biopsy tulang pada ibu hamil menunjukkan bahwa
terdapat perubahan dalam pola pembentukan tulang secara mikro tetapi tidak
seluruh massa tulang. Perubahan tersebut mencerminkan kebutuhan kerangka
tulang ibu untuk menjadi kuat, lentur dan adanya tekanan biokimia yang

8
dibutuhkan untuk membawa janin yang sedang tumbuh. Perubahan
musculoskeletal lain yang dapat dilihat pada kehamilan termasuk lordosis,
kelemahan tulang sendi bagian depan dan kelemahan ligament lumbal spina,
pelebarang dan peningkatan mobilitas dari sendi sacroiliaca dan simfisis
pubis.

e. Perubahan system pernafasan Konsumsi oksigen meningkat sebesar


30% sampai dengan 40% selama kehamilan, kenaikan progresif terutama
disebabkan kebutuhan metabolism janin, uterus, dan plasenta dan yang kedua
untuk meningkatkan kerja jantung dan pernafasan. Produksi karbon dioksida
menunjukkan perubahan yang sama dibandingkan konsumsi oksigen. (Irianti
B, dkk) Peningkatan secara signifikan kebutuhan oksigen terjadi selama
kehamilan normal. Peningkatan 15% ini berhubungan dengan kondisi
metabolic dan 20% meningkatkan konsumsi oksigen. 40-50% peningkatan
pada menit pertama ventilasi, sebagian besar karena peningkatan volume tidal
daripada respiratori rate. Hiperventilasi maternal menyebabkan tekanan
oksigen pada arteri meningkat dan tekanan karbondioksida arteri menurun,
dengan kompensasi turunnya serum bikarbonat 18-22 mmol/l. pernafasan
alkalosis yang sepenuhnya merupakan kompensasi ringan karena kehamilan.

f. Perubahan payudara Kehamilan memberikan efek membesarnya


payudara yang disebabkan oleh peningkatan suplai darah, stimulasi oleh
sekresi estrogen dan progesterone dari korpus luteum dan plasenta serta
terbentuknya ductus asini yang baru selama kehamilan. Payudara akan
membesar dan tampak vena halus di bawah kulit. Sirkulasi vaskuler
meningkat, putting membesar dan terjadi hiperpigmentasi.

g. Perubahan system perkemihan Perubahan terjadi secara signifikan


pada system perkemihan, selain mengelola zatzat sisa dan kelebihan yang
dihasilkan akibat peningkatan volume darah dan curah jantung organ
perkemihan juga mengelola produk sisa metabolism dan menjadi organ utama
yang mengekskresi produk sisa janin.

h. Perubahan system musculoskeletal Pembesaran uterus menyebabkan


terjadinya lordosis. Pada system muslukoskeletal juga terjadi ketegangan

9
yang meningkat pada otot-otot dan ligament yang mendukung tulang
punggung. Kelemahan ligamen longitudinal anterior dan posterior dari tulang
belakang sehingga menyebabkan ketidakstabilan di tulang belakang dan
rentan menyebabkan ketegangan otot. Diperkirakan hamper semua wanita
mengalami ketidaknyamanan musculoskeletal67].

2.3. Siklus Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai


sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Kondisi ini terjadi karena tidak ada pembuahan sel
telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim (endometrium) yang
sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh. Jika seorang
wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus menstruasi akan terjadi
setiap bulannya. Umumnya siklus menstruasi pada wanita yang normal
adalah 28-35 hari dan lama haid antara 3-7 hari. Siklus menstruasi pada
wanita dikatakan tidak normal jika siklus haidnya kurang dari 21 hari
atau lebih dari 40 hari [7].

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi


sampai datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang
siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang
lalu dan mulainya menstruasi berikutnya [7].

Fase-fase pada siklus menstruasi :

1) Siklus Endomentrium
 Fase menstruasi
Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita
dewasa setiap bulannya. Sebab melalui fase ini wanita baru
dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi selalu
dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat para
wanita merasa tidak nyaman untuk beraktifitas. Biasanya
ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari, dimana pada awal

10
haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan darah
lebih sering keluar.Pada fase menstruasi, endometrium terlepas
dari dinding uterus dengan disertai pendarahan. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase
menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing
Hormon)menurun atau pada kadar terendahnya, sedangkan siklus
dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai
meningkat [7].
 Fase proliferasi
Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan
dan pematangan ovum. Fase proliferasi merupakan periode
pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5
sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permukaan
endometriumsecara lengkap kembali normal sekitar empat hari
atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium
tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari
semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Pada fase proliferasi
terjadi peningkatan kadar hormon estrogen, karena fase ini
tergantung pada stimulasi estrogenyang berasal dari folikel ovarium
[7].

 Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar tiga
hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase
sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna
mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
Umumnya pada fase pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif.
Sebab pada fase ini hormon reproduksi (FSH, LH, estrogen dan
progesteron)mengalami peningkatan. Jadi pada fase ini wanita
mengalami yang namanya Pre Menstrual Syndrome (PMS).
Beberapa hari kemudian setelah gejala PMS maka lapisan
dinding rahim akan luruh kembali [7].

11
 Fase iskemi/premenstrual
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum
yang mensekresi estrogen dan progesterone menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesterone yang cepat, arteri
spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium
fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional
terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai [7].

2) Siklus Ovarium
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang
menghambat pengeluaran FSH, kemudian kelenjar hipofisis
mengeluarkan LH (lutenizing hormon).Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Sebelum ovulasi,
satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah
pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi.
mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih,
oosit matur (folikel de Graaf) terjadi ovulasi, sisa folikel yang
kosong di dalam ovarium berformasi menjadi korpus luteum. Korpus
luteum mencapai puncak aktivitas fungsional pada 8 hari setelah
ovulasi, dan mensekresi hormon estrogen dan progesteron. Apabila
tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon
progesterone menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium
tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh [7].

12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 METODE PRAKTIKUM


Identitas Probandus
Sampel Urine 1

Alat dan Bahan


1. Sampel urine segar.
2. Satu set PLASMATEC (direct monoclonal latex pregnancy test kit).
3. Pipet tetes.
4. Gelas objek.

Prinsip Kerja:
Plasmatec direct pregnancy test didasarkan paada timbulnya reaksi
aglutinasi latex antara partikel latex yang dilapisi antibodi anti-hCG
dengan hCG. Jika spesimen urine yang diperiksa mengandung hCG
dengan konsentrasi 200 mIU/ml atau lebih, maka hCG yang ada dalam
urine sampel bereaksi secara imunologis dengan antibodi anti-hCG yang
berikatan dengan partikel latex. Terjadinya reaksi ditunjukkan oleh
terlihatnya aglutinasi. Interpretasi hasil:
- Hasil positif: aglutinasi dalam 2 menit.
- Hasil negative: aglutinasi tidak terjadi dalam 2 menit.

Cara Kerja
1. Letakkan semua reagensia dalam suhu kamar.
2. Gelas objek, pipet tetes dan pengaduk harus selalu dalam keadaan
bersih untuk tiap sediaan.
3. Teteskan secara terpisah pada gelas obyek:
 1 tetes urine sampel.
 1 tetes urine kontrol positif.
 1 tetes urine kontrol negatif.

13
4. Kocok baik-baik reagen latex. Tambahkan satu tetes pada tetesan urine
sampel dan urine kontrol di gelas obyek.
5. Campur dan aduk selama ± 5 detik.
6. Goyang-goyangkan campuran dengan cara memiring-miringkannya ke
atas dan ke bawah perlahan-lahan selama 2 menit untuk mengamati
adanya aglutinasi. Inkubasi yang lebih dari 2 menit dapat
menyebabkan kekeliruan dalam membaca hasil karena pengaruh
evaporasi.
7. Isi table pada buku kerja. Diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut
ini:
a. Bagaimana mekanisme siklus haid normal?
b. Mengapa pada wanita hamil tidak terjadi haid?
c. Bagian mana dari molekul hCG yang dideteksi oleh tes kehamilan?
d. Bagaimana mekanisme tes kehamilan secara imunologik?
(Jelaskan apa yang berperan sebagai antibody dan antigennya serta
mengapa aglutinasinya bisa terlihat oleh mata telanjang).

3.2 Hasil

Sampel Urine Aglutinasi +/-


1 +
2 -

Kesimpulan:

- Sampel urine 1 terdapat hCG

- Sampel urine 2 tidak terdapat hCG

3.3 Pembahasan

Judul pada praktikum kali ini adalah Test Kehamilan (hCG). Praktikum
ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami pengaruh perubahan hormonal
pada wanita normal dan wanita hamil terhadap siklus haid melalui penentuan
adanya hormon human chorionic gonadotropin (hCG) di dalam urine dengan

14
memakai teknik immunologik. Hormon human chorionic gonadotropin
(hCG) yaitu hormone saat terjadinya kehamilan dan mulai bisa dideteksi
terutama pada 7 hari setelah terjadinya pembuahan. Hormone dikeluarkan
oleh ginjal ibu sehingga bisa dideteksi melalui darah dan urine ibu [8].
Gonadotropin korionik (hCG) disebut juga sebagai hormon kehamilan
yang merupakan suatu glikoprotein dengan aktivitas biologi yang sangat
mirip dengan luteinizing hormone (LH) dan keduanya sama-sama berkerja
melalui reseptor LH/hCG membran plasma. Walaupun diproduksi hampir
seluruhnya di plasenta, hCG juga disintesis di ginjal janin dan sejumlah
jaringan janin menghasilkan subunit β atau molekul utuh hCG. Molekul hCG
lengkap dapat dideteksi dalam plasma wanita hamil sekitar 7,5 sampai 9,5
hari setelah lonjakan LH dipertengahan siklus yang mendahului ovulasi.
Dengan demikian, besar kemungkinannya bahwa hCG memasuki darah ibu
pada saat implantasi blastokista. Setelah ini kadar hCG dalam darah
meningkat pesat dengan kadar maksimum tercapai pada usia kehamilan
sekitar 8 sampai 10 minggu [9].
Konsentrasi hCG dalam urin ibu hampir sejajar dengan konsentrasi di
dalam plasma yaitu sekitar 1 IU/ml pada minggu ke-6 setelah hari pertama
haid terakhir, meningkat ke nilai rata-rata sekitar 100 IU/ml pada hari ke-60
sampai 80 setelah haid terakhir. Kadar hCG dalam plasma wanita hamil dapat
mencapai 15 mg/ml. Dimulai pada sekitar minggu ke-10 sampai 12, kadar
hCG dalam plasma ibu mulai berkurang dengan nadir tercapai pada sekitar
minggu ke-20. Kadar hCG dalam plasma dipertahankan pada kadar rendah ini
sepanjang sisa masa kehamilan [9].
Pada kehamilan dengan janin lebih dari satu kadang-kadang dijumpai
kadar hCG plasma yang menigkat secara bermakna, demikian juga pada janin
eritroblastotik tunggal yang terjadi akibat isoimunisasi antigen-D ibu. Kadar
hCG dalam plasmadan urin mungkin sangat meningkat pada wanita dengan
mola hidatidosa atau koriokarsinoma. Kadar hCG plasma yang relatif tinggi
dapat dijumpai pada kehamilan trimester dua dengan sindrom Down.
Penyebab hal ini tidak diketahui, tetapi dispekulasikan bahwa plasenta dalam
berbagai kehamilan di atas kurang matang dibandingkan dengan plasenta

15
pada kehamilan normal. Kadar hCG plasma yang relatif rendah dijumpai pada
kehamilan ektopik dan abortus iminens [9].

Mekanisme siklus haid normal


Haid atau menstruasi merupakan peluruhan dinding rahim yang terdiri
dari darah dan jaringan tubuh. Kejadian ini berlangsung tiap bulan pada
perempuan. Dengan kata lain, haid merupakan suatu proses pembersihan
rahim terhadap pembuluh darah, kelenjar-kelenjar, dan sel-sel yang tidak
terpakai karena tidak ada pembuahan. Haid adalah proses normal pada
perempuan dewasa[9].
Usia mulai haid normalnya 12 atau 13 tahun. Sebagian perempuan
mengalami haid lebih awal (usia 8 tahun) dan lebih lambat (18 tahun). Sekitar
usia 40 sampai 50 tahun, haid berhenti atau dinamakan menopause. Siklus
haid yang normal terjadi setiap 21-35 hari sekali, dengan lama hari haid
berkisar 3-7 hari. Jumlah darah haid normal berkisar 30-40 mililiter (mL).
Menurut hitungan para ahli, perempuan akan mengalami 500 kali haid selama
hidupnya [9].
Siklus menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase haid, fase proliferatif,
dan fase sekretonik (progestasional) :
1. Fase Haid
Fase haid adalah fase yang ditandai oleh pengeluaran darah dan sisa
endometrium dari vagina. Hari pertama haid dianggap sebagai permulaan
siklus baru. Saat ini bersamaan dengan berakhirnya fase luteal ovarium dan
dimulainya fase folikular. Sewaktu korpus luteum berdegenarasi karena tidak
terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus
sebelumnya, kadar estrogen dan progesteron darah turun tajam karena efek
akhirnya adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum yang
dibuahi sehingga terhentinya sekresi kedua hormon ini menyebabkan lapisan
dalam uterus yang kaya vaskular dan nutrien ini kehilangan hormon-hormon
penunjangnya. [9].
2. Fase Proliferatif
Setelah darah haid berhenti, maka fase proliferatif siklus uterus dimulai
bersamaan dengan bagian terakhir fase folikular ovarium ketika endometrium

16
mulai memperbaiki diri dan berproliferasi di bawah pengaruh estrogen dari
folikel-folikel yang baru berkembang. Saat aliran darah haid berhenti, yang
tersisa adalah lapisan endometrium tipis dengan ketebalan kurang dari 1 mm.
Estrogen merangsang proliferasi sel epitel, kelenjar, dan pembuluh darah di
endometrium, meningkatkan ketebalan lapisan ini menjadi 3-5 mm. Fase
proliferatif yang didominasi oleh estrogen ini berlangsung dari akhir haid
hingga ovulasi. Kadar puncak estrogen memicu lonjakan LH yang menjadi
penyebab ovulasi [9].
3. Fase Sekretorik
Setelah ovulasi ketika terbentuk korpus luteum baru, uterus masuk ke
fase sekretorik yang bersamaan waktunya dengan fase lutela ovarium. Korpus
luteum mengeluarkan sejumlah besar progesteron dan estrogen. Progesteron
mengubah endometrium tebal yang telah dipersiapkan estrogem menjadi
jaringan kaya vaskular dan glikogen. Periode ini disebut fase sekretorik ,
karena kelenjar endometrium aktif mengeluarkan glikogen yaitu lapisan subur
endometrium yang mampu menopang kehidupan mudigah. Jika pembuhan
dan implantasi tidak terjadi maka korpus luteum berdegenerasi dan fase
folikular dan fase haid baru dimulai kembali [9].

Mekanisme tidak terjadinya haid pada wanita hamil


Mekanisme tidak terjadinya menstruasi pada wanita
hamil ada 6 tahap yaitu :
1. Ovulasi
Ovulasi terjadi ketika sel telur (ovum) keluar dari sarangnya (ovarium =
indung telur), dimana di dalam ovarium terdapat kantung-
kantung (folikel) yang berisi cairan dan sel telur, ketika folikel menjadi
matang kemudian pecah maka keluarlah sel telur yang ada di dalamnya.
Ovulasi normalnya terjadi setiap bulan sesuai siklus menstruasi dan rata-rata
terjadi sekitar dua minggu sebelum periode (siklus) menstruasi berikutnya.
2. Kenaikan Hormon
Setelah sel telur meninggalkan folikel, folikel berkembang
menjadi korpus luteum. Korpus luteum melepaskan hormon yang membantu
menebalkan lapisan rahim, untuk mempersiapkan terjadinya proses
kehamilan.
3. Telur Berjalan ke Tuba Fallopi

17
Setelah sel telur dilepaskan, ia bergerak ke tuba fallopi. Sel telur tinggal
di sana selama sekitar 24 jam, menunggu sel sperma untuk membuahi.
Peristiwa ini terjadi, sekitar dua minggu setelah hari pertama menstruasi
terakhir atau disebut juga dengan masa subur. 
Sel telur hanya dapat bertahan selama 12 -24 jam sedangkan sperma
bisa bertahan selama sekitar 72 jam pada saluran reproduksi wanita. Oleh
karena itu, masa subur wanita adalah 4 hari, yakni hari ke 12 - 16 dihitung
dari hari pertama menstruasi.
4. Jika sel telur tidak dibuahi
Jika tidak ada sperma yang masuk untuk membuahi sel telur, maka
tidak terjadi proses kehamilan dan sel telur akan bergerak
menuju rahim (uterus) kemudian hancur. Kadar hormon yang dihasilkan
korpus luteum kembali normal sehingga lapisan rahim yang menebal menjadi
luruh, inilah yang disebut dengan menstruasi atau haid.
5. Fertilisasi (pembuahan)
Jika salah satu sel sperma masuk ke tuba fallopi dan bertemu sel telur,
maka terjadilah fertilisasi (pembuahan). Sel telur akan mengubah dirinya
sehingga tidak ada sperma lain bisa membuahi.
Pada saat pembuahan, gen bayi dan jenis kelaminnya ditetapkan pada
saat itu juga. Jika yang membuahi sperma yang berkromosom Y, maka
menjadi anak laki-laki. Jika yang membuahi berkromosom X, maka menjadi
anak perempuan.

6. Implantasi
Sel telur yang telah dibuahi (zigot) tetap dalam tuba fallopi selama
sekitar tiga sampai empat hari, tetapi dalam waktu 24 jam setelah dibuahi,
zigot mulai membelah diri (zigot yang sudah membelah disebut embrio)
sangat cepat menjadi banyak sel.
Embrio terus membelah ketika bergerak perlahan-lahan melalui tuba
falopi menuju rahim. Ketika sampai rahim embrio akan menempel dan
tertanam dalam dinding rahim yang sudah menebal (lahan subur), inilah yang
disebut implantasi (penanaman).
Beberapa wanita mengalami spotting atau  bercak pendarahan selama
satu atau dua hari sekitar waktu implantasi. Kemudian, lapisan rahim
semakin tebal dan leher rahim disegel oleh plug lendir sampai bayi lahir.

Molekul yang dideteksi oleh tes kehamilan

18
hCG merupakan detektor adanya kehamilan. Molekul hCG terdiri dari
dua subunit yang tidak sama α (92 asam amino) dan β (145 asam amino) yang
disatukan dengan ikatan nonkovalen. Keduanya disatukan oleh gaga-gaga
elektrostatik dan hidrofobik yang dapat dipisahkan in vitro. Masing-masing
subunit tidak memperlihatkan aktivitas biologis intrinsik mirip LH karena
[9]
keduanya tidak berikatan dengan reseptor LH . Hormon ini, khususnya
subunit α memiliki struktur yang identik dengan hormon glikoprotein lainnya
yaitu luteinizing hormone (LH), Follicle Stimulating Hormone (FSH), dan
Thyroid-stimulating Hormone (TSH). Sedangkan subunit β memiliki sekuen
asam amino yang berbeda. βC-HCG (beta sub-unit core hCG) merupakan
hasil degradasi dari β-hCG oleh enzim makrofag pada ginjal, sehingga
hormon ini dapat terdeteksi pada urine dan tidak dapat terdeteksi pada serum.
Hormon ini tidak terdeteksi pada wanita yang tidak hamil dan laki-laki.
Selain sebagai detektor adanya kehamilan, hCG bermanfaat dalam
mendeteksi dalam keadaan abonormal kehamilan seperti kehamilan ektopik,
abortus, kehamilan ganda, memprediksi preeklamsia, serta kelainan trofoblas
janin dapat terdeteksi dengan berpatokan pada kuantitas hCG dalam serum.
Core β-hCG juga digunakan sebagai detektor adanya down sindrom.

Mekanisme tes kehamilan secara imunologik


Hormon hCG di dalam urine wanita hamil sebagai antigen, sedangkan
reagen latex sebagai antibodi(anti hCG). Ketika antibodi(latex) bertemu
dengan antigen(hormon dalam urine), maka terbentuklah kompleks
imun(kompleks antigen-antibodi), keduanya saling berikatan. Ikatan inilah
yang menyebabkan terbentuknya gumpalan(aglutinasi) yang dapat dilihat
dengan mata telanjang.
1. Prinsip pemeriksaan secara imunologik
Reaksi hambatan aglutinasi (agglutinasi-inhibisi) antara hormon human
chorionic gonadotropin (HCG) dalam urin dalam urin selama proses
kehamilan berlangsung dengan lateks yang secara kimiawi diikatkan dengan
HCG dan diaglutinasi oleh antibodi HCG. Dengan adanya HCG bebas dalam
urin maka antibodi akan dinetralkan sehingga tidak terjadi penggumpalan.

2. Cara pemeriksaan

19
a. 1 tetes urin segar ditambahkan 1 tetes anti serum pada lingkaran plat kaca,
kemudian aduklah secara merata dengan pengaduk.
b. Tambahkan 1 tetes antigen, aduk dan ratakan ke seluruh permukaan
lingkaran plat kaca.
c. Goyangkan plat kaca secara perlahan-lahan selama 2 menit searah
perputaran jarum jam dan jagalah agar larutan tersebut masih tetap berada
dalam perbatasan garis lingkaran.
d. Baca langsung hasilnya.

Penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat dilakukan dengan dua


cara yaitu secara biologik dan dengan imunologik. Sedangkan pemeriksaan
secara imunologik dapat dilakukan dengan cara Direct Latex Agglutination
(DLA) atau secara tidak langsung dengan cara Latex Agglutination Inhibition
(LAI) serta cara Hemaglutination Inhibition (HAI).

20
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Siwi, R.P.Y. 2019. Efektifitas Pemberian Buah Kurma Mabrum terhadap
Morning Sickness pada Ibu Hamil Trimester I di PMB Ny. H. Pakisaji
Kabupaten Malang. Journal for Quality in Women's Health. 2: 49-54.
[2]
Rohmah, M. S. Natalia & Anggriani. 2018. Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon
(Musa Paradisiaca.L) terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah Pada
Ibu Hamil Trimester I. Journal for Quality in Women's Health 1 : 1-7.
[3]
Darmawi. 2017. Vaksin Human Chorionic Gonadotropin (hCG) sebagai
Kandidat Kontrasepsi Imunologi pada Wanita. Jurnal Kesehatan Melayu.
1: 29-34.
[4]
Renowati & S. Suharlina. 2018. Uji Kesesuaian Pemeriksaan Kehamilan Metode
Strip Test dengan Metode Aglutinasi. Prosiding Seminar Kesehatan
Perintis. 1: 1-5.
[5]
Arma, N., N. Karlinah & E. Yanti. 2015. Bahan Ajar Obstetri
Fisiology. Deepublish, Yogyakarta.
[6]
Islami & T.Ariyanti.2019. Prenatal Yoga dan Kondisi Kesehatan Ibu Hamil.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.10:49-56.
[7]
Sigana, E., N.Saribanon, Suprihatin, N.Sa’adah, U.Salamah, Y.A.Murti,
A.Trisnamiati & S.Lorita. 2017. Manejemen Kesehatan Menstruasi .
Universitas Nasional IWWASH Global One, Jakarta.
[8]
Istikomah, A., M. Zubir. 2019. Analisis Iddah Berdasarkan
Pemanfaatan Teknologi Kedokteran dalam
Menafsirkan Tsalatsatu Quru’. Jurnal Riset Keagamaan,
Sosial, dan Budaya. 1: 31-45.

[9]
Sinsin, I. 2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai